Anda di halaman 1dari 36

PENGELOLAAN LIMBAH B3

PENIMBUNAN DAN DUMPING

Hotel Sahid Rich Jogja, 18-19 November 2015

Subdirektorat Penimbunan dan Dumping Limbah B3


Direktorat Verifikasi Pengelolaan Limbah B3 dan Non B3
Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
2015 1
Konsep Pengelolaan Limbah B3 Secara Garis Besar :

1. Reduce (mengurangi Limbah B3)upaya


menggunakan teknologi bersih dan metode baru
sehingga limbah yang akan muncul relatif sedikit;
2. 3R Limbah B3 (reuse, recycle, recovery)upaya
pemanfaatan kembali Limbah B3 yang telah muncul
sebagai bahan baku dan bahan bakar; dan
3. Penimbunan Limbah B3 sebagai solusi terakhir .
3 R limbah B3 besar manfaatnya
1. Lingkungan menjadi “bersih” dan sumber daya tidak tersia-siakan
2. Secara Internal masuk ke dalam indikator keberhasilan KLHK yang
salah satu indikator keberhasilannya adalah mengurangi beban
pencemaran dan mengendalikan kerusakan
3. Kreatifitas muncul, khususnya dalam pengelolaan Limbah, karena
masih banyak teknologi dan metode yang belum dilakukan oleh
pelaku limbah (misalnya teknologi ban bekas atau plastik bekas
menjadi bahan bakar)
4. Penghematan anggaran negara (khususnya menghemat cost
recovery)
5. Penyerapan tenaga kerja.
3
PENIMBUNAN LIMBAH B3 (Definisi)

Kegiatan menempatkan Limbah B3 pada fasilitas


penimbunan dengan maksud tidak membahayakan
kesehatan manusia dan lingkungan hidup.

Dasar Hukum:
1. UU 32 Tahun 2009 Pasal 59;
2. PP 101 Tahun 2014 Pasal 146; dan
3. Keputusan Kepala Bapedal No. 04 Tahun 1995.
4
PENIMBUNAN LIMBAH B3

1. Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri,


Penimbunan Limbah B3 diserahkan kepada Penimbun Limbah B3
(pihak ke-3).
2. Penimbunan Limbah B3 dapat dilakukan sendiri pada fasilitas
berupa:
a. Penimbusan akhir (landfilling);
b. Reinjeksi pada sumur tidak aktif (re-injection well);
c. Penempatan kembali di area bekas tambang (backfilling);
d. Dam tailing; dan
e. Fasilitas penimbunan Limbah B3 lain sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
5
FASILITAS PENIMBUSAN AKHIR (Landfill)

Penimbusan akhir terdiri dari :

A. Penimbusan kelas I;
B. Penimbusan kelas II; dan
C. Penimbusan kelas III.

Penentuan kelas berdasarkan uji total konsentrasi zat pencemar

6
PERSYARATAN LOKASI PENIMBUSAN
LIMBAH B3
a. Bebas Banjir;
b. Permeabilitas tanah;
c. Merupakan daerah yang secara geologis aman,
stabil, tidak rawan bencana, dan di luar kawasan
lindung; dan
d. Tidak merupakan daerah resapan air tanah.
PENENTUAN KARAKTERISTIK LIMBAH B3 &
Kelas Penimbusan
a. Fasilitas Penimbusan Akhir (Landfill):
contoh
Kelas I, Kelas II, atau Kelas III
Bahan Total Kadar Max Total Kadar Max
Pencemar (mg/kg berat kering) (mg/kg berat kering)
KOLOM A KOLOM B

Ar 300 30
b. Mengacu pada Total Konsentrasi Zat Cd 50 5
Pencemar (Limbah B3) Lihat ….. dst
KEPKaBAPEDAL No. 04/1995
Catatan:
1)Jika kadar bahan pencemar > kolom A  landfill
kelas I
2)Jika kadar bahan pencemar < kolom A, > kolom B 
landfill kelas II
3)Jika kadar bahan pencemar < kolom B  landfill
kelas III
PERSYARATAN FASILITAS PENIMBUSAN
AKHIR LIMBAH B3
1. Desain Fasilitas (double liner, single liner, dan clay liner);
2. Memiliki sistem pelapis yang dilengkapi dengan:
a) saluran untuk pengaturan aliran air permukaan;
b) pengumpulan air lindi dan pengolahannya;
c) sumur pantau; dan
d) lapisan penutup akhir;
3. Memiliki peralatan pendukung Penimbunan Limbah B3 yang paling sedikit terdiri:
a) peralatan dan perlengkapan untuk mengatasi keadaan darurat;
b) alat angkut untuk Penimbunan Limbah B3; dan
c) alat pelindung dan keselamatan diri;
4. Memiliki rencana Penimbunan Limbah B3, penutupan, dan pasca penutupan
landfill.

9
SISTEM PELAPISAN DASAR (LINER) PENIMBUSAN AKHIR
Penimbusan Akhir Kelas I Penimbusan Akhir Kelas II Penimbusan Akhir Kelas III

Lapisan Penutup Lapisan Penutup Lapisan Penutup

LIMBAH LIMBAH LIMBAH

Lapisan Pelindung 30 cm Lapisan Pelindung Lapisan Pelindung


Geomembran
Sistem Pengumpul Lindi Geomembran Sistem Pengumpul Lindi Sistem Pengumpul Lindi

Lapisan Tanah 30 cm Lapisan Tanah Lapisan Tanah


Penghalang Penghalang Penghalang

Sistem Deteksi Geomembran Sistem Deteksi Sistem Deteksi


Kebocoran Kebocoran Kebocoran

Lapisan Dasar 1m Lapisan Dasar Lapisan Dasar

Tanah Setempat Tanah Setempat Tanah Setempat


10
Contoh Desain Fasilitas
Penimbusan Akhir
Penimbusan
PenimbusanAkhir KelasKelas
Akhir ?? I
(Landfill) kelas I
Lapisan Penutup

LIMBAH

Lapisan Pelindung

Sistem Pengumpul Lindi Geomembran

Lapisan Tanah
Penghalang

Sistem Deteksi Geomembran


Kebocoran

Lapisan Dasar

Tanah Setempat

11
Contoh Landfill Kelas 1 oleh Waste Generator

12
Contoh Penimbusan Akhir Limbah B3 Kelas 1 oleh Pihak ke-3

13
Lokasi : PPLi-B3 Cibinong, Bogor
Penimbunan LB3 dengan cara
Re-Injeksi

14
Dam Tailing
(Tailing Tambang Mineral)

15
AIR

AIR

16
PENGELOLAAN LIMBAH B3
(Dam Tailing)
Dalam PP 101 Tahun 2014, Tailing (Proses pengolahan bijih mineral
logam pada industri pertambangan Emas) termasuk Limbah B3
dengan Kode Limbah B416, Kategori Bahaya 2

Ore/ Bongkahan Detoxifikasi Dam Tailing


Mineral (Emas
dmp)
Proses oksidasi • Penimbunan
penurunan Sianida tailing
• Proses pemisahan
(CN) <0.5 ppm • Pembuangan
mineral
(Kepmen LH 202 Sianida (CN) ke
• CIL (carbon in badan air <0.05
leach) tahun 2004)
ppm [Kepdal 04
tahun 1995
(BMLCK-PPLIB3)]
17
*BMLCK-PPLIB3: Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Pengolahan Limbah B3
Penimbunan kembali tailing
dengan cara Backfilling

18 18
DUMPING LIMBAH B3 (Definisi)

Membuang, menempatkan dan/atau


memasukkan limbah dalam jumlah,
konsentrasi, waktu dan lokasi tertentu
dengan persyaratan tertentu ke media laut.

DASAR HUKUM:
1. UU 32 Tahun 2009 Pasal 20 ayat (3),
Pasal 60-61; dan
2. PP 101 Tahun 2014 Pasal 175-190.
19
DUMPING LIMBAH B3

20
DUMPING LIMBAH B3

1. Setiap Orang untuk dapat melakukan Dumping Limbah B3 ke media


lingkungan hidup wajib memperoleh izin dari Menteri.
2. Limbah B3 yang dapat dilakukan dumping ke media lingkungan
hidup berupa laut meliputi:
a. tailing dari kegiatan pertambangan; dan
b. serbuk bor hasil pemboran usaha dan/atau kegiatan eksplorasi dan/atau
eksploitasi di laut menggunakan serbuk bor berbahan dasar sintetis
(synthetic based mud);
3. Limbah B3 yang akan dilakukan dumping wajib dilakukan
Netralisasi atau Pengurangan kadar racun sebelum dilakukan
dumping ke laut.
21
DUMPING LIMBAH B3 (Tailing)

1. Lokasi tempat dilakukan Dumping Limbah B3 harus memenuhi persyaratan yang


meliputi:
a. di dasar laut pada laut yang memiliki lapisan termoklin permanen; dan
b. tidak berada di lokasi tertentu atau daerah sensitif berdasarkan Peraturan Perundang-
Undangan.
2. Dalam hal tidak terdapat laut yang memiliki lapisan termoklin permanen, lokasi
tempat dilakukan Dumping Limbah B3 berupa tailing dari kegiatan
pertambangan harus memenuhi persyaratan lokasi yang meliputi:
a. di dasar laut dengan kedalaman lebih besar atau sama dengan 100 m (seratus meter);
b. secara topografi dan batimetri menunjukkan adanya ngarai dan/atau saluran di dasar laut
yang mengarahkan tailing ke kedalaman lebih dari atau sama dengan 200 m (dua ratus
meter); dan
c. tidak ada fenomena up-welling.
22
Deep Sea Tailing Placement
(contoh Newmont Batu Hijau)
2 Pipa darat sepanjang 6.2 km, memiliki 402 spools, 44”diameter steel pipe
9.5mm wall, 20mm rubber line

Pipa darat
Pipa laut sejauh 3,2 km
Mulut pipa sedalam 125 m dpl

Tailing di dumping pada ngarai laut


sedalam 3- 4 km
DUMPING LIMBAH B3 (Serbuk Bor)

1. Dalam hal tidak terdapat laut yang memiliki lapisan termoklin permanen, lokasi
tempat dilakukan dumping limbah B3 berupa serbuk bor dari kegiatan
pertambangan di laut harus memenuhi persyaratan:
a. di laut dengan kedalaman lebih dari atau sama dengan 50 m (lima puluh meter); dan
b. dampaknya berada di dalam radius sama dengan atau lebih kecil dari 500 m (lima ratus
meter) dari lokasi dumping di laut.
2. Dalam hal Limbah B3 berupa serbuk bor dari kegiatan pertambangan di laut
akan dilakukan dumping ke lokasi memiliki kandungan Total Polyhydrocarbon
(TPH) lebih dari 0% (nol perseratus) tetapi kurang dari 10% (sepuluh perseratus),
setiap orang yang melakukan dumping harus mengupayakan pengurangan
kandungan hidrokarbon tersebut sampai dengan:
a. paling tinggi 5% (lima perseratus) pada tahun 2017; dan
b. 0% (nol perseratus) pada tahun 2025.
26
KETENTUAN DUMPING SERBUK BOR
Synthetic Based Mud (SBM)
TAMPAK SAMPING TAMPAK ATAS

R = 500 m R = 500 m

BATASAN AREA
TERKENA DAMPAK

R = 500 m R = 500 m

Lokasi dumping

Kedalaman
laut > 50 m
27
RENCANA LOKASI DUMPING

28
PETA BATHIMETRY (kedalaman laut/contour laut)

29
PETA DAERAH TERLARANG

30
MODELLING POLA SEBARAN TSS

Pola sebaran TSS (Serbuk Bor) pada kedalaman 10 meter Pola sebaran TSS (Serbuk Bor) pada kedalaman 20 meter

31
DIAGRAM ALIR PENGELOLAAN SERBUK BOR SEBELUM DUMPING

32
PERALATAN PENGELOLAAN SERBUK BOR

Shale shaker

Desilter
Desander

33
SERBUK BOR DAN LUMPUR BOR

Sebelum Sesudah

Kadar TPH 12.50% Kadