Anda di halaman 1dari 186

GAMBARAN KUALITAS HIDUP LANSIA DENGAN

HIPERTENSI DI DESA RANCAEKEK WETAN

KABUPATEN BANDUNG DAN KELURAHAN

MALEBER KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana keperawatan


pada Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjaran

WENNY YELNITA SARI

NPM. 220110130025

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

BANDUNG

2017
QUALITY OF LIFE OF ELDERLY WITH

HYPERTENSION AT RANCAEKEK WETAN VILLAGE

BANDUNG REGENCY AND MALEBER SUBDISTRICT

BANDUNG CITY

MINITHESIS

A research submitted in fulfillment of the requirements for the degree of bachelor


at Faculty of Nursing
Universitas Padjadjaran

WENNY YELNITA SARI


NPM. 220110130025

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FACULTY OF NURSING

BANDUNG

2017

ii
iii
iv
v
ABSTRAK

Prevalensi hipertensi pada lansia lebih tinggi dibandingkan dengan usia


yang lebih muda. Hipertensi pada lansia dapat menyebabkan berbagai dampak
baik fisik, psikologis maupun sosial, sehingga dapat berpengaruh pada kualitas
hidup. Kualitas hidup dapat dipengaruhi tempat tinggal, yaitu rural dan urban.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kualitas hidup lansia
dengan hipertensi di Desa Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan
Maleber Kota Bandung.
Penelitian deskriptif kuantitatif ini melibatkan 102 responden, dimana di
masing-masing lokasi sebanyak 51 responden, yang diambil menggunakan teknik
purposive sampling. Kualitas hidup lansia dengan hipertensi diukur menggunakan
kuesioner Quality of Life Instruments for Chronic Disease – Hypertension
(QLICD-HY) lalu dianalisis dengan statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan lansia dengan hipertensi di Desa Rancaekek
Wetan memiliki kualitas hidup buruk (54,9%), dimana dimensi fungsi fisik buruk
(76,5%), dimensi kesejahteraan psikologis baik (51%), dimensi hubungan sosial
baik (78,4%) dan dimensi bahasan spesifik hipertensi baik (66,7%). Lansia
dengan hipertensi di Kelurahan Maleber memiliki kualitas hidup baik (92,2%),
dimana dimensi fungsi fisik baik (68,6%), dimensi kesejahteraan psikologis baik
(84,3%), dimensi hubungan sosial baik (92,2%) dan dimensi bahasan spesifik
hipertensi baik (96,1%).
Kualitas hidup lansia dengan hipertensi di Desa Rancaekek Wetan
sebagian besar berada pada kategori buruk, sedangkan kualitas hidup lansia
dengan hipertensi di Kelurahan Maleber hampir seluruh berada pada kategori
baik. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan strategi atau program untuk
meningkatkan kualitas hidup lansia dengan hipertensi. Perawat memiliki peran
dalam membantu lansia mencapai kualitas hidup yang optimal, diantaranya
melalui pemberian informasi dan pendampingan lansia dalam menjalankan self
management behaviour hipertensi, terutama pada lansia di wilayah rural.

Kata Kunci : hipertensi, kualitas hidup, lansia, rural, urban.

vi
ABSTRACT

Prevalence of hypertension in elderly is higher than in younger age.


Hypertension in elderly can lead a variety of physical, psychological and social
impacts, so that it can affect the quality of life. The quality of life can be
influenced by habitation, specifically rural and urban. The purpose of this study
was to determine the depiction of the quality of life of elderly with hypertension in
Rancaekek Wetan Village, Bandung District and Maleber Subdistrict, Bandung.
This quantitative descriptive study involved 102 respondents, in each
location were 51 respondents, taken by purposive sampling technique. The quality
of life of elderly with hypertension was measured using the Quality of Life
Instruments for Chronic Disease-Hypertension (QLICD-HY) questionnaire and
analyzed by descriptive statistics.
The results showed that the elderly with hypertension in Rancaekek Wetan
Village had poor quality of life (54.9%), dimension of physical function was poor
(76.5%), dimension of psychological function was good (51%), dimension of
social function was good (78.4 %), and the dimension of specific modules was
good (66.7%). The elderly with hypertension in Maleber Subdistrict had good
quality of life (92.2%), dimension of physical function was good (68.6%),
dimension of psychological function was good (84.3%), dimension of social
function was good (92.2 %), and the dimension of specific modules was good
(96.1%).
The quality of life of elderly with hypertension in Desa Rancaekek Wetan
was mostly in the poor category, while the quality of life of elderly with
hypertension in Kelurahan Maleber was almost all in good category. Therefore, it
is necessary to develop a program to improve the quality of life of elderly with
hypertension. Nurses have a role in helping the elderly achieve optimal quality of
life, such as giving information correctly and accompanying elderly on doing self-
management behavior hypertension, especially for in elderly in rural area..

Keywords : elderly, hypertension, quality of life, rural, urban.

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini yang berjudul “Gambaran Kualitas Hidup Lansia dengan
Hipertensi di Desa Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan
Maleber Kota Bandung”. Pemilihan judul tersebut didasarkan pada fenomena
jumlah penduduk lansia yang terus meningkat dan tingginya angka kejadian
hipertensi di Jawa Barat, terutama pada kelompok usia lanjut, sehingga penting
untuk dilakukan penelitian sebagai upaya menemukan masalah serta solusinya.
Skripsi ini disusun sebagai salah syarat bagi peneliti untuk menyelesaikan
pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas
Padjadjaran. Ucapan terima kasih yang tak terhingga peneliti sampaikan kepada
semua pihak atas segala perhatian, bimbingan dan arahan hingga akhirnya skripsi
ini dapat diselesaikan.
Peneliti menyadari bahwa penulisan proposal usulan penelitian ini masih
memiliki kekurangan, oleh karena itu peneliti mengharapkan segala kritik dan
saran yang membangun untuk perbaikan proposal usulan penelitian ini. Semoga
penelitian yang dilakukan bisa membawa kebermanfaatan bagi seluruh
masyarakat pada umumnya.

Jatinangor, Juli 2017

Peneliti

viii
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT yang telah meridhoi

dan mengabulkan segala do’a, karena atas izin dan karunia-Nya lah skripsi ini

dapat dibuat dan selesai tepatpada waktunya. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa

do’a dan dukungan dari orang-orang terdekat yang secara langsung maupun tidak

langsung telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Maka dengan

kerendahan hati, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Med. Tri Hanggono Achmad, dr., selaku Rektor

Universitas Padjadjaran.

2. Bapak Kusman Ibrahim, S.Kp., M.NS., PhD. selaku Dekan Fakultas

Keperawatan Universitas Padjadjaran.

3. Bapak Mamat Lukman S.Kp., S.KM., M.Si. dan Ibu Titin Sutini

S.Kep., Ners., M.Kep. selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga, pikiran, serta kesabaran selama

membimbing peneliti dan memberikan banyak masukan, pengetahuan

dan bimbingan pada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Chandra Isabella H. Purba S.Kp., M.Kep. dan Ibu Citra Windani

Mambang Sari S.Kep., Ners., M.Kep. selaku dosen pembahas 1 dan

dosen pembahas 2 yang telah memberikan banyak masukan untuk

perbaikan skripsi ini agar lebih baik.

5. Ibu Ai Mardhiyah S.Kp., M.Kes. selaku Dosen Wali yang selalu

membimbing dan memberi pengarahan selama proses perkuliahan

sehingga dapat sampai ke tahap akhir penyusunan skirpsi.


ix
6. Semua dosen, pendamping kemahasiswaan, karyawan dan civitas

akademika Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran yang telah

memberikan ilmu, bantuan arahan serta dukungan kepada penulis

selama proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

7. Para kader Posyandu Lansia Desa Rancaekek Wetan dan Kelurahan

Maleber beserta jajarannya yang telah memberikan bantuan dalam

proses pengambilan data.

8. Seluruh pihak Puskesmas Rancaekek dan perangkat Desa Racaekek

Wetan serta Puskesmas Garuda dan perangkat Kelurahan Maleber

yang telah membantu dan memberikan izin kepada peneliti untuk

melakukan penelitian ini.

9. Responden penelitian, Abah dan Ema lansia penderita hipertensi di

Desa Rancaekek Wetan dan Kelurahan Maleber yang telah bersedia

menjadi responden dalam penelitian ini, atas kerjasama dan segala

informasi yang telah diberikan untuk kepentingan penelitian ini.

10. Ayahanda, Ibunda, serta nenek saya yang senantiasa memberikan cinta

kasih, dukungan penuh secara material maupun spiritual dalam do’a

yang tak pernah berhenti yang selalu mengiringi setiap langkah peneliti

sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih telah

menjadi motivasi terbesar penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini.

11. Adikku semata wayang, Ramadhan Nur Fakhrur Rozy, dengan kata-

kata penyemangat, saran serta terimakasih telah menjadi motivasi

terbesar penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

x
12. Keluarga besar yang memberikan do’a, dukungan dan semangat, serta

selalu mengikuti perkembangan penulisan skripsi sambil tetap

mengirimkan do’a kepada penulis.

13. Sahabat seperjuangan, Eska Madya Agustine, Yayu Pratiwi, Nabila

Rahma Nur, yang telah menemani dan berbagi suka-duka proses

pengambilan data di lapangan maupun dalam penulisan laporan, yang

selalu memberikan saran dan semangat, terima kasih atas dukungan

kalian.

14. Seluruh teman keperawatan angkatan 2013 (Powerful) yang tidak bisa

saya sebutkan satu-persatu, yang berjuang bersama untuk

menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi di Fakultas

Keperawatan Universitas Padjadjaran.

15. Teman-teman satu almamater SMAN 1 Sindang, Widya Nurhasanah,

Fitri Indrianti, Gizca Desya Maher, dan Devina Putri Damayanti

S.Ikom, yang telah menyemangati peneliti untuk menyelesaikan

skripsi ini.

16. MIM – I really don’t know what it stands for till now – Mimit, Shela,

Lefi, Cici, Prily, Vivi, Luthfi, thank you for being my oldest friend I’ve

ever had.

17. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas

segala kontribusi, dorongan, bimbingan, dan saran selama penulis

menyelesaikan skripsi ini.

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN .................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN ..................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 9
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................... 9
1.3.1.Tujuan Umum .................................................................................. 9
1.3.2.Tujuan Khusus ................................................................................. 9
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 10
1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................................. 10
1.4.2 Manfaat Praktis .............................................................................. 10
1.5 Kerangka Konsep ................................................................................ 11
1.6 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 15
2.1. Hipertensi pada Lansia dan Dampaknya ............................................ 15
2.2. Kualitas Hidup Lansia dengan Hipertensi .......................................... 20
Dimensi dalam Kualitas Hidup Lansia dengan Hipertensi ............ 23
2.2.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Lansia dengan
Hipertensi ....................................................................................... 27
2.2.3 Kualitas Hidup Lansia di Wilayah Rural dan Urban ..................... 31
xii
2.2.4 Pengukuran Kualitas Hidup Lansia dengan Hipertensi ................. 34
2.3.Peran Perawat Komunitas dalam Upaya Mencapai Kualitas Hidup
Lansia dengan Hipertensi yang Optimal ............................................. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 41
3.1 Rancangan Penelitian .......................................................................... 41
3.2 Variabel dan Sub Variabel Penelitian ................................................. 41
3.3 Definisi Konseptual dan Operasional .................................................. 42
3.4 Populasi dan Sampel ........................................................................... 45
3.4.1 Populasi Penelitian ......................................................................... 45
3.4.2 Sampel Penelitian........................................................................... 45
3.5 Pengumpulan Data .............................................................................. 47
3.6 Instrumen Penelitian ............................................................................ 48
3.7 Uji Instrumen Penelitian...................................................................... 48
3.8 Pengolahan Data .................................................................................. 49
3.8.1 Editing ............................................................................................ 50
3.8.2 Coding ............................................................................................ 50
3.8.3 Entry Data ...................................................................................... 50
3.8.4 Cleaning ......................................................................................... 51
3.8.5 Tabulating ...................................................................................... 51
3.9 Analisa Data ........................................................................................ 51
3.10 Tahap Penelitian ................................................................................ 53
3.10.1 Tahap Persiapan ........................................................................... 53
3.10.2 Tahap Pelaksanaan ....................................................................... 54
3.10.3 Tahap Akhir ................................................................................. 54
3.11 Etika Penelitian ................................................................................. 54
3.12 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 57
4.1.Hasil Penelitian ................................................................................... 57
4.1.1.Gambaran Karakteristik Lansia dengan Hipertensi di Desa
Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber
Kota Bandung ............................................................................... 57

xiii
4.1.2.Gambaran Kualitas Hidup Lansia dengan Hipertensi di Desa
Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber
Kota Bandung ............................................................................... 59
4.2.Pembahasan ......................................................................................... 61
4.2.1Kualitas Hidup Secara Umum Lansia dengan Hipertensi di Desa
Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber
Kota Bandung ............................................................................... 62
4.2.2Kualitas Hidup Dimensi Fungsi Fisik Lansia dengan Hipertensi di
Desa Rancaekek Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber Kota
Bandung ........................................................................................ 66
4.2.3Kualitas Hidup Dimensi Kesejahteraan Psikologis Lansia dengan
Hipertensi di Wilayah Rural dan Urban di Kabupaten Bandung dan
Kota Bandung ............................................................................... 71
4.2.4Kualitas Hidup Dimensi Hubungan Sosial Lansia dengan
Hipertensi di Wilayah Rural dan Urban di Kabupaten Bandung dan
Kota Bandung ............................................................................... 76
4.2.5Kualitas Hidup Dimensi Bahasan Spesifik Hipertensi Lansia
dengan Hipertensi di Wilayah Rural dan Urban di Kabupaten
Bandung dan Kota Bandung ......................................................... 80
4.3.Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 85
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 86
5.1 Simpulan.............................................................................................. 86
5.2 Saran .................................................................................................... 87
5.2.1 Saran Praktis .................................................................................. 87
5.2.2 Saran Teoritis ................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 89
LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Perubahan Kriteria Urban dan Rural di Indonesia ................................ 32

Tabel 3.1 Definisi Konseptual dan Operasional ................................................... 42

Tabel 3.2 Coding Data Demografi ........................................................................ 50

Tabel 4.1 Gambaran Karakteristik Lansia dengan Hipertensi di Desa Rancaekek

Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber Kota Bandung

(n=102) ................................................................................................. 58

Tabel 4.2 Gambaran Kualitas Hidup Lansia dengan Hipertensi di Desa Rancaekek

Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber Kota Bandung

(n=102) ................................................................................................. 59

Tabel 4.3 Gambaran Subvariabel Kualitas Hidup Lansia dengan Hipertensi di

Desa Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber

Kota Bandung (n=102) ......................................................................... 61

xv
DAFTAR BAGAN

Halaman
Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran............................................................................. 14

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kartu Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 : Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 5 : Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian

Lampiran 6 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 7 : Hasil Back Translations Kuesioner Kualitas Hidup Lansia dengan

Hipertensi

Lampiran 8 : Uji Reliabilitas Quality of Life Instruments for Chronic Disease

Hypertension (QLICD-HY)

Lampiran 9 : Distribusi Fekuensi Karakteristik Responden

Lampiran 10 : Lampiran Jawaban Responden

Lampiran 11 : Tabel Total Skor dan Rata-rata Skor per Item Pertanyaan

Lampiran 12 : Hasil Tabulasi Silang Kualitas Hidup secara Umum dan Setiap

Dimensi

Lampiran 13 : Riwayat Hidup Penulis

xvii
DAFTAR SINGKATAN

CAMPHOR : Cambbridge Pulmonary Hypertension Outcome Review

DTP : Dengan Tempat Perawatan

ICF : International Classification of Functioning, Disability and Health

IQ : Intellegentia Quantion

Kemenkes RI : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Lansia : Lanjut usia

MINICHAL : Mini-Questionnaire of Quality of Life in Hypertension

PTM : Penyakit Tidak Menular

QLICD-GM : Quality of Life Instrument for Chronic Disease – General Module

QLICD-HY : Quality of Life Instrument for Chronic Disease – Hypertension

SF-16 : Short Form – 16

SIRS : Sistem Informasi Rumah Sakit

SMB : Self Management Behaviour

UHH : Usia Harapan Penduduk

WHO : World Health Organization

WHOQOL : World Health Organization Quality Of Life

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Lanjut usia (lansia) adalah individu yang mencapai usia 60 tahun ke atas

berdasarkan pasal 1 ayat (2), (3), (4), Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998

tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Kemenkes RI, 2016). Lansia dapat dikatakan

sebagai usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut.

Saat ini teknologi pengobatan dan keperawatan mengalami kemajuan serta

pencapaian program pembangunan dan perawatan kesehatan. Hal ini

menyebabkan terjadi peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) penduduk. Pada

tahun 2015, UHH penduduk Indonesia mencapai 70,8 tahun. Angka ini

diperkirakan akan meningkat pada tahun 2030-2035, yakni mencapai 72,2 tahun

(Kemenkes RI, 2016).

Peningkatan UHH ini berimplikasi pada meningkatnya jumlah penduduk

kelompok usia lanjut. Peningkatan jumlah lansia terjadi sejak tahun 1980-2013

dari 5,4% menjadi 8,9% jumlah penduduk. Jumlah ini diprediksi akan meningkat

menjadi 21,4 % pada tahun 2050, bahkan mencapai 41% pada tahun 2100

(Kemenkes RI, 2016).

Proses penuaan dan struktur penduduk mempunyai dampak yang luas,

bahkan implikasi pertambahan jumlah lansia telah menimbulkan persoalan yang

serius di negara berkembang. Persoalan tersebut muncul karena kebutuhan

1
2

terhadap pelayanan, kesempatan dan fasilitas bagi lansia terus bertambah seriring

dengan pertambahan jumlah lansia (Husmiati et al., 2016).

Proses penuaan mengakibatkan fungsi fisiologis menurun sehingga

penyakit tidak menular banyak muncul pada lansia. Penyakit Tidak Menular

(PTM) terbanyak pada lansia adalah hipertensi (55,76%), arthritis (50,56%) dan

stroke (48,7%) (Kemenkes RI, 2016). Data ini didukung oleh data yang

dikeluarkan World Health Organizatiom (WHO), yaitu masalah utama pada lansia

adalah penyakit jantung dan serangan stroke, dimana salah satu penyebabnya

adalah hipertensi (Kemenkes RI, 2013). Selain itu, berdasarkan laporan rumah

sakit melalui Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, 10 peringkat

terbesar penyakit penyebab rawat jalan pada kelompok usia 45-64 tahun dan 65+

tahun yang paling tinggi adalah hipertensi esensial (primer) (WHO, 2013).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014). Angka proportional mortality rate akibat

hipertensi di seluruh dunia mencapai 13% atau 8 juta kematian setiap tahunnya

(Chobanian et al., 2003). Kematian yang ditimbulkan merupakan akibat dari

komplikasi hipertensi yang tidak terkontrol (Dewi & Sudhana, 2013).

Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 1.328.954 jiwa atau 26,5% dari

populasi pada tahun 2013, tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau

riwayat minum obat hanya sebesar 9,5%. Hal ini menandakan bahwa sebagian

besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan

kesehatan. Provinsi dengan prevalensi hipertensi tertinggi di Pulau Jawa adalah


3

Jawa Barat, dengan presentase 29,4% (Kemenkes RI, 2013). Dari total prevalensi

penderita hipertensi tersebut, prevalensi hipertensi pada lansia lebih tinggi

dibandingkan dengan penderita yang usianya lebih muda (Kemenkes RI, 2013).

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung kasus hipertensi pada

lansia pada tahun 2016 tertinggi berada di wilayah kerja Puskesmas Rancaekek

DTP, yaitu Desa Rancaekek Wetan dengan jumlah 1.274 pasien. Data dari Dinas

Kesehatan Kota Bandung, jumlah kasus hipertensi pada lansia pada tahun 2016

tertinggi berada di wilayah kerja Puskesmas Garuda yaitu Kelurahan Maleber,

dengan jumlah 1.266 pasien (Dinkes Kabupaten Bandung, 2016; Puskesmas

Rancaekek, 2016; Dinkes Kota Bandung, 2016; Puskesmas Garuda, 2016).

Hipertensi memiliki dampak terhadap dimensi kualitas hidup, yaitu

dimensi fisik, psikologis dan sosial (Suwardana et al., 2014). Menurut Wan et al.,

(2011), dampak hipertensi secara fisik adalah penyumbatan arteri koroner dan

infark, hipertrofi ventrikel kiri, gagal jantung, memicu gangguan serebrovaskuler

dan arteriosklerosis koroner, serta menjadi penyebab utama kematian. Pada

gangguan serebrovaskuler seperti stroke, terjadi perubahan dalam penglihatan,

kemampuan bicara, pening, kelemahan, jatuh mendadak atau hemiplegi (Brunner

& Suddarth, 2013). Hipertensi juga dapat memicu terjadinya gagal ginjal,

kebutaan dan gangguan fungsi kognitif pada lansia (Gunawan, 2007; Wahdah,

2011). Beberapa studi lain menyebutkan individu dengan hipertensi merasa tidak

nyaman dan aktifitas mereka terganggu serta mengalami gejala-gejala seperti sakit

kepala, depresi, cemas, dan mudah lelah yang mempengaruhi kualitas hidup

seseorang pada berbagai dimensi, salah satunya dimensi fisik (Veronique, A. C.,

& Robert, H. F., 2005; Theodorou et al, 2011; Dewi & Sudhana, 2013).
4

Selain dampak secara fisik, pasien juga mengalami dampak secara

psikologis. Dampak psikologis yang umum dilaporkan penderita hipertensi

diantaranya pasien merasa hidupnya tidak berarti akibat kelemahan dan proses

penyakitnya yang merupakan long life disease. Disamping itu, pasien dengan

hipertensi juga harus mengkonsumsi obat seumur hidup untuk mencegah berbagai

macam kompikasi akibat proses patologis yang dapat mengakibatkan penurunan

kemampuan fisik, yang dimanifestasikan dengan kelemahan, rasa tidak berenergi,

dan pusing sehingga berdampak psikologis kurang baik terhadap pasien (Kusuma,

2011).

Hipertensi juga dapat mempengaruhi hubungan sosial penderitanya.

Menurut Wulandhani, Nurchayati, & Lestari (2014), peningkatan tekanan darah

ke otak akan menyebabkan penurunan vaskularisasi di area otak pasien dengan

hipertensi yang mengakibatkan pasien sulit untuk berkonsentrasi, mudah marah,

merasa tidak nyaman, dan berdampak pula pada aspek sosial dimana pasien tidak

mau bersosialisasi karena merasakan kondisinya yang tidak nyaman.

Menurut Suwardana et al., (2014), status kesehatan fisik, kondisi

psikologis, hubungan sosial dan hubungan lansia penderita hipertensi dengan

lingkungannya dihubungkan dengan kualitas hidup lansia. Hal ini sejalan dengan

penelitian Kao (2008) dan Yenni (2011) bahwa status kesehatan seperti hipertensi

dan fungsi sistem tubuh lansia yang mengalami hipertensi dapat berdampak buruk

terhadap kualitas hidup lansia. Hal ini disebabkan oleh dampak hipertensi

terhadap kondisi penderita, baik kondisi fisik, psikologis maupun sosial.

Kualitas hidup dimasa tua merupakan persepsi subjektif yang

mempengaruhi status kesehatan baik fungsi fisik, psikologis dan kesejahteraan


5

sosial serta kemampuan fisik yang baik, merasa cukup secara pribadi dan masih

merasa berguna, partisipasi dalam kehidupan sosial, dan baik dalam sosial

ekonominya (Bowling, 2005; Wan et al., 2011). Wiyanty (2012) menyebutkan

kualitas hidup yang baik ditandai dengan bebas dari keluhan, memiliki fungsi dan

perasaan tubuh normal, perasaan sehat dan bahagia, karir pekerjaan yang

memuaskan, hubungan interpersonal baik, dapat bekerja dengan baik, serta dapat

menghadapi stres dalam kehidupannya.

Menurut Chin et al., (2014), jenis penyakit seperti hipertensi, diabetes, dan

penyakit kardiovaskuler dapat mempengaruhi skor kualitas hidup seseorang.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kualitas hidup pada pasien hipertensi

lebih rendah dibandingkan orang yang sehat atau individu yang memiliki tekanan

darah normal (normotensi) (Bardage & Isacson, 2001; Trevisol et al., 2011; Lim

et al., 2016). Hal ini disebabkan pengaruh dari proses penyakitnya. Pada kasus

hipertensi, penderita merasa mudah emosi, was-was dalam melakukan aktivitas

sehari-hari, serta terganggunya memori, interaksi sosial, dan kehidupan

keluarganya. Selain itu, hipertensi juga berpengaruh pada fungsi fisik, kesehatan

mental, fungsi sosial, nyeri tubuh, peran emosi, depresi dan kesehatan terkait

kualitas hidup. Pengobatan dan lama mengidap hipertensi juga mempengaruhi

kualitas hidup (Ahsan-ul Haq, 2015).

Hasil penelitian Anbaransan (2015), menyebutkan sebanyak 58.3% lansia

dengan hipertensi memiliki kualitas hidup baik. Hasil berbeda ditunjukkan dari

penelitian Suwardana et al., (2014), bahwa dari 51 lansia yang mengalami

hipertensi, 78,4% lansia mempersepsikan kualitas hidupnya pada tingkat rendah.

Sedangkan Ha et al., (2014) serta Ogihara dan Rakugi (2005) menyatakan pasien
6

hipertensi memiliki kualitas hidup yang sedang hampir di semua domain, kecuali

domain kesejahteraan psikologis, yaitu berada ditingkat rendah.

Kualitas hidup lansia dengan hipertensi dipengaruhi oleh faktor individu

dan faktor lingkungan. Faktor individu diantaranya usia, jenis kelamin,

pendidikan, status pernikahan, pekerjaan, lama menderita hipertensi, serta

keteraturan berobat dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia dengan hipertensi

(Rudianto, 2015). Sedangkan menurut Pradono, Hapsari dan Sari (2009), kualitas

hidup seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan, seperti status ekonomi,

daerah tempat tinggal, rumah dan lingkungan, serta akses pelayanan kesehatan.

Kualitas hidup dapat berbeda berdasarkan daerah tempat tinggal (Pradono

et al.,2009). Namun pengaruh lingkungan rural ataupun urban di negara-negara

berkembang masih belum diketahui dengan jelas (Oguzturk, 2008), termasuk di

Indonesia. Berdasarkan beberapa hasil studi pada lansia di Amerika, Uni Eropa,

India, dan Serbia, lansia yang tinggal di wilayah urban memiliki skor kualitas

hidup yang lebih baik dari lansia yang tinggal di wilayah rural (Weeks et al, 2004;

Shucksmith et al., 2009; Mudey et al., 2011; Tavares et al., 2014; Usha et al.,

2016). Perbedaan kualitas hidup lansia yang tinggal di wilayah rural dan urban

dilatar belakangi oleh perbedaan faktor sosio-demografi, sumber daya sosial,

perilaku gaya hidup dan kecukupan penghasilan (Mudey et al., 2011).

Pasal 1 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

daerah menjelaskan bahwa kawasan pedesaan adalah kawasan yang memiliki

kegiatan utama pertanian, pengelolaan sumber daya alam, kawasan sebagai

tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan

kegiatan ekonomi, sedangkan kota adalah kawasan yang mempunyai kegiatan


7

utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan

jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

Peneliti melakukan studi pendahuluan dan mewawancarai kader, petugas

Puskesmas serta 10 lansia dengan hipertensi di Desa Rancaekek Wetan dan

Kelurahan Maleber. Hasil wawancara peneliti dengan beberapa lansia dengan

hipertensi di Desa Rancaekek Wetan ditemukan 6 dari 10 lansia sudah mengidap

hipertensi selama lebih dari 6 tahun, dan 7 dari 10 lansia tidak rutin menjalankan

pengobatan. Selain itu, 7 dari 10 lansia tidak melakukan self management yang

terdiri dari mengontrol tekanan darah secara rutin, pengontrolan diet, modifikasi

gaya hidup dan terapi farmakologi. Di Kelurahan Maleber, peneliti menemukan 6

dari 10 lansia sudah mengidap hipertensi selama kurang dari 6 tahun, dan 9 dari

10 lansia rutin menjalankan pengobatan. Selain itu, 9 dari 10 lansia sudah

menjalankan self management yang terdiri dari mengontrol tekanan darah secara

rutin, pengontrolan diet, modifikasi gaya hidup dan terapi farmakologi.

Rudianto (2015) menyatakan semakin lama menderita hipertensi dapat

menyebabkan komplikasi yang lebih berat apabila tidak segera ditangani sehingga

berpotensi menyebabkan kualitas hidup penderitanya menurun. Trevisol et al,

(2011) menyebutkan pada pasien dengan hipertensi yang menjalani pengobatan

rutin memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi dibandingkan individu dengan

hipertensi dan tidak mengkonsumsi obat hipertensi. Kepatuhan dalam

mengkonsumsi antihipertensi membantu mengontrol tekanan darah dalam kondisi

stabil dan mencegah terjadinya komplikasi lanjut, sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup penderitanya (Aguwa et al, 2008; Stein, et al., 2002; Afiani, 2014).

A’yun (2015) menyatakan self management berhubungan dengan kualitas hidup


8

penderita hipertensi, dimana apabila self management baik maka kualitas hidup

pasien baik.

Berdasarkan penelitian Rudianto (2015), Trevisol et al, (2011) dan A’yun

(2015) serta hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, terdapat lansia yang

beresiko memiliki kualitas hidup pada tingkat yang rendah. Pengkajian lebih

dalam perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak lansia yang kualitas

hidupnya baik maupun kurang baik. Selain itu, terlihat bahwa kondisi lansia

dengan hipertensi berbeda di Desa Rancaekek Wetan dan Kelurahan Maleber,

dimana lansia di Desa Rancaekek Wetan memiliki faktor yang beresiko

menurunkan kualitas hidup.

Penting bagi perawat memahami kualitas hidup lansia dengan hipertensi,

sehingga dapat menentukan intervensi yang tepat sesuai dengan kondisi lansia,

salah satunya berfokus pada kesejahteraan sosial lansia yang diharapkan dapat

meningkatkan kondisi fisik lansia. Dengan meningkatnya kesejahteraan dan

kondisi fisik lansia, diharapkan kualitas hidup lansia meningkat (Tavares et al.,

2014). Perawat dapat melakukan promosi kesehatan melalui pengorganisasian dan

memberikan asuhan keperawatan bagi lansia (Stanley & Beare, 2007). Selain itu,

perawat komunitas yang bekerja dalam lingkup perawatan primer harus

membahas strategi intervensi masalah kesehatan lansia sesuai dengan kebutuhan

spesifik baik daerah rural maupun urban (Mudey et al., 2011).

Dilihat dari latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Gambaran Kualitas Hidup Lansia dengan

Hipertensi di Desa Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber

Kota Bandung”. Peneliti memilih Desa Rancaekek Wetan dan Kelurahan Maleber
9

dikarenakan karakteristik kedua lokasi ini dapat mewakili masing-masing untuk

wilayah rural dan wilayah urban, serta belum pernah dilakukan penelitian di

lokasi ini. Selain itu penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengetahui kualitas

hidup lansia dengan hipertensi yang tinggal di wilayah rural maupun urban.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, peneliti mengidentifikasi

bahwa permasalahannya adalah: “Bagaimanakah Gambaran Kualitas Hidup

Lansia dengan Hipertensi di Desa Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan

Kelurahan Maleber Kota Bandung?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kualitas hidup

lansia dengan hipertensi di Desa Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan

Kelurahan Maleber Kota Bandung.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengidentifikasi gambaran kualitas hidup lansia dengan hipertensi

yang tinggal di Desa Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan

Kelurahan Maleber Kota Bandung dari dimensi fungsi fisik.

1.3.2.2 Untuk mengidentifikasi gambaran kualitas hidup lansia dengan hipertensi

yang tinggal di Desa Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan

Kelurahan Maleber Kota Bandung dari dimensi kesejahteraan psikologis.


10

1.3.2.3 Untuk mengidentifikasi gambaran kualitas hidup lansia dengan hipertensi

yang tinggal di Desa Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan

Kelurahan Maleber Kota Bandung dari dimensi hubungan sosial.

1.3.2.4 Untuk mengidentifikasi gambaran kualitas hidup lansia dengan hipertensi

yang tinggal di Desa Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan

Kelurahan Maleber Kota Bandung dari dimensi bahasan spesifik

hipertensi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan tentang kualitas hidup lansia dengan hipertensi

baik yang tinggal di kawasan rural maupun urban demi meningkatnya kualitas

pelayanan dan kesejahteraan lansia. Di samping itu hasil penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan sebagai data dasar yang dikembangkan untuk penelitian yang

lebih luas dan spesifik.

1.4.2 Manfaat Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan bagi perawat komunitas dan perawat gerontik dalam memberikan

asuhan keperawatan secara holistik yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan

lansia dengan hipertensi yang tinggal di kawasan rural dan urban sebagai upaya

meningkatkan kualitas hidup lansia dengan hipertensi yang aktif dan produktif

secara menyeluruh. Di samping itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemegang kebijakan, seperti Bupati


11

atau Walikota, serta bagi instansi terkait, seperti Kementerian Kesehatan dan

Dinas Kesehatan, dalam menyusun kebijakan atau program untuk lansia agar

dapat diapliksikan secara optimal baik di wilayah rural maupun urban.

1.5 Kerangka Konsep

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014). Hipertensi memiliki prevalensi lebih tinggi

pada usia lanjut dibandingkan dengan penderita yang usianya lebih muda

(Sihombing et al., 2016). Lanjut usia sendiri adalah seseorang yang mencapai usia

60 tahun ke atas berdasarkan pasal 1 ayat (20, (3), (4), Undang Undang Nomor 13

Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Kemenkes RI, 2016).

Beberapa studi menyebutkan individu dengan hipertensi merasa tidak

nyaman dan aktifitas mereka terganggu serta mengalami gejala-gejala seperti sakit

kepala, depresi, cemas, dan mudah lelah yang mempengaruhi kualitas hidup

seseorang pada berbagai dimensi, salah satunya dimensi fisik (Veronique, A. C.,

& Robert, H. F., 2005; Theodorou et al, 2011; Dewi & Sudhana, 2013).

Adanya proses patologis dapat mengakibatkan penurunan kemampuan

fisik pada pasien hipertensi, yang dimanifestasikan dengan kelemahan, rasa tidak

berenergi, pusing sehingga berdampak ke psikologis pasien dimana pasien merasa

hidupnya tidak berarti akibat kelemahan dan proses penyakitnya yang merupakan

penyakit terminal. Hal ini berdampak pada psikologis yang kurang baik terhadap

pasien (Kusuma, 2011).


12

Menurut Wulandhani et al., (2014), peningkatan tekanan darah ke otak

akan menyebabkan penurunan vaskularisasi di area otak pasien dengan hipertensi

yang mengakibatkan pasien sulit untuk berkonsentrasi, mudah marah, merasa

tidak nyaman, dan berdampak pula pada aspek sosial dimana pasien tidak mau

bersosialisasi karena merasakan kondisinya yang tidak nyaman. Hal ini

menyebabkan penurunan kualitas hidup personal sosialnya.

Status kesehatan fisik, kondisi psikologis, hubungan sosial dan hubungan

lansia dengan lingkungannya berhubungan dengan kualitas hidup lansia penderita

hipertensi (Suwardana et al., 2014). Selain itu, durasi penyakit yang lama dan efek

samping terapi hipertensi berdampak besar terhadap kualitas hidup pasien

(Fletcher et al., 1998; Li et al., 2005; Ogihara & Rakugi, 2005; Kao, 2008; Yenni,

2011).

Kualitas hidup dimasa tua merupakan persepsi subjektif yang

mempengaruhi status kesehatan baik fungsi fisik, psikologis dan kesejahteraan

sosial serta kemampuan fisik yang baik, merasa cukup secara pribadi dan masih

merasa berguna, partisipasi dalam kehidupan sosial, dan baik dalam sosial

ekonominya (Bowling, 2005; Wan et al., 2011).

Kualitas hidup lansia dengan hipertensi dipengaruhi oleh faktor individu

dan faktor lingkungan. Faktor individu seperti usia, jenis kelamin, pendidikan,

status pernikahan, pekerjaan, lama menderita hipertensi, serta keteraturan berobat

dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia dengan hipertensi (Rudianto, 2015).

Sedangkan menurut Pradono, Hapsari dan Sari (2009), kualitas hidup seseorang

dapat dipengaruhi oleh lingkungan, seperti status ekonomi, daerah tempat tinggal,

rumah dan lingkungan, serta akses pelayanan kesehatan.


13

Menurut Pradono et al., (2009), kualitas hidup dapat berbeda berdasarkan

daerah tempat tinggal. Lansia yang tinggal di wilayah urban memiliki skor

kualitas hidup yang lebih baik dari lansia yang tinggal di wilayah rural.

Rendahnya kualitas hidup lansia di wilayah rural disebabkan lansia di wilayah

rural mengalami isoslasi sosial. Hal ini disebabkan sarana transportasi publik yang

tidak ramah lansia (Baernholdt et al., 2013).


14

1.6 Kerangka Pemikiran

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran


“Gambaran Kualitas Hidup Lansia dengan Hipetensi di Desa Rancaekek
Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber Kota Bandung”

Lansia dengan
hipertensi
yang berusia 60
tahun ke atas

Dampak: Kualitas Hidup Lansia Baik


1. Fisik: sakit kepala, dengan Hipertensi Rural
mudah lelah, jantung Dimensi: Rural
berdebar, Buruk
1. Fungsi Fisik
penglihatan kabur, 2. Kesejahteraan
tinnitus Psikologis
2. Psikologis: tidak 3. Hubungan Sosial Baik
dapat mengontrol 4. Bahasan Spesifik Urban
emosi negatif, Hipertensi
khaatir tentang Buruk
kondisi kesehatan
3. Sosial: mudah
Faktor-faktor yang
marah, tidak mau
mempengaruhi kualitas
bersosialisasi
hidup

INDIVIDU: LINGKUNGAN
1. Usia 1. Status ekonomi
2. Jenis kelamin
2. Daerah tempat tinggal
3. Pendidikan
4. Status pernikahan
3. Rumah dan lingkungan
5. Pekerjaan 4. Akses pelayanan
6. Lama menderita hipertensi kesehatan
7. Keteraturan berobat

: Diteliti
:Tidak Diteliti

Sumber :

Kemenkes RI (2016); Suwardana et al., (2014); Wan et al., (2011);

Rudianto (2015); Pradono et al., (2009)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi pada Lansia dan Dampaknya

Pengertian lanjut usia dibedakan menjadi dua bagian yaitu usia kronologis

dan usia biologis. Usia kronologis dihitung berdasarkan tahun kalender,

sedangkan usia biologis adalah usia yang sebenarnya, dimana diterapkan kondisi

pematangan jaringan sebagai indeks usia biologis. Pada usia lanjut ini telah terjadi

penurunan kondisi fisik/biologis, kondisi psikologis dan perubahan kondisi sosial

(Tamher dan Noorkasiani, 2009).

Lansia mengalami proses menua (aging) yaitu suatu proses menghilangnya

kemampuan jaringan untuk memperbaiki/mengganti diri dan mempertahankan

struktur dan fungsi normalnya secara perlahan-lahan, sehingga tidak dapat

bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang

diderita (Santoso & Ismail, 2009). Proses menua dapat mempengaruhi lansia

sehingga dapat menimbulkan masalah, baik secara fisik, psikologis, dan sosial,

maupun ekonomi (Nugroho, 2009). Menurut Tamher (2009), semakin lanjut usia

seseorang, maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat

mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya. Oleh karena itu, perlu

membantu individu lansia untuk menjaga harkat dan otonomi maksimal meskipun

dalam keadaan perubahan sosial, psikologis, dan fisik (Smeltzer, 2001).

Lansia akan mengalami penurunan tingkat kemandirian, yaitu kemampuan

lansia untuk melakukan sesuatu dan fungsi psikomotor yang meliputi gerakan,

tindakan, serta koordinasi. Adanya penurunan tingkat kemandirian serta

15
16

psikomotor menyebabkan lansia mengalami suatu perubahan dari sisi dimensi

psikososial. Hal ini tentunya dikaitkan dengan kepribadian lansia (Hardywinoto &

Setiabudhi, 2005).

Perubahan psikologis pada lansia dipengaruhi oleh keadaan fisik lansia

yang mengalami penurunan, kondisi kesehatan pada lansia, tingkat pendidikan

pada lansia, keturunan (hereditas), serta kondisi lingkungan dimana lansia berada.

Perubahan psikologis pada lansia adalah kenangan (memory) serta IQ (Intellgentia

Quantion) yakni kemampuan verbal lansia, penampilan lansia, persepsi lansia

serta ketrampilan psikomotor lansia menjadi berkurang (Nugroho, 2009).

Usia yang bertambah memungkinkan lansia mengalami perubahan

struktural dan fungsional pada sistem kardiovaskuler, berupa curah jantung yang

rendah, bradikardia, resistensi perifer yang meningkat, aliran darah ginjal dan laju

filtrasi glomerulus yang menurun, aktivitas renin plasma rendah, gangguan

kapasitas konservasi air dan natrium, aktivitas simpatik yang meningkat dan

volume intravaskuler yang menurun. Secara umum perubahan terjadi pada katup

mitral dan aorta. Katup-katup tersebut mengalami sklerosis dan penebalan.

Endokardium menebal dan terjadi sklerosis, miokard menjadi lebih kaku dan lebih

lambat dalam pemulihan kontraktilitas dan kepekaan, sehingga stres mendadak

serta takikardi kurang diperhatikan. Peningkatan frekuensi jantung dalam

berespon terhadap stres menurun, pengembalian pada kondisi dasar akan lebih

lama ketika frekuensi jantung meningkat. Untuk mengompensasi adanya masalah

dalam frekuensi jantung, maka isi sekuncup meningkat, sehingga meningkatkan

curah jantung yang dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Sudoyo et

al, 2006; Maryam, 2008).


17

Dari beragam penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan

meningkatnya umur, maka tekanan darah akan meningkat. Hipertensi menjadi

masalah pada kelompok penduduk usia lanjut karena banyaknya kasus yang

ditemukan dan menjadi faktor utama kejadian stroke, payah jantung, dan penyakit

jantung koroner. Lebih dari 10% angka kematian diatas usia 60 tahun disebabkan

oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler (Nugroho, 2009). Nugroho (2009) juga

menyebutkan proses menua sangat erat hubungannya dengan empat penyakit,

yakni: gangguan sirkulasi darah (hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan

pembuluh darah koroner dan gangguan pembuluh darah ginjal), gangguan

metabolisme hormonal, gangguan persendian, dan berbagai macam neoplasma.

Pada lanjut usia, tekanan darah akan naik secara bertahap. Menurut

Stanley dan Beare (2007), elastisitas jantung pada orang berusia 70 tahun

menurun sekitar 50% dibanding orang berusia 20 tahun, maka dari itu tekanan

darah orang yang sudah menua relative tinggi. 50-60% klien yang berumur lebih

dari 60 tahun terdiagnosa hipertensi (Darmojo, 2010 ; Black & Hawks, 2014).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014). The update WHO/ISH hypertension

guideline, yang merupakan divisi dari National Institute of Health di Amerika

Serikat secara berkala mengeluarkan laporan yang disebut Joint National

Committee on Prevention, Detectioan, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure. Laporan terakhir diterbitkan pada bulan Mei 2003, memberikan resensi

pembaharuan kepada WHO/ISH tentang kriteria hipertensi untuk usia dewasa 18


18

tahun dan lansia yang dibagi dalam empat kategori, yaitu kategori optimal

(sistolik < 120 mmHg dan diastolik < 80 mmHg), normal (sistolik < 130 mmHg

dan diastolik < 85 mmHg), hipertensi derajat 1 (sistolik 140-159 mmHg dan

diastolik 90-99 mmHg), hipertensi derajat 2 (sistolik 160-179 mmHg dan diastolik

100-109 mmHg), dan hipertensi derajat 3 (sistolik ≥ 180 mmHg dan diastolik ≥

110 mmHg) (Brookes, 2004).

Menurut Darmojo (2010), faktor yang mempengaruhi hipertensi pada

lanjut usia adalah penurunan kadar renin karena menurunnya jumlah nefron akibat

proses menua; peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium, dengan

bertambahnya usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar

natrium; penurunan elastisitas pembuluh darah perifer sehingga resistensi

pembuluh darah perifer meningkat yang mengakibatkan hipertensi sistolik;

perubahan ateromatous yang menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada

pembentukan berbagai sitokin dan subtansi kimiawi lain yang kemudian

menyebabkan reabsopsi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis

pembuluh darah perifer, dan keadaan lain yang berhubungan dengan kenaikan

tekanan darah.

Hipertensi memiliki dampak terhadap kondisi fisik, psikologis dan sosial ,

dimana ketiganya merupakan dimensi kualitas hidup (Suwardana et al., 2014).

Menurut Wan et al., (2011), dampak hipertensi secara fisik adalah penyumbatan

arteri koroner dan infark, hipertrofi ventrikel kiri, gagal jantung, memicu

gangguan serebrovaskuler dan arteriosklerosis koroner, dan menjadi penyebab

utama kematian. Pada gangguan serebrovaskuler seperti stroke, terjadi perubahan

dalam penglihatan, kemampuan bicara, pening, kelemahan, jatuh mendadak atau


19

hemiplegi (Brunner & Suddarth, 2013). Hipertensi juga dapat memicu terjadinya

gagal ginjal, kebutaan dan gangguan fungsi kognitif pada lansia (Gunawan, 2007;

Wahdah, 2011). Beberapa studi lain menyebutkan individu dengan hipertensi

merasa tidak nyaman dan aktifitas mereka terganggu serta mengalami gejala-

gejala seperti sakit kepala, depresi, cemas, dan mudah lelah yang mempengaruhi

kualitas hidup seseorang pada berbagai dimensi, salah satunya dimensi fisik

(Veronique, A. C., & Robert, H. F., 2005; Theodorou et al, 2011; Dewi &

Sudhana, 2013).

Selain dampak secara fisik, pasien juga mengalami dampak secara

psikologis. Dampak psikologis yang umum dilaporkan penderita hipertensi

diantaranya pasien merasa hidupnya tidak berarti akibat kelemahan dan proses

penyakitnya yang merupakan long life disease. Disamping itu, pasien dengan

hipertensi juga harus mengkonsumsi obat seumur hidupnya untuk mencegah

berbagai macam kompikasi yang dapat timbul akibat proses patologis yang dapat

mengakibatkan penurunan kemampuan fisik pada pasien hipertensi, yang

dimanifestasikan dengan kelemahan, rasa tidak berenergi, pusing sehingga

berdampak ke psikologis yang kurang baik terhadap pasien (Kusuma, 2011).

Hipertensi juga dapat mempengaruhi hubungan sosial penderitanya.

Menurut Wulandhani et al., (2014), peningkatan tekanan darah ke otak akan

menyebabkan penurunan vaskularisasi di area otak pasien dengan hipertensi yang

mengakibatkan pasien sulit untuk berkonsentrasi, mudah marah, merasa tidak

nyaman, dan berdampak pula pada aspek sosial dimana pasien tidak mau

bersosialisasi karena merasakan kondisinya yang tidak nyaman.


20

Status kesehatan fisik, kondisi psikologis, hubungan sosial dan hubungan

lansia dengan lingkungannya dihubungkan dengan kualitas hidup lansia yang

rendah (Suwardana et al., 2014). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kao

(2008) dan Yenni (2011) bahwa status kesehatan seperti hipertensi dan fungsi

sistem tubuh lansia yang mengalami hipertensi dapat berdampak buruk terhadap

kualitas hidup lansia. Hal ini disebabkan oleh dampak hipertensi terhadap kondisi

penderita, baik kondisi fisik, psikologis maupun sosial.

2.2. Kualitas Hidup Lansia dengan Hipertensi

Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi kesejahteraan individu yang

berasal dari kepuasan atau ketidakpuasan terkait dimensi kehidupan yang penting

bagi individu (Ferrans & Powers, 2001). Berbeda dengan Chung, Killingworth,

dan Nolan (2012), yang menyebutkan kualitas hidup adalah keadaan bagaimana

individu merespon secara fisik dan emosinal serta seberapa baik individu

memfungsikan secara psikologis, sosial, pekerjaan dan fisik.

Dari berbagai definisi kualitas hidup, terdapat definisi yang luas dan yang

akan menjadi acuan dalam penelitian ini, yaitu definisi konseptual Bowling dan

Wan. Kualitas hidup dimasa tua merupakan persepsi subjektif yang

mempengaruhi status kesehatan baik fungsi fisik, psikologis dan kesejahteraan

sosial serta kemampuan fisik yang baik, merasa cukup secara pribadi dan masih

merasa berguna, partisipasi dalam kehidupan sosial, dan baik dalam sosial

ekonominya (Bowling, 2005; Wan et al., 2011).

Kualitas hidup lansia juga dapat dikaitkan dengan kondisi kesejahteraan

lansia. Undang- Undang Nomor 13 Tahun 1998 Kesejahteraan Lanjut Usia pasal 1
21

ayat 1 memaknai kesejahteraan sebagai suatu tata kehidupan dan penghidupan

sosial baik material maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan,

dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk

mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-

baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan

kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila.

Kualitas hidup memiliki dua komponen dasar yaitu subjektifitas dan

multidimensi (Cella, 1998). Subjektifitas mengandung arti kualitas hidup hanya

dapat ditentukan dari salah satu sudut pandang klien itu sendiri dan ini hanya

dapat diketahui dengan bertanya langsung pada klien. Multidimensi bermakna

kualitas hidup dipandang dari seluruh dimensi kehidupan seseorang secara

holistik meliputi dimensi biologi, fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. Dapat

disimpulkan bahwa kualitas hidup adalah kepuasan hidup seseorang yang bersifat

subjektif dengan multidimensi yang dipandang secara holistik yakni meliputi

dimensi biologi, fisik, psikologis, sosial dan lingkungan.

Dalam bidang kesehatan dan aktivitas pencegahan penyakit, kualitas hidup

dijadikan sebagai dimensi untuk menggambarkan kondisi kesehatan (Wilson &

Cleary, 1995). Selain itu, American Thoracic Society (2002) menyebutkan

kualitas hidup berhubungan dengan kesehatan, dimana suatu kepuasan atau

kebahagiaan individu sepanjang dalam kehidupannya mempengaruhi kualitas

hidup individu.

Mendiagnosis kualitas hidup lansia berfungsi terutama lima tujuan,

diantaranya memungkinkan untuk memahami penyebab dan konsekuensi dari

perbedaan kualitas hidup, meningkatkan pengambilan keputusan klinis pada


22

pasien kelompok usia tertentu, menilai efektivitas intervensi kesehatan dan/atau

untuk menilai kualitas pelayanan sistem kesehatan, menilai dampak sosial dan

lingkungan intervensi terhadap kualitas hidup lansia, serta memperkirakan

kebutuhan kelompok populasi (Fernandêz & Santacreu, 2012).

Di negara maju, kualitas hidup dijadikan sebagai soft end-point pada terapi

penyakit kronik seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, penyakit

degenerasi, dan penyakit keganasan (Wityanty, 2012). Selain itu end-point

menyatakan kebijakan yang bertujuan untuk mempromosikan konsep penuaan

aktif (Active Aging). Active aging merupakan proses mengoptimalkan peluang

untuk kesehatan, partisipasi dan keamanan untuk meningkatkan kualitas hidup

(WHO, 2002). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya konsep kualitas hidup.

Lanjut usia dapat dinyatakan memiliki tingkat kualitas hidup yang baik bila

memiliki kepuasan secara batin, fisik, sosial, serta kenyamanan dan kebahagiaan

hidupnya (Yusup, 2010).

Menurut Wan et al., (2011), kualitas hidup lansia dengan hipertensi

memiliki 4 dimensi, yaitu dimensi fungsi fisik, kesejahteraan psikologis,

hubungan sosial, dan dimensi bahasan spesifik hipertensi. Keempat dimensi ini

kemudian dijabarkan menjadi beberapa facets. Dimensi kesehatan fisik, meliputi

kemandirian, nafsu makan dan istirahat, serta gejala fisik. Kemudian dimensi

kesejahteraan psikologis meliputi kemampuan kognitif, kecemasan, depresi, dan

kesadaran diri. Sedangkan dimensi hubungan sosial, meliputi dukungan sosial,

dampak sosial, dan fungsi seksual. Serta bahasan spesifik, meliputi tanda dan

gejala, efek samping pengobatan, serta efek pengobatan terhadap kesehatan

mental dan aktivitas sehari-hari.


23

Dimensi dalam Kualitas Hidup Lansia dengan Hipertensi

Menurut Wan et al., (2011), terdapat empat dimensi yang dapat dijadikan

landasan untuk menilai kualitas hidup penderita hipertensi, diantaranya sebagai

berikut:

2.2.1.1 Fungsi Fisik

Fungsi fisik yaitu kemampuan organ tubuh untuk berfungsi secara optimal

sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan

komplikasi yang dapat berujung pada terjadinya morbiditas dan mortalitas, diduga

menjadi salah satu mekanisme dari buruknya dimensi kesehatan fisik pada lansia

dengan hipertensi. Pada beberapa studi menyebutkan, individu dengan hipertensi

merasa tidak nyaman serta aktifitas mereka terganggu. Selain itu penderita juga

mengalami gejala-gejala seperti sakit kepala, depresi, cemas, dan mudah lelah

yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang pada berbagai dimensi, salah

satunya dimensi fisik (Theodorou et al, 2011; Dewi & Sudhana, 2013). Menurut

Greeff et al., (2009), kesejahteraan fisik didapatkan dari kepuasan pasien terhadap

adaptasi atau terbebas dari keluhan fisik yang dirasakan terkait penyakit, seperti

nyeri, kelemahan, kualitas tidur, dan gejala lain terkait proses penyakit yang

diderita.

2.2.1.2 Kesejahteraan Psikologis

Kesejahteraan psikologis, yaitu kemampuan untuk menciptakan perasaan

senang dan puas terhadap suatu peristiwa atau kejadian yang dialami dalam
24

kehidupan seseorang, sehingga terhindar dari timbulnya masalah-masalah

psikologis. Adanya proses patologis dapat mengakibatkan penurunan kemampuan

fisik pada pasien hipertensi, yang dimanifestasikan dengan kelemahan, rasa tidak

berenergi, pusing sehingga berdampak ke psikologis pasien dimana pasien merasa

hidupnya tidak berarti akibat kelemahan dan proses penyakitnya yang merupakan

long life disease. Pasien dengan hipertensi juga harus mengkonsumsi obat seumur

hidupnya untuk mencegah berbagai macam kompikasi yang dapat timbul. Hal ini

memberikan dampak psikologis yang kurang baik terhadap pasien (Dewi &

Sudhana, 2013). Kartini (2014) mengemukakan bahwa orang dengan hipertensi

yang memiliki optimisme dapat mengurangi perasaan dan pandangan negatif

terhadap masalah menurut cara pandang yang lebih positif sehingga menimbulkan

perasaan mampu menghadapi masalah kesehatan fisik dan psikis yang dialami

untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Penelitian lain yang dilakukan

Riana (2014) menyebutkan adanya hubungan penyesuaian diri dengan kualitas

hidup pada penderita hipertensi. Semakin baik penyesuaian diri maka akan

semakin baik pula kualitas hidup yang dimiliki penderita hipertensi.

2.2.1.3 Hubungan Sosial

Kesejahteraan sosial, yaitu kemampuan seseorang untuk membina

hubungan interpersonal dengan orang lain, dimana hubungan yang terbina adalah

hubungan yang mempunyai kerekatan dan keharmonisan. Menurut penelitian

Wulandhani et al., (2014), peningkatan tekanan darah ke otak akan menyebabkan

penurunan vaskularisasi di area otak pasien dengan hipertensi yang

mengakibatkan pasien sulit untuk berkonsentrasi, mudah marah, merasa tidak

nyaman, dan berdampak pula pada aspek sosial dimana pasien tidak mau
25

bersosialisasi karena merasakan kondisinya yang tidak nyaman. Hal ini

menyebabkan penurunan kualitas hidup personal sosialnya. Dari sisi sosial dan

budaya, penyakit dipandang sebagai pengakuan sosial, dimana seseorang yang

mengidap penyakit tertentu tidak bisa menjalankan peran normalnya secara wajar,

dan bahwa harus dilakukan sesuatu terhadap situasi tersebut (Widyastuti &

Subagio, 2006). Hipertensi juga memberikan pengaruh buruk terhadap vitalitas,

fungsi sosial, interaksi sosial, kehidupan keluaraga, kesehatan mental, dan fungsi

psikologis. Oleh karena itu, dalam menangani individu dengan hipertensi, sangat

penting untuk mengukur kualitas hidup agar dapat dilakukan manajemen

perawatan yang optimal (Theodorou et al, 2011). Hipertensi juga dapat

berimplikasi terhadap kehidupan sosial ekonomi seseorang. Hal ini disebabkan

karena biaya pengobatan yang mahal dan membutuhkan waktu yang panjang,

bahkan seumur hidup sehingga sangat membebani perekonomian keluarga

(Kearney et al., 2002; Suyono, 2001). Dari sisi ekonomi, terdapat kerugian yang

dialami penderita. Pertama, kerugian ekonomi sebagai dampak penyakit terhadap

konsumsi sehat, interaksi sosial, produktivitas jangka pendek dan produktivitas

jangka panjang, serta adanya dampak penyakit yang mempengaruhi variabel-

variabel penting dalam kegiatan ekonomi jangka pendek dan jangka panjang,

seperti dampak penyakit terhadap konsumsi, pendapatan, saving, investasi rumah

tangga dan investasi untuk sumber daya manusia (human capital investment).

2.2.1.4 Bahasan Spesifik Hipertensi

Bahasan spesifik hipertensi, yaitu keluhan dan dampak yang dirasakan

penderita hipertensi akibat proses penyakit ataupun pengaruh terapi. Keluhan

yang dialami terkait penyakit yang diderita berupa keluhan fisik seperti sakit
26

kepala, merasa pusing, telinga berdengung, jantung berdebar, sesak nafas,

bengkak pada kaki, sering berkemih di malam hari, mulut kering, mudah batuk,

penglihatan kabur, gerakan menjadi lambat; dan keluhan psikologis berupa

kemampuan mengontrol emosi negatif, khawatir tentang berat badan, merasa tidak

nyaman mengkonsumsi obat-obatan untuk penyakit, aktifitas seksual, rasa

khawatir tentang komplikasi, kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan

gaya hidup seperti diet rendah garam dan berhenti merokok (Wan et al., 2011).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling berpengaruh

terhadap kesehatan dan kualitas hidup lansia (Ogihara & Rakugi, 2005). Fungsi

sistem tubuh lansia yang mengalami hipertensi dapat berdampak buruk terhadap

kualitas hidup lansia, baik dalam skala ringan, sedang, maupun berat, sehingga

angka harapan hidup lansia juga akan menurun (Kao, 2008; Yenni, 2011;

Akhmadi, 2009). Hal ini didukung oleh penelitian Nurchayati (2010)

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara hipertensi dengan kualitas hidup

yang menurun, disebutkan bahwa lansia dengan hipertensi 4.6 kali kurang

berkualitas hidupnya dibandingkan dengan lansia yang tidak mengalami

hipertensi. Individu yang menderita hipertensi memiliki kualitas hidup yang lebih

rendah dibandingkan pada individu dengan normotensi. Pada pasien dengan

hipertensi namun menjalani pengobatan yang rutin juga dilaporkan memiliki

kualitas hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan tekanan

darah tidak terkontrol dan tidak dalam pengaruh obat-obatan. Kualitas hidup yang

buruk pada penderita hipertensi ini merupakan komplikasi dari hipertensi itu

sendiri (Trevisol et al., 2011).


27

Oleh karena itu untuk menurunkan angka morbiditas dan angka mortalitas,

salah satunya dengan memperbaiki kualitas hidupnya (Anbarasan, 2015). Dalam

menangani individu dengan hipertensi sangat penting untuk mengukur kualitas

hidup agar dapat dilakukan manajemen perawatan yang optimal (Theodorou et al,

2011). Penelitian mengenai kualitas hidup ini sangat sesuai dengan area praktek

keperawatan yang bersifak holistik dengan melihat kliennya dari segala aspek

kehidupan, baik kesehatan fisik, psikologis, sosial dan lingkungan.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Lansia dengan

Hipertensi

Kualitas hidup lansia dengan hipertensi dapat dipengaruhi oleh banyak

faktor, diantaranya:

2.2.2.1 Usia

Seiring bertambahnya usia, seseorang lebih rentan terhadap penyakit

jantung koroner, namun jarang menyebabkan penyakit serius sebelum 40 tahun

dan meningkat 5 kali lipat pada usia 40 sampai 60 tahun (Price & Wilson, 2006).

75% kualitas hidup penduduk usia lebih dari 65 tahun cenderung buruk dan

kelompok umur lebih dari 64 tahun beresiko lima kali lipat memiliki kualitas

hidup yang lebih buruk dibandingkan kelompok umur kurang dari 64 tahun

(Pradono et al., 2009). Sejalan dengan hasil penelitian Moons et al., (2004) dan

Dalkey (2002) menyebutkan usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rugerri et al., (2001) pada

responden berusia tua menemukan adanya kontribusi dari faktor usia tua terhadap

kualitas hidup subjektif individu.


28

2.2.2.2 Jenis Kelamin

Gender adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

(Moons et al.,2004). Selain itu, Bain et al., (2003) menemukan adanya perbedaan

antara kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan, dimana kualitas hidup laki-

laki cenderung lebih baik daripada kualitas hidup perempuan.

2.2.2.3 Pendidikan

Kualitas hidup subjektif dapat dipengaruhi tingkat pendidikan (Moons et

al., 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Wahl et al., (2004) menemukan bahwa

kualitas hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat pendidikan

yang didapatkan oleh individu. Hasil ini diperkuat oleh penelitian Noghani,

Asghapur, dan Safa (2007) yang menemukan adanya pengaruh positif dari

pendidikan terhadap kualitas hidup subjektif, meskipun tidak signifikan.

2.2.2.4 Status pernikahan

Terdapat perbedaan kualitas hidup antara individu yang tidak menikah,

individu bercerai ataupun janda, dan individu yang menikah atau kohabitasi

(Moons et al.,2004). Penelitian empiris di Amerika secara umum menunjukkan

bahwa individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada

individu yang tidak menikah, bercerai, ataupun janda/duda akibat pasangan

meninggal. Hal ini didukung oleh penelitian kualitas hidup dengan menggunakan

kuesioner SF-36 terhadap 145 laki-laki dan wanita, dilaporkan bahwa laki-laki

dan perempuan yang sudah menikah memiliki kualitas hidup yang lebih baik

dibandingkan dengan yang belum menikah atau yang sudah bercerai. Kualitas
29

hidup yang baik pada laki-laki dan wanita yang sudah menikah karena adanya

dukungan sosial dari pasangannya (Huang et al., 2009).

2.2.2.5 Pekerjaan

Pada penelitian Moons et al., (2004), ditemukan ada perbedaan kualitas

hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja,

penduduk yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan penduduk

yang tidak mampu bekerja (atau memiliki disabiliti tertentu). Hasil serupa

ditunjukkan oleh penelitian Wahl et al., (2004) yeng menyebutkan bahwa status

pekerjaan berhubungan dengan kualitas hidup baik pada pria maupun wanita.

2.2.2.6 Lama menderita hipertensi

WHO menyebutkan kesehatan merupakan sebuah kondisi yang stabil atau

normal dalam system koordinasi jiwa dan raga manusia maupun mahluk hidup

yang lain. Kestabilan pada koordinasi organ-organ pada tubuh manusia atau

mahluk hidup lainya dapat berpengaruh pada kesehatan jasmaninya. Sementara itu

kesehatan rohani merupakan kesehatan jiwa pada manusia atau mahluk hidup

lainnya yang memiliki akal dan pikiran, agar dapat mengkoordinasikan hati dan

pikiran guna memperoleh rasa nyaman. Saat ini hipertensi perlu diperhatikan

dalam kesehatan masyarakat, karena lama menderita hipertensi dapat

menyebabkan komplikasi yang lebih berat apabila tidak segera ditangani

(Rudianto, 2015).

2.2.2.7 Keteraturan berobat

Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau

pembunuh diam-diam, karena pada umumnya penderita tidak mengetahui dirinya


30

mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Kepatuhan

menjalani pengobatan sangat diperlukan untuk mengetahui tekanan darah serta

mencegah terjadinya komplikasi. Keteraturan berobat dikatakan teratur apabila

dilakukan berturut-turut dalam beberapa bulan terakhir dan tidak teratur apabila

tidak dilakukan berturut-turut dalam beberapa bulan terahir (Annisa et al., 2013).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mubin (2010) yang mengatakan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang penyakit

hipertensi seperti akibat dari penyakit jika tidak minum obat atau kontrol tekanan

darah secara rutin maka akan mengakibatkan komplikasi penyakit, sehingga

mereka meluangkan waktu untuk kontrol tekanan darah.

ICF (International Classification of Functioning, Disability and Health)

menambahkan kualitas hidup individu dan kelompok juga dapat dipengaruhi oleh

faktor individu dan faktor lingkungan. Dalam klasifikasi tersebut umur, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, perilaku beresiko, penyakit kronis, cedera,

kepemilikan Jaminan Pemilikan Kesehatan (JPK), dan gangguan mental termasuk

kedalam faktor individu. Sedangkan status ekonomi, tempat tinggal, rumah dan

lingkungan, serta akses pelayanan kesehatan yang kurang terjangkau menjadi

faktor lingkungan (Pradono et al., 2009).

Kualitas hidup dapat berbeda antara penduduk dengan akses pelayanan

kesehatan terjangkau dan penduduk dengan akses pelayanan kesehatan tidak

terjangkau (Pradono et al., 2009). Sejalan dengan Usha et al., (2016) yang

menyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sangat minim

banyak ditemui di wilayah rural sehingga kualitas hidup lansia lebih rendah dari
31

lansia yang tinggal di wilayah dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang baik

seperti di wilayah urban.

2.2.3 Kualitas Hidup Lansia di Wilayah Rural dan Urban

Pedesaan dan perkotaan mengacu kepada karakteristik masyarakat,

sedangkan desa dan kota merujuk pada suatu satuan wilayah administrasi atau

teritorial (Tarigan, 2003). Smith dan Zopf (dalam Landis, 2008) mengemukakan

sejumlah faktor yang menjadi dasar dalam menentukan karakteristik desa dan

kota, yaitu mata pencaharian, ukuran komunitas, tingkat kepadatan penduduk,

lingkungan, differensiasi sosial, stratifikasi sosial, interaksi sosial dan solidaritas

sosial.

Landis (2008) mendefinisikan desa menjadi tiga menurut tujuan analisis,

yaitu analisis statistik; desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan dengan

penduduk kurang dari 2.500 orang, analisis sosial-psikologik; desa didefinisikan

sebagai suatu lingkungan yang penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan

bersifat informal diantara sesama warganya, dan analisis ekonomi; desa

didefinisikan sebagai suatu lingkungan dengan penduduknya tergantung kepada

pertanian.

Terdapat dua definisi alternatif dari "urban", yakni administrasi, yaitu unit

pemerintah daerah diberikan status resmi sebagai kota; dan fungsional, yaitu

masing-masing desa diberikan status perkotaan atau pedesaan fungsional sesuai

dengan karakteristik mereka (Firman, 2007). Definisi urban di Indonesia belum

tetap secara pasti. Terjadi beberapa perubahan kriteria penentuan suatu wilayah

dikatakan urban. Perubahan kriteria ini dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:
32

Tabel 2.1 Perubahan Kriteria Urban dan Rural di Indonesia


Tahun Kriteria Wilayah Urban
Sensus Desa diklasifikasikan sebagai daerah perkotaan jika memenuhi salah
penduduk satu dari tiga kriteria sebagai berikut:
tahun 1961  Terletak di kota
 Terletak di ibu kota kabupaten
 Lebih dari 80 persen penduduk bekerja di sektor non-pertanian,
meskipun daerah pedesaan tidak terletak di kota dan / atau ibu kota
kabupaten.
Sensus Desa diklasifikasikan sebagai daerah perkotaan jika memenuhi salah
penduduk satu dari keempat kriteria sebagai berikut:
tahun 1971  Terletak di kota
 Terletak di ibu kota kabupaten
 Lebih dari 80 persen penduduk bekerja di sektor non-pertanian
 Lebih dari 50 persen penduduk bekerja di non sektor pertanian dan
setidaknya memiliki tiga fasilitas perkotaan (rumah sakit / klinik,
sekolah dan listrik).
Sensus Ada beberapa perubahan pada definisi perkotaan, yakni variabel
penduduk kepadatan penduduk dan persentase rumah tangga yang bekerja di sektor
tahun 2000 pertanian telah dimodifikasi dalam hal sistem penilaian. Perubahan
dan 2010 mendasar juga diterapkan untuk fasilitas perkotaan membuat sistem
dengan menggunakan aksesibilitas ke fasilitas. Desa diklasifikasikan
sebagai daerah urban jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
 Memiliki kepadatan penduduk 5.000 orang per kilometer persegi;
 Daerah di mana 25 persen atau kurang dari rumah tangga bekerja di
sektor pertanian; dan
 Daerah di mana ada delapan atau lebih jenis fasilitas perkotaan
spesifik, termasuk SD/sederajat; SMP/sederajat; SMA/sederajat;
bioskop; rumah sakit; rumah sakit ibu-anak; pusat perawatan
kesehatan primer; jalan yang dapat mengakomodasi kendaraan
bermotor beroda tiga dan empat; telepon; kantor Pos; bangunan
pasar terpadu; pusat perbelanjaan; bank; pabrik; restoran; listrik di
tempat umum dan bagian jasa penyewaan peralatan.
Sumber: adaptasi dari Rancangan Laporan Nasional Tempat Tinggal 2014,
Demografi Perkotaan (dalam Mulyana, 2014)

Menurut Pradono et al., (2009), kualitas hidup seseorang dapat

dipengaruhi oleh lingkungan, seperti status ekonomi, daerah tempat tinggal,

rumah dan lingkungan, serta akses pelayanan kesehatan. Kualitas hidup lansia

juga dapat dipengaruhi lingkungan, sosioekonomi dan karakteristik demografi,

dan gaya hidup (Mudey et al., 2011). Berdasarkan temuan ini, ada kemungkinan

perbedaan kualitas hidup lansia didasarkan tempat tinggal.


33

Penelitian kualitas hidup lansia di wilayah rural di Albania oleh Dhamo

dan Kocollari (2014) pada lansia berumur >65 tahun menunjukkan bahwa hanya

22,5% yang menyatakan kualitas hidup dengan penilaian positif, sedangkan 50%

memiliki penilaian negatif tentang kulitas hidup mereka. Selebihnya, 27,5%

mempersepsikan kulitas hidup yang sedang. Persepsi lansia tentang cara mereka

diperlakukan dan keterbatasan mereka untuk memenuhi kebutuhan fisik dan

psikologis, serta kurangnya dukungan dari keluarga membuat para lansia di Tirani

Albania mempersepsikan kualitas hidup mereka rendah.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Weeks et al, (2004) dan Shucksmith et

al., (2009) yang bertujuan untuk membandingkan kualitas hidup lansia yang

tinggal di wilayah rural dan urban di Amerika dan Uni Eropa menunjukkan bahwa

lansia yang tinggal di wilayah urban memiliki skor kualitas hidup yang lebih baik

dari lansia yang tinggal di wilayah rural. Hasil serupa juga didapatkan pada

penelitian Tavares et al., (2014) di Brazil dan Usha et al., (2016) di India. Di India

contohnya, populasi lansia lebih banyak di wilayah rural daripada urban, namun

fasilitas pelayanan kesehatan masih sangat minim di wilayah rural di India

sehingga skor kualitas hidup lansia lebih tinggi pada lansia yang tinggal di

wilayah urban daripada lansia yang tinggal di wilayah rural. Perbedaan kualitas

hidup lansia yang tinggal di wilayah rural dan urban dilatar belakangi oleh

perbedaan faktor sosio-demografi, sumber daya sosial, perilaku gaya hidup dan

kecukupan penghasilan (Mudey et al., 2011).


34

2.2.4 Pengukuran Kualitas Hidup Lansia dengan Hipertensi

Menurut Spilker (1996), instrumen untuk mengukur kualitas hidup dalam

bentuk kuesioner dapat dibagi dalam dua kategori secara umum yaitu instrumen

umum dan instrumen spesifik. Instrumen umum didesain untuk menilai kualitas

hidup pada semua populasi tanpa memperhatikan penyakit, terapi, atau demografi

pasien. Kelebihan jenis instrumen ini adalah merupakan instrumen tunggal,

mendeteksi dimensi dari status kesehatan yang berbeda, dan kemungkinan dapat

menganalisis perbedaan nilai, sedangkan kelemahannya adalah kemungkinan

kurang fokus pada ruang lingkup yang diinginkan, kurang responsif, dan stabil

dalam menentukan penilaian. Sedangkan instrumen spesifik digunakan pada

penyakit tertentu agar memberikan hasil yang lebih terperinci berdasarkan luaran

dari kondisi kesehatan atau penyakit tertentu. Kelebihan instrumen ini adalah

secara klinis dapat diterima dan lebih responsif, sedangkan kelemahannya adalah

kemungkinan dibatasi dalam hal intervensi dan populasi, terbatas pada fungsi,

masalah, dan populasi penyakit tertentu.

Contoh dari instrumen umum untuk kualitas hidup adalah WHOQOL-

BREF, SF-16 dan OPQOL. Kualitas hidup dapat dinilai dengan menggunakan

kuesioner WHO QOL-BREF yang telah diuji dan divalidasi (WHO, 1996).

Instrumen ini berisi 26 pertanyaan yang mengacu pada setiap empat domain

kesehatan yaitu fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan untuk dipelajari.

Masing-masing domain dinilai pada skala Likert 5 poin. Sesuai dengan pedoman

WHO, 25 skor baku untuk setiap domain dihitung dengan menambahkan nilai dari

item tunggal dan kemudian diubah menjadi skor mulai dari 0 sampai 100, di mana
35

100 adalah yang tertinggi dan 0 adalah nilai terendah. Nilai rata-rata dari setiap

domain, skor total dan skor rata-rata dihitung.

SF-36 telah dikembangkan di Amerika Serikat pada tahun 1980-an sebagai

bagian dari penelitian hasil medis. Kuesionernya memungkinkan untuk diterima

dan efisiensi untuk mengukur kualitas hidup dari sudut pandang pasien melalui

jawaban atas pertanyaan dari kuesioner yang sudah standar, hal ini dikemukakan

oleh Terzic (2011 dalam Noviasari, 2013). Kuesioner SF-36 dibangun untuk

mengukur delapan komponen pengukuran, antara lain: physical function,

rolephysical, bodily pain, general health perceptions, vitality, social function, role

emotional, dan mental health. Kedelapan komponen tersebut dikelompokkan

menjadi dua skala pengukuran, yaitu physical component scale dan mental

component scale. Chang & Weissman (2004) menyebutkan physical component

scale mencerminkan pengaruh negative atau rasa sakit yang diakibatkan oleh

penyakit yang diderita penderita dan penyesuaian tubuh penderita terhadap

penyakit tersebut. Pengukuran ini menghasilkan nilai skala untuk masing-masing

delapan kriteria kesehatan dan dua ukuran ringkasan kesehatan fisik dan psikis.

Nilai skor kualitas hidup rata-rata adalah 60, dibawah skor tersebut kualitas hidup

dinilai kurang baik dan nilai skor 100 merupakan tingkat kualitas hidup yang

sangat baik.

Instrumen OPQOL dikembangkan oleh Bowling et al., (2009) yang butir

pertanyaanny adikembangkan dari pengalaman lansia. Instrumen ini diperiksa

menggunakan model teoritis silang untuk penilaian landasan konseptual dan

kelengkapan, dan diuji psikometrik dengan hasil yang sangat baik. Kuesioner

OPQOL terdiri dari 35 pernyataan yang terdiri dari dimensi keseluruhan hidup,
36

kesehatan, hubungan sosial, kemandirian, lingkungan tempat tinggal, keejahteraan

psikologi dan emosiaonal, keadaan finansial, serta keyakinan agama/budaya.

Kelebihan OPQOL adalah dasar OPQOL berasal dari perspektif yang lebih luas

yaitu sampel populasi lansia secara nasional, sehingga memiliki relevansi sosial

dari awal, daripada hanya mengandalkan metode pengurangan statistik. Namun,

OPQOL tidak dapat mengukur kualitas hidup secara spesifik pada pasien

hipertensi.

Pada lansia dengan hipertensi, pengukuran kualitas hidup membutuhkan

alat ukur yang lebih spesifik. Beberapa alat ukur kualitas hidup pasien hipertensi

yang dapat digunakan pada penelitian kualitas hidup penderita hipertensi

diantaranya Cambridge Pulmonary Hypertension Outcome Review (CAMPHOR)

(Mc.Kenna et al., 2006) dan Hypertension Quality of Life Questionnaire

(MINICHAL) (Badia et al., 2002).

Wan et al., (2011) menyebutkan instrumen CAMPHOR dan MINICHAL

merupakan instrumen spesifik yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup

pada penderita hipertensi. Namun, kedua instrumen ini masih memerlukan upaya

pengembangan yang memakan waktu, sehingga dinilai tidak efisien. Atas dasar

temuan ini, dibutuhkan instrumen yang dapat mengukur kualitas hidup lansia

dengan hipertensi secara akurat dan efektif. Sebuah pendekatan yang lebih efisien

untuk mengembangkan instrumen kualitas hidup dengan kondisi penyakit tertentu

telah diadopsi secara luas dalam beberapa tahun terakhir. Pendekatan ini

dilakukan dengan cara menggabungkan instrumen umum untuk seluruh jenis

penyakit dengan instrumen spesifik untuk setiap penyakit. Tujuannya adalah

untuk mendapatkan gambaran umum penyakit dan ciri khas antar-penyakit (Cella,
37

1998). Pendekatan ini pada hakikatnya dapat mempersingkat waktu dan

menurunkan keharusan dilakukannya pengembangan instrumen baru.

Quality of Life Instruments for Chronic Disease – Hypertension (QLICD-

HY) adalah instrumen yang dikembangkan oleh Wan et al., khusus untuk

mengkaji kualitas hidup pada penderita hipertensi. Instrumen ini disusun dari

instrumen umum Quality of Life Instruments for Chronic Disease – General

Module (QLICD-GM) yang disesuiakan dengan kondisi yang dihadapi penderita

hipertensi. Instrumen ini baru distandarkan oleh Wan et al., pada tahun 2011.

Kuesioner QLICD-HY terdiri dari 47 pertanyaan. Responden diminta

untuk mengutarakan sejauh mana yang responden rasakan terkait kondisi

kesehatan dengan menjawab setiap pertanyaan dengan memilih salah satu dari

lima pilihan jawaban antara “tidak sama sekali”, “sedikit”, “lumayan”, “sangat”,

dan “amat sangat”. Masing-masing dari lima kemungkinan jawaban diberikan

nilai 1 sampai 5 sehingga skor akhir yang lebih tinggi menuunjukkan kualitas

hidup yang lebih baik. Pertanyaan kuesioner yang berisi 47 pertanyaan

mempertimbangkan 4 dimensi.

Empat dimensi tersebut yaitu: dimensi fungsi fisik, terdiri dari 8

pertanyaan (nyeri & ketidaknyamanan, energi & kelelahan, istirahat & tidur,

aktifitas kehidupan sehari-hari, kemandirian dalam meminta bantuan &

pertolongan medis, kemampuan untuk mobilisasi), dimensi kesejahteraan

psikologis, terdiri dari 11 pertanyaan (gambaran diri & penampilan, harga diri,

daya ingat & konsentrasi, perasaan negatif), dimensi hubungan sosial, terdiri dari

11 pertanyaan (hubungan pribadi, pelaksanaan peran dalam keluarga, hubungan

interpersonal, partisipasi dalam kegiatan yang disukai, perasaan positif, dukungan


38

sosial, masalah ekonomi, aktifitas seksual) dan dimensi bahasan spesitik

hipertensi, meliputi 17 pertanyaan (keluhan sakit kepala, merasa pusing, telinga

berdengung, jantung berdebar, sesak nafas, bengkak pada kaki, sering berkemih di

malam hari, mulut kering, mudah batuk, penglihatan kabur, gerakan menjadi

lambat, kemampuan mengontrol emosi negatif, khawatir tentang berat badan,

merasa tidak nyaman mengkonsumsi obat-obatan untuk penyakit, aktifitas

seksual, rasa khawatir tentang komplikasi, kemampuan menyesuaikan diri dengan

perubahan gaya hidup seperti diet rendah garam dan berhenti merokok).

Kuesioner QLICD-HY telah diuji validitas dan realibilitasnya di China

pada responden yang rata-rata berusia 63,3 tahun. Total responden yang

diikutsertakan untuk melakukan uji ini berjumlah 157 responden lansia. Hasilnya

memberikan nilai α-cronbach sebesar 0,89 pada semua domain, sementara nilai

koefisien konsistensi internal > 0,70 (Wan et al., 2011).

Penelitian ini menggunakan kuesioner QLICD-HY yang dikembangkan

oleh Wan et al., (2011). Alasan pemilihan instrumen ini diantaranya karena

instrumen ini terdiri dari sejumlah item pertanyaan dengan struktur hirarkis yang

jelas (pertanyaan-aspek-domain-keseluruhan), sehingga skor rata-rata dapat

dihitung tidak hanya pada domain (4 domain) terkait, tetapi juga pada tingkat

aspek yang berbeda untuk mendeteksi perubahan yang lebih rinci. Disamping itu,

alasan pertimbangan latar belakang budaya China (ras Asia) yang menjadi dasar

instrumen QLICD-HY untuk pasien hipertensi. Contohnya, budaya China

menekankan perhatian yang lebih kepada hubungan keluarga dan kekerabatan,

diet, emosi dan semangat yang tinggi, yang dapat tergali oleh item pertanyaan
39

QLICD-HY dengan berfokus pada warisan kebudayaan, seperti keinginan yang

kuat, kebutuhan istirahat, kekuatan, serta dukungan keluarga.

2.3. Peran Perawat Komunitas dalam Upaya Mencapai Kualitas Hidup

Lansia dengan Hipertensi yang Optimal

Merujuk pada definisi sehat menurut WHO, maka dalam upaya

meningkatkan derajat kesehatan bagi lansia dengan hipertensi, pelayanan

kesehatan dituntut untuk dapat memfasilitasi penderita agar mendapatkan

kehidupan yang berkualitas atau sejahtera secara fisik, psikologis, sosial dan

lingkungan. Perawat sebagai bagian integral dari tim pelayanan kesehatan sangat

berperan dalam mengupayakan terwujudnya kehidupan yang berkualitas bagi

penderita hipertensi dengan cara memberikan asuhan keperawatan yang bersifat

komprehensif dan holistik yang meliputi bio, psiko, sosio, dan spiritual. Dengan

kata lain, dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan penderita hipertensi,

perawat tidak hanya berfokus pada penanganan masalah fisik saja, namun juga

berperan dalam mencegah dan menangani masalah psikososial pada lansia dengan

hipertensi yang dapat menurunkan kualitas hidup.

Peran perawat dalam menangani beban psikologis penderita hipertensi

penting dilakukan. Diantaranya dengan mengkaji adanya tanda dan gejala

kecemasan atau depresi, mengkaji dan mengefektifkan sumber-sumber

pendukung, melakukan pendampingan dan mempertahankan hubungan yang

sering dengan penderita sehingga mereka tidak merasa sendiri dan ditelantarkan,

menunjukkan rasa menghargai dan menerima penderita tersebut, memberikan

pujian pada setiap hal positif yang dilakukan pasien dalam menjalankan terapi
40

atau pengobatan, melatih pasien agar dapat menangani stres dengan terapi

relaksasi, dan memfasilitasi penderita hipertensi untuk mengembangkan

mekanisme koping konstruktif (Doengoes, Townsend & Moorhouse, 2006).

Manajemen pengelolaan dan pencegahan komplikasi penyakit kronis

memiliki potensi untuk mempengaruhi kualitas hidup. Dalam hal ini, kualitas

hidup seharusnya menjadi perhatian penting bagi para profesional kesehatan

karena dapat menjadi acuan keberhasilan dari suatu tindakan/intervensi atau terapi

(Coon, 2005). Penting bagi perawat memahami kualitas hidup lansia dengan

penyakit kronis seperti hipertensi, sehingga dapat menentukan intervensi yang

tepat sesuai dengan kondisi lansia, diantaranya dengan berfokus pada

kesejahteraan sosial lansia yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

kondisi fisik lansia. Dengan meningkatnya kesejahteraan dan kondisi fisik lansia,

diharapkan terjadi peningkatan kualitas hidup pada lansia (Tavares et al., 2014).

Salah satu solusi yang dilakukan perawat untuk meningkatkan kualitas

hidup lansia dengan hipertensi yaitu dengan cara melakukan promosi kesehatan

melalui pengorganisasian dan memberikan asuhan keperawatan bagi lansia

(Stanley & Beare, 2007). Selain itu, perawat komunitas yang bekerja dalam

lingkup perawatan primer harus membahas strategi intervensi masalah kesehatan

lansia sesuai dengan kebutuhan spesifik baik daerah rural maupun urban (Mudey

et al., 2011).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan desain deskriptif kuantitatif

dengan pendekatan cross sectional. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang

dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deksripsi tentang

suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini ditujukan untuk

mengetahui kualitas hidup lansia dengan hipertensi di Desa Rancaekek Wetan

Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber Kecamatan

Andir Kota Bandung.

3.2 Variabel dan Sub Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu objek yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono,

2014). Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu kualitas

hidup lansia dengan hipertensi di Desa Rancaekek Wetan Kecamatan Rancaekek

Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber Kecamatan Andir Kota Bandung.

Sub variabel adalah variabel-variabel yang lebih kecil yang dapat diartikan

sebagai indikator variabel (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini yang menjadi

sub variabel adalah dimensi fungsi fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan

sosial dan dimensi bahasan spesifik hipertensi.

41
42

3.3 Definisi Konseptual dan Operasional


Tabel 3.1 Definisi Konseptual dan Operasional
Variabel/ Skala
Definisi Konseptual Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Sub Variabel Ukur
Variabel: 1. Kualitas hidup adalah persepsi
Kualitas hidup subjektif yang mempengaruhi Penilaian subjektif lansia dengan Menggunakan kuesioner Ordinal Dikategorikan
lansia dengan status kesehatan baik fungsi fisik, hipertensi dilihat dari kemampuan Quality of Life Instruments dalam 2 kategori,
hipertensi Desa fisik; penilaian diri, daya ingat dan for Chronic Disease – yaitu:
psikologis dan kesejahteraan sosial
Rancaekek perasaan negatif; peran, hubungan Hypertension (QLICD- Buruk : Skor
Wetan serta kemampuan fisik yang baik, serta dukungan sosial; serta gejala HY) dengan 47 item QLICD–HY 0–50
Kabupaten merasa cukup secara pribadi dan fisik dan psikologis hipertensi pertanyaan, yang Baik : Skor
Bandung dan masih merasa berguna, partisipasi ditinjau dari domisili tempat tinggal menggunakan skala likert. QLICD–HY 51–
Kelurahan dalam kehidupan sosial, dan baik (rural dan urban). Terdapat dua jenis 100
Maleber Kota dalam sosial ekonominya pertanyaan, yaitu
Bandung (Bowling, 2005; Wan et al., 2011). Kriteria wilayah rural: pertanyaan positif dan
1. Jumlah penduduk kurang dari pertanyaan negatif. Untuk
2. Lanjut usia (lansia) adalah individu
2.500 orang. pertanyaan positif pilihan
yang mencapai usia 60 tahun ke 2. Penduduknya memiliki jawaban yaitu selalu = 5,
atas berdasarkan pasal 1 ayat (2), hubungan yang akrab dan sering = 4, kadang-kadang
(3), (4), Undang Undang Nomor 13 bersifat informal diantara = 3, jarang = 2, dan tidak
Tahun 1998 tentang Kesejahteraan sesama warganya. pernah = 1. Sedangkan
Lanjut Usia (Kemenkes RI, 2016). 3. Penduduknya tergantung kepada untuk pertanyaan negatif
3. Hipertensi atau tekanan darah pertanian. pilihan jawaban yaitu
selalu = 1, sering = 2,
tinggi adalah peningkatan tekanan
Kriteria wilayah urban: kadang-kadang = 3, jarang
darah sistolik lebih dari 140 mmHg 1. kepadatan penduduk 5.000 = 4, dan tidak pernah = 5.
dan tekanan darah diastolik lebih orang per km2;
dari 90 mmHg pada dua kali 2. ≤ 25 % rumah tangga bekerja di
pengukuran dengan selang waktu sektor pertanian;
lima menit dalam keadaan cukup 3. Terdapat 8 atau lebih jenis
fasilitas perkotaan spesifik
43

Subvariabel: istirahat/tenang (Kemenkes RI,


Dimensi fungsi 2014). Gambaran kesehatan fisik berupa Terdapat pada item nomor Ordinal Dikategorikan
fisik pada lansia 4. Menurut Pasal 1 Undang-undang nyeri dan ketidaknyamanan, energi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8. dalam 2 kategori,
dengan dan kelelahan, istirahat dan tidur, yaitu:
Nomor 22 Tahun 1999 tentang
hipertensi aktifitas kehidupan sehari-hari, Buruk : Skor
Pemerintahan Daerah menjelaskan kemandirian dalam meminta bantuan QLICD–HY 0–50
bahwa kawasan pedesaan adalah dan pertolongan medis, serta Baik : Skor
kawasan yang memiliki kegiatan kemampuan untuk mobilisasi. QLICD–HY 51–
utama pertanian, pengelolaan 100
Dimensi sumber daya alam, kawasan Gambaran kesehatan psikologis Terdapat pada item nomor Ordinal Dikategorikan
kesejahteraan sebagai tempat permukiman berupa gambaran diri dan 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, dalam 2 kategori,
psikologis pada penampilan, harga diri, daya ingat 16, 17, 18, 19. yaitu:
pedesaan, pelayanan jasa
lansia dengan dan konsentrasi, serta perasaan Buruk : Skor
hipertensi pemerintahan, pelayanan sosial, negatif. QLICD–HY 0–50
dan kegiatan ekonomi. Sedangkan Baik : Skor
kota adalah kawasan yang QLICD–HY 51–
mempunyai kegiatan utama bukan 100
Dimensi pertanian dengan susunan fungsi Gambaran kesejahteraan sosial Terdapat pada item nomor Ordinal Dikategorikan
hubungan sosial kawasan sebagai tempat pelayanan berupa hubungan pribadi, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 2, dalam 2 kategori,
pada lansia pelaksanaan peran dalam keluarga, 27, 28, 29, 30. yaitu:
jasa pemerintahan, pelayanan sosial
dengan hubungan interpersonal, partisipasi Buruk : Skor
hipertensi dan kegiatan ekonomi. dalam kegiatan yang disukai, QLICD–HY 0–50
perasaan positif, dukungan sosial, Baik : Skor
masalah ekonomi, dan aktifitas QLICD–HY 51–
seksual. 100

Dimensi Gambaran kondisi spesifik terkait Terdapat pada item nomor Ordinal Dikategorikan
bahasan spesifik hipertensi berupa keluhan fisik 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, dalam 2 kategori,
pada lansia seperti sakit kepala, merasa pusing, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, yaitu:
dengan telinga berdengung, jantung berdebar, 45, 46, 47. Buruk : Skor
hipertensi sesak nafas, bengkak pada kaki, QLICD–HY 0–50
sering berkemih di malam hari, mulut Baik : Skor
kering, mudah batuk, penglihatan QLICD–HY 51–
44

kabur, gerakan menjadi lambat; dan 100


keluhan psikologis berupa
kemampuan mengontrol emosi
negatif, khawatir tentang berat badan
, merasa tidak nyaman
mengkonsumsi obat-obatan untuk
penyakit, aktifitas seksual, rasa
khawatir tentang komplikasi,
kemampuan menyesuaikan diri
dengan perubahan gaya hidup seperti
diet rendah garam dan berhenti
merokok.
45

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

tersebut (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia

dengan hipertensi yang datang ke Posbindu lansia di Desa Rancaekek Wetan

periode 1 Januari 2016 – 31 Desember 2016 sebanyak 1.274 orang dan semua

lansia dengan hipertensi yang datang ke Posbindu lansia di Kelurahan Maleber

periode 1 Januari 2016 – 31 Desember 2016 sebanyak 1.266 orang. Sehingga

jumlah populasi sebanyak 2.540 lansia.

3.4.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel pada

penelitian ini adalah lansia dengan hipertensi yang tinggal di Desa Rancaekek

Wetan dan Kelurahan Maleber yang pernah memeriksakan / mengukur tekanan

darahnya di Posbindu terdekat setidaknya satu kali.

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pemilihan

lansia dengan hipertensi didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat

oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya (Notoatmodjo, 2012). Kriteria inklusinya adalah mengidap hipertensi

selama minimal 2 minggu, tinggal dengan keluarga, serta tidak memiliki

komplikasi penyakit.

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin,

dimana rumus ini dipakai pada penelitian deskriptif dan jumlah populasi lebih

kecil dari 10.000 (Setiadi, 2007). Adapun rumus tersebut adalah sebagai berikut:
46

𝑁
𝑛=
𝑁. 𝑑 2 + 1

Dimana:

n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan (10%)

Jika dalam satu tahun jumlah pasien hipertensi sebanyak 1.274 orang,

maka rata-rata setiap bulannya ± 106 lansia dengan hipertensi datang ke Posbindu

Desa Rancaekek Wetan, sehingga jumlah sampel penelitian di wilayah rural

dengan tingkat kesalahan 10% yakni:

106 106
𝑛= = = 51,45 ≈ 51
106(0,1)2 +1 2,06

Jumlah sampel di wilayah rural menjadi 51 responden.

Jika dalam satu tahun jumlah pasien hipertensi sebanyak 1.266 orang,

maka rata-rata setiap bulannya ± 105 lansia dengan hipertensi datang ke Posbindu

Kelurahan Maleber, sehingga jumlah sampel penelitian di wilayah urban dengan

tingkat kesalahan 10% yakni:

105 105
𝑛= = = 51,21 ≈ 51
105(0,1)2 +1 2,05

Jumlah sampel di wilayah urban menjadi 51 responden.

Maka, jumlah sampel sebanyak 102 orang.


47

3.5 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

wawancara berdasarkan kuesioner QLICD-HY yang telah valid dan dapat

digunakan secara bebas.

Penelitian ini dilakukan di 2 lokasi, yaitu RW 01 s.d RW 12 Desa

Rancaekek Wetan Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung dan RW 01 s.d

RW 07 Kelurahan Maleber Kecamatan Andir Kota Bandung. Peneliti memulai

pengumpulan data dengan menghubungi masing-masing kader di lokasi penelitian

untuk menentukan lansia yang diikutsertakan menjadi respoden penelitian. Setelah

didapatkan data calon responden, peneliti didampingi kader melakukan kunjungan

rumah (door to door) untuk melakukan wawancara pengisian kuesioner.

Responden diberikan penjelasan terkait maksud dan tujuan penelitian oleh

peneliti. Setelah itu peneliti melakukan informed consent dengan memberikan

lembar permohonan menjadi responden yang sudah disediakan peneliti. Peneliti

selanjutnya membacakan satu-persatu pertanyaan kepada lansia yang bersedia

menjadi responden.

Setelah responden selesai menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh

peneliti dan sudah dipastikan kelengkapan jawabannya, peneliti kemudian

mengolah data tersebut. Seluruh data yang diberikan responden dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti. Data yang diperoleh akan digunakan sebaik-baiknya

hanya untuk kepentingan penelitian.


48

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam atau kejadian sosial yang diamati yang secara spesifik

semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2014). Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan

tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti

laporan tentang pribadi atau hal-hal yang diketahuinya (Arikunto, 2010).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner Quality of

Life Instruments for Chronic Disease – Hypertension (QLICD-HY). Kuesioner

QLICD-HY terdiri dari 47 item pertanyaan. Responden diminta untuk

mengutarakan sejauh mana yang responden rasakan terkait kondisi kesehatan

dengan menjawab setiap pertanyaan dengan memilih salah satu dari lima pilihan

jawaban antara “tidak sama sekali”, “sedikit”, “lumayan”, “sangat”, dan “amat

sangat”. Masing-masing dari lima kemungkinan jawaban diberikan nilai 1 sampai

5 untuk pertanyaan positif dan untuk pertanyaan negatif skor berlaku sebaliknya,

sehingga skor akhir yang lebih tinggi menuunjukkan kualitas hidup yang lebih

baik. Pertanyaan kuesioner yang berisi 47 pertanyaan mempertimbangkan 4

dimensi berikut: kondisi fisik, psikologis, sosial dan bahasan spesifik.

3.7 Uji Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan kuesioner Quality of Life Instruments for Chronic

Disease – Hypertension (QLICD-HY) (Wan et al., 2011). Kuesioner ini tersedia

dalam Bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris namun belum tersedia dalam Bahasa

Indonesia, sehingga dilakukan back to back translation method. Back to back


49

translation method ini dilakukan oleh orang yang ahli dalam Bahasa Inggris dan

Bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji validitas konten

(content validity) dan face validity. Content validity dilakukan dengan

berkonsultasi kepada dosen yang ahli dalam konsep kualitas hidup lansia. Face

validity dilakukan kepada 8 lansia dengan hipertensi di Desa Hegarmanah

Kecamatan Jatinangor. Semua lansia yang dijadikan respoden untuk uji face

validity dapat memahami maksud dari pertanyaan-pertanyaan kuesioner. QLICD-

HY sudah diuji validitasnya dengan rentang nilai validitas 0,66 – 0,70 (Wan et al.,

2011).

Instrumen pada penelitian ini merupakan instrumen yang sudah baku

dengan nilai reliabilitas 0,75 – 0,91 (Wan et al., 2011). Peneliti melakukan uji

reliabilitas kuesioner dan didapatkan nilai reliabilitas kuesioner Quality of Life

Instruments for Chronic Disease – Hypertension versi Bahasa Indonesia

mempunyai alpha cronbach 0,890 – 0,934 yang menunjukan kuesioner ini

reliabel untuk digunakan.

3.8 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data dengan

menggunakan statistik deskriptif kuantitatif yaitu statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana

adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum

(Sugiyono, 2014). Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data

dengan melalui tahapan sebagai berikut:


50

3.8.1 Editing

Pada tahap editing peneliti melakukan pengecekan kembali terhadap data

yang terkumpul, terutama dalam hal kelengkapan data kuesioner yang telah diisi

responden melalui wawancara oleh peneliti. Proses ini dilakukan di tempat

pengambilan data.

3.8.2 Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) pada data

yang terdiri dari beberapa kategori. Coding yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Coding Data Demografi


Usia: Jenis kelamin: Status perkawinan:
1 : 60 – 74 tahun 1 : Laki-laki 1 : Menikah
2 : 75 – 90 tahun 2 : Perempuan 2 : Belum menikah
3 : > 90 tahun 3 : Tidak menikah
4 : Janda/duda
Pendidikan terakhir: Pekerjaan Lama didiagnosa
1 : Tidak sekolah 1 : Petani menderita penyakit
2 : SD 2 : Buruh/Karyawan hipertensi:
3 : SMP swasta 1 : < 6 tahun
4 : SMA 3 : PNS 2 : > 6 tahun
5 : Diploma / lebih tinggi 4 : Pensiunan
5 : Tidak bekerja
6 : Lainnya
Keteraturan konsumsi
obat:
1 : teratur
2 : tidak teratur

3.8.3 Entry Data

Entry data adalah proses memasukkan data hasil jawaban pertanyaan

kuesioner yang diisi oleh responden ke dalam sebuah program pengolah data

untuk dilakukan analisis menggunakan program statistik dengan komputer.

Setelah dilakukan pengkodean, peneliti memasukkan data untuk dilakukan proses

pengolahan data.
51

3.8.4 Cleaning

Pada tahap cleaning, peneliti memeriksa kembali seluruh proses mulai

pengkodean serta memastikan bahwa data yang diinput tidak terdapat kesalahan

sehingga analisis dapat dilakukan dengan benar. Tahap cleaning dilakukan dengan

bantuan program analisis statistik komputer.

3.8.5 Tabulating

Tabulating adalah pembuatan tabel-tabel berisi data yang telah diberi kode

sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Dalam melakukan tabulasi diperlukan

ketelitian agar tidak terjadi kesalahan. Peneliti melakukan proses tabulating

dengan membuat tabel dari item-item yang telah diberi kode, kemudian peneliti

melakukan pengolahan data.

3.9 Analisa Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan datadan

disajikan sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan yang baik. Penelitian ini

menggunakan analisa univariat deskriptif untuk menggambarkan kualitas hidup

lansia dengan hipertensi di Desa Rancaekek Wetan Kecamatan Rancaekek

Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber Kecamatan Andir Kota Bandung.

Analisa univariat deskriptif menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian, menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase setiap

variabel (Notoatmodjo, 2012).

Penilaian baik/buruknya kualitas hidup lansia dengan hipertensi per

dimensi dan secara keseluruhan dinilai dengan cara mengkonversikan skor

kualitas hidup responden menjadi skala 0-100 dengan menggunakan rumus:


52

100
𝑆𝑆 = (𝑅𝑆 − 𝑀𝑖𝑛) 𝑥
𝑅

Keterangan:

SS : Standardised Score (skor baku)

RS : Raw Score (skor mentah / skor yang diperoleh sampel)

Min : Minimum score (skor minimum: skor minimal, baik secara

keseluruhan maupun tiap dimensi)

R : Range of score (rentang skor: selisih skor maksimal dan skor

minimal, baik secara keseluruhan maupun tiap dimensi)

(Wan et al., 2011)

Kualitas hidup lansia dengan hipertensi dikategorikan sebagai berikut:

Kualitas hidup buruk : skor SS 0-50

Kualitas hidup baik : skor SS 51-100

Kualitas hidup lansia dengan hipertensi mempunyai 4 subvariabel yaitu

dimensi fungsi fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial dan dimensi

bahasan spesifik hipertensi, yang masing-masing dianalisisis juga menggunakan

standarized score.

Setelah diketahui kualitas hidup lansia dengan hipertensi Desa Rancaekek

Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber Kota Bandung termasuk ke

dalam kategori baik atau buruk, kemudian data diinterpretasikan dengan

menggunakan presentase, sebagai berikut:

𝑓
𝑃= 𝑥 100%
𝑛
53

Keterangan:
P : presentase

f : frekuensi

n : jumlah responden per kategori

Data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

dan presentase. Berdasarkan nilai yang didapat dari presentase diatas, maka dapat

dipresentasikan hasil perhitungannya dengan menggunakan skala sebagai berikut:

0% = tidak satupun dari responden

1 – 25 % = sebagian kecil dari responden

26 – 49 % = hampir setengah dari responden

50 % = sebagian/setengah dari responden

51– 75 = sebagian besar dari responden

76 – 99 % = hampir seluruh dari responden

100 % = seluruh dari responden

3.10 Tahap Penelitian

3.10.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan dimulai dari memilih topik fenomena penelitian,

membuat studi kepustakaan, mengumpulkan literatur dan jurnal sesuai topik

penelitian, memilih lokasi penelitian, melakukan pendekatan kepada instansi dan

lokasi dimana penelitian akan dilakukan yakni Puskesmas Rancaekek DTP dan

Puskesmas Garuda, melakukan studi pendahuluan untuk memperkuat fenomena

yang diambil menjadi topik penelitian, penyusunan proposal, menentukan


54

instrumen penelitian, seminar proposal serta melakukan prosedur perizinan

penelitian ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bandung dan Kota

Bandung, Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dan Kota Bandung, serta kepada

Kepala Puskesmas Rancaekek DTP dan Puskesmas Garuda.

3.10.2 Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, setelah peneliti mendapatkan izin penelitian dari

instansi terkait, kemudian peneliti melakukan pengumpulan data melalui

wawancara kuesioner tertutup. Sebelumnya peneliti memberikan penjelasan

maksud penelitian kepada responden, melakukan penyebaran kuesioner penelitian

dan wawancara apabila dibutuhkan. Setelah data terkumpul, dilakukan

pengolahan dan analisa data serta menarik kesimpulan penelitian.

3.10.3 Tahap Akhir

Tahap akhir terdiri dari melakukan penyusunan laporan penelitian dan

penyajian data berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Setelah laporan

penelitian disetujui oleh kedua dosen pembimbing, peneliti melaksanakan sidang

skripsi. Kemudian, peneliti memperbaiki skripsi dan mendokumentasikan atau

menggandakan hasil penelitian.

3.11 Etika Penelitian

Penelitian ini akan memperhatikan dimensi etika penelitian karena

berhubungan langsung dengan pasien, dalam penelitian ini lansia, sebagai

responden penelitian. Etika penelitian dimaksudkan untuk menjalin kerahasiaan

identitas responden, melindungi dan menghormati hak responden berupa


55

sekumpulan prinsip dan nilai peraturan yang tidak tertulis yang digunakan oleh

peneliti. Peneliti menekankan prinsip-prinsip etika kepada manusia sebagai subjek

penelitian, meliputi lembar persetujuan (informed consent), tanpa nama

(anonymity), kerahasiaan informasi (confidentiality), tidak melakukan hal yang

merugikan responden (beneficence), dan keadilan (justice).

Lembar persetujuan (informed consent) diberikan kepada responden yang

akan diteliti dengan sebelumnya memberikan penjelasan mengenai identitas

peneliti, judul penelitian, maksud dan tujuan penelitian, serta manfaat penelitian.

Responden berhak untuk mengikuti atau menolak menjadi responden. Jika

responden bersedia mengikuti penelitian ini, maka responden dipersilahkan untuk

menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Responden berhak untuk

mengundurkan diri dan menolak menjadi responden penelitian.

Tanpa nama (anonymity) bertujuan untuk menjaga kerahasiaan identitas

responden dengan tidak mencantumkan nama lengkap tetapi hanya menuliskan

kode tertentu pada saat pengambilan data.

Kerahasiaan (confidentiality) dimaksudkan untuk menjaga kerahasiaan

informasi oleh peneliti. Setiap data yang diperoleh dari responden hanya

digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak akan disebarluaskan atau

dipublikasikan.

Tidak melakukan hal yang merugikan responden (beneficence)

dimaksudkan peneliti melindungi responden dari segala bahaya atau

ketidaknyamanan sehubungan dengan pengisian kuesioner penelitian ini.


56

3.12 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Desa Rancaekek Wetan Kecamatan Rancaekek

Kabupaten Bandung mewakili wilayah rural dan Kelurahan Maleber Kecamatan

Andir Kota Bandung mewakili wilayah urban.

Waktu penelitian dimulai dari bulan November 2016 sampai Juli 2017.

Pengambilan data dilakukan pada bulan April sampai Mei 2017.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini telah dilakukan terhadap empat dimensi yang berhubungan

dengan “Kualitas Hidup Lansia dengan Hipertensi di Desa Rancaekek Wetan

Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber Kota Bandung” berupa dimensi

fungsi fisik, dimensi kesejahteraan psikologis, dimensi hubungan sosial, dan

dimensi bahasan spesifik hipertensi. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2 Mei

sampai dengan 24 Mei 2017, dengan responden sebanyak 102 orang.

Bab ini menguraikan hasil penelitian yang ditampilkan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi, dan narasi pada masing-masing tabel, serta pembahasannya.

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kualitas hidup lansia

dengan hipertensi di Desa Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan

Maleber Kota Bandung. Hasil dan pembahasan ini disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi yang meliputi: distribusi frekuensi karakteristik responden dan

kualitas hidup responden penelitian.

4.1.1. Gambaran Karakteristik Lansia dengan Hipertensi di Desa Rancaekek

Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber Kota Bandung

Data karakteristik responden penelitian meliputi usia, jenis kelamin, status

pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan, durasi mengidap hipertensi, dan

kepatuhan menjalani pengobatan. Gambaran karakteristik lansia dengan hipertensi

57
58

di Desa Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber Kota

Bandung ditampilkan dalam tabel 4.1 dibawah.

Tabel 4.1 Gambaran Karakteristik Lansia dengan Hipertensi di Desa Rancaekek

Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber Kota Bandung

(n=102)

Rural (n=51) Urban (n=51)


Karakteristik
f (%) f (%)
Usia
60-74 46 90,2 47 92,2
75-90 5 9,8 4 7,8
Jenis Kelamin
Laki-laki 9 17,6 14 27,5
Perempuan 42 82,4 37 72,5
Status Pernikahan
Menikah 30 58,8 33 64,7
Duda/Janda 21 41,2 18 35,3
Pendidikan Terakhir
SD 33 64,7 14 27,5
SMP 15 29,4 17 33,3
SMA 2 3,9 14 27,5
Diploma atau lebih 6 11,8
1 2
tinggi
Pekerjaan
Petani 13 25,5 - -
Buruh/Karyawan 4 7,8
2 3,9
Swasta
Pensiunan - - 8 15,7
Tidak Bekerja 27 52,9 26 51
Lainnya 9 17,6 13 25,5
Durasi Mengidap Hipertensi
< 6 tahun 18 35,3 26 51
> 6 tahun 33 64,7 25 49
Kepatuhan Minum Obat
Patuh 17 33,3 51 100
Tidak patuh 34 66,7 - -

Berdasarkan tabel 4.1 diatas didapatkan hasil bahwa di Desa Rancaekek

Wetan sebagian besar responden berusia 60-74 tahun (elderly age) (90,2%),

berjenis kelamin perempuan (84,2%), sudah tediagnosa hipertensi > 6 tahun

(64,7%) dan tidak rutin mengkonsumsi obat anti hipertensi (66,7%). Selain itu

ditemukan juga hampir seluruh responden mengaku sudah tidak bekerja (82.5%),
59

dan masih memiliki pasangan (menikah) (95%). Adapun terkait tingkat

pendidikan, kelompok terbesar berada pada kategori tingkat pendidikan SD

(64.7%).

Di Kelurahan Maleber sebagian besar responden berusia 60-74 tahun

(elderly age) (92,2%), berjenis kelamin perempuan (72,5%), sudah tediagnosa

hipertensi < 6 tahun (51%) dan rutin mengkonsumsi obat anti hipertensi (100%).

Selain itu ditemukan juga hampir seluruh responden mengaku sudah tidak bekerja

(51%), dan masih memiliki pasangan (menikah) (64,7%). Adapun terkait tingkat

pendidikan, kelompok terbesar berada pada kategori tingkat pendidikan SMP

(33.3%).

4.1.2. Gambaran Kualitas Hidup Lansia dengan Hipertensi di Desa Rancaekek

Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber Kota Bandung

Berikut ini akan ditampilkan data kualitas hidup lansia dengan hipertensi

di Desa Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber Kota

Bandung yang berjumlah 102 orang yang terbagi kedalam 2 tingkatan yakni baik

dan buruk.

Tabel 4.2 Gambaran Kualitas Hidup Lansia dengan Hipertensi di Desa Rancaekek

Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber Kota Bandung

(n=102)

Rural Urban
No. Kualitas Hidup
f (%) f (%)
1. Baik 23 45,1 47 92,2
2. Buruk 28 54,9 4 7,8
Jumlah 51 100 51 100
60

Berdasarkan hasil penelitian dalam tabel 4.2 diatas dapat disimpulkan

bahwa di Desa Rancaekek Wetan sebagian besar responden (54,9%) lansia dengan

hipertensi memiliki kualitas hidup yang buruk, sedangkan di Kelurahan Maleber

hampir seluruh responden (92,2%) lansia dengan hipertensi memiliki kualitas

hidup yang baik.

Gambaran kualitas hidup lansia dengen hipertensi meliputi dimensi fungsi

fisik, dimensi kesejahteraan psikologis, dimensi hubungan sosial, dan dimensi

spesifik hipertensi pada lansia Desa Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan

Kelurahan Maleber Kota Bandung disajikan dalam tabel 4.3 berikut.

Berdasarkan tabel 4.3 di bawah, tampak bahwa kualitas hidup lansia

dengan hipertensi di Desa Rancaekek Wetan pada dimensi fungsi fisik hampir

seluruh responden termasuk kategori buruk (76,5%), dimensi kesejahteraan

psikologis sebagian besar termasuk kategori baik (51%), dimensi hubungan sosial

hampir seluruh responden termasuk kategori baik (78,4%) dan dimensi bahasan

speseifik hipertensi sebagian besar termasuk kategori baik (66,7%). Kualitas

hidup lansia dengan hipertensi di Kelurahan Maleber pada dimensi fungsi fisik

sebagian besar responden termasuk kategori baik (68,6%), dimensi kesejahteraan

psikologis hampir seluruh responden termasuk kategori baik (84,3%), dimensi

hubungan sosial hampir seluruh responden termasuk kategori baik (92,2%), dan

dimensi bahasan spesifik hipertensi hampir seluruh responden termasuk kategori

baik (96,1%).
61

Tabel 4.3 Gambaran Subvariabel Kualitas Hidup Lansia dengan Hipertensi di

Desa Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber

Kota Bandung (n=102)

Rural Urban
Subvariabel Kualitas Kategori
No. Hidup Lansia
dengan Hipertensi Baik Buruk Baik Buruk
f % f % f % f %
1 Fungsi Fisik 12 23,5 39 76,5 35 68,6 16 31,4
Kesejahteraan
2 36 70,6 15 29,4 43 84,3 8 15,7
Psikologis
3 Hubungan Sosial 41 80,4 10 19,6 47 92,1 4 7,9
Bahasan Spesifik
4 34 66,7 17 33,3 49 96,1 2 3,9
Hipertensi

4.2. Pembahasan

Kualitas hidup lansia adalah persepsi subjektif lansia dengan hipertensi

yang mempengaruhi status kesehatan meliputi fungsi fisik, kesejahteraan

psikologis dan hubungan sosial serta kemampuan fisik yang baik, merasa cukup

secara pribadi dan masih merasa berguna, dan partisipasi dalam kehidupan sosial

(Bowling, 2005; Wan et al., 2011). Kualitas hidup lansia dengan hipertensi

meliputi dimensi fungsi fisik, dimensi kesejahteraan psikologis, dimensi

hubungan sosial, serta dimensi bahasan spesifik hipertensi. Kualitas hidup

merupakan indikator penting untuk menilai keberhasilan dari intervensi pelayanan

kesehatan, baik dari segi pencegahan mapun pengobatan (Fernandêz & Santacreu,

2012).
62

4.2.1 Kualitas Hidup Secara Umum Lansia dengan Hipertensi di Desa

Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber Kota

Bandung

Berdasarkan hasil penelitian ini, kualitas hidup lansia dengan hipertensi di

Desa Rancaekek Wetan sebagian besar dalam kategori buruk yaitu sebanyak 28

responden (54,9%). Kualitas hidup lansia dengan hipertensi di Kelurahan Maleber

hampir seluruhnya termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 47 responden

(92,2%).

Menurut penelitian Weeks et al, (2004) dan Shucksmith et al., (2009),

lansia di wilayah urban memiliki skor kualitas hidup yang lebih baik dari lansia di

wilayah rural. Hasil serupa juga didapatkan pada penelitian Tavares et al., (2014)

di Brazil, Mudey et al., (2011) dan Usha et al., (2016) di India. Kualitas hidup

yang rendah pada lansia di wilayah rural disebabkan keterbatasan untuk

memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis, serta kurangnya dukungan dari

keluarga (Dhamo & Kocollari, 2014). Disamping itu, di negara berkembang

populasi lansia lebih banyak di wilayah rural daripada urban, namun fasilitas

pelayanan kesehatan masih sangat minim serta kemampuan ekonomi yang rendah

karena lansia tidak memiliki penghasilan dan menjadi bergantung kepada anak,

sehingga lansia yang tinggal di wilayah rural memiliki skor kualitas hidup yang

rendah.

Kualitas hidup lansia di wilayah rural yang rendah dapat disebabkan oleh

karakteristik responden, dimana di Desa Rancaekek Wetan hampir seluruh

responden (82,4%) berjenis kelamin perempuan. Menurut Moons et al., (2004)

gender adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Bain et al.,
63

(2003) juga menemukan bahwa kualitas hidup laki-laki cenderung lebih baik

daripada kualitas hidup perempuan. Hal ini disebabkan laki-laki dan perempuan

memiliki perbedaan dalam peran serta akses dan kendali terhadap berbagai

sumber sehingga kebutuhan/ hal-hal yang penting bagi laki-laki dan perempuan

juga akan berbeda. Selain itu, pada penyakit degeneratif lain contohnya Diabetes

Mellitus, beberapa faktor risiko seperti obesitas, kurang aktivitas atau latihan fisik,

usia, dan riwayat DM saat hamil menyebabkan tingginya kejadian DM pada

perempuan (Radi, 2007). Kualitas hidup perempuan dinilai rendah karena tiga

faktor yaitu lansia perempuan seringkali mengalami perasaan kesepian, faktor

ekonomi, dan adanya kekhawatiran terhadap masa depan, lansia perempuan juga

sering kali mengalami depresi dan cemas terhadap penyakit yang diderita

(Setyoadi., Noerhamdani., Ermawati, 2011).

Tingkat pendidikan responden lansia di Desa Rancaekek Wetan sebagian

besar (64,7%) berpendidikan SD. Wahl et al., (2004) menyebutkan bahwa kualitas

hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang

didapatkan oleh individu, serta penelitian Noghani, Asghapur, dan Safa (2007)

yang menemukan adanya pengaruh positif dari pendidikan terhadap kualitas hidup

subjektif, meskipun tidak signifikan. Kualitas hidup akan meningkat seiring

dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang didapatkan oleh individu.

Tingginya resiko kualitas hidup yang lebih rendah pada individu dengan

pendidikan rendah disebabkan kurangnya pengetahuan kesehatan serta

kemampuan menerima informasi kesehatan (penyuluhan) yang sulit ataupun

lambat. Sejalan dengan penelitian Kivimaki (2004, dalam Yuliarti 2007) yang

menyebutkan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap gaya hidup sehat dengan


64

tidak merokok, tidak minum alkohol, dan lebih sering berolahraga yang

merupakan upaya pencegahan terjadinya komplikasi sehingga kualitas hidup

individu yang lebih tinggi akan terjaga dengan optimal.

Responden lansia di Desa Rancaekek Wetan sebagian besar (52,9%) tidak

bekerja. Moons et al., (2004) menyebutkan terdapat perbedaan kualitas hidup

antara penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja (atau sedang mencari

pekerjaan), dan penduduk yang tidak mampu bekerja (atau memiliki disabiliti

tertentu). Hal ini disebabkan pekerjaan secara signifikan sebagai prediktor efikasi

diri secara umum, atau dengan kata lain seseorang yang bekerja memiliki

kepercayaan diri yang lebih tinggi untuk mengatasi masalahnya, sehingga kualitas

hidup yang optimal dapat dicapai (Lau-Walker, 2007).

Berdasarkan karakteristik responden pada lansia di Desa Rancaekek

Wetan, sebagian besar responden (64,7%) telah mengidap hipertensi selama > 6

tahun. Lama menderita hipertensi dapat menyebabkan komplikasi yang lebih berat

apabila tidak segera ditangani. Dibutuhkan adaptasi gaya hidup antara sebelum

dan sesudah terdiagnosa hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Rudianto (2015) yang menyatakan bahwa semakin lama menderita hipertensi

dapat menyebabkan komplikasi yang lebih berat apabila tidak segera ditangani

sehingga berpotensi menyebabkan kualitas hidup penderitanya menurun. Johnson,

Sheldon, dan Carey (2010) mengatakan lama sakit tidak menjamin peningkatan

kepatuhan pasien dalam proses pengelolaan diri. Dengan demikian hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian Johnson, Sheldon, dan Carey (2010), sebab

responden yang lebih lama mengidap hipertensi justru memiliki kualitas hidup

yang lebih rendah. Hal ini disebabkan responden belum mampu melakukan
65

adaptasi gaya hidup antara sebelum dan sesudah terdiagnosa hipertensi. Salah satu

upaya untuk mengontrol hipertensi dan mencegah terjadinya komplikasi

hipertensi adalah menjalankan self management behaviour (SMB) serta

modifikasi gaya hidup.

Di Desa Rancaekek Wetan, sebagian besar responden (66,7%) tidak rutin

manjalani pengobatan hipertensi. Trevisol et al, (2011) menyebutkan pada pasien

dengan hipertensi namun menjalani pengobatan yang rutin dilaporkan memiliki

kualitas hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan tekanan

darah tidak terkontrol dan tidak dalam pengaruh obat-obatan. Hal ini disebabkan

terapi farmakologis dan non farmakologis, kepatuhan orang dengan hipertensi

dalam menjalani pengobatan dan minum obat dapat meningkatkan kualitas hidup

(Aguwa et al, 2008; Stein, et al., 2002; Afiani, 2014). Hipertensi sering dikaitkan

dengan kualitas hidup yang rendah serta menjadi faktor resiko utama terjadinya

penyakit kardiovaskular lain. Tekanan darah yang tinggi pada penderita hipertensi

tidak terkontrol dalam jangka waktu lama dapat merusak endhotel arteri dan

menimbulkan gangguan pada berbagai organ tubuh. Hipertensi dapat

mengakibatkan arteriosklerosis dan mempercepat terjadinya aterosklerosis.

Kondisi tersebut dalam jangka panjang dapat menghasilkan gaya regang yang

mengakibatkan lapisan endotel arteri robek dan beresiko menimbulkan stroke.

Konsumsi antihipertensi secara teratur dapat menurunkan tekanan darah melalui

mekanisme yang unik sesuai dengan jenis terapi yang dikonsumsi (Depkes RI,

2006). Kepatuhan dalam mengkonsumsi antihipertensi membantu mengontrol

tekanan darah dalam kondisi stabil dan mencegah terjadinya komplikasi lanjut.

Mubin (2010) juga menyebutkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
66

tingkat pengetahuan tentang penyakit hipertensi seperti akibat dari penyakit jika

tidak minum obat atau kontrol tekanan darah secara rutin maka akan

mengakibatkan komplikasi penyakit, sehingga mereka meluangkan waktu untuk

kontrol tekanan darah. Kepatuhan menjalani pengobatan sangat diperlukan untuk

mengetahui tekanan darah serta mencegah terjadinya komplikasi.

Kualitas hidup lansia adalah persepsi subjektif lansia dengan hipertensi

yang mempengaruhi status kesehatan meliputi fungsi fisik, kesejahteraan

psikologis dan hubungan sosial serta kemampuan fisik yang baik, merasa cukup

secara pribadi dan masih merasa berguna, dan partisipasi dalam kehidupan sosial

(Bowling, 2005; Wan et al., 2011). Hal ini merupakan suatu konsep yang

dipadukan dengan berbagai cara seseorang untuk mendapat kesehatan fisik,

keadaan psikologis, tingkat independen, hubungan sosial, dan hubungan dengan

lingkungan disekitarnya. Dengan demikian, kualitas hidup memiliki hubungan

yang saling berkaitan antar tiap dimensinya untuk membentuk kualitas hidup yang

baik secara umum.

4.2.2 Kualitas Hidup Dimensi Fungsi Fisik Lansia dengan Hipertensi di Desa

Rancaekek Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber Kota Bandung

Ditinjau dari dimensi kesehatan fisik, sebanyak 39 lansia dengan hipertensi

di Desa Rancaekek Wetan memiliki kualitas hidup yang buruk (76.5%), dimana

skor item dimensi fungsi fisik yang buruk pada aspek mudah merasa lelah (2,03),

merasakan nyeri dan rasa tidak nyaman (2,25), serta kepuasan terhadap kualitas

tidur (2,45), sedangkan skor item dimensi fungsi fisik yang baik pada aspek

kemampuan mengurus diri dalam kegiatan sehari-hari (3,88), kesulitan berjalan


67

sejauh 800 meter atau lebih (3,17), serta memiliki nafsu makan yang baik (3,01)

(lampiran 11). Di Kelurahan Maleber, dimensi kesehatan fisik lansia dengan

hipertensi ditemukan 35 responden (68,6%) memiliki kualitas hidup baik, dimana

skor item dimensi fungsi fisik yang baik pada aspek kemampuan mengurus diri

dalam kegiatan sehari-hari (4,04), kesulitan berjalan sejauh 800 meter atau lebih

(3,84), serta memiliki nafsu makan yang baik (3,51), sedangkan skor item dimensi

fungsi fisik yang buruk pada aspek memerlukan obat-obatan untuk dapat

menjalankan aktifitas harian (2,86), merasakan nyeri dan rasa tidak nyaman

(2,88), serta mudah merasa lelah (2,92) (lampiran 11).

Soni (2010) mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara hipertensi

dengan kualitas hidup yang rendah, terutama pada dimensi fisik dan psikologis.

Menurut Theodorou et al., (2011) dan Dewi & Sudhana, (2013), secara fisik

hipertensi yang tidak terkontrol dan menyebabkan terjadi komplikasi yang dapat

berujung pada terjadinya morbiditas dan mortalitas diduga menjadi salah satu

mekanisme dari buruknya dimensi kesehatan fisik pada lansia dengan hipertensi.

Individu dengan hipertensi merasa tidak nyaman serta aktifitas mereka terganggu.

Selain itu penderita juga mengalami gejala-gejala seperti sakit kepala, depresi,

cemas, dan mudah lelah sehingga dimensi fisik kualitas hidup menjadi terganggu.

Hal ini dibuktikan dengan skor item dimensi fungsi fisik lansia dengan hipertensi

di Desa Rancaekek Wetan yang buruk pada aspek memerlukan obat-obatan untuk

dapat menjalankan aktifitas harian (2,86), merasakan nyeri dan rasa tidak nyaman

(2,88), serta mudah merasa lelah (2,92), (lampiran 11). Disamping itu, lansia di

Desa Rancaekek Wetan jarang aktif mengikuti kegiatan olah fisik yang diadakan

oleh Puskesmas atau Posbindu, seperti senam lansia dan jalan santai sehingga
68

menyebabkan kebugaran dan kemampuan psikomotorik lansia tidak terjaga.

Kondisi ini memungkinkan lansia memiliki kemampuan fisik yang rendah dan

kemamampuan menjalankan aktifitas sehari-hari menjadi menurun.

Menurut penelitian kualitatif oleh Kustanti (2012), sebagian besar lansia

menyatakan telah puas dengan keadaan fisik mereka. Beberapa faktor terhadap

penerimaan keadaan fisik lansia saat ini adalah adanya rasa menerima terhadap

pemberian Tuhan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Setyoadi., Noerhamdani.,

Ermawati (2011) yang menunjukkan bahwa sebagian besar lansia merasa nyaman

dengan kondisi keadaan fisiknya saat ini. Lansia pada masa tersebut telah

memasuki masa integritas, yaitu tahap dimana seseorang akan mencapai

penyesuaian diri yang baik terhadap kondisi fisiknya. Kemampuan tersebut

menyebabkan lansia mampu beradaptasi dengan kondisi fisiknya dan merasa

nyaman dengan keadaannya sekarang. Hal ini dibuktikan dengan skor item

dimensi fungsi fisik lansia dengan hipertensi di Kelurahan Maleber yang baik

pada aspek kemampuan mengurus diri dalam kegiatan sehari-hari (4,04), kesulitan

berjalan sejauh 800 meter atau lebih (3,84), serta memiliki nafsu makan yang baik

(3,51) (lampiran 11). Disamping itu, lansia di Kelurahan Maleber sudah aktif

mengikuti kegiatan olah fisik yang diadakan oleh Puskesmas atau Posbindu,

seperti senam lansia dan jalan santai sehingga menyebabkan kebugaran dan

kemampuan psikomotorik lansia terjaga. Kondisi ini memungkinkan lansia

memiliki kemampuan fisik dan menjalankan aktifitas sehari-hari yang baik.

Untuk mencapai penuaan yang berkualitas, maka 3 hal harus tercapai,

yaitu rendahnya kemungkinan mengalami penderitaan suatu penyakit atau

ketidakmampuan dikarenakan penyakit tertentu, kognitif dan fisik yang tetap


69

berfungsi baik, dan keterlibatan yang aktif dalam kehidupan (Hoyer & Roodin,

2003). Menurut teori Felce dan Perry (dalam Rapley, 2003) kesejahteraan fisik

difokuskan pada kesehatan. Pada masa lanjut usia, seseorang akan mengalami

perubahan dalam segi fisik, kognitif, maupun dalam kehidupan psikososialnya

(Papalia, Olds, & Feldman, 2007). Optimum aging bisa diartikan sebagai kondisi

fungsional lansia berada pada kondisi optimal, sehingga memungkinkan mereka

bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan, berguna, dan

berkualitas.

Sesuai dengan teori di atas, kondisi kesehatan fisik secara keseluruhan

mengalami kemunduran sejak seseorang memasuki fase lansia dalam

kehidupannya. Hal ini antara lain ditandai dengan munculnya berbagai gejala

penyakit yang belum pernah diderita pada usia muda. Selain itu dilihat dari

karakteristik responden, hampir seluruh responden berusia 60-74 tahun. Secara

umum, pada usia tersebut terjadi perubahan-perubahan pada lanjut usia baik

psikososial, fisiologis, maupun mental. Fisik yang berfungsi baik memungkinkan

lanjut usia untuk mencapai penuaan yang berkualitas. Namun, ketidaksiapan

lanjut usia menghadapi keadaan tersebut akan berdampak pada rendahnya

pencapaian kualitas hidupnya. Faktor fisik yang kurang baik akan membuat

seseorang kehilangan kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya disebabkan

keterbatasan fisik yang dimiliki. Keterbatasan tersebut akan menghambat

pencapaian kesejahteraan fisik, yang pada akhirnya akan berdampak pada kualitas

hidup yang rendah.

Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda. Ada lansia yang mampu

melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai masa
70

hidup yang memberi mereka kesempatan-kesempatan untuk tumbuh berkembang.

Ada juga lansia yang memandang usia tua dengan sikap-sikap yang berkisar

antara kepasrahan yang pasif dan pemberontakan, penolakan, dan keputusasaan.

Lansia ini menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan demikian

semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan mental mereka sendiri. Proses dan

kecepatan penurunan fungsi-fungsi tubuh yang terjadi pada perubahan fisik ini

sangat berbeda untuk masing-masing individu meskipun usia mereka sama. Selain

itu juga pada bagian tubuh yang berbeda pada individu yang sama terjadi proses

dan kecepatan penurunan yang bervariasi. Diharapkan lansia dapat melakukan

penyesuaian dengan perubahan fisik dan kesehatan yang semakin menurun.

Kondisi fisik yang semakin renta membuat lansia merasa kehidupannya

sudah tidak berarti lagi dan putus asa dengan kehidupan yang dijalani sekarang

ini. Ini menjadi salah satu tanda rendahnya kualitas hidup lansia karena mereka

tidak bisa menikmati masa tuanya. Oleh karena itu, pelayanan kesehatan bagi

penduduk lansia sangat menuntut perhatian, agar kondisi mereka tidak sakit-

sakitan dalam menghabiskan sisa usia. Di sinilah pentingnya pelaksanaan program

dari puskesmas untuk meningkatkan kualitas hidup lansia di bidang kesehatan

fisik, seperti posyandu lansia, puskesmas keliling, senam lansia dan program

lainnya yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan, terutama kesehatan fisik

para lansia. Untuk memperoleh optimum aging aktivitas fisik lansia sangat

diperlukan, misalnya olahraga yang dilakukan secara rutin dan teratur akan sangat

membantu kebugaran dan menjaga kemampuan psikomotorik lansia.

Kualitas hidup yang buruk pada dimensi kesehatan fisik dapat dicegah

dengan melakukan pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Kualitas hidup


71

kesehatan fisik yang baik dapat tercapai dan terpelihara jika pasien dapat

mengontrol penyakitnya secara teratur. Dengan melakukan olahraga dan diet

secara tepat dan teratur serta pengobatan yang rutin dan baik, gejala klinis dapat

berkurang dan timbulnya komplikasi cenderung menurun.

4.2.3 Kualitas Hidup Dimensi Kesejahteraan Psikologis Lansia dengan

Hipertensi di Desa Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan

Maleber Kota Bandung

Kualitas hidup ditinjau dari dimensi psikologisnya, responden lansia

dengan hipertensi di Desa Rancaekek Wetan yang termasuk kategori baik

sebanyak 26 responden (51%), dimana skor item dimensi kesejahteraan psikologis

yang baik pada aspek pengaruh penyakit terhadap ingatan dan konsentrasi (3,94),

merasa menjadi beban bagi keluarga (3,63), serta merasa rendah diri karena

penyakit yang dimiliki (3,35), sedangkan skor item dimensi kesejahteraan

psikologis yang buruk pada aspek merasa khawatir terkait penyakit yang dimiliki

(2,43), merasa gelisah terkait penyakit yang dimiliki (2,59), serta merasa jengkel

atau kesal karena penyakit yang dimiliki (2,67). Responden lansia dengan

hipertensi di Kelurahan Maleber yang memiliki kualitas hidup baik didapat

sebanyak 43 responden (84,3%), dimana skor item dimensi kesejahteraan

psikologis yang baik pada aspek merasa pesimis dan putus asa (4,55), merasa

rendah diri karena penyakit yang dimiliki (4,43), dan merasa menjadi beban bagi

keluarga (4,29), sedangkan skor item dimensi kesejahteraan psikologis yang

buruk pada aspek khawatir terkait penyakit yang dimiliki (3,51), tidak dapat
72

menghilangkan emosi (3,78), dan merasa gelisah, resah atau cemas karena

penyakit yang dimiliki (3,80) (lampiran 11).

Pada teori Felce dan Perry (dalam Rapley, 2003) disebutkan bahwa

kesejahteraan psikologis meliputi pengaruh lingkungan, pemenuhan kebutuhan

psikologis, stres dan keadaan mental, harga diri, status dan rasa hormat, keyakinan

agama, dan seksualitas. Pada masa lanjut usia, seseorang akan mengalami

perubahan dalam segi fisik, kognitif, maupun dalam kehidupan psikososialnya

(Papalia, Olds, & Feldman, 2001; Ariyanti, 2009). Kestabilan kesejahteraan

psikologis menjadi salah satu faktor yang ikut berperan dalam meningkatkan

kesejahteraan psikologis (Renwick & Brown, 1996). Kesehatan psikologis

mengacu pada afek positif, spiritualitas, berfikir, belajar, memori dan konsentrasi,

gambaran diri dan penampilan, harga diri, dan afek negatif (WHO, 1996; Rapley,

2003).

Berdasarkan teori di atas, kesejahteraan psikologis menjadi salah satu

faktor yang menentukan kualitas hidup lansia. Faktor psikologis merupakan faktor

penting bagi individu untuk melakukan kontrol terhadap semua kejadian yang

dialaminya dalam hidup. Penurunan kemampuan psikologis disebabkan karena

penurunan fungsi fisiologis, misalnya fungsi pendengaran menurun menyebabkan

para lanjut usia gagal untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain, tekanan

darah tinggi mengakibatkan kerusakan intelektual pada lanjut usia. Perubahan

psikologis berasal dari kesadaran tentang penurunan kemampuan, kekuatan,

kecepatan, dan keterampilan, serta perasaan rendah diri apabila dibandingkan

dengan orang yang lebih muda.


73

Pada tahap perkembangan lanjut usia, tugas perkembangan yang utama

adalah mengerti dan menerima perubahanperubahan fisik dan psikologis yang

dialaminya, serta menggunakan pengalaman hidupnya untuk menyesuaikan diri

terhadap perubahan fisik dan psikologis. Tugas-tugas dalam perkembangan

merupakan pola perilaku yang disetujui pada berbagai usia sepanjang rentang

kehidupan. Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar

suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan

menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam

melaksanakan tugastugas berikutnya. Akan tetapi, apabila gagal akan

menimbulkan kesulitan dalam menghadapi tugas berikutnya.

Penelitian Dewi & Sudhana (2013) menyebutkan skor kualitas hidup pada

dimensi psikologis lansia hipertensi lebih buruk dari lansia yang normotensi. Hal

ini disebabkan oleh penurunan kemampuan fisik pada pasien hipertensi yang

diakibatkan adanya proses patologis, yang dimanifestasikan dengan kelemahan,

rasa tidak berenergi, pusing sehingga berdampak ke psikologis pasien dimana

pasien merasa hidupnya tidak berarti akibat kelemahan dan proses penyakitnya

yang merupakan penyakit terminal. Disamping itu, pasien hipertensi juga harus

mengkonsumsi obat seumur hidupnya untuk mencegah munculnya berbagai

macam kompikasi. Hal ini memberikan dampak psikologis yang kurang baik

terhadap pasien, sehingga dimensi kesejahteraan psikologis menjadi terganggu.

Hal ini dibuktikan dengan skor item dimensi kesejahteraan psikologis lansia

dengan hipertensi di Desa Rancaekek Wetan yang buruk pada aspek merasa

khawatir terkait penyakit yang dimiliki (2,43), merasa gelisah terkait penyakit
74

yang dimiliki (2,59), serta merasa jengkel atau kesal karena penyakit yang

dimiliki (2,67) (lampiran 11).

Studi lain oleh Kartini (2014) mengemukakan bahwa orang dengan

hipertensi dapat memiliki kualitas hidup pada dimensi psikologis yang baik yaitu

dengan memiliki optimisme. Optimisme dapat mengurangi perasaan dan

pandangan negatif terhadap masalah menurut cara pandang yang lebih positif,

sehingga menimbulkan perasaan mampu menghadapi masalah kesehatan fisik dan

psikis yang dialami untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Penelitian lain

yang dilakukan Riana (2014) menyebutkan adanya hubungan penyesuaian diri

dengan kualitas hidup pada penderita hipertensi. Semakin baik penyesuaian diri

maka akan semakin baik pula kualitas hidup yang dimiliki penderita hipertensi.

Hal ini dibuktikan dengan skor item dimensi kesejahteraan psikologis lansia

dengan hipertensi di Kelurahan Maleber yang baik pada aspek merasa pesimis dan

putus asa (4,55), merasa rendah diri karena penyakit yang dimiliki (4,43), dan

merasa menjadi beban bagi keluarga (4,29) (lampiran 11).

Berdasarkan hasil skor kualitas hidup ditinjau dari dimensi kesejahteraan

psikologis, dapat dilihat masih banyak responden (49%) yang memiliki kualitas

hidup yang buruk, terutama pada responden di Desa Rancaekek Wetan, sehingga

hasil ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Dewi & Sudhana (2013)

yang menyatakan bahwa lansia dengan hipertensi memiliki skor kualitas hidup

dimensi psikologis yang rendah. Hal ini disebabkan karakteristik responden yang

serupa yaitu responden perempuan lebih banyak dari responden laki-laki. Hal ini

didukung oleh penelitian Setyoadi, Noerhamdani, dan Ermawati (2011) yang

menyebutkan lansia perempuan seringkali mengalami perasaan kesepian, faktor


75

ekonomi, dan adanya kekhawatiran terhadap masa depan, lansia perempuan juga

sering kali mengalami depresi dan cemas terhadap penyakit yang diderita

sehingga kualitas hidup lansia perempuan cenderung rendah.

Berdasarkan karakteristik responden di wilayah rural, sebagian besar

responden berpendidikan SD. Pendidikan dapat membentuk kecerdasan

emosional. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan mampu

menguasai diri, mengelola emosi, memotivasi diri dan mengarahkan dirinya untuk

lebih produktif dalam berbagai hal yang dikerjakan. Apabila kecerdasan

emosionalnya rendah maka orang akan menjadi cemas, menyendiri, sering takut,

merasa tidak dicintai, merasa gugup, sedih dan cenderung mudah terkena depresi.

Stres dapat mempengaruhi tingkatan untuk memperoleh kepuasan dalam hidup

dan menjadi salah satu faktor yang ikut berperan untuk menurunkan kualitas

hidup. Dalam hal ini, spiritual juga berperan dalam menentukan kesehatan

psikologis seseorang. Hal ini sesuai dengan penjelasan teori di atas. Seseorang

yang kondisi spiritualnya baik, mekanisme kopingnya akan lebih baik sehingga

dia mampu menyelesaikan semua permasalahan hidupnya. Kondisi ini akan

mendukung individu tersebut untuk mencapai kesejahteraan psikologis. Jika

seseorang mampu mencapai kesejahteraan psikologis yang baik akan berpengaruh

pada peningkatan kualitas hidupnya.

Kesadaran pentingnya kesehatan mental positif sepanjang siklus

kehidupan menjadi penting untuk diketahui oleh lansia maupun keluarga lansia.

Pemberian informasi serta menentang stereotip kesehatan mental dan penyakit

mental akan mampu mendorong pengingkatan kesehatan mental lansia. Di sinilah

pentingnya pelaksanaan program dari puskesmas untuk meningkatkan kualitas


76

hidup lansia di bidang kesejahteraan psikologis, seperti posyandu lansia. Beberapa

kegiatan seperti pengajian, senam lansia, jalan santai, serta konsultasi dan diskusi

dengan petugas kesehatan atau dengan lansia lainnya dapat mempengaruhi

psikologis lansia. Melakukan kegiatan jasmani seperti senam dan jalan santai

dapat memberikan dampak positif secara psikologis bagi tubuh diantaranya

memberi perasaan santai, ketegangan dan kecemasan berkurang, perasaan senang

meningkat serta dalam jangka panjang dapat meningkatkan kesegaran jasman dan

rohani, kesehatan jiwa dan fungsi kognitif meningkat. Selain itu lansia yang

mengikuti kegiatan spiritual seperti pengajian, banyak berdzikir dan

melaksanakan ibadah akan menjadi lebih tenang dalam hidupnya dan kecemasan

akan kematian berkurang (Maryam et al., 2008).

4.2.4 Kualitas Hidup Dimensi Hubungan Sosial Lansia dengan Hipertensi di

Desa Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber Kota

Bandung

Kualitas hidup pada dimensi hubungan sosial didapatkan hasil responden

lansia dengan hipertensi di Desa Rancaekek Wetan kualitas hidup dimensi

hubungan sosial ditemukan kualitas hidup yang baik sebanyak 40 responden

(78,4%), dimana skor item kualitas hidup pada dimensi hubungan sosial yang baik

pada aspek aktivitas seksual (4,06), dampak ekonomi yang dirasakan (3,80), serta

kemampuan menjalankan peran dalam keluarga (3,61), sedangkan skor item

dimensi hubungan sosial yang buruk pada aspek positif dan pesimistis dalam

menjalani terapi penyakit (2,92), pemikiran bahwa terapi yang dijalankan adalah

pilihan yang tepat untuk menyembuhkan penyakit (2,92), serta terpenuhinya


77

dukungan materiil dan emosional dari keluarga (3,29). Kualitas hidup dimensi

hubungan sosial ditemukan hasil responden lansia dengan hipertensi di Kelurahan

Maleber kualitas hidup yang baik sebanyak 47 responden (92,2%), dimana skor

item kualitas hidup pada dimensi hubungan sosial yang baik pada aspek dampak

ekonomi yang dirasakan (4,49), berkurangnya perhatian terhadap keluarga akibat

penyakit (4,31), serta aktivitas seksual (4,24), sedangkan skor item dimensi

hubungan sosial yang buruk pada aspek pemikiran bahwa terapi yang dijalankan

adalah pilihan yang tepat untuk menyembuhkan penyakit (3,51), kemampuan

menjalankan peran dalam keluarga (3,59), serta positif dan pesimistis dalam

menjalani terapi penyakit (3,59) (lampiran 11).

Pada pasien dengan hipertensi, peningkatan tekanan darah ke otak akan

menyebabkan penurunan vaskularisasi di area otak yang mengakibatkan pasien

sulit untuk berkonsentrasi, mudah marah, merasa tidak nyaman, dan berdampak

pula pada aspek sosial dimana pasien tidak mau bersosialisasi karena merasakan

kondisinya yang tidak nyaman. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas hidup

personal sosialnya (Wulandhani et al., 2014). Namun pada penelitian Kustanti

(2012) sebagian besar lansia memiliki hubungan sosial yang relatif baik, sehingga

mereka mempersepsikan dimensi kesejahteraan psikologisnya pada tingkat yang

baik. Hal ini disebabkan lansia memiliki hubungan sosial dengan keluarga,

tetangga, maupun teman sejawat yang baik, sehingga lansia dengan hipertensi

memiliki kesejahteraan sosial yang baik. Hal ini dibuktikan dengan skor item

kualitas hidup lansia dengan hipertensi di Desa Rancaekek Wetan pada dimensi

hubungan sosial yang baik pada aspek aktivitas seksual (4,06), dampak ekonomi

yang dirasakan (3,80), serta kemampuan menjalankan peran dalam keluarga


78

(3,61) dan skor item kualitas hidup lansia dengan hipertensi di Kelurahan Maleber

pada dimensi hubungan sosial yang baik pada aspek aktivitas seksual (4,06),

dampak ekonomi yang dirasakan (3,80), serta kemampuan menjalankan peran

dalam keluarga (3,61) (lampiran 11).

Kesejahteraan sosial lanjut usia adalah suatu tata kehidupan dan

penghidupan sosial, baik material maupun spiritual, yang diliputi rasa

keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap

lanjut usia untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial

yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung

tinggi hak dan kewajiban asasi manusia (Hardywinoto & Setiabudhi, 2005;

Risdianto, 2009). Hal ini penting dalam mendukung hubungan sosial (social

belonging) dan hubungan komunitas (community belonging) yang merupakan

ikatan yang dimiliki oleh seseorang dengan lingkungan sosialnya, diantaranya

senang berkumpul dengan teman-teman, mempunyai hubungan sosial, aktif serta

tidak mengalami kesulitan dalam hubungan sosial.

Sesuai dengan teori di atas, kesejahteraan sosial menjadi salah satu faktor

dalam menentukan kualitas hidup seseorang. Pengukuran well-being melibatkan

pemetaan keseluruhan hidup dan mempertimbangkan setiap kejadian dalam hidup

atau konteks sosial yang sangat potensial untuk mempengaruhi kualitas hidup

individu. Dengan menggunakan istilah kualitas membuat kita mengaitkannya

dengan suatu standar kesempurnaan yang berhubungan dengan karakteristik

manusia dan nilai-nilai positif seperti kebahagiaan, kesuksesan, kesehatan, dan

kepuasan, dimana hidup mengindikasikan bahwa konsep tersebut menekankan

aspek penting pada eksistensi manusia.


79

Hasil penelitian ini menunjukkan hanya sebagian kecil lansia di Desa

Rancaekek Wetan dan Kelurahan Maleber yang memiliki kualitas hidup dimensi

hubungan sosial buruk. Hal ini disebabkan karakteristik responden yang sebagian

besar memiliki pasangan hidup sehingga lansia memiliki hubungan sosial dan

dukungan sosial yang baik. Hal ini didukung oleh Huang et al., (2009) yang

menyatakan bahwa individu dengan status menikah dan memiliki pasangan hidup

mendapatkan dukungan dari pasangan maupun keluarga yang dapat berpengaruh

terhadap tingginya kualitas hidup sehingga individu yang menikah memiliki

kualitas hidup yang lebih baik daripada individu yang berstatus duda/janda.

Disamping itu, tersedianya program puskesmas yang terlaksana dengan baik

untuk lansia seperti posyandu lansia, menyebabkan para lansia dapat saling

berkumpul dan berkomunikasi dengan sesama lansia. Selain itu, banyaknya

kegiatan sosial maupun keagamaan di kedua wilayah serta kekeluargaan antara

sesama keluarga dan tetangga di daerah pedesaan dan perkotaan yang

memudahkan para lansia untuk bertemu dan saling bertukar pikiran. Kualitas

hidup hubungan sosial dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan perhatian

dari pasangan hidup, keluarga, caregiver, dan orang-orang disekitarnya.

Aktivitas-aktivitas spiritualitas dan sosial akan memberikan nilai tertinggi

bagi lansia untuk menemukan kebermaknaan dan rasa harga dirinya, dengan

melaksanakan ibadah sehari-hari lansia akan menjadi lebih tenang dalam

hidupnya dan kecemasan akan kematian bisa direduksi. Dengan aktif dalam

aktivitas sosial, seperti tergabung dalam paguyuban lansia akan menjadi ajang

bagi mereka untuk saling bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan saling

memberikan perhatian. Banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh lanjut usia dapat
80

memfasilitasi hubungan antara lanjut usia satu dengan lanjut usia lainnya sehingga

terbentuk reaksi sosial yang baik di antara lanjut usia tersebut, yang pada akhirnya

akan berpengaruh pada kualitas hidup mereka.

4.2.5 Kualitas Hidup Dimensi Bahasan Spesifik Hipertensi Lansia dengan

Hipertensi di Desa Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan

Maleber Kota Bandung di Kabupaten Bandung dan Kota Bandung

Ditinjau dari dimensi bahasan spesifik hipertensi, lansia dengan hipertensi

di Desa Rancaekek Wetan memiliki kualitas hidup yang baik sebanyak 34

responden (66,7%), dimana skor item kualitas hidup pada dimensi bahasan

spesifik hipertensi yang baik pada aspek merasa mulut kering (4,29), mengalami

bengkak pada kaki atau pergelangan kaki (4,27), serta merasa terganggu oleh

batuk (4,25), sedangkan skor item dimensi bahasan spesifik hipertensi yang buruk

pada aspek frekuensi buang air kecil pada malam hari (2,16), khawatir terkait

kesehatan yang semakin terganggu karena penyakit yang diderita (2,45), serta

merasa gerakan atau reaksi melambat (2,63). Di Kelurahan Maleber, dimensi

bahasan spesifik hipertensi lansia dengan hipertensi ditemukan 49 responden

(96,1%) memiliki kualitas hidup baik, dimana skor item kualitas hidup pada

dimensi bahasan spesifik hipertensi yang baik pada aspek merasa terganggu oleh

batuk (4,53), mengalami sesak napas (4,51), serta mengalami bengkak pada kaki

atau pergelangan kaki (4,49), sedangkan sedangkan skor item dimensi bahasan

spesifik hipertensi yang buruk pada aspek frekuensi buang air kecil pada malam

hari (2,92), kemampuan mengontrol emosi negatif (3,10), serta pandangan terasa

buram (3,27) (lampiran 11).


81

Hipertensi dapat menyebabkan munculnya gejala fisik dan gejala

psikologis yang dikeluhkan penderitanya. Gejala fisik yang dapat dirasakan

diantaranya sakit kepala, rasa berat di tengkuk, vertigo, jantung berdebar-debar,

mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan

(Kemenkes RI, 2014). Gejala psikologis yang dapat dirasakan diantaranya tidak

dapat mengontrol emosi negatif dan merasa khawatir tentang kondisi kesehatan.

Gejala-gejala ini apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan komplikasi,

seperti penyumbatan arteri koroner dan infark, hipertrofi ventrikel kiri, gagal

jantung, memicu gangguan serebrovaskuler dan arteriosklerosis koroner (Wan et

al., (2011), Pada gangguan serebrovaskuler seperti stroke, terjadi perubahan dalam

penglihatan, kemampuan bicara, pening, kelemahan, jatuh mendadak atau

hemiplegi (Brunner & Suddarth, 2013). Munculnya gejala dan komplikasi

hipertensi ini menyebabkan dimensi bahasan spesifik hipertensi terganggu.

Adanya komplikasi hipertensi mengharuskan penderita hipertensi

melakukan pengobatan dan pengontrolan penyakit untuk meminimalisir keluhan

serta menurunkan resiko komplikasi, sehingga kualitas hidup penderitanya tidak

terganggu. Trevisol et al, (2011) menyebutkan pada pasien dengan hipertensi

namun menjalani pengobatan yang rutin dilaporkan memiliki kualitas hidup yang

lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan tekanan darah tidak terkontrol

dan tidak dalam pengaruh obat-obatan. Terapi farmakologis dan non

farmakologis, kepatuhan orang dengan hipertensi dalam menjalani pengobatan

dan minum obat dapat meningkatkan kualitas hidup (Aguwa et al, 2008; Stein, et

al., 2002; Afiani, 2014). Tekanan darah yang tinggi pada penderita hipertensi

tidak terkontrol dalam jangka waktu lama dapat merusak endhotel arteri dan
82

menimbulkan gangguan pada berbagai organ tubuh. Disamping itu, hipertensi

dapat mengakibatkan arteriosklerosis dan mempercepat terjadinya aterosklerosis.

Kondisi tersebut dalam jangka panjang dapat menghasilkan gaya regang yang

mengakibatkan lapisan endotel arteri robek dan beresiko menimbulkan stroke.

Konsumsi anti-hipertensi secara teratur dapat menurunkan tekanan darah melalui

mekanisme yang unik sesuai dengan jenis terapi yang dikonsumsi serta dapat

membantu mengontrol tekanan darah dalam kondisi stabil dan mencegah

terjadinya komplikasi lanjut (Depkes, 2006). Mubin (2010) juga menyebutkan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang penyakit

hipertensi seperti komplikasi penyakit jika tidak minum obat atau melakukan

kontrol tekanan darah secara rutin maka akan mengakibatkan komplikasi

penyakit, sehingga mereka meluangkan waktu untuk kontrol tekanan darah.

Kepatuhan menjalani pengobatan sangat diperlukan untuk mengetahui tekanan

darah serta mencegah terjadinya komplikasi.

Dimensi bahasan spesifik hipertensi dapat dilihat dari dua aspek yaitu

keluhan fisik dan keluhan psikologis. Terdapat perbedaan presentase di Desa

Rancaekek Wetan dan Kelurahan Maleber, dimana presentase kualitas hidup

dimensi bahasan spesifik hipertensi di Desa Rancaekek Wetan yang buruk sebesar

33,3%, sedangkan di Kelurahan Maleber yang buruk sebesar 3,9%. Hal ini

disebabkan sebagian besar lansia dengan hipertensi di Desa Rancaekek Wetan

belum rutin mengkonsumsi obat anti-hipertensi, yang dibuktikan dengan skor item

dimensi bahasan spesifik hipertensi yang buruk pada aspek frekuensi buang air

kecil pada malam hari (2,16), khawatir terkait kesehatan yang semakin terganggu

karena penyakit yang diderita (2,45), serta merasa gerakan atau reaksi melambat
83

(2,63) (lampiran 11). Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Trevisol

et al, (2011) dimana pada pasien dengan hipertensi yang menjalani pengobatan

rutin dilaporkan memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan

individu dengan tekanan darah tidak terkontrol dan tidak dalam pengaruh obat-

obatan. Obat anti-hipertensi penting dikonsumsi penderita hipertensi untuk dapat

mengontrol tekanan darah serta komplikasi yang dapat ditimbulkan, baik

komplikasi fisik maupun psikologis. Presentase kualitas hidup dimensi bahasan

spesifik hipertensi yang buruk lebih rendah pada lansia di Kelurahan Maleber,

sebab hampir seluruh responden lansia sudah rutin dan patuh mengkonsumsi obat

hipertensi.

Kualitas hidup dimensi spesifik hipertensi yang baik dapat tercapai dan

terpelihara jika pasien dapat mengontrol penyakitnya secara teratur. Dengan rutin

mengkonsumsi obat anti-hipertensi dan diet secara tepat serta kemampuan

mengontrol emosi yang baik, gejala fisik maupun psikologis dapat berkurang dan

timbulnya komplikasi cenderung menurun, sehingga kualitas hidup lansia dapat

meningkat.

Pada penelitian ini masih ditemukan kualitas hidup lansia yang belum

optimal. Kondisi ini muncul akibat beragam faktor, baik dari individu lansia,

keluarga, maupun lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk

menjamin kesejahteraan lansia melalui program untuk meningkatkan kualitas

hidup. Kualitas hidup lansia dapat ditingkatkan melalui beberapa program seperti

posyandu lansia, puskesmas keliling, senam lansia, penyuluhan dan perlu


84

diberikannya jaminan kesehatan kepada lansia. Dengan terpenuhinya segala aspek

tersebut maka kualitas hidup lansia yang baik dapat diwujudkan.

Program yang sudah dijalankan untuk meningkatkan kesejahteraan lansia

dengan hipertensi salah satunya adalah dengan Posyandu Lansia. Posyandu Lansia

adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lansia yang dilakukan untuk

mendorong dan memfasilitasi lansia untuk tetap aktif, produktif, dan mandiri serta

meningkatkan komunikasi diantara masyarakat lansia (Erpandi, 2015). Posyandu

Lansia bertujuan untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di

masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

kebutuhan lansia. Adapun kegiatannya adalah pemeriksaan kesehatan secara

berkala, melakukan kegiatan olahraga secara teratur untuk meningkatkan

kebugaran, pengembangan keterampilan, bimbingan pendalaman agama, dan

pengelolaan dana sehat.

Kegiatan posyandu lansia yang berjalan dengan baik akan memberi

kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, sehingga

kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan optimal.

Seharusnya para lansia berupaya memanfaatkan adanya posyandu sebaik

mungkin, agar kesehatan para lansia dapat terpelihara dan terpantau secara

optimal. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas hidup lansia dengan

hipertensi di wilayah urban sebagian besar dalam kategori baik, sehingga dapat

dikatakan program Posyandu Lansia ini berjalan dengan baik dan mencapai target

tujuan pelaksanaannya. Namun di wilayah rural, hasil pada penelitian ini tetap

menunjukkan bahwa kualitas hidup lansia dengan hipertensi masih dalam kategori

buruk meskipun sudah ada program untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.
85

4.3. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam pelaksanaannya yaitu terkait

kuesioner yang digunakan tidak terdapat indikator penentuan jawaban “tidak sama

sekali”, “sedikit”, “sedang”, “sangat”, dan “amat sangat”, sehingga responden

kesulitan memilih jawaban mana yang sesuai dengan kondisi yang dialami.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Secara umum kualitas hidup lansia dengan hipertensi di Desa Rancaekek

Wetan sebagian besar responden termasuk kategori buruk, sedangkan

secara umum kualitas hidup lansia dengan hipertensi di Kelurahan

Maleber hampir seluruh responden termasuk kategori baik.

2. Kualitas hidup dimensi fungsi fisik lansia dengan hipertensi di Desa

Rancaekek Wetan hampir seluruh responden termasuk kategori buruk,

dimana skor terendah pada item memerlukan obat-obatan untuk

menjalankan aktifitas harian, sedangkan di Kelurahan Maleber sebagian

besar responden termasuk kategori baik, dimana skor tertinggi pada item

memiliki nafsu makan yang baik.

3. Kualitas hidup dimensi kesejahteraan psikologis lansia dengan hipertensi

di Desa Rancaekek Wetan sebagian besar responden termasuk kategori

baik, dimana skor tertinggi pada item pengaruh penyakit terhadap ingatan

dan konsentrasi, sedangkan di Kelurahan Maleber hampir seluruh

responden termasuk kategori baik, dimana skor tertinggi pada item merasa

pesimis dan putus asa.

4. Kualitas hidup dimensi hubungan sosial lansia dengan hipertensi di Desa

Rancaekek Wetan hampir seluruh responden termasuk kategori baik,

dimana skor tertinggi pada item pengaruh penyakit atau terapi terhadap

aktifitas seksual, sedangkan di Kelurahan Maleber hampir seluruh

86
87

responden termasuk kategori baik, dimana skor tertinggi pada item

dampak penyakit dan terapi terhadap ekonomi.

5. Kualitas hidup dimensi bahasan spesifik hipertensi lansia dengan

hipertensi di Desa Rancaekek Wetan sebagian besar responden termasuk

kategori baik, dimana skor tertinggi pada item mulut terasa kering,

sedangkan di Kelurahan Maleber hampir seluruh responden termasuk

kategori baik, dimana skor tertinggi pada item terganggu akibat batuk.

5.2 Saran

Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang telah

didapatkan, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut :

5.2.1 Saran Praktis

5.2.1.1 Saran untuk Puskesmas

Saran yang mungkin dapat diberikan oleh peneliti bagi institusi kesehatan,

terutama Puskesmas, adalah dengan mengembangkan strategi atau program untuk

meningkatkan kualitas hidup lansia dengan hipertensi terutama pada dimensi

fungsi fisik, seperti senam lansia di setiap RW selama satu minggu sekali, jalan

santai satu bulan sekali, mengkampanyekan cara pengelolaan hipertensi yang

tepat, dan melakukan kunjungan rumah bagi lansia yang tidak aktif melakukan

pemeriksaan kesehatan. Untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dengan

hipertensi pada dimensi kesejahteraan psikologis dapat diadakan pengajian rutin,

dan kegiatan konsultasi dengan petugas pelayanan kesehatan terkait keluhan fisik

maupun keluhan psikologis yang dirasakan lansia. Untuk meningkatkan kualitas

hidup lansia dengan hipertensi pada dimensi bahasan spesifik hipertensi dapat
88

dilakukan edukasi tentang pentingnya pengobatan dan pengontrolan penyakit pada

lansia dengan hipertensi sehingga self awareness lansia dengan hipertensi dapat

meningkat.

5.2.1.2 Saran untuk Perawat Komunitas

Saran peneliti untuk bidang keperawatan yaitu dengan menambah konten

edukasi dan frekuensi edukasi yang dilakukan secara berkelanjutan, karena pada

penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun banyak responden yang sudah lama

mengidap hipertensi namun belum semua lansia dengan hipertensi melakukan

pengontrolan dan pengelolaan hipertensi. Saran lain dengan mengefektifkan

metode self management behaviour pada lansia dengan hipertensi. Tujuan dari

edukasi tersebut adalah untuk memfasilitasi lansia dengan hipertensi untuk

memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan kemampuan yang

diperlukan untuk meningkatkan pengelolaan hipertensi serta untuk meningkatkan

kualitas hidup. Perawat disini berperan sebagai fasilitator dan konselor untuk

lansia dengan hipertensi di wilayah rural maupun urban.

5.2.2 Saran Teoritis

Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

acuan sebagai data dalam pengembangan penelitian “Perbandingan Kualitas

Hidup Lansia dengan Hipertensi di Wilayah Rural dan Urban” atau

pengembangan penelitian mengenai “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas

Hidup Lansia dengan Hipertensi di Wilayah Rural dan Urban” serta dapat

mencoba untuk menambah variabel lain dalam penelitian selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

A’yun, F., T. (2015). Hubungan self management dengan kualitas hidup pasien
hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD DR. Zainoel Abidin Banda
Aceh. (Skripsi). Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Diambil dari
http://etd.unsyiah.ac.id

Afiani, N. (2014). Analisis determinan kualitas hidup pada pasien dengan


hipertensi derajat II. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada, 03(01),

Aguwa, C.N., Ukwe, C.V., Ekwunife, O.I. (2008). Effect of pharmaceutical care
prograamme on blood pressure and quality of life in a Nigerian Pharmacy.
Pharm World Sci (30): 107-110.

Ahsan-ulhaq, M. (2015). Health-related quality of life of hypertensive patients.


Sci.Int.(Lahore). 27(5),4119-4123.

Akhmadi. (2009). Permasalahan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

American Thoracic Society. (2002). Quality of Life Resource. Washington, DC:


American Thoracic Society

Anbarasan, S.S. (2015). Gambaran kualitas hidup lansia dengan hipertensi di


wilayah kerja Puskesmas Rendang pada periode 27 Februari sampai 14
Maret 2015. Ism, Vol. 4 No.1, September-Desember, Hal 113-124 113.

Annisa, A., F., Wahiduddin., Ansar, J. (2013). Faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan berobat hipertensi pada lansia di Puskesmas Pattingallong Kota
Makasar. Diambil dari http://repository.unhas.ac.id/

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Aziz, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika

Badia, X., Roca-Cusachs, A., Dalfo, A., Gascon, G., Abellan, J., Lahoz, R.,
Varela, C., Velasco, O. (2002). Validation of the short form of the Spanish
Hypertension Quality of Life Questionnaire (MINICHAL). Clinical
Therapeutics 24 (12), 2137–2154.

Baernholdt, M., Yan, G., Hinton, I., Rose, K., Mattos, M. (2013). Quality of life
in rural and urban adults 65 years and older: Findings from the National
Health and Nutrition Examination Survey. J Rural Health. 2012 ; 28(4):
339–347. doi:10.1111/j.1748-0361.2011.00403.x.

Bain, G., H., Lemmon, H., Teunisse, S., Starr, John M., Fox, H., C., Whalley, L.,
J. (2003). Quality of life in healthy old age: relationship with childhood IQ,
89
90

minor psycological symptoms and optimism. Social Psychiatric


Epidemiology, 38(11), 632-636. doi: 10.1007/s00127-003-0685-5

Bardage, C., Isacson, D., G., L. (2001). Hypertension and health-related quality
of life: an epidemiological study in Sweden. Journal of Clinical
Epidemiology (54). 172–181.

Black, J. M., Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen


Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Singapore: Elsevier

Bowling, A. (2005). Ageing Well Quality of Life in Old Age. Maidenhead: Open
University Press.

Brookes, L. (2004). The update WHO/ISH hypertension guidline. JHypertens,


151-183.

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8
Volume 2. Jakarta: EGC

Cella, D. (1998). Quality of Life. Psycho-Oncology. New York: Oxford University


Press

Chang, V., T. & Weissman, D. E. (2004). Fast fact and concept #52: Quality of
life. Diambil dari http://www.eperc.mcw.edu/fastfactpdf/concept%pdf

Chin, Y., R., Lee, I., S., Lee, H., Y. (2014). Effects of hypertension, diabetes,
and/or cardiovascular disease on health-related quality of life in elderly
Korean individuals: A population-based cross-sectional survey. Asian
Nursing Research 8 267-273. doi: 10.1016/j.anr.2014.10.002

Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black, H.R., Cushman, W., C., Green, L., A.,
Izzo, J., L., Jr., … Rocella, E., J. (2003). National Heart, Lung, and Blood
Institute Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,
and Treatment of High Blood Pressure; National High Blood Pressure
Education Program Coordinating Committee. The Seventh Report of the
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure. JAMA. 289(19): 2560-72.
doi:10.1001/jama.289.19.2560

Chung, M. C., Killingworth, A., & Nolan, P. (1997). A critique of the concept of
quality of life. International Journal of Health Care Quality Assurance,
Vol. 10 Iss: 2, pp.80–84. doi:
http://dx.doi.org/10.1108/09526869710166996

Coon, D. (2005). Psychology A Journey (2nd ed.). USA: Thomson Wadsworth.

Dalkey, Norman. (2002). A Delphi Study of Factors Affecting The Quality of Life.
diambil dari
91

http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.371.9262&rep=re
p1&type=pdf

Darmojo, R., B. (2010). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pharmaceutical Care Untuk


Penyakit Hipertensi. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan
Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan.

Dewi, P.R., & Sudhana, I.W. (2013). Gambaran kualitas hidup pada lansia dengan
normotensi dan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Gianyar I periode
bulan November Tahun 2013. Diambil dari
http://download.portalgaruda.org/

Dhamo, E., & Kocollari, N. (2014). Older people quality of life evaluation.
Mediaterranean Journal of Social Science, 5. 385-390. doi:
10.5901/mjss.2014.v5n13p385

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. (2016). Laporan 10 besar penyakit lansia


Kabupaten Bandung. Soreang: Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Dinas Kesehatan Kota Bandung. (2016). Laporan jumah kasus hipertensi Kota
Bandung per kategori per Puskesmas. Bandung: Dinas Kesehatan Kota
Bandung

Doenges, M. E., Townsend, M. C., Moorhouse, M. F. (2006). Rencana Asuhan


Keperawatan Psikiatri (Edisi 3). Jakarta: EGC.

Erpandi. (2015). Posyandu Lansia: Mewujudkan Lansia Sehat, Mandiri dan


Produktif. Jakarta: EGC

Fernández-Ballesteros, R., & Santacreu, Ivars., M. (2010). Aging and quality of


life. In: JH Stone, M Blouin, editors. International Encyclopedia of
Rehabilitation. Diambil dari
http://cirrie.buffalo.edu/encyclopedia/en/article/296/

Ferrans, C., & Powers, M. (2001). Quality of life index: development and
pssychometric properties. Advances in Nursing Science, 8(1), 15-24

Firman, T. (2007). The Patterns of Indonesia’s Urbanization, 1980-2007. Diambil


dari http://paa2008.princeton.edu/papers/80063

Fletcher, A.E., Bulpittb, C.J., Tuomilehtoc, J., Browned, J., Bossinie, A.,
Kawecka-Jaszczf, K. (1998). Quality of life of elderly patients with isolated
systolic hypertension: baseline data from the Syst-Eur Trial. Journal of
Human Hypertension 16, 1117–1124.
92

Greeff, M., Uys, L. R., Wantland, D., Makoae, L., Chirwa, M., Dlamini, P., et al.
(2009). Perceived HIV stigma and life satisfaction among person living with
HIV injection in five African countries: A longitudinal study. International
Nursing Studies. Article In Press. Diambil dari
http://www.elsevier.com/ijns/pdf.

Gunawan, D. L. (2007). Hipertensi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Ha, N., T., Duy, H., T., Le, N., H., Khanal, V., Moorin, R. (2014). Quality of life
among people living with hypertension in a rural Vietnam community. BMC
Public Health (14):833. doi:10.1186/1471-2458-14-833

Hardywinoto, Setiabudhi T. (2005). Panduan Gerontologi: Tinjauan dari


berbagai dimensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Hoyer, William J., Paul A. Roodin. (2003). Adult Development and Aging, 5th
edition. New York: Mc Graw and Hill.

Huang, C., Q., Wang, Z., R., Li, Y., H., Xie, Y., Z., Liu, Q., X. (2010). Education
and risk for late life depression: a meta-analysis of published literature.
International Journal of Psychiatry in Medicine. 40(1):109-24. doi:
10.2190/PM.40.1.i.

Husmiati, Irmayani, Noviana, I. (2016). Kualitas hidup lanjut usia di daerah rawan
bencana (studi kasus di Desa Sukamanah Kecamatan Pangalengan). Sosio
Konsepsia, 5(2): 34-44

Johnson, T., Sheldon, & Carey, P. (2010). Meta-synthesis of health behaviour


change meta-analyses. American Journal of Public Health, 100(11), 2193-
2198

Kao, C. C. (2008). Social support, exercise behaviour, and quality of life in older
adults. Diambil dari http://search.proquest.com/docview/304457538

Kartini, D. (2014). Optimisme dan kualitas hidup orang dengan hipertensi


(Skripsi). Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru.
Diambil dari http://repository.uin-suska.ac.id/6197/1/FM.pdf

Kearney, P., M, Whelton, M., Reynolds, K, et.al., (2002). Global Burden of


Hypertension: Analysis of Worldwide Data. New Orleans: The Lancet

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan,
Semester I. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

______________________. 2013. Infodatin Hipertensi. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

______________________. 2014. Infodatin Hipertensi. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.
93

______________________. 2014. Infodatin Lansia. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

______________________. 2016. Infodatin Lansia. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

Kustanti, N. (2012). Kualitas hidup lansia dengan hipertensi di wilayah kerja


Puskesmas Karangmalang Kabupaten Sragen. Diambil dari
http://eprints.ums.ac.id

Kusuma, H. (2011). Hubungan antara depresi dan dukungan keluarga dengan


kualitas hidup pasien HIV/AIDS yang menjalani perawatan di RSUPN
Cipto Mangun Kusumo Jakarta. (Thesis). Universitas Indonesia, Depok.
Diambil dari http://lib.ui.ac.id

Landis, P., H. (2008). Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama

Lau-Walker M. (2007). Impotance of Illness Beliefs and Self Efficacy for Patients
with Coronary Heart Disease. Diakses dari http://www.ebscohost.com

Li, W., Liu, L., Puente, J.G., Li, Y., Jiang, X., Jin, G., (2005). Hypertension and
health-related quality of life: an epidemiological study in patients attending
hospital clinics in China. Journal of Hypertension 23 (9), 1667–1676.

Lim, K., Kang, U., Lee, Y. (2016). Correlation between hypertension and body
activity, quality of life. International Information Institute, 19(9). 3617-
3622

Maryam S. R, et al.,. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:


Salemba Medika

McKenna, S., P., Doughty, N., Meads, D., M., Doward, L., C., Pepke-Zaba, J.
(2006). The Cambridge Pulmonary Hypertension Outcome Review
(CAMPHOR): a measure of health-related quality of life and quality of life
for patients with pulmonary hypertension. Quality of Life Research 15 (1),
103–115.

Moons, P., Marquet K., Budts W., Geest, D., S. (2004). Validity, reliability, and
responsiveness of the Schedule for the Evaluation of Individual Quality of
Live-Direct Weighting (SEIQOL-DW) in 176 Congenital Heart Disease.
Health and Quality of Life Outcomes, 2(27). doi: 10.1186/1477-7525-2-27

Mubin, M F. (2010). Karakteristik dan pengetahuan pasien dengan motivasi


melakukan kontrol tekanan darah di Wilayah Kerja Puskesmas Sragi I
Pekalongan. (Skripsi). Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang
94

Mudey, A., Ambekar, S., Goyal, R., C. Agarekar, S., Wagh, V., V. (2011).
Assessment of quality of life amon rural an urban elderly population of
Wardha District, Maharashtra,, India. Ethno Med. 5 (2): 89-93

Mulyana W., (2014). Rural-Urban Linkages: Indonesia Case Study. Working


Paper Series No 126. Chile: Working Group-Development with Territorial
Cohesion for Development Program.

Noghani, M., Asgharpur, A., Safa, S., et al. (2007). Quality of life in social capital
in Mashhad City in Iran. Diambil dari http://www.sociology.org.cy

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Noviasari, M. (2013). Hubungan antara jenis pengobatan dan sikap dengan


kualitas hidup pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung. (Skripsi). Universitas Lampung, Bandar
Lampung. Diambil dari http://diglib.unila.ac.id

Nugroho, Wahyudi. (2009). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi ke 3.


Jakarta: EGC

Nurchayati, S. (2010). Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas


hidup pasien penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di
Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap dan Rumah Sakit Umum Daerah
Banyumas. (Skripsi). Univeritas Indonesia, Depok.

Ogihara, T., & Rakugi, H. (2005). Target blood pressure for treatment of isolated
systolic hypertension in the elderly: valsartan in elderly isolated systolic
hypertension study. Journal Hypertension. 56(2):196-202. doi:
https://doi.org/10.1161/HYPERTENSIONAHA.109.146035.

Oguzturk O. (2008). Differencess in quality of life in rural and urban population.


Clin Invest Med. 31 (6): E346-50.

Papalia, D., Sterns, H., Feldman, R.D., & Camp, C. (2007). Adult Development
and Aging. USA : McGraw-Hill Humanities.

Pradono, Hapsari & Sari. (2009). Kualitas hidup penduduk Indonesia menurut
International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF) dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya (Analisis lanjut data riskesdas 2007).
Bul. Penelit. Kesehatan., 1-10

Price, A.S., & Wilson, M.L. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Jakarta: EGC

Puskesmas Garuda. (2016). Laporan kegiatan lansia tingkat puskesmas.. Andir:


Puskesmas Garuda
95

Puskesmas Rancaekek DTP. (2016). Laporan 10 besar penyakit lansia dari


Puskesmas ke Kabupaten. Rancaekek: Puskesmas Rancaekek DTP

Radi. (2007). Diabetes mellitus sebagai faktor resiko penyakit jantung. Diakses
dari: http://www.pjnhk.go.id

Rapley, Mark. (2003). Quality of Life Research: a critical introduction. London:


Sage Publications.

Renwick, R., dan Brown, I. (1996). Quality of Life in Health Promotion and
Rehabilitation. California: Sage Publication, Inc.

Riana, R. (2014). Hubungan penyesuaian diri dengan kualitas hidup pada


penderita hipertensi. (Skripsi). Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau, Pekanbaru. Diambil dari http://repository.uin-
suska.ac.id/6362/1/FM.pdf

Risdianto. (2009). Hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup lanjut usia di
Desa Kembang Kuning Cepogo Boyolali. (Skripsi) Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rudianto, N. D. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup


penderita hipertensi di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang (Skripsi).
Universitas Muhamadiyah Semarang, Semarang.

Rugerri, M., Bisoffi, G., Fontecerdo, L., Warner, R. (2001). Subjective an


objective dimensions of quality of life in psychiatric patients: a factor
analytical approach. The British Journal of Psychiatry. 178(3), p.168 – 275.
doi: 10.1192/bjp.178.3.268.

Santoso, H., & Ismail, H. (2009). Memahami Krisis Lanjut Usia: Uraian Medis
dan Pedagogis-pastoral. Cet.1. Jakarta: Gunung Mulia

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Setyoadi., Noerhamdani., Ermawati. (2011). Perbedaan tingkat kualitas hidup


pada wanita lansia di komunitas dan panti. Jurnal Keperawatan: 2(2). ISSN:
2086-3071

Shucksmith, M., Cameron, S., Merridew, T., Pichler, F. (2009). Urban–rural


differences in quality of life across the European Union. Regional Studies,
43 (10), 1275–1289. doi: 10.1080/00343400802378750

Sihombing, B., Aprilia, D, Purba, A., Sinurat, F. (2016). Penatalaksanaan


hipertensi pada usia lanjut. Diambil dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/63271/1/018%20.pdf
96

Smeltzer, S. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth.


Volume 2 (Edisi 8). Jakarta: EGC

Soni, R. K. (2010). Health-related quality of life in hypertension, chronic kidney


disease and coexistent chronic health condition. Adv. Chronic Kidney
Disease, 17(4): e17-e22. doi: 10.1053/j.ackd.2010.04.002

Spilker, B. (1996). Quality of Life and Pharmacoeconomics in Clinical Trials.


2nd edn. Philadelphia: Lippincott-Raven

Sprangers, M.A., Cull, A., Groenvold, M., Bjordal, K., Blazeby, J., Aaronson,
N.K., (1998). The European Organization for Research and Treatment of
Cancer approach to developing questionnaire modules: an update and
overview. EORTC Quality of Life Study Group. Quality of Life Research 7
(4), 291–300.

Stanley, M. & Beare, P. G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik . (Edisi 2).
Jakarta: EGC.

Stein DJ, Brown GC, Brown MM, Sharma S, Hollands H, Stein HD. (2002). The
Quality of Life of Patients With Hypertension, J Clin Hypertens, 4; 181-188

Sudoyo, A. W., Setoyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. (2006). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Suwardana, I. W, Saraswati, N. L. G. I, Wiratni, M. (2014). Dukungan keluarga


dan kualitas hidup lansia hipertensi. Diambil dari
http://poltekkesdenpasar.ac.id/

Suyono, S. (2001). Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. FKUI, Jakarta: Balai
Pustaka

Tamher, S. & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan


Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Tarigan, A. (2003). Rural - Urban Economic Lingkages Konsep & Urgensinya


Dalam Memperkuat Pembangunan Desa (Bagian Pertama dari Dua Tulisan).
Perencanaan Pembangunan No. 30: 30-43.

Tavares, D.M.S., Bolina, A.F, Dias, F.A., Ferreira, P., C., S. (2014). Quality of
life of elderly. Comparison between urban and rural areas. Invest Educ
Enferm. 2014; 32(3): 401-413. doi: 10.1590/S0120-53072014000300005.
97

Theodorou, M., Moreira, L., B., Kerkhoff, A., Fuchs, S., C., Fuchs, F., D. (2011).
Health-related quality of life measurement in patients with hypertension in
Cyprus. Hellenic Journal of Cardiology, 52 (5). 407-15

Trevisol, D.J., Moreira, L.B., Kerkhoff, A., Fuchs, S.C., Fuchs, F.D. (2011).
Healh-related quality of life and hypertension: a systematic review and
meta-analysis of observasional studies. J Hypertens. 29(2):179-88. doi:
10.1097/HJH.0b013e328340d76f

Usha, V.K., & Lalitha, K. (2016). Quality of life of senior citizens: A Rural-Urban
comparison. Indian J Soc Psychiatry, 32:158-83. doi: 10.4103/0971-
9962.181104.

Veronique, A. C., & Robert, H. F.. (2005). Effects of endurance training on blood
pressure, blood pressure-regulating mechanism, and cardiovascular risk
factors. USA: American Heart Association

Wahdah, N. (2011). Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta:


Multipress

Wahl, Astrid K., Rustoen, T., Hanestad, Berit R., Lerdal, A., Moum, T. (2004).
Quality of life in the general Norwegian population, measured by the
Quality of Life Scale (QOLS-N). Quality of Life Research, 13(15), p. 1001-
1009. doi: 10.1023/B:QURE.0000025583.28948.5b

Wan C, Jiang R, Tu XM, Tang W, Pan J, Yang R, Li X, Yang Z, Zhang X.


(2011). The hypertension scale of the system of Quality of Life Instruments
for Chronic Diseases, QLICD-HY: A development and validation study. Int
J Nurs Stud. doi:10.1016/j.ijnurstu.2011.10.010

Weeks, W., B., Kazis, L., E., Shen, Y., Cong, Z., Ren, X., S., Miller, D., Lee, A.,
Perlin, J., B. (2004). Differences in Health-Related Quality of Life in rural
and urban veterans. American Journal of Public Health 94(10). 1762-1767

Widyastuti, N., Subagio, H., W. (2006). Hubungan Beberapa Indikator Obesitas


dengan Hipertensi pada Perempuan. Media Medika Indonesiana, Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro; 10-15.

Wilson IB, Cleary PD. (1995). Linking clinical variables with health-related
quality of life. JAMA, 273:59.

Wiyanty, T. (2012). Kualitas hidup pasien Diabetes Melitus Tipe 2 rawat jalan Di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun. (Skripsi). Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta

World Health Organization. (1996). Measuring quality of life: the development of


the World Health Organization Quality of Life instrument (WHOQOL).
Geveva: World Health Organization
98

_______________________. (2002). Active Ageing. A Policy Framework.


Geneva: World Health Organization

_______________________. (2013). About cardiovascular diseases. Diambil dari


http://www.who.int/cardiovascular_diseases/about_cvd/en/

Wulandhani, S., A., Nurchayati, S., Lestari, W. (2014). Hubungan dukungan


keluarga dengan motivasi lansia hipertensi dalam memeriksakan tekanan
darahnya. JOM PSIK 1 (2), 1-10

Yenni. (2011). Hubungan dukungan keluarga dan karakteristik lansia dengan


kejadian stroke pada lansia hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Perkotaan Bukittinggi. (Thesis). Universitas Indonesia, Depok

Yuliarti. (2007). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Usia


Lanjut di Posbindu Kota Bogor Tahun 2007. (Tesis). Peminatan Gizi
Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Indonesia

Yusup, L. (2010). Rahasia Tetap Muda Hingga Lansia. Jakarta: Gramedia


Pustaka
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


(Informed Consent)

Kepada Yth :
Bapak/Ibu
Di Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Wenny Yelnita Sari
NPM : 220110130025
adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran (FKEP
UNPAD) yang akan melaksanakan penelitian sebagai tugas akhir untuk
menyelesaikan studi pada FKEP UNPAD tentang “Gambaran Kualitas Hidup
Lansia dengan Hipertensi di Desa Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung dan
Kelurahan Maleber Kota Bandung”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi kualitas hidup lansia dengan hipertensi di Desa Rancaekek
Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber Kota Bandung. Adapun
manfaat penelitian ini adalah dapat mengetahui dan mengevaluasi sejauh mana
tingkat kualitas hidup lansia dengan hipertensi di Desa Rancaekek Wetan
Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber Kota Bandung.
Dalam penelitian tersebut, diperlukan data/informasi yang nyata dari
Bapak/Ibu melalui wawancara dan pengisian angket. Untuk itu saya mohon
kesediaan Bapak/Ibu untuk menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan dengan
kejujuran dan apa adanya. Adapun segala informasi yang Bapak/Ibu berikan akan
dijamin kerahasiaannya. Selain itu apabila tidak bersedia, Bapak/Ibu berhak
menolak menjadi responden dalam penelitian ini.
Atas kesediaan dan kerja sama Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Bandung, 2017
Peneliti

Wenny Yelnita Sari


220110130025
Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah memperoleh penjelasan oleh peneliti, saya sepenuhnya menyadari,


mengerti, dan memahami tentang tujuan, manfaat dan risiko yang mungkin timbul
dalam penelitian, maka dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden
dalam penelitian yang berjudul:

Gambaran Kualitas Hidup Lansia dengan Hipertensi di Desa Rancaekek


Wetan Kabupaten Bandung dan Kelurahan Maleber Kota Bandung

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh, secara sukarela/


tidak ada paksaan dari pihak manapun.

Kode Responden :

Bandung, 2017
Responden
Lampiran 5

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

VARIABEL INDIKATOR NO ITEM


Variabel
Kualitas Hidup Persepsi subjektif lansia dengan hipertensi yang No item 1 sampai
Lansia dengan mempengaruhi status kesehatan baik fungsi fisik, dengan 47 terdiri
Hipertensi psikologis dan kesejahteraan sosial serta kemampuan dari 11 pernyataan
fisik yang baik, merasa cukup secara pribadi dan positif dan 36
masih merasa berguna, partisipasi dalam kehidupan pernyataan negatif
sosial, dan baik dalam sosial ekonominya.
Sub Variabel
Dimensi fungsi Gambaran kesehatan fisik berupa nyeri dan Kuesioner no
fisik ketidaknyamanan, energi dan kelelahan, istirahat dan 1(+), 2(-), 3(-), 4(-
tidur, aktifitas kehidupan sehari-hari, kemandirian ), 5(-), 6(+), 7(+),
dalam meminta bantuan dan pertolongan medis, 8(-)
serta kemampuan untuk mobilisasi.
Dimensi Gambaran kesehatan psikologis berupa gambaran Kuesioner no 9(-),
kesejahteraan diri dan penampilan, harga diri, daya ingat dan 10(-), 11(-), 12(-),
psikologis konsentrasi, serta perasaan negatif. 13(-), 14(-), 15(-),
16(-), 17(-), 18(-),
19(-)
Dimensi Gambaran kesejahteraan sosial berupa hubungan Kuesioner no 20(-
hubungan pribadi, pelaksanaan peran dalam keluarga, ), 21(+), 22(-),
sosial hubungan interpersonal, partisipasi dalam kegiatan 23(+), 24(+), 25(-
yang disukai, perasaan positif, dukungan sosial, ), 26(+), 27(+),
masalah ekonomi, dan aktifitas seksual. 28(-), 29(+), 30(-)
Dimensi Gambaran kondisi spesifik terkait hipertensi berupa Kuesioner no 31(-
bahasan keluhan fisik seperti sakit kepala, merasa pusing, ), 32(-), 33(-), 34(-
spesifik telinga berdengung, jantung berdebar, sesak nafas, ), 35(-), 36(-), 37(-
hipertensi bengkak pada kaki, sering berkemih di malam hari, ), 38(-), 39(-), 40(-
mulut kering, mudah batuk, penglihatan kabur, ), 41(-), 42(+), 43
gerakan menjadi lambat; dan keluhan psikologis (-), 44(-), 45(-),
berupa kemampuan mengontrol emosi negatif, 46(-), 47(+)
khawatir tentang berat badan , merasa tidak nyaman
mengkonsumsi obat-obatan untuk penyakit, aktifitas
seksual, rasa khawatir tentang komplikasi,
kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan
gaya hidup seperti diet rendah garam dan berhenti
merokok.
Lampiran 6

INSTRUMEN PENELITIAN

GAMBARAN KUALITAS HIDUP LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI DESA


RANCAEKEK WETAN KABUPATEN BANDUNG DAN KELURAHAN MALEBER
KOTA BANDUNG

Petunjuk pengisian
Bapak/Ibu saya harapkan:
1. Menjawab setiap pernyataan yang tersedia di bawah ini dengan memberikan tanda
checklist (√ ) atau mengisi jawaban pata tempat yang telah disediakan.
2. Isilah titik-titik yang tertera pata pernyataan dengan singkat dan jelas
3. Bila ada yang kurang dimengerti, dapat ditanyakan kepada peneliti.

Karakteristik Responden

Usia : (1) 60-74 tahun (3) > 90 tahun

(2) 75-90 tahun

Jenis Kelamin : (1) Laki-laki

(2) Perempuan

Status Pernikahan : (1) Menikah (3) Tidak Menikah

(2) Belum Menikah (4) Janda/Duda

Pendidikan Terakhir : (1) Tidak Sekolah (2) SD (3) SMP

(4) SMA (5) Diploma

atau lebih tinggi

Pekerjaan : (1) Petani (2) Buruh / karyawan


Swasta

(3) PNS (4) Pensiunan

(5) Tidak bekerja (6) Lainnya

Durasi Mengidap Hipertensi : (1) < 6 tahun (2) > 6 tahun

Keteraturan Berobat : (1) Teratur (2) Tidak Teratur


Quality of Life Instruments for Chronic Diseases – Hypertension Scale QLICD-HY (V1.0)

Instruction: This questionnaire helps doctors know your feeling about your health
condition in the past week. Your answers will help them choose the appropriate treatment and
rehabilitation strategy. There is no right or wrong answer. Please read the following questions
carefully, and circle the number most relevant how your feeling. You may choose the answer
closest to your true feeling in case you are not sure how to answer the question. The information
that you provide will remain strictly confidential.

Item Not at A Modera Very Extre


Code
Questions
all little tely much mely
PH Physical Function
Could you take care of your daily life? (e.g.,
1 1 2 3 4 5
eating, dressing, washing, using toilet)?
2* Have you felt fatigue easily? 5 4 3 2 1
3* Do you have any trouble walking 800 m or more? 5 4 3 2 1
Do you have any trouble going up and down
4* 5 4 3 2 1
stairs?
Have you needed to take medications to maintain
5* 5 4 3 2 1
daily activities?
6 Have you had a good appetite? 1 2 3 4 5
7 Were you satisfied with your sleep? 1 2 3 4 5
8* Have you felt pain or uncomfortable? 5 4 3 2 1

PS Psychological Function
Has your memory and concentration been
1* 5 4 3 2 1
affected by the disease?
Have you felt mentally miserable because of the
2* 5 4 3 2 1
disease?
*
3 Have you felt lonely and helpless? 5 4 3 2 1
4* Have you felt pessimism and despair? 5 4 3 2 1
5* Have you been worried about your disease? 5 4 3 2 1
6* Have you felt fretful or irritable? 5 4 3 2 1
7* Have you felt nervous and anxious? 5 4 3 2 1
Is there any possibility for you to stop taking the
8* 5 4 3 2 1
drug because of its side effects?
Have you thought of yourself as a burden to your
9* 5 4 3 2 1
family?
Have you felt self-abasement because of your
10* 5 4 3 2 1
disease?
Have you covered the emotions, but could not
11* 5 4 3 2 1
forget?

SO Social Function
Has the disease or treatments interfered with your
1* 5 4 3 2 1
work or housework?
Could you undertake appropriate family roles
2 1 2 3 4 5
(such as parent, husband, wife)?
Have you decreased your caring and attentions to
3* 5 4 3 2 1
your family because of the disease?
4 Have you had good relations with your families? 1 2 3 4 5
Could you acquire material and emotional help
5 1 2 3 4 5
and support from your family when you need?
Has the disease affected your participation in
6* 5 4 3 2 1
leisure activities which you like?
Could you treat the illness positively and
7 1 2 3 4 5
optimistically?
Have you thought that the treatments you
8 1 2 3 4 5
received was good for curing the disease?
Have economic problems caused by your illness
9* 5 4 3 2 1
or treatment affected your life?
Could you get care and support from your friends
10 1 2 3 4 5
and relatives?
Has the disease or treatment affected your sexual
11* 5 4 3 2 1
activities?

HY Specific Module
1* Did you have headache? 5 4 3 2 1
2* Did you feel dizzy? 5 4 3 2 1
3* Did you have tinnitus? 5 4 3 2 1
4* Did you have heart palpitations? 5 4 3 2 1
5* Did you have shortness of breath? 5 4 3 2 1
6* Did you have swelling in your ankle or legs? 5 4 3 2 1
7* Did you have increased urination in the night? 5 4 3 2 1
8* Did you feel dry mouth? 5 4 3 2 1
9* Did you have irritable cough? 5 4 3 2 1
10* Did you have blurred vision? 5 4 3 2 1
11* Did you feel slow reaction or slow movement? 5 4 3 2 1
12 Were you able to control your negative emotions? 1 2 3 4 5
13* Did you feel unhappy about your weight? 5 4 3 2 1
Did you feel uncomfortable about taking
14* 5 4 3 2 1
medicine for the disease?
Were you bothered by sexual problem caused by
15* 5 4 3 2 1
disease?
How often do you worry about further damage to
16* 5 4 3 2 1
your health caused by the disease?
Were you able to adapt to life style change such
17 1 2 3 4 5
as low-salt diet and quit smoking?

Note: (*) = negative question

Finish.
-Thank you for your attention-
Instrumen Kualitas Hidup untuk Penyakit Kronis – Skala Hipertensi QLICD-HY (V1.0)

Instruksi: Kuesioner ini membantu para dokter untuk mengetahui apa yang anda rasakan
terkait kesehatan anda dalam beberapa minggu terakhir. Jawaban anda akan membantu para dokter
untuk memilih tatalaksana dan strategi rehabilitasi yang tepat untuk anda. Tidak ada jawaban
benar atau salah. Bacalah pertanyaan di bawah ini dengan seksama, lalu lingkari angka yang
paling sesuai dengan apa yang anda rasakan. Jika tidak ada jawaban yang benar-benar sesuai
dengan perasaan anda, maka anda dapat memilih jawaban yang paling mendekati dengan perasaan
anda yang sesungguhnya. Informasi yang anda berikan akan dijamin kerahasiaannya.

Tidak
Kode Amat
Item Pertanyaan sama Sedikit Sedang Sangat
sangat
sekali
PH Fungsi Fisik
Apakah anda dapat mengurus diri sendiri dalam kegiatan
1 sehari-hari? (contoh: makan, mengenakan pakaian, 1 2 3 4 5
mandi, menggunakan toilet)
2* Apakah anda merasa mudah lelah? 5 4 3 2 1
Apakah anda memiliki kesulitan ketika berjalan sejauh
3* 5 4 3 2 1
800 meter atau lebih?
Apakah anda memiliki kesulitan saat naik dan turun
4* 5 4 3 2 1
tangga?
Apakah anda memerlukan obat-obatan untuk dapat
5* 5 4 3 2 1
menjalankan aktivitas harian?
6 Apakah anda memiliki nafsu makan yang baik? 1 2 3 4 5
Apakah anda merasa puas dengan kualitas tidur anda
7 1 2 3 4 5
saat ini?
Pernahkah anda merasakan nyeri atau rasa tidak
8* 5 4 3 2 1
nyaman?

PS Fungsi Psikologis
* Apakah penyakit anda memberikan pengaruh terhadap
1 5 4 3 2 1
ingatan dan konsentrasi anda?
Apakah anda pernah merasa sedih karena penyakit yang
2* 5 4 3 2 1
anda miliki?
*
3 Apakah anda pernah merasa kesepian dan tidak berdaya? 5 4 3 2 1
4* Apakah anda pernah merasa pesimis dan putus asa? 5 4 3 2 1
Apakah anda pernah merasa khawatir terkait penyakit
5* 5 4 3 2 1
yang anda miliki?
Apakah anda pernah merasa jengkel atau kesal karena
6* 5 4 3 2 1
penyakit yang anda miliki?
Apakah anda pernah merasa gelisah, resah atau cemas
7* 5 4 3 2 1
karena penyakit yang anda miliki?
Apakah anda terpikir untuk menghentikan pemakaian
8* 5 4 3 2 1
obat karena efek samping yang muncul?
Apakah pernah terpikir oleh anda bahwa anda adalah
9* 5 4 3 2 1
beban untuk keluarga anda?
Apakah anda pernah merasa rendah diri karena penyakit
10* 5 4 3 2 1
yang anda miliki?
Apakah anda pernah menutupi emosi yang anda ingin
11* 5 4 3 2 1
luapkan, namun tidak dapat anda hilangkan?

SO Fungsi Sosial
Apakah pekerjaan / pekerjaan rumahtangga anda
1* menjadi terganggu karena penyakit yang anda miliki / 5 4 3 2 1
terapi yang anda jalankan?
Apakah anda dapat menjalankan peran anda dalam
2 1 2 3 4 5
keluarga? (contoh: sebagai orangtua, suami, istri)
Apakah perhatian anda terhadap keluarga menjadi
3* 5 4 3 2 1
berkurang disebabkan karena penyakit yang anda miliki?
Apakah anda memiliki hubungan yang bagus dengan
4 1 2 3 4 5
keluarga anda?
Apakah anda mendapatkan dukungan materiil dan
5 emosional dari keluarga anda saat anda 1 2 3 4 5
membutuhkannya?
Apakah penyakit yang anda miliki mempengaruhi
6* partisipasi anda terhadap aktivitas waktu luang / hobi 5 4 3 2 1
anda?
Dapatkah anda menjalani terapi penyakit anda dengan
7 1 2 3 4 5
positif dan optimis?
Apakah anda berpikir bahwa terapi yang anda jalankan
8 adalah pilihan yang tepat untuk menyembuhkan penyakit 1 2 3 4 5
anda?
Apakah hidup anda terkena dampak dari masalah
9* 5 4 3 2 1
ekonomi yang disebabkan oleh penyakit dan terapi anda?
Apakah anda mendapatkan perhatian dan dukungan dari
10 1 2 3 4 5
teman-teman dan saudara-saudara anda?
Apakah penyakit yang anda miliki atau terapi yang anda
11* 5 4 3 2 1
jalankan mempengaruhi aktivitas seksual anda?

HY Bahasan Spesifik
1* Apakah anda mengalami sakit kepala? 5 4 3 2 1
2* Apakah anda mengalami pusing kepala? 5 4 3 2 1
Apakah anda pernah mengalami suara berdenging pada
3* 5 4 3 2 1
telinga anda?
4* Apakah anda mengalami jantung berdebar? 5 4 3 2 1
5* Apakah anda mengalami sesak napas? 5 4 3 2 1
Apakah anda mengalami bengkak pada pergelangan kaki
6* 5 4 3 2 1
atau pada kaki?
Apakah anda makin sering buang air kecil pada malam
7* 5 4 3 2 1
hari?
*
8 Apakah anda merasa kering pada mulut anda? 5 4 3 2 1
9* Apkah anda merasakan batuk yang mengganggu? 5 4 3 2 1
10* Apakah pandangan anda terasa buram? 5 4 3 2 1
Apakah anda merasa gerakan atau reaksi anda
11* 5 4 3 2 1
melambat?
Apakah anda dapat mengontrol emosi negatif yang ada
12 1 2 3 4 5
pada diri anda?
Apakah anda merasa tidak bahagia dengan berat badan
13* 5 4 3 2 1
anda sekarang?
Apakah anda merasa tidak nyaman dalam pengobatan
14* 5 4 3 2 1
yang anda lakukan sekarang?
Apakah anda merasa terganggu dengan masalah seksual
15* 5 4 3 2 1
ynag disebabkan oleh penyakit anda?
Seberapa sering anda mengkhawatirkan kesehatan anda
16* yang semakin terganggu karena penyakit yang anda 5 4 3 2 1
derita?
Apakah anda dapat beradaptasi dengan perubahan gaya
17 1 2 3 4 5
hidup seperti diet rendah garam dan berhenti merokok?

Catatan: (*) = pertanyaan negatif

Selesai.
-Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu-
Lampiran 7

HASIL BACK TRANSLATIONS


KUESIONER KUALITAS HIDUP LANSIA DENGAN HIPERTENSI

No. Asli Terjemahan Indonesia Back Tranlations Hasil Revisi (akhir)


1 Could you take care of your daily Apakah anda dapat mengurus diri Could you take care of your daily Apakah anda dapat mengurus diri
life? (e.g., eating, dressing, washing, sendiri dalam kegiatan sehari-hari? life? (e.g., eating, dressing, washing, sendiri dalam kegiatan sehari-hari?
using toilet)? (contoh: makan, mengenakan using toilet)? (contoh: makan, mengenakan
pakaian, mandi, menggunakan pakaian, mandi, menggunakan
toilet) toilet)
2 Have you felt fatigue easily? Apakah anda merasa mudah lelah? Do you feel fatigue easily? Apakah anda merasa mudah lelah?
3 Do you have any trouble walking Apakah anda memiliki kesulitan Do you have any difficulty walking Apakah anda memiliki kesulitan
800 m or more? ketika berjalan sejauh 800 meter 800 m or more? ketika berjalan sejauh 800 meter
atau lebih? atau lebih?
4 Do you have any trouble going up Apakah anda memiliki kesulitan saat Do you have any difficulty going up Apakah anda memiliki kesulitan saat
and down stairs? naik dan turun tangga? and down naik dan turun tangga?
stairs?
5 Have you needed to take Apakah anda memerlukan obat- Do you need to take medications to Apakah anda memerlukan obat-
medications to maintain daily obatan untuk dapat menjalankan maintain daily activities? obatan untuk dapat menjalankan
activities? aktivitas harian? aktivitas harian?
6 Have you had a good appetite? Apakah anda memiliki nafsu makan Do you have a good appetite? Apakah anda memiliki nafsu makan
yang baik? yang baik?
7 Were you satisfied with your sleep? Apakah anda merasa puas dengan Are you satisfy with your quality of Apakah anda merasa puas dengan
kualitas tidur anda saat ini? sleep right now? kualitas tidur anda saat ini?
8 Have you felt pain or Pernahkah anda merasakan nyeri Have you felt pain or Pernahkah anda merasakan nyeri
uncomfortable? atau rasa tidak nyaman? uncomfortable? atau rasa tidak nyaman?
9 Has your memory and concentration Apakah penyakit anda memberikan Does your disease affect your Apakah penyakit anda memberikan
been affected by the disease? pengaruh terhadap ingatan dan memory and pengaruh terhadap ingatan dan
konsentrasi anda? concentration? konsentrasi anda?
10 Have you felt mentally miserable Apakah anda pernah merasa sedih Have you felt sad because of your Apakah anda pernah merasa sedih
because of the disease? karena penyakit yang anda miliki? disease? karena penyakit yang anda miliki?

11 Have you felt lonely and helpless? Apakah anda pernah merasa Have you felt lonely and powerless? Apakah anda pernah merasa
kesepian dan tidak berdaya? kesepian dan tidak berdaya?
12 Have you felt pessimism and Apakah anda pernah merasa pesimis Have you felt pessimism and Apakah anda pernah merasa pesimis
despair? dan putus asa? despair? dan putus asa?
13 Have you been worried about your Apakah anda pernah merasa Have you been worried about your Apakah anda pernah merasa
disease? khawatir terkait penyakit yang anda disease? khawatir terkait penyakit yang anda
miliki? miliki?
14 Have you felt fretful or irritable? Apakah anda pernah merasa jengkel Have you felt fretful or irritable Apakah anda pernah merasa jengkel
atau kesal karena penyakit yang because of your atau kesal karena penyakit yang
anda miliki? disease? anda miliki?
15 Have you felt nervous and anxious? Apakah anda pernah merasa gelisah, Have you felt nervous and anxious Apakah anda pernah merasa gelisah,
resah atau cemas karena penyakit because of your disease? resah atau cemas karena penyakit
yang anda miliki? yang anda miliki?
16 Is there any possibility for you to Apakah anda terpikir untuk Do you think to stop taking the drug Apakah anda terpikir untuk
stop taking the drug because of its menghentikan pemakaian obat because of its side effects? menghentikan pemakaian obat
side effects? karena efek samping yang muncul? karena efek samping yang muncul?
17 Have you thought of yourself as a Apakah pernah terpikir oleh anda Have you thought of yourself as a Apakah pernah terpikir oleh anda
burden to your family? bahwa anda adalah beban untuk burden to your family? bahwa anda adalah beban untuk
keluarga anda? keluarga anda?
18 Have you felt self-abasement Apakah anda pernah merasa rendah Have you felt self-abasement Apakah anda pernah merasa rendah
because of your disease? diri karena penyakit yang anda because of your disease? diri karena penyakit yang anda
miliki? miliki?
19 Have you covered the emotions, but Apakah anda pernah menutupi Have you covered the emotions hat Apakah anda pernah menutupi
could not forget? emosi yang anda ingin luapkan, you wanted to forget, but could not emosi yang anda ingin luapkan,
namun tidak dapat anda hilangkan? forget? namun tidak dapat anda hilangkan?
20 Has the disease or treatments Apakah pekerjaan / pekerjaan Has the disease or treatments Apakah pekerjaan / pekerjaan
interfered with your work or rumahtangga anda menjadi interfered with your work or rumahtangga anda menjadi
housework? terganggu karena penyakit yang housework? terganggu karena penyakit yang
anda miliki / terapi yang anda anda miliki / terapi yang anda
jalankan? jalankan?
21 Could you undertake appropriate Apakah anda dapat menjalankan Could you undertake your role in Apakah anda dapat menjalankan
family roles (such as parent, peran anda dalam keluarga? (contoh: family? (e.g., as peran anda dalam keluarga? (contoh:
husband, wife)? sebagai orangtua, suami, istri) parent, husband, wife) sebagai orangtua, suami, istri)

22 Have you decreased your caring Apakah perhatian anda terhadap Have you decreased your caring and Apakah perhatian anda terhadap
and attentions to your family keluarga menjadi berkurang attentions to your family because of keluarga menjadi berkurang
because of the disease? disebabkan karena penyakit yang the disease? disebabkan karena penyakit yang
anda miliki? anda miliki?
23 Have you had good relations with Apakah anda memiliki hubungan Do you have good relations with Apakah anda memiliki hubungan
your families? yang bagus dengan keluarga anda? your families? yang bagus dengan keluarga anda?
24 Could you acquire material and Apakah anda mendapatkan Could you acquire material and Apakah anda mendapatkan
emotional help and support from dukungan materiil dan emosional emotional help and support from dukungan materiil dan emosional
your family when you need? dari keluarga anda saat anda your family when you need? dari keluarga anda saat anda
membutuhkannya? membutuhkannya?
25 Has the disease affected your Apakah penyakit yang anda miliki Has the disease affected your Apakah penyakit yang anda miliki
participation in leisure activities mempengaruhi partisipasi anda participation in leisure mempengaruhi partisipasi anda
which you like? terhadap aktivitas waktu luang / hobi activities/your hobbies? terhadap aktivitas waktu luang /
anda? hobi anda?
26 Could you treat the illness positively Dapatkah anda menjalani terapi Could you treat the illness positively Dapatkah anda menjalani terapi
and optimistically? penyakit anda dengan positif dan and optimistically? penyakit anda dengan positif dan
optimis? optimis?
27 Have you thought that the Apakah anda berpikir bahwa terapi Do you think that the treatments you Apakah anda berpikir bahwa terapi
treatments you received was good yang anda jalankan adalah pilihan received was a good choice to cure yang anda jalankan adalah pilihan
for curing the disease? yang tepat untuk menyembuhkan the disease? yang tepat untuk menyembuhkan
penyakit anda? penyakit anda?
28 Have economic problems caused by Apakah hidup anda terkena dampak Has your life been affected by Apakah hidup anda terkena dampak
your illness or treatment affected dari masalah ekonomi yang economic problem dari masalah ekonomi yang
your life? disebabkan oleh penyakit dan terapi which caused by the disease and disebabkan oleh penyakit dan terapi
anda? your treatments? anda?
29 Could you get care and support Apakah anda mendapatkan perhatian Do you get care and support from Apakah anda mendapatkan perhatian
from your friends and relatives? dan dukungan dari teman-teman dan your friends and relatives? dan dukungan dari teman-teman dan
saudara-saudara anda? saudara-saudara anda?
30 Has the disease or treatment Apakah penyakit yang anda miliki Has the disease or treatment Apakah penyakit yang anda miliki
affected your sexual activities? atau terapi yang anda jalankan affected your sexual activities? atau terapi yang anda jalankan
mempengaruhi aktivitas seksual mempengaruhi aktivitas seksual
anda? anda?
31 Did you have headache? Apakah anda mengalami sakit Did you have headache? Apakah anda mengalami sakit
kepala? kepala?
32 Did you feel dizzy? Apakah anda mengalami pusing Did you feel dizzy? Apakah anda mengalami pusing
kepala? kepala?
33 Did you have tinnitus? Apakah anda pernah mengalami Did you have tinnitus? Apakah anda pernah mengalami
suara berdenging pada telinga anda? suara berdenging pada telinga anda?
34 Did you have heart palpitations? Apakah anda mengalami jantung Did you have heart palpitations? Apakah anda mengalami jantung
berdebar? berdebar?
35 Did you have shortness of breath? Apakah anda mengalami sesak Did you have shortness of breath? Apakah anda mengalami sesak
napas? napas?
36 Did you have swelling in your ankle Apakah anda mengalami bengkak Did you have swelling in your ankle Apakah anda mengalami bengkak
or legs? pada pergelangan kaki atau pada or legs? pada pergelangan kaki atau pada
kaki? kaki?
37 Did you have increased urination in Apakah anda makin sering buang air Did you have increased urination in Apakah anda makin sering buang air
the night? kecil pada malam hari? the night? kecil pada malam hari?
38 Did you feel dry mouth? Apakah anda merasa kering pada Did you feel dry mouth? Apakah anda merasa kering pada
mulut anda? mulut anda?
39 Did you have irritable cough? Apakah anda merasakan batuk yang Did you have irritable cough? Apkah anda merasakan batuk yang
mengganggu? mengganggu?
40 Did you have blurred vision? Apakah pandangan anda terasa Did you have blurred vision? Apakah pandangan anda terasa
buram? buram?
41 Did you feel slow reaction or slow Apakah anda merasa gerakan atau Did you feel slow reaction or slow Apakah anda merasa gerakan atau
movement? reaksi anda melambat? movement? reaksi anda melambat?
42 Were you able to control your Apakah anda dapat mengontrol Were you able to control your Apakah anda dapat mengontrol
negative emotions? emosi negatif yang ada pada diri negative emotions? emosi negatif yang ada pada diri
anda? anda?
43 Did you feel unhappy about your Apakah anda merasa tidak bahagia Did you feel unhappy about your Apakah anda merasa tidak bahagia
weight? dengan berat badan anda sekarang? weight right now? dengan berat badan anda sekarang?
44 Did you feel uncomfortable about Apakah anda merasa tidak nyaman Did you feel uncomfortable about Apakah anda merasa tidak nyaman
taking medicine for the disease? dalam pengobatan yang anda taking medicine for the disease right dalam pengobatan yang anda
lakukan sekarang? now? lakukan sekarang?
45 Were you bothered by sexual Apakah anda merasa terganggu Were you bothered by sexual Apakah anda merasa terganggu
problem caused by disease? dengan masalah seksual ynag problem caused by disease? dengan masalah seksual ynag
disebabkan oleh penyakit anda? disebabkan oleh penyakit anda?

46 How often do you worry about Seberapa sering anda How often do you worry about Seberapa sering anda
further damage to your health mengkhawatirkan kesehatan anda further damage to your health mengkhawatirkan kesehatan anda
caused by the disease? yang semakin terganggu karena caused by the disease? yang semakin terganggu karena
penyakit yang anda derita? penyakit yang anda derita?
47 Were you able to adapt to life style Apakah anda dapat beradaptasi Were you able to adapt to life style Apakah anda dapat beradaptasi
change such as low-salt diet and dengan perubahan gaya hidup change such as low-salt diet and dengan perubahan gaya hidup
quit smoking? seperti diet rendah garam dan quit smoking? seperti diet rendah garam dan
berhenti merokok? berhenti merokok?
Lampiran 8

UJI RELIABILITAS Quality of Life Instruments for Chronic Disease –


Hypertension (QLICD-HY)

Rural
Reliability

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.934 47

Urban
Reliability

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.890 47
Lampiran 9

DISTRIBUSI FREKUENSI KARAKTERISTIK RESPONDEN RURAL

Usia * QOL Crosstabulation

QOL Total

BURUK BAIK

Count 25 21 46
Elderly
% of Total 49,0% 41,2% 90,2%
Usia
Count 3 2 5
Old
% of Total 5,9% 3,9% 9,8%
Count 28 23 51
Total
% of Total 54,9% 45,1% 100,0%

JK * QOL Crosstabulation

QOL Total

BURUK BAIK

Count 5 4 9
Laki-laki
% of Total 9,8% 7,8% 17,6%
JK
Count 23 19 42
Perempuan
% of Total 45,1% 37,3% 82,4%
Count 28 23 51
Total
% of Total 54,9% 45,1% 100,0%

SP * QOL Crosstabulation

QOL Total

BURUK BAIK

Count 16 14 30
Menikah
% of Total 31,4% 27,5% 58,8%
SP
Count 12 9 21
Duda/janda
% of Total 23,5% 17,6% 41,2%
Count 28 23 51
Total
% of Total 54,9% 45,1% 100,0%
Pendidikan * QOL Crosstabulation

QOL Total

BURUK BAIK

Count 19 14 33
SD
% of Total 37,3% 27,5% 64,7%

Count 9 6 15
SMP
% of Total 17,6% 11,8% 29,4%
Pendidikan
Count 0 2 2
SMA
% of Total 0,0% 3,9% 3,9%

Count 0 1 1
Diploma/lebih tinggi
% of Total 0,0% 2,0% 2,0%
Count 28 23 51
Total
% of Total 54,9% 45,1% 100,0%

Pekerjaan * QOL Crosstabulation

QOL Total

BURUK BAIK

Count 9 4 13
Petani
% of Total 17,6% 7,8% 25,5%

Count 0 2 2
Buruh/karyawan swasta
Pekerj % of Total 0,0% 3,9% 3,9%
aan Count 16 11 27
Tidak bekerja
% of Total 31,4% 21,6% 52,9%

Count 3 6 9
Lainnya
% of Total 5,9% 11,8% 17,6%
Count 28 23 51
Total
% of Total 54,9% 45,1% 100,0%

Durasi * QOL Crosstabulation

QOL Total

BURUK BAIK

Count 7 11 18
< 6 tahun
% of Total 13,7% 21,6% 35,3%
Durasi
Count 21 12 33
> 6 tahun
% of Total 41,2% 23,5% 64,7%
Count 28 23 51
Total
% of Total 54,9% 45,1% 100,0%
Berobat * QOL Crosstabulation

QOL Total

BURUK BAIK

Count 7 10 17
Teratur mengkonsumsi obat
% of Total 13,7% 19,6% 33,3%
Berobat
Tidak teratur mengkonsumsi Count 21 13 34
obat % of Total 41,2% 25,5% 66,7%
Count 28 23 51
Total
% of Total 54,9% 45,1% 100,0%

DISTRIBUSI FREKUENSI KARAKTERISTIK RESPONDEN URBAN

Usia * QOL Crosstabulation

QOL Total

BURUK BAIK

Count 4 43 47
Elderly age
% of Total 7,8% 84,3% 92,2%
Usia
Count 0 4 4
Old age
% of Total 0,0% 7,8% 7,8%
Count 4 47 51
Total
% of Total 7,8% 92,2% 100,0%

JK * QOL Crosstabulation

QOL Total

BURUK BAIK

Count 2 12 14
Laki-laki
% of Total 3,9% 23,5% 27,5%
JK
Count 2 35 37
Perempuan
% of Total 3,9% 68,6% 72,5%
Count 4 47 51
Total
% of Total 7,8% 92,2% 100,0%
SP * QOL Crosstabulation

QOL Total

BURUK BAIK

Count 3 30 33
Menikah
% of Total 5,9% 58,8% 64,7%
SP
Count 1 17 18
Duda/janda
% of Total 2,0% 33,3% 35,3%
Count 4 47 51
Total
% of Total 7,8% 92,2% 100,0%

Pendidikan * QOL Crosstabulation

QOL Total

BURUK BAIK

Count 1 13 14
SD
% of Total 2,0% 25,5% 27,5%

Count 2 15 17
SMP
% of Total 3,9% 29,4% 33,3%
Pendidikan
Count 1 13 14
SMA
% of Total 2,0% 25,5% 27,5%

Count 0 6 6
Diploma/lebih tingg
% of Total 0,0% 11,8% 11,8%
Count 4 47 51
Total
% of Total 7,8% 92,2% 100,0%

Pekerjaan * QOL Crosstabulation

DIMENSI1 Total

BURUK BAIK

Count 0 4 4
Buruh/karyawan swasta
% of Total 0,0% 7,8% 7,8%

Count 1 7 8
Pensiunan
% of Total 2,0% 13,7% 15,7%
Pekerjaan
Count 3 23 26
Tidak bekerja
% of Total 5,9% 45,1% 51,0%

Count 0 13 13
Lainnya
% of Total 0,0% 25,5% 25,5%
Count 4 47 51
Total
% of Total 7,8% 92,2% 100,0%
Durasi * QOL Crosstabulation

QOL Total

BURUK BAIK

Count 1 25 26
< 6 tahun
% of Total 2,0% 49,0% 51,0%
Durasi
Count 3 22 25
> 6 tahun
% of Total 5,9% 43,1% 49,0%
Count 4 47 51
Total
% of Total 7,8% 92,2% 100,0%

Berobat * QOL Crosstabulation

QOL Total

BURUK BAIK

Count 4 47 51
Berobat Teratur
% of Total 7,8% 92,2% 100,0%
Count 4 47 51
Total
% of Total 7,8% 92,2% 100,0%
Lampiran 10

Lampiran Jawaban Responden Wilayah Rural

DIMENSI FUNGSI FISIK


NO
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 TOTAL SKOR SKOR BAKU KETERANGAN
R1 4 4 3 1 3 5 5 3 28 62 BAIK
R2 3 4 4 1 1 1 1 1 16 25 BURUK
R3 3 3 5 4 5 3 2 2 27 59 BAIK
R4 5 5 5 5 5 5 5 5 40 100 BAIK
R5 5 3 4 4 1 5 5 1 28 62 BAIK
R6 5 5 5 5 5 4 5 5 39 97 BAIK
R7 4 3 3 4 1 4 2 3 24 50 BURUK
R8 4 4 3 1 3 5 5 3 28 62 BAIK
R9 4 4 5 5 4 2 2 3 29 66 BAIK
R10 5 3 4 5 5 2 3 3 30 69 BAIK
R11 3 2 2 3 2 4 3 1 20 37 BURUK
R12 5 2 3 3 4 2 3 4 26 56 BAIK
R13 5 5 5 2 4 5 3 5 34 81 BAIK
R14 5 3 3 3 2 4 4 4 28 62 BAIK
R15 4 2 1 1 1 5 3 1 18 31 BURUK
R16 2 3 3 3 2 3 2 3 21 41 BURUK
R17 5 2 5 5 5 2 4 2 30 69 BAIK
R18 5 2 5 5 5 4 4 5 35 84 BAIK
R19 5 2 4 1 2 4 4 4 26 56 BAIK
R20 5 2 5 5 5 4 4 2 32 75 BAIK
R21 5 4 5 5 2 2 2 3 28 62 BAIK
R22 5 3 5 4 4 4 4 3 32 75 BAIK
R23 5 5 5 5 2 4 2 2 30 69 BAIK
R24 4 2 5 5 2 4 4 3 29 66 BAIK
R25 4 2 5 5 2 4 4 3 29 66 BAIK
R26 4 2 4 2 2 3 4 2 23 47 BURUK
R27 5 2 5 5 1 2 2 5 27 60 BAIK
R28 2 2 2 2 2 4 4 2 20 37 BURUK
R29 4 2 5 5 2 4 4 3 29 66 BAIK
R30 4 2 3 3 2 3 4 3 24 50 BURUK
R31 5 2 4 4 2 3 5 2 27 59 BAIK
R32 5 2 5 4 2 4 4 4 30 69 BAIK
R33 4 2 3 1 2 4 2 2 20 37 BURUK
R34 3 3 3 4 3 2 3 2 23 47 BURUK
R35 3 5 4 4 3 4 4 4 31 72 BAIK
R36 2 4 2 2 3 2 2 2 19 34 BURUK
R37 2 1 2 5 2 2 2 2 18 31 BURUK
R38 3 3 5 5 5 3 3 4 31 72 BAIK
R39 2 3 4 4 2 4 4 3 26 56 BAIK
R40 4 3 4 4 2 3 4 3 27 59 BAIK
R41 1 2 1 1 1 2 3 2 13 16 BURUK
R42 5 3 3 3 4 5 1 5 29 66 BAIK
R43 5 3 5 5 2 5 1 3 29 66 BAIK
R44 4 4 4 4 5 5 2 3 31 72 BAIK
R45 5 4 5 4 5 4 3 4 34 81 BAIK
R46 5 3 5 5 5 4 4 2 33 78 BAIK
R47 5 3 4 4 5 3 3 3 30 69 BAIK
R48 4 2 2 1 1 4 4 2 20 37 BURUK
R49 3 2 2 1 2 2 4 2 18 31 BURUK
R50 4 3 4 3 2 4 4 3 27 59 BAIK
R51 4 3 4 3 2 3 3 1 23 47 BURUK
DIMENSI KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS
NO
P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 TOTAL SKOR SKOR BAKU KETERANGAN
R1 5 4 4 4 3 3 4 4 5 5 3 44 75 BAIK
R2 3 2 5 5 3 2 4 4 4 4 4 40 66 BAIK
R3 5 4 4 3 2 2 2 4 4 4 4 38 61 BAIK
R4 4 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 28 39 BURUK
R5 5 2 2 3 2 4 2 5 4 4 4 37 59 BAIK
R6 5 2 3 3 2 2 2 4 4 4 4 35 54 BAIK
R7 3 2 3 2 2 2 2 4 3 3 2 28 39 BURUK
R8 4 3 4 4 2 4 2 4 5 5 3 40 66 BAIK
R9 3 3 3 4 2 4 2 3 4 4 3 35 54 BAIK
R10 2 2 2 2 2 3 2 5 4 2 2 28 39 BURUK
R11 4 2 4 3 2 2 2 3 4 4 2 32 48 BURUK
R12 4 2 4 2 2 2 2 4 3 3 4 32 48 BURUK
R13 5 2 4 3 2 2 2 5 4 4 3 36 57 BAIK
R14 4 2 2 2 2 3 2 5 3 2 2 29 41 BURUK
R15 4 2 2 2 2 3 2 4 2 2 4 29 41 BURUK
R16 5 5 3 3 1 3 3 3 1 1 1 29 41 BURUK
R17 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 43 73 BAIK
R18 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 40 66 BAIK
R19 4 2 3 2 2 3 2 2 4 4 4 32 48 BURUK
R20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 75 BAIK
R21 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 27 36 BURUK
R22 4 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 28 39 BURUK
R23 4 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 28 39 BURUK
R24 4 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 28 39 BURUK
R25 4 2 3 3 2 2 2 3 4 3 3 31 45 BURUK
R26 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 37 59 BAIK
R27 3 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 16 11 BURUK
R28 4 2 4 3 2 3 2 2 4 3 3 32 48 BURUK
R29 4 1 1 1 1 2 1 3 2 1 3 20 20 BURUK
R30 4 2 3 3 1 2 2 2 4 3 3 29 41 BURUK
R31 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 3 40 66 BAIK
R32 5 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 43 73 BAIK
R33 4 3 3 4 3 2 3 2 3 4 5 36 57 BAIK
R34 3 2 2 2 2 1 2 2 3 2 4 25 32 BURUK
R35 5 4 4 5 4 3 4 3 5 5 3 45 77 BAIK
R36 4 4 4 4 2 3 3 3 5 4 3 39 64 BAIK
R37 4 3 3 3 2 2 2 2 4 3 3 31 45 BURUK
R38 5 4 3 4 2 3 2 3 4 4 3 37 59 BAIK
R39 3 2 1 2 2 3 2 2 2 2 3 24 30 BURUK
R40 3 2 1 3 2 3 2 2 2 2 2 24 30 BURUK
R41 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 75 BAIK
R42 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 38 61 BAIK
R43 4 4 4 4 3 4 4 3 5 5 3 43 73 BAIK
R44 4 4 4 5 5 3 4 4 5 4 4 46 80 BAIK
R45 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 36 57 BAIK
R46 4 4 5 4 3 3 3 4 5 4 4 43 73 BAIK
R47 4 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 28 39 BURUK
R48 5 4 4 4 3 3 4 4 5 5 3 44 75 BAIK
R49 3 3 3 4 2 4 2 3 4 4 3 35 54 BAIK
R50 2 2 2 2 2 3 2 5 4 2 2 28 39 BURUK
R51 4 2 4 3 2 2 2 3 4 4 2 32 48 BURUK
DIMENSI HUBUNGAN SOSIAL
NO
P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30 TOTAL SKOR SKOR BAKU KETERANGAN
R1 5 4 5 4 3 4 2 2 5 4 5 43 73 BAIK
R2 5 4 5 4 3 5 4 4 4 4 5 47 82 BAIK
R3 4 4 2 4 4 5 3 2 5 4 5 42 70 BAIK
R4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 35 54 BAIK
R5 5 4 4 3 3 5 4 4 4 3 5 44 75 BAIK
R6 3 3 4 4 4 5 4 4 5 4 5 45 77 BAIK
R7 2 3 4 3 3 3 2 4 4 3 5 36 57 BAIK
R8 5 5 5 4 4 5 3 3 4 4 5 47 82 BAIK
R9 2 3 4 4 4 2 2 2 5 4 4 36 57 BAIK
R10 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 29 41 BURUK
R11 2 3 2 3 3 2 4 4 4 3 3 33 50 BURUK
R12 3 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 39 64 BAIK
R13 3 4 2 4 4 3 4 4 4 4 5 41 68 BAIK
R14 4 3 4 3 3 4 2 2 3 3 4 35 54 BAIK
R15 2 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 39 64 BAIK
R16 4 4 4 5 3 4 2 2 4 4 4 40 66 BAIK
R17 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 42 70 BAIK
R18 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 42 70 BAIK
R19 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 37 59 BAIK
R20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 75 BAIK
R21 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 34 52 BAIK
R22 4 4 4 3 3 3 2 2 3 3 3 34 52 BAIK
R23 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 31 45 BURUK
R24 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 36 57 BAIK
R25 4 4 3 3 3 4 2 2 3 3 3 34 52 BAIK
R26 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 38 61 BAIK
R27 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 5 27 36 BURUK
R28 4 4 3 3 3 3 2 2 4 2 3 33 50 BURUK
R29 1 2 3 2 2 1 2 2 3 2 5 25 32 BURUK
R30 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 38 61 BAIK
R31 4 4 3 3 3 4 2 2 4 3 4 36 57 BAIK
R32 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 46 80 BAIK
R33 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 40 66 BAIK
R34 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 3 45 77 BAIK
R35 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 5 39 64 BAIK
R36 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 36 57 BAIK
R37 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 33 50 BURUK
R38 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 5 42 70 BAIK
R39 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 5 30 43 BURUK
R40 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 5 30 43 BURUK
R41 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 45 77 BAIK
R42 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 5 39 64 BAIK
R43 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 44 75 BAIK
R44 4 4 4 3 3 4 3 3 5 3 5 41 68 BAIK
R45 1 2 4 4 4 2 4 4 5 4 5 39 64 BAIK
R46 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 42 70 BAIK
R47 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 35 54 BAIK
R48 5 4 5 4 3 4 2 2 5 4 5 43 73 BAIK
R49 2 3 4 4 4 2 2 2 5 4 4 36 57 BAIK
R50 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 29 41 BURUK
R51 2 3 2 3 3 2 4 4 4 3 3 33 50 BURUK
DIMENSI BAHASAN SPESIFIK HIPERTENSI
NO TOTAL SKOR
P31 P32 P33 P34 P35 P36 P37 P38 P39 P40 P41 P42 P43 P44 P45 P46 P47 KETERANGAN
SKOR BAKU
R1 3 3 2 2 5 3 2 5 5 5 5 4 2 4 5 4 4 63 68 BAIK
R2 5 5 3 2 4 5 2 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 69 76 BAIK
R3 2 2 5 2 2 4 2 5 5 4 2 3 4 5 5 2 3 57 59 BAIK
R4 2 2 3 2 3 3 2 4 4 2 4 3 4 4 4 2 4 52 51 BAIK
R5 2 2 5 3 5 5 2 5 5 4 4 3 5 3 5 2 4 64 69 BAIK
R6 5 5 5 1 1 5 4 5 5 2 2 2 2 3 5 2 4 58 60 BAIK
R7 2 2 3 2 4 4 2 5 5 2 2 2 5 4 5 2 3 54 54 BAIK
R8 3 3 4 3 5 5 3 5 5 3 4 3 4 4 5 2 3 64 69 BAIK
R9 2 2 3 2 5 4 2 4 5 3 2 3 4 4 4 2 1 52 51 BAIK
R10 5 5 5 5 5 5 2 4 4 2 2 3 4 2 5 2 5 65 71 BAIK
R11 4 4 2 2 4 4 2 5 3 3 2 2 4 3 3 2 5 54 54 BAIK
R12 2 2 5 2 5 5 2 4 2 2 2 3 3 4 4 2 1 50 49 BURUK
R13 3 3 2 5 5 5 2 5 5 5 2 3 3 3 4 2 4 61 65 BAIK
R14 2 2 4 2 5 5 2 4 4 2 2 2 3 5 5 2 1 52 51 BAIK
R15 2 2 4 3 4 4 2 4 4 3 2 3 3 4 5 2 2 53 53 BAIK
R16 2 1 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 1 4 4 3 2 48 46 BURUK
R17 4 4 4 4 2 4 3 4 4 2 3 3 3 4 4 4 1 57 59 BAIK
R18 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 60 63 BAIK
R19 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 45 41 BURUK
R20 2 2 4 2 4 3 1 4 4 3 2 3 2 3 4 4 4 51 50 BURUK
R21 2 2 3 4 4 4 1 3 4 2 3 3 3 2 2 2 1 45 41 BURUK
R22 2 2 5 3 3 4 4 4 4 4 4 3 2 2 3 2 5 56 57 BAIK
R23 2 2 2 2 2 3 4 4 4 2 2 3 2 2 3 2 3 44 40 BURUK
R24 3 3 4 1 1 4 1 4 4 2 2 3 3 2 4 2 1 44 40 BURUK
R25 2 2 3 4 4 5 2 4 4 2 2 3 3 2 3 2 3 50 49 BURUK
R26 4 4 3 3 3 4 2 4 4 3 3 3 3 3 4 2 3 55 56 BAIK
R27 2 2 2 2 2 4 1 3 3 1 1 3 2 1 5 1 3 38 31 BURUK
R28 2 2 2 2 2 4 1 4 4 2 2 3 3 2 3 1 2 41 35 BURUK
R29 2 2 3 2 2 4 2 4 4 3 1 3 1 2 5 1 3 44 40 BURUK
R30 2 2 3 3 3 5 2 4 4 3 3 3 3 2 4 2 3 51 50 BURUK
R31 3 3 5 3 5 5 2 4 4 2 2 3 4 2 4 4 4 59 62 BAIK
R32 4 4 5 5 5 5 3 5 5 4 3 3 5 4 4 4 4 72 81 BAIK
R33 4 4 1 2 5 5 2 5 4 3 2 2 5 4 5 5 2 60 63 BAIK
R34 2 2 5 1 1 5 3 5 5 3 2 2 2 2 3 2 5 50 49 BURUK
R35 2 2 4 5 5 5 2 5 5 3 4 3 3 2 5 4 4 63 68 BAIK
R36 3 3 4 4 4 5 2 5 5 3 3 3 2 2 3 2 3 56 57 BAIK
R37 3 3 3 2 2 4 2 4 4 2 3 3 3 2 3 2 3 48 46 BURUK
R38 4 4 5 5 4 5 2 4 4 2 3 3 4 3 5 2 5 64 69 BAIK
R39 3 3 3 2 2 4 1 3 3 2 1 3 3 2 5 2 3 45 41 BURUK
R40 2 2 4 3 3 4 2 4 4 2 1 2 3 2 5 2 3 48 46 BURUK
R41 4 4 5 4 4 5 3 5 5 3 3 3 3 2 3 2 4 62 66 BAIK
R42 2 2 2 3 5 4 1 4 4 1 1 3 4 2 5 2 4 49 47 BURUK
R43 2 2 4 4 4 5 2 4 5 2 3 3 4 2 5 3 4 58 60 BAIK
R44 5 5 5 5 5 5 2 5 5 4 4 3 5 3 5 4 5 75 85 BAIK
R45 3 4 5 3 5 5 3 5 5 1 1 3 4 1 5 2 5 60 63 BAIK
R46 2 2 5 5 5 5 3 5 5 4 4 3 3 4 4 3 2 64 69 BAIK
R47 2 2 3 2 3 3 2 4 4 2 4 3 4 4 4 2 4 52 51 BAIK
R48 3 3 2 2 5 3 2 5 5 5 5 4 2 4 5 4 4 63 68 BAIK
R49 2 2 3 2 5 4 2 4 5 3 2 3 4 4 4 2 1 52 51 BAIK
R50 5 5 5 5 5 5 2 4 4 2 2 3 4 2 5 2 5 65 71 BAIK
R51 4 4 2 2 4 4 2 5 3 3 2 2 4 3 3 2 5 54 54 BAIK
DIMENSI DIMENSI DIMENSI DIMENSI TOTAL SKOR
NO KETERANGAN
1 2 3 4 SKOR BAKU
R1 29 44 43 63 179 70 BAIK
R2 28 40 47 69 184 66 BAIK
R3 30 38 42 57 167 62 BAIK
R4 24 28 35 52 139 49 BURUK
R5 27 37 44 64 172 66 BAIK
R6 23 35 45 58 161 61 BAIK
R7 20 28 36 54 138 48 BURUK
R8 30 40 47 64 181 71 BAIK
R9 18 35 36 52 141 50 BURUK
R10 17 28 29 65 139 49 BURUK
R11 21 32 33 54 140 49 BURUK
R12 20 32 39 50 141 50 BURUK
R13 26 36 41 61 164 62 BAIK
R14 25 29 35 52 141 50 BURUK
R15 20 29 39 53 141 50 BURUK
R16 21 29 40 48 138 48 BURUK
R17 18 43 42 57 160 60 BAIK
R18 28 40 42 60 170 65 BAIK
R19 22 32 37 45 136 47 BURUK
R20 22 44 44 51 161 61 BAIK
R21 19 27 34 45 125 42 BURUK
R22 22 28 34 56 140 49 BURUK
R23 21 28 31 44 124 41 BURUK
R24 17 28 36 44 125 42 BURUK
R25 22 31 34 50 137 48 BURUK
R26 29 37 38 55 159 60 BAIK
R27 17 16 27 38 98 27 BURUK
R28 20 32 33 41 126 42 BURUK
R29 15 20 25 44 104 30 BURUK
R30 21 29 38 51 139 49 BURUK
R31 22 40 36 59 157 58 BAIK
R32 29 43 46 72 190 76 BAIK
R33 22 36 40 60 158 59 BAIK
R34 20 25 45 50 140 49 BURUK
R35 24 45 39 63 171 66 BAIK
R36 24 39 36 56 155 57 BAIK
R37 18 31 33 48 130 44 BURUK
R38 23 37 42 64 166 63 BAIK
R39 16 24 30 45 115 36 BURUK
R40 18 24 30 48 120 39 BURUK
R41 24 44 45 62 175 68 BAIK
R42 15 38 39 49 141 50 BURUK
R43 22 43 44 58 167 64 BAIK
R44 24 46 41 75 186 74 BAIK
R45 16 36 39 60 151 55 BAIK
R46 32 43 42 64 181 71 BAIK
R47 24 28 35 52 139 49 BURUK
R48 29 44 43 63 179 70 BAIK
R49 18 35 36 52 141 50 BURUK
R50 17 28 29 65 139 49 BURUK
R51 21 32 33 54 140 49 BURUK
Lampiran Jawaban Responden Wilayah Urban

DIMENSI FUNGSI FISIK


NO P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 TOTAL SKOR SKOR BAKU KETERANGAN
U1 4 4 3 1 3 5 5 3 28 62 BAIK
U2 3 4 4 1 1 1 1 1 16 25 BURUK
U3 3 3 5 4 5 3 2 2 27 59 BAIK
U4 5 5 5 5 5 5 5 5 40 100 BAIK
U5 5 3 4 4 1 5 5 1 28 62 BAIK
U6 5 5 5 5 5 4 5 5 39 97 BAIK
U7 4 3 3 4 1 4 2 3 24 50 BURUK
U8 4 4 3 1 3 5 5 3 28 62 BAIK
U9 4 4 5 5 4 2 2 3 29 66 BAIK
U10 5 3 4 5 5 2 3 3 30 69 BAIK
U11 3 2 2 3 2 4 3 1 20 37 BURUK
U12 5 2 3 3 4 2 3 4 26 56 BAIK
U13 5 5 5 2 4 5 3 5 34 81 BAIK
U14 5 3 3 3 2 4 4 4 28 62 BAIK
U15 4 2 1 1 1 5 3 1 18 31 BURUK
U16 2 3 3 3 2 3 2 3 21 41 BURUK
U17 5 2 5 5 5 2 4 2 30 69 BAIK
U18 5 2 5 5 5 4 4 5 35 84 BAIK
U19 5 2 4 1 2 4 4 4 26 56 BAIK
U20 5 2 5 5 5 4 4 2 32 75 BAIK
U21 5 4 5 5 2 2 2 3 28 62 BAIK
U22 5 3 5 4 4 4 4 3 32 75 BAIK
U23 5 5 5 5 2 4 2 2 30 69 BAIK
U24 4 2 5 5 2 4 4 3 29 66 BAIK
U25 4 2 5 5 2 4 4 3 29 66 BAIK
U26 4 2 4 2 2 3 4 2 23 47 BURUK
U27 5 2 5 5 1 2 2 5 27 60 BAIK
U28 2 2 2 2 2 4 4 2 20 37 BURUK
U29 4 2 5 5 2 4 4 3 29 66 BAIK
U30 4 2 3 3 2 3 4 3 24 50 BURUK
U31 5 2 4 4 2 3 5 2 27 59 BAIK
U32 5 2 5 4 2 4 4 4 30 69 BAIK
U33 4 2 3 1 2 4 2 2 20 37 BURUK
U34 3 3 3 4 3 2 3 2 23 47 BURUK
U35 3 5 4 4 3 4 4 4 31 72 BAIK
U36 2 4 2 2 3 2 2 2 19 34 BURUK
U37 2 1 2 5 2 2 2 2 18 31 BURUK
U38 3 3 5 5 5 3 3 4 31 72 BAIK
U39 2 3 4 4 2 4 4 3 26 56 BAIK
U40 4 3 4 4 2 3 4 3 27 59 BAIK
U41 1 2 1 1 1 2 3 2 13 16 BURUK
U42 5 3 3 3 4 5 1 5 29 66 BAIK
U43 5 3 5 5 2 5 1 3 29 66 BAIK
U44 4 4 4 4 5 5 2 3 31 72 BAIK
U45 5 4 5 4 5 4 3 4 34 81 BAIK
U46 5 3 5 5 5 4 4 2 33 78 BAIK
U47 5 3 4 4 5 3 3 3 30 69 BAIK
U48 4 2 2 1 1 4 4 2 20 37 BURUK
U49 3 2 2 1 2 2 4 2 18 31 BURUK
U50 4 3 4 3 2 4 4 3 27 59 BAIK
U51 4 3 4 3 2 3 3 1 23 47 BURUK
DIMENSI KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS
NO P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 TOTAL SKOR SKOR BAKU KETERANGAN
U1 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 27 36 BURUK
U2 4 3 5 5 4 5 5 4 5 5 4 49 86 BAIK
U3 3 3 3 4 4 5 4 5 4 5 4 44 75 BAIK
U4 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 2 49 86 BAIK
U5 5 4 5 5 1 2 4 5 5 5 5 46 79 BAIK
U6 3 5 5 5 5 3 4 5 5 5 5 50 89 BAIK
U7 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 53 95 BAIK
U8 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 27 36 BURUK
U9 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 52 93 BAIK
U10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 100 BAIK
U11 4 2 2 5 2 2 2 5 2 2 4 32 48 BURUK
U12 2 5 2 5 4 4 4 5 2 4 4 41 68 BAIK
U13 2 5 5 5 5 5 3 4 5 5 3 47 82 BAIK
U14 5 4 5 5 3 3 3 5 5 5 5 48 84 BAIK
U15 1 3 5 5 1 3 3 4 5 5 3 38 61 BAIK
U16 3 5 4 5 4 4 4 3 3 4 4 43 73 BAIK
U17 4 4 5 5 4 3 4 5 5 5 4 48 84 BAIK
U18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 100 BAIK
U19 5 4 4 4 2 4 4 4 4 5 2 42 70 BAIK
U20 5 5 5 5 5 3 4 5 5 5 2 49 86 BAIK
U21 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 4 51 91 BAIK
U22 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 52 93 BAIK
U23 3 5 5 5 5 3 4 5 4 4 4 47 82 BAIK
U24 5 2 2 2 2 2 2 2 5 4 4 32 48 BURUK
U25 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 54 98 BAIK
U26 3 2 3 3 2 3 2 2 4 3 2 29 41 BURUK
U27 5 2 5 5 2 5 5 5 5 5 5 49 86 BAIK
U28 5 4 5 5 5 4 5 5 3 4 4 49 86 BAIK
U29 4 4 5 4 2 4 3 3 4 4 3 40 66 BAIK
U30 2 3 3 3 2 3 3 4 3 4 2 32 48 BURUK
U31 5 4 5 5 2 2 2 5 5 5 3 43 73 BAIK
U32 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 52 93 BAIK
U33 5 3 2 4 2 5 2 4 4 4 2 37 59 BAIK
U34 5 5 5 5 3 5 4 3 5 5 3 48 84 BAIK
U35 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 54 98 BAIK
U36 5 2 5 5 5 5 3 4 5 4 5 48 84 BAIK
U37 2 2 3 5 3 2 2 5 4 4 2 34 52 BAIK
U38 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 3 52 93 BAIK
U39 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 49 86 BAIK
U40 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 52 93 BAIK
U41 4 2 2 2 2 1 1 4 2 2 4 26 34 BURUK
U42 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 52 93 BAIK
U43 2 4 5 5 1 5 2 5 2 5 5 41 68 BAIK
U44 5 5 5 5 4 5 4 1 3 4 3 44 75 BAIK
U45 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 51 91 BAIK
U46 5 4 3 4 5 4 5 3 4 4 4 45 77 BAIK
U47 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 43 73 BAIK
U48 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 54 98 BAIK
U49 4 3 3 2 2 3 2 2 4 4 3 32 48 BURUK
U50 4 5 5 5 4 4 4 3 5 5 4 48 84 BAIK
U51 4 4 5 5 4 4 5 3 5 5 4 48 84 BAIK
DIMENSI HUBUNGAN SOSIAL
NO P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30 TOTAL SKOR SKOR BAKU KETERANGAN
U1 1 1 5 5 5 2 5 4 5 5 2 40 66 BAIK
U2 3 5 5 5 3 4 4 5 3 5 5 47 82 BAIK
U3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 100 BAIK
U4 5 5 5 5 4 4 4 4 3 5 5 49 86 BAIK
U5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 100 BAIK
U6 5 5 5 4 4 5 5 5 3 5 5 51 91 BAIK
U7 5 5 5 5 3 4 3 3 3 3 5 44 75 BAIK
U8 2 2 4 5 5 3 5 4 5 5 4 44 75 BAIK
U9 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 55 100 BAIK
U10 5 1 5 1 1 4 5 5 5 5 5 42 70 BAIK
U11 4 4 4 2 3 4 3 2 5 4 1 36 57 BAIK
U12 3 4 5 1 2 3 1 1 3 5 2 30 43 BURUK
U13 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 54 98 BAIK
U14 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 52 93 BAIK
U15 3 4 5 5 5 5 3 2 5 4 5 46 79 BAIK
U16 4 3 3 3 2 4 4 2 5 4 4 38 61 BAIK
U17 4 4 5 2 2 5 2 2 5 3 5 39 64 BAIK
U18 5 4 5 4 4 5 1 1 5 4 5 43 73 BAIK
U19 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 5 45 77 BAIK
U20 5 4 5 4 4 5 2 3 5 4 5 46 79 BAIK
U21 5 4 5 3 3 4 3 3 5 4 5 44 75 BAIK
U22 4 4 4 3 3 4 3 3 5 3 4 40 66 BAIK
U23 5 4 5 2 3 5 4 4 5 3 5 45 77 BAIK
U24 4 4 2 4 4 5 4 4 5 4 5 45 77 BAIK
U25 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 51 91 BAIK
U26 4 3 4 4 4 5 4 4 5 4 4 45 77 BAIK
U27 5 5 5 4 4 5 2 2 4 3 3 42 70 BAIK
U28 4 2 2 4 4 2 5 5 4 3 4 39 64 BAIK
U29 4 3 4 3 3 4 2 4 5 4 5 41 68 BAIK
U30 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 47 82 BAIK
U31 4 4 4 2 2 3 2 2 5 2 5 35 55 BAIK
U32 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 48 84 BAIK
U33 2 3 3 3 3 2 3 4 5 3 5 36 57 BAIK
U34 4 3 3 3 5 5 3 3 5 5 5 44 75 BAIK
U35 5 4 5 4 3 5 3 3 5 3 5 45 77 BAIK
U36 4 1 2 4 3 5 3 3 5 3 5 38 61 BAIK
U37 2 1 3 4 4 5 4 4 5 4 2 38 61 BAIK
U38 5 3 5 4 4 5 4 3 3 4 5 45 77 BAIK
U39 1 1 2 4 4 1 3 3 4 4 2 29 41 BURUK
U40 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 5 49 86 BAIK
U41 1 1 1 3 3 1 3 3 3 3 1 23 27 BURUK
U42 5 5 5 4 4 5 4 3 5 5 5 50 89 BAIK
U43 2 4 5 5 5 2 5 5 2 5 2 42 70 BAIK
U44 5 2 4 4 2 1 3 1 3 4 3 32 48 BURUK
U45 5 5 5 4 3 5 4 5 5 3 5 49 86 BAIK
U46 5 4 5 5 4 4 2 2 5 4 5 45 77 BAIK
U47 4 2 5 5 4 4 4 4 3 3 4 42 70 BAIK
U48 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 3 43 73 BAIK
U49 4 4 4 4 4 4 2 2 3 3 3 37 59 BAIK
U50 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 46 80 BAIK
U51 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 45 77 BAIK
DIMENSI BAHASAN SPESIFIK HIPERTENSI
TOTAL SKOR
NO P31 P32 P33 P34 P35 P36 P37 P38 P39 P40 P41 P42 P43 P44 P45 P46 P47 SKOR BAKU KETERANGAN
U1 5 5 5 5 5 5 3 5 5 4 5 5 3 1 4 5 1 71 79 BAIK
U2 4 4 5 4 2 5 3 4 3 3 3 4 4 3 5 3 3 62 66 BAIK
U3 3 3 3 5 5 5 2 4 5 1 4 2 5 5 5 4 5 66 72 BAIK
U4 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 1 4 5 2 5 4 72 81 BAIK
U5 3 3 5 5 5 1 1 5 5 2 2 4 1 5 5 1 4 57 59 BAIK
U6 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 3 1 5 5 4 5 75 85 BAIK
U7 4 4 5 5 5 5 5 2 5 5 5 4 2 5 1 3 4 69 76 BAIK
U8 5 5 5 5 5 5 3 5 5 4 5 5 3 1 4 5 1 71 79 BAIK
U9 2 4 5 5 5 4 4 4 4 3 5 4 5 5 5 4 5 73 82 BAIK
U10 4 4 5 5 5 3 2 5 2 5 4 4 5 5 5 4 4 71 79 BAIK
U11 2 2 5 5 5 5 2 2 4 2 2 4 3 4 2 2 2 53 53 BAIK
U12 5 5 5 5 5 4 4 5 5 3 2 4 4 4 5 5 2 72 81 BAIK
U13 3 3 4 5 5 5 5 5 5 2 5 3 3 4 5 2 4 68 75 BAIK
U14 4 4 4 5 5 4 3 3 3 1 5 4 5 5 5 3 3 66 72 BAIK
U15 1 5 1 1 5 5 3 5 5 2 5 1 4 1 5 1 3 53 53 BAIK
U16 4 4 1 5 5 4 5 5 5 2 4 2 5 3 4 3 2 63 68 BAIK
U17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 2 3 5 5 4 3 76 87 BAIK
U18 5 4 5 5 5 5 2 2 5 5 5 4 5 1 5 5 1 69 76 BAIK
U19 5 5 2 2 5 5 2 5 2 5 4 4 5 3 5 2 4 65 71 BAIK
U20 5 5 3 4 2 5 2 5 5 4 4 3 5 4 5 5 1 67 74 BAIK
U21 5 5 5 5 5 5 2 5 5 4 5 4 1 5 5 2 2 70 78 BAIK
U22 2 2 5 5 2 5 3 5 5 2 4 3 3 4 4 3 3 60 63 BAIK
U23 2 2 5 5 5 5 2 5 5 4 4 4 3 4 5 5 2 67 74 BAIK
U24 5 5 4 2 5 4 3 5 5 4 2 2 5 4 5 2 4 66 72 BAIK
U25 5 5 5 5 5 5 2 5 5 3 4 1 5 4 5 5 5 74 84 BAIK
U26 3 3 3 4 5 4 4 5 5 4 3 2 2 4 5 2 4 62 66 BAIK
U27 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 3 3 3 3 2 5 72 81 BAIK
U28 5 5 4 2 4 5 5 5 3 1 2 3 2 2 5 2 1 56 57 BAIK
U29 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 2 3 3 4 4 2 2 67 74 BAIK
U30 5 5 3 5 5 4 2 5 5 2 1 2 1 4 5 5 3 62 66 BAIK
U31 4 4 5 3 5 5 2 5 5 3 2 2 2 5 5 2 3 62 66 BAIK
U32 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 3 3 5 5 5 4 77 88 BAIK
U33 3 3 5 5 5 5 2 5 5 4 2 3 2 5 5 2 4 65 71 BAIK
U34 3 3 5 5 5 4 3 5 5 2 3 3 4 5 5 5 4 69 76 BAIK
U35 4 4 5 4 5 5 3 5 5 3 3 3 5 5 5 5 3 72 81 BAIK
U36 3 3 2 2 2 3 3 4 3 5 3 3 3 5 5 5 4 58 60 BAIK
U37 2 2 2 2 3 2 2 3 5 2 2 3 5 2 2 3 4 46 43 BURUK
U38 5 3 3 3 5 5 3 5 5 3 3 3 3 5 5 5 2 66 72 BAIK
U39 4 4 5 5 5 5 2 5 5 1 2 3 3 4 3 4 3 63 68 BAIK
U40 4 4 5 5 5 5 4 5 5 3 3 3 4 4 5 4 4 72 81 BAIK
U41 3 3 5 4 2 4 3 3 5 2 1 3 2 3 1 2 5 51 50 BURUK
U42 2 2 5 5 5 5 3 5 5 2 3 3 5 5 5 5 5 70 78 BAIK
U43 4 2 1 2 5 5 2 2 5 3 2 3 2 5 5 2 5 55 56 BAIK
U44 2 3 4 3 4 2 3 2 1 5 3 3 4 3 4 4 3 53 53 BAIK
U45 4 4 5 4 5 3 2 5 5 5 4 4 5 5 5 4 3 72 81 BAIK
U46 5 4 4 5 5 5 5 5 3 5 5 4 5 5 5 5 4 79 91 BAIK
U47 2 2 3 3 4 5 5 4 4 5 5 3 1 3 4 4 3 60 63 BAIK
U48 5 5 3 5 5 5 1 5 5 2 2 3 2 5 4 5 3 65 71 BAIK
U49 4 4 4 3 2 4 2 4 4 2 2 3 4 2 4 2 4 54 54 BAIK
U50 3 3 4 4 4 5 2 5 5 3 3 3 4 3 3 3 3 60 63 BAIK
U51 3 3 4 4 4 5 3 5 5 3 3 3 4 3 4 4 4 64 69 BAIK
DIMENSI DIMENSI DIMENSI DIMENSI TOTAL SKOR
NO
1 2 3 4 SKOR BAKU KETERANGAN
U1 28 27 40 71 166 63 BAIK
U2 16 49 47 62 174 67 BAIK
U3 27 44 55 66 192 77 BAIK
U4 40 49 49 72 210 87 BAIK
U5 28 46 55 57 186 74 BAIK
U6 39 50 51 75 215 89 BAIK
U7 24 53 44 69 190 76 BAIK
U8 28 27 44 71 170 65 BAIK
U9 29 52 55 73 209 86 BAIK
U10 30 55 42 71 198 80 BAIK
U11 20 32 36 53 141 50 BURUK
U12 26 41 30 72 169 64 BAIK
U13 34 47 54 68 203 83 BAIK
U14 28 48 52 66 194 78 BAIK
U15 18 38 46 53 155 57 BAIK
U16 21 43 38 63 165 63 BAIK
U17 30 48 39 76 193 78 BAIK
U18 35 55 43 69 202 82 BAIK
U19 26 42 45 65 178 70 BAIK
U20 32 49 46 67 194 78 BAIK
U21 28 51 44 70 193 78 BAIK
U22 32 52 40 60 184 73 BAIK
U23 30 47 45 67 189 75 BAIK
U24 29 32 45 66 172 66 BAIK
U25 29 54 51 74 208 86 BAIK
U26 23 29 45 62 159 60 BAIK
U27 27 49 42 72 190 76 BAIK
U28 20 49 39 56 164 62 BAIK
U29 29 40 41 67 177 69 BAIK
U30 24 32 47 62 165 63 BAIK
U31 27 43 35 62 167 64 BAIK
U32 30 52 48 77 207 85 BAIK
U33 20 37 36 65 158 59 BAIK
U34 23 48 44 69 184 73 BAIK
U35 31 54 45 72 202 82 BAIK
U36 19 48 38 58 163 62 BAIK
U37 18 34 38 46 136 47 BURUK
U38 31 52 45 66 194 78 BAIK
U39 26 49 29 63 167 64 BAIK
U40 27 52 49 72 200 81 BAIK
U41 13 26 23 51 113 35 BURUK
U42 29 52 50 70 201 82 BAIK
U43 29 41 42 55 167 64 BAIK
U44 31 44 32 53 160 60 BAIK
U45 34 51 49 72 206 85 BAIK
U46 33 45 45 79 202 82 BAIK
U47 30 43 42 60 175 68 BAIK
U48 20 54 43 65 182 72 BAIK
U49 18 32 37 54 141 50 BURUK
U50 27 48 46 60 181 71 BAIK
U51 23 48 45 64 180 71 BAIK
Lampiran 11

Tabel Total Skor dan Rata-rata Skor per Item Pertanyaan

Rural Urban
Perta- Total Total
Dimensi Rata-rata Rata-rata
nyaan Skor Skor
Skor Item Skor Item
Item Item
P1 Fungsi Fisik 198 3.88 206 4.04
P2 Fungsi Fisik 104 2.03 149 2.92
P3 Fungsi Fisik 162 3.17 196 3.84
P4 Fungsi Fisik 141 2.76 178 3.49
P5 Fungsi Fisik 131 2.56 146 2.86
P6 Fungsi Fisik 154 3.01 179 3.51
P7 Fungsi Fisik 125 2.45 168 3.29
P8 Fungsi Fisik 115 2.25 147 2.88
P9 Kesejahteraan 201 3.94 210 4.12
Psikologis
P10 Kesejahteraan 144 2.82 201 3.94
Psikologis
P11 Kesejahteraan 160 3.14 219 4.29
Psikologis
P12 Kesejahteraan 159 3.12 232 4.55
Psikologis
P13 Kesejahteraan 124 2.43 179 3.51
Psikologis
P14 Kesejahteraan 136 2.67 198 3.88
Psikologis
P15 Kesejahteraan 132 2.59 194 3.80
Psikologis
P16 Kesejahteraan 166 3.25 212 4.16
Psikologis
P17 Kesejahteraan 185 3.63 219 4.29
Psikologis
P18 Kesejahteraan 171 3.35 226 4.43
Psikologis
P19 Kesejahteraan 158 3.10 193 3.78
Psikologis
P20 Hubungan Sosial 175 3.43 206 4.04
P21 Hubungan Sosial 184 3.61 183 3.59
P22 Hubungan Sosial 181 3.55 220 4.31
P23 Hubungan Sosial 174 3.41 198 3.88
P24 Hubungan Sosial 168 3.29 190 3.73
P25 Hubungan Sosial 176 3.45 204 4.00
P26 Hubungan Sosial 149 2.92 183 3.59
P27 Hubungan Sosial 152 2.98 179 3.51
P28 Hubungan Sosial 194 3.80 229 4.49
P29 Hubungan Sosial 169 3.31 203 3.98
P30 Hubungan Sosial 207 4.06 216 4.24
P31 Bahasan Spesifik 145 2.84 195 3.82
Hipertensi
P32 Bahasan Spesifik 145 2.84 196 3.84
Hipertensi
P33 Bahasan Spesifik 181 3.55 211 4.14
Hipertensi
P34 Bahasan Spesifik 149 2.92 214 4.20
Hipertensi
P35 Bahasan Spesifik 189 3.71 230 4.51
Hipertensi
P36 Bahasan Spesifik 218 4.27 229 4.49
Hipertensi
P37 Bahasan Spesifik 110 2.16 149 2.92
Hipertensi
P38 Bahasan Spesifik 219 4.29 228 4.47
Hipertensi
P39 Bahasan Spesifik 217 4.25 231 4.53
Hipertensi
P40 Bahasan Spesifik 141 2.76 167 3.27
Hipertensi
P41 Bahasan Spesifik 134 2.63 175 3.43
Hipertensi
P42 Bahasan Spesifik 147 2.88 158 3.10
Hipertensi
P43 Bahasan Spesifik 165 3.24 175 3.43
Hipertensi
P44 Bahasan Spesifik 149 2.92 199 3.90
Hipertensi
P45 Bahasan Spesifik 214 4.20 222 4.35
Hipertensi
P46 Bahasan Spesifik 125 2.45 180 3.53
Hipertensi
P47 Bahasan Spesifik 168 3.29 169 3.31
Hipertensi
Lampiran 12

Hasil Crosstab Setiap Dimensi

HASIL CROSSTAB SETIAP DIMENSI DI WILAYAH RURAL

KUALITASHIDUP * LOKASI Crosstabulation

FUNGSI FISIK LOKASI

RURAL Total

KUALITASHIDUP BURUK Count 39 39

% of Total 76.5% 76.5%

BAIK Count 12 12

% of Total 23.5% 23.5%

Total Count 51 51

% of Total 100.0% 100.0%

KUALITASHIDUP * LOKASI Crosstabulation

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS LOKASI

RURAL Total

KUALITASHIDUP BURUK Count 25 25

% of Total 49.0% 49.0%

BAIK Count 26 26

% of Total 51.0% 51.0%

Total Count 51 51

% of Total 100.0% 100.0%

KUALITASHIDUP * LOKASI Crosstabulation

HUBUNGAN SOSIAL LOKASI

RURAL Total

KUALITASHIDUP BURUK Count 11 11

% of Total 21.6% 21.6%

BAIK Count 40 40

% of Total 78.4% 78.4%


Total Count 51 51

% of Total 100.0% 100.0%

KUALITASHIDUP * LOKASI Crosstabulation

BAHASAN SPESIFIK
HIPERTENSI LOKASI

RURAL Total

KUALITASHIDUP BURUK Count 17 17

% of Total 33.3% 33.3%

BAIK Count 34 34

% of Total 66.7% 66.7%

Total Count 51 51

% of Total 100.0% 100.0%

KUALITASHIDUP * LOKASI Crosstabulation

QOL KESELURUHAN LOKASI

RURAL Total

KUALITASHIDUP BURUK Count 28 28

% of Total 54.9% 54.9%

BAIK Count 23 23

% of Total 45.1% 45.1%

Total Count 51 51

% of Total 100.0% 100.0%


HASIL CROSSTAB SETIAP DIMENSI DI WILAYAH URBAN

KUALITASHIDUP * LOKASI Crosstabulation

FUNGSI FISIK LOKASI

URBAN Total

KUALITASHIDUP BURUK Count 16 16

% of Total 31.4% 31.4%

BAIK Count 35 35

% of Total 68.6% 68.6%

Total Count 51 51

% of Total 100.0% 100.0%

KUALITASHIDUP * LOKASI Crosstabulation

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS LOKASI

URBAN Total

KUALITASHIDUP BURUK Count 8 8

% of Total 15.7% 15.7%

BAIK Count 43 43

% of Total 84.3% 84.3%

Total Count 51 51

% of Total 100.0% 100.0%

KUALITASHIDUP * LOKASI Crosstabulation

HUBUNGAN SOSIAL LOKASI

URBAN Total

KUALITASHIDUP BURUK Count 4 4

% of Total 7.8% 7.8%

BAIK Count 47 47

% of Total 92.2% 92.2%

Total Count 51 51

% of Total 100.0% 100.0%


KUALITASHIDUP * LOKASI Crosstabulation

LOKASI

URBAN Total

KUALITASHIDUP BURUK Count 2 2

% of Total 3.9% 3.9%

BAIK Count 49 49

% of Total 96.1% 96.1%

Total Count 51 51

% of Total 100.0% 100.0%

KUALITASHIDUP * LOKASI Crosstabulation

QOL KESELURUHAN LOKASI

URBAN Total

KUALITASHIDUP BURUK Count 4 4

% of Total 7.8% 7.8%

BAIK Count 47 47

% of Total 92.2% 92.2%

Total Count 51 51

% of Total 100.0% 100.0%


Lampiran 13

RIWAYAT HIDUP

Nama : Wenny Yelnita Sari


Tempat, Tanggal Lahir : Indramayu, 24 Juni 1995
Alamat Rumah : Jl. Raya Kebulen Blok Gadis
No. 29 RT/RW 025/007
Desa Kebulen
Kecamatan Jatibarang
Kabupaten Indramayu
No. HP : 089522560015
E-mail : yelnitasari@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
1. TK Tunas Mekar Pawidean : 2000-2001
2. SDN 1 Pawidean : 2001-2007
3. SMPN Unggulan Sindang : 2007-2010
4. SMAN 1 Sindang : 2010-2013
5. Universitas Padjadjaran : 2013-2017

Anda mungkin juga menyukai