Oleh:
SYARIFUDDIN ANSYARI, S.Kep
NIM. 1630913310040
Oleh:
SYARIFUDDIN ANSYARI, S.Kep
NIM. 1630913310040
Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan
B. Klasifikasi Nyeri
1. Jenis nyeri menurut durasi
a. Nyeri akut
Nanda 2015-2017 mendefinisikan nyeri sebagai suatu
pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau
yang di gambarka sebagai kerusakan; nyeri juga dapat diartikan
sebagai awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan
hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau di
prediksi (Herdman & Kamitsuru, 2014).
Nyeri akut adalah nyeri yang berlangsung kurang dari 3
bulan nyeri yang mereda setelah intervensi atau penyembuhan.
Nyeri akut biasanya mendadak dan berkaitan dengan masalah
spesifik yang memicu individu untuk segera bertindak
menghilangkan nyeri dan menghilang apabila faktor internal dan
eksternal yang merangsang reseptornya di hilangkan. Nyeri akut
ditandai oleh peningkatan frekuensi jantung, peningkatan tanda-
tanda vital, wajah meringis, menarik diri, dan menangis. Terjadi
dilatasi pupil dan pengeluaran keringat. Individu yang
mengalami nyeri akut biasanya berfokus pada nyerinya.
b. Nyeri Kronis
Menurut Nanda 2015-2017 Nyeri kronis adalah
pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan
sebagai suatu kerusakan (Internatonal Association for the study
of pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari
ringan hingga berat, terjadi konstan atau berulang tanpa akhir
yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih
dari tiga (>3) bulan. Kata “kronis “berasal dari kata yunani
yang berarti” waktu” dan di hubungkan dengan rasa nyeri yang
menetap dan biasanya terus-menerus,bukan yang berlangsung
sewaktu-waktu.
Karakteristik nyeri kronis adalah area nyeri tidak mudah
diidentifikasi, intensitas nyeri sukar di turunkan, rasa nyerinya
biasanya meningkat, sifatnya kurang jelas dan kemungkinan
kecil untuk sembuh/ hilang,biasa terjadi perubahan kepribadian
dan penurunan berat badan.
Nyeri kronis dapat di kategorikan menjadi dua, yaitu:
1) Nyeri kronis maligna
Nyeri ini dapat digambarkan sebagai nyeri yang
berhubungan dengan kanker atau penyakit progresif
lainnya.
2) Nyeri kronis non maligna
Nyeri ini biasanya dikaitkan dengan nyeri akibat
kerusakan jaringan non progresif atau telah mengalami
penyembuhan.
Perbedaan Nyeri Akut dan Kronis (Nanda)
Nyeri Akut Nyeri Kronis
Waktu kurang dari tiga bulan Waktu lebih dari tiga bulan
diaforesis perubahan pola tidur
dilatasi pupil Terjadi konstan atau
fokus menyempit (mis, berulang tanpa akhir
persepsi waktu, proses
berpikir, interaksi dengan
orang lain dan lingkungan)
perilaku distraksi
Perubahan pada parameter
fisiologis (mis., tekanan
darah, frekuensi jantung,
frekuensi pernapasan, saturasi
oksigen, dan end-tidal karbon
dioksida <CO2>)
Perubahan posisi untuyk
menghindari nyeri
Putua asa
Sikap melindungi area nyeri
Sikap tubuh melindungi
2. Menurut Tempat
a. Periferal Pain
1) Superfisial pain (nyeri permukaan/ kulit)
Nyeri kulit berasal dari struktur- struktur superfisial
kulit dan jaringan subcutis. Stimulus yang efektif untuk
menimbulkan nyeri di kulit dapat berupa rangsangan
mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Jika kulit yang terlibat
nyeri dirasakan sebagai menyengat, tajam, mengiris,atau
seperti terbakar ; tetapi apabila pembuluh darah ikut
berperan menimbulkan nyeri, sifat nyeri menjadi berdenyut.
2) Deep Pain (nyeri somatik dalam)
Nyeri somatik dalam mengacu pada nyeri yang
berasal dari Otot, tendon, ligamentum, tulang, sendi, dan
arteri. Struktur- struktur ini memiliki lebih sedikit reseptor
nyeri sehingga lokalisasi nyeri sering tidak jelas. Nyeri
dirasakan lebih difus dari pada nyeri kulit dan cenderung
menyebar ke daerah di sekitarnya.
3) Nyeri Visera
Nyeri visera mengacu pada nyeri yang berasal dari
organ- organ tubuh. Reseptor nyeri visera terletak di
dinding otot polos organ- organ berongga (lambung,
kandung empedu, saluran empedu, ureter, kandung kemih)
dan di kapsul organ- organ padat ( hati, pankreas, ginjal).
Mekanisme utama yang menimbulkan nyeri visera
adalah peregangan atau distensi abnormal dinding atau
kapsul organ, iskemia, dan peradangan. Struktur- struktur
lain yang dapat di regangkan misalnya, kandung empedu,
saluran empedu, atau ureter, dapat menimbulkan nyeri
kolik, sering akibat spasme otot polos.
Nyeri visera di salurkan melalui serat simpatis, dan
parasimpatis Simtem Saraf Otonom. Aferen visera biasanya
adalah serat tife C, dan sensasi nyeri yang di hasilkan
biasanya memiliki kualitas tumpul atau pegal. Impuls nyeri
dari visera thorak dan abdomen hampir secara eksklusif di
hantarkan melalui sistem saraf simpatis; impils berjalan di
saraf simpatis melalui ganglion simpatis tanpa bersinap, dan
kemudian mencapai saraf spinal melalui ramus komunikans
alba dan kemudian ke ganglion akar dorsal
4) Reffered Pain ( Nyeri Alihan)
Nyeri alih di definisikan sebagai nyeri yang berasal
dari salah satu daerah di tubuh tetapi di rasakan terletak di
daerah lain. Nyeri visera sering di alihkan ke dermatom(
daerah kulit) yang di persarafi oleh segmen medula spinalis
yang sama dengan viskus yang nyeri tersebut. Teori tentang
nyeri alih yaitu teori konvergensi/ proyeksi ( Fields,
Martin,2001) yang menjelaskan tentang dua tife aferen yang
masuk ke segmen spinal ( dari kulit dan struktur otot dalam
dan visera) berkovergensi ke sel- sel proyeksi sensorik yang
sama ( misalnya, sel proyeksi spinotalamikus). contoh
umum nyeri alih: appendicitis acut.
b. Central Pain
Nyeri yang terjadi karena perangsangan pada susunan
saraf pusat, spinal cord, batang otak.
1) Nyeri Neuropatik
Nyeri yang di sebabkan karena kerusakan atau
disfungsi sistem saraf perifer. Nyeri ini sering memiliki
kualitas seperti terbakar, perih, atau seperti sengatan listrik.
Pasien dengan nyeri neuropati menderita akibat instabilitas
sistem saraf otonom. Dengan demikian, nyeri sering
bertambah parah oleh stres emosi atau fisik ( dingin,
kelelahan). Dan mereda setelah relaksasi, karena itu , pasien
mungkin tidur secara normal walaupun terasa nyeri.
2) Phantom Limb Pain
Sensasi perih, pins and needles ( parestesia), atau
yang lebih jarang seperti terbakar, atau remuk di ekstermitas
yang tidak dimiliki lagi oleh pasien ( karena telah di
amputasi. Nyeri di karenakan terjepitnya serat nyeri di
jaringan parut puntung tungkai yang menyebabkan
terbentuknya impuls- impuls ektopik.
3) Psichogenic Pain
Nyeri yang di rasakan tanpa penyebab organik, tetapi
akibat dari trauma psikolgis.
C. Etiologi Nyeri
Faktor yang berhubungan dengan nyeri akut menurut (Nanda) :
1) Agens cedera biologis (mis.,infeksi, iskemia, neoplasma)
2) Agens cedera fisik (mis., apses, amputasi, luka bakar, terpotong,
mengangkat berat, konsedur bedah, trauma, olaragah berlebihan)
3) Agens cedera kimiawi (mis., luka bakar, kapsaisin, metilen klorida,
agen mustard)
D. Fisiologi Nyeri
Menurut Tjay (2007; 312), rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya
merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang
adanya gangguan di jaringan misalnya seperti peradangan, infeksi jasad
renik, atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis,
kimiawi atau fisis (kalor, listrik) dapat menimbulkan kerusakan pada
jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan mediator nyeri seperti
histamin, bradikinin, leukotrien, dan prostaglandin.
Semua mediator nyeri itu merangsang reseptor nyeri (nociceptor)
di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa serta jaringan lain dan
demikian menimbulkan antara lain reaksi radang dan kejang-kejang.
Nociceptor juga terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di
SSP. Dari tempat ini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan
lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sangat banyak sinaps via sumsum
belakang, sumsum lanjutan dan otak tengah. Dari talamus impuls
kemudian diteruskna ke pusat nyeri di otak besar, di mana impuls
dirasakan sebagai nyeri.
Mediator penting adalah amin histamin yang bertanggung jawab
untuk kebanyakan reaksi alergi (bronchokonstriksi, pengembangan
mukosa, pruritus) dan nyeri. Bradikinin adalah polipeptida (rangkaian
asam amino) yang dibentuk dari protein plasma. Prostaglandin mirip
strukturnya dengan asam lemak dan terbentuk dari asam arachidonat.
Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat (level) di mana nyeri
dirasakan untuk pertama kalinya. Untuk setiap orang ambang nyerinya
adalah konstan.
Fisiologi Nyeri Menurut Torrance & Serginson (1997)
Ada tiga jenis sel saraf dalam proses penghantaran nyeri, yaitu:
1) Sel syaraf aferen atau neuron sensori,
2) Serabut konektor atau interneuron dan
3) Sel saraf eferen atau neuron motorik.
Sel-sel syaraf ini mempunyai reseptor pada ujung nya yang
menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke sum-sum tulang belakang dan
otak. Reseptor-reseptor ini sangat khusus dan memulai impuls yang
merespon perubahan fisik dan kimia tubuh. Reseptor-reseptor yang
berespon terhadap stimulus nyeri disebut nosiseptor. Stimulus pada
jaringan akan merangsang nosiseptor melepaskan zat-zat kimia, yang
terdiri dari prostaglandin, histamin, bradikinin, leukotrien, substansi p,
dan enzim proteolitik. Zat-zat kimia ini akan mensensitasi ujung syaraf
dan menyampaikan impuls ke otak (Torrance & Serginson, 1997).
Interpretasi :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan
4-6 : Nyeri sedang
7-9 : Sangat nyeri, tetapi masih bisa dikontrol
10 : Sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol
Osteoartritis
Pemecahan kondrosit
Inflamasi sendi
J. Penatalaksanaan Nyeri
1. Tindakan Non Medikasi
a. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri :
1) Ketidakpercayaan, pengakuan perawat akan rasa nyeri yang
di derita pasien dapat mengurangi nyeri. hal ini dapat
dilakukan melalui pernyataan verbal, mendengarkan dengan
penuh perhatian mengenai keluhan nyeri pasien, dan
mengatakan kepada pasien bahwa perawat mengkaji rasa
nyeri pasien agar dapat lebih memahami tentang nyerinya.
2) Kesalahpahaman, mengurangi kesalahpahaman pasien
tentang nyerinya akan mengurangi nyeri. hal ini dilakukan
dengan memberitahu paien bahwa nyeri yang dialami
sangat individual dan hanya pasien yang tahu secara pasti
tentang nyerinya.
3) Ketakutan, memberikan informasi yang tepat dapat
mengurangi ketakutan pasien dengan menganjurkan pasien
untuk mengekspresikan bagaimana mereka menangani
nyeri.
4) Kelelahan, dapat memperberat nyeri. untuk mengatasinya,
kembangkan pola aktivitas yang dapat memberikan istirahat
yang cukup.
5) Kebosanan, dapat meningkatkan rasa nyeri. untuk
megurangi nyeri dapat digunakan pengalih perhatian yang
bersifat terapiutik. Beberapa tehnik pengalih perhatian
adalah bernafas pelan dan berirama, memijat secara
perlahan, menyanyi berirama, aktif mendengarkan musik,
membayangkan hal- hal yang menyenangkan, dsb.
b. Stimulasi dan masase kutaneus
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum,
sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase tidak secara
spesifik menstimulasi reseptor tidak nyeri pada bagian reseptor
yang sama seperti reseptor nyeri, tetapi dapat mempunyai
dampak melalui sistem kontrol desenden. Masase dapat
membuat pasien lebih nyaman karena masase membuat relaksasi
otot.
c. Teori gate control telah menjelaskan, bertujuan untuk
menstimulasi serabut- serabut yang menstransmisikan sensasi
tidak nyeri memblok atau menurunkan transmisi impuls nyeri.
d. Terapi es (dingin) dan panas.
1) Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang
memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain
pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi.
Agar efektif, es harus diletakkan pada tempat cedera segera
setelah terjadi cedera, (Cohen, 1989 dalam Suddart dan
Brunner, 1997).
2) Penggunaan panas mempunyai keuntungan meningkatkan
aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut
menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.
Namun penggunaan panas kering dengan lampu pemanas
tidak seefektif penggunaan es.
e. Stimulasi saraf elektris transkutan / Transcutan electric nerve
stimulation (TENS)
1) Transcutaneus elektrical stimulator ( TENS); digunakan
untuk mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu
dengan menempatkan beberapa elektroda di luar.
2) Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator
merupakan alat stimulator sumsum tulang belakang dan
epidural yang di implant di bawah kulit dengan transistor
timah penerima yang dimaksudkan ke dalam kulit pada
daerah epidural dan columna vertebrae.
3) Stimulator columna vertebrae, sebuah stimulator dengan
stimulus alat penerima transiitor di cangkok melalui
kantong kulit intraclavicula atau abdomen, yaitu elektroda
di tanam melalui pembedahan pada dorsum sumsum tulang
belakang.
f. Distraksi
Distraksi mencakup memfokuskan perhatian pasien pada
sesuatu selain pada nyeri, misalnya dengan cara kunjungan dari
keluarga dan teman-teman pasien. Melihat film layar lebar
dengan suarasur r ound. Tidak semua pasien mencapai peredaan
nyeri melalui distraksi. Distraksi diduga dapat menurunkan
persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden,
yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang
ditransmisikan ke otak.
g. Tehnik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan
mengisi paru- paru dengan udara, menghembuskannya secara
perlahan, melemaskan otot- otot tangan, kaki, perut, dan
punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus
berkonsentrasi sehingga di dapat rasa nyaman, tenang, dan
rileksi.
h. Imajinasi terbimbing
Menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang
dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.
Imajinasi terbimbing menyebabkan relaksasi otot dan pikiran
dimana efeknya hampir sama dengan penggunaan tehnik
relaksasi dengan metode yang berbeda.
i. Hipnosis
Tehnik ini mungkin membantu dalam memberikan
peredaan nyeri terutama dalam situasi sulit. Mekanisme
bagaimana kerjanya hiposis tidak jelas tetapi tidak jelas tetapi
tidak tampak diperantarai oleh sistem endorfin (Moret et.all,
1991 dalam Suddart and Brunner, 1997).
2. Terapi Farmakologi
Merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri.
Walaupun analgesic dapat menghilangkan nyeri dengan efektif,
perawat dan dokter masih cenderung tidak melakukan upaya
analgesic dalam penanganan nyeri karena informasi obat yang tidak
benar, karena adanya kekhawatiran klien akan mengalami ketagihan
obat, cemas akan melakukan kesalahan dalam menggunakan
analgetik narkotik, dan pemberian obat yang kurang dari yang
diresepkan.
Ada 3 jenis analgetik, yaitu:
Non Narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
Analgesik narkotik atau opiate
Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik
Mengobyektifkan Nyeri
Nyeri diupayakan menjadi terukur dengan skala. Termasuk disini
skala numerik nyeri, visual analog scale yang berupa garis lurus , dan
skala wajah. Skala dipergunakan untuk mendeskripsikan intensitas /
beratnya rasa nyeri.
1) Skala Numerik Nyeri
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi . Berat
ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan
mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numerik, dari 0
hingga 10, di bawah ini , dikenal juga sebagai Visual Analog Scale
(VAS), Nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri,
sedangkan sepuluh (10), suatu nyeri yang sangat hebat.
2) Visual Analog Scale
Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus tanpa
angka. Bisa bebas mengekspresikan nyeri ke arah kiri menuju tidak
sakit, arah kanan sakit tak tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri
yang sedang.
B. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agens cedera fisik, biologis,
kimiawi
b) Nyeri kronis (00133) berhubungan dengan gangguan iskemik,
gangguan metabolik, gangguan muskuloskeletal, usia > 50 tahun.
c) Sindrom nyeri kronis
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
Nyeri Kronis Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1400)
keperawatan selama 1 x 30 menit 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri
pasien menunjukkan : komprehensif meliputi lokasi, pasien
NOC: control nyeri (1605), tingkat karakteristik, onset/durasi, 2. Untuk mengetahui tingkat
nyeri (2102) kualitas, intensitas, atau beratnya ketidaknyamanan dirasakan
dengan kriteria hasil: nyeri dan faktor pencetus oleh pasien
1. Klien mampu melaporkan 2. Observasi reaksi nonverbal dari 3. Untuk mengalihkan perhatian
adanya nyeri ketidaknyamanan pasien dari rasa nyeri
2. Klien mampu mengenali kapan 3. Gunakan teknik komunikasi 4. Untuk mengurangi factor yang
terapeutik untuk mengetahui dapat memperburuk nyeri yang
nyeri terjadi
pengalaman nyeri klien dirasakan klien
3. Ekspresi wajah tidak 4. Pilih dan lakukan penanganan 5. Agar klien mampu
meninjukkan adanya nyeri. nyeri menggunakan teknik
4. Klien mampu menggambarkan 5. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi dalam
faktor penyebab nyeri nonfarmakologi memanagement nyeri yang
5. Klien mampu menggunakan 6. Evaluasi keefektifan kontrol dirasakan.
teknik untuk mengurangi nyeri nyeri 6. Mengetahui tingkat
7. Tingkatkan istirahat keberhasilan manajemen nyeri.
dengan tanpa analgesik
8. Kolaborasikan dengan dokter jika 7. Mengurangi tingkat nyeri.
6. Klien mampu melaporkan ada keluhan dan tindakan nyeri
perubahan terhadap gejala nyeri tidak berhasil
pada professional kesehatan.
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis
Diagnosa
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
obat, dosis, dan frekuensi
3. Evaluasi efektivitas analgesic,
tanda dan gejala
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan AplikasiKebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Moorhead Sue, Jhonson Marion, Maas Meridean L. Et all. 2004. Nursing Outcomes Classification. Mosby.
Moorhead Sue, Jhonson Marion, Maas Meridean L. Et all. 2004. Nursing Interventions Classification. Mosby.
Mubarak, Wahid Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
NANDA International. 2014. Nursing Diagnosis: Definitions and Classification 2015 – 2017. Oxford: Wiley Blackwell.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperatwatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.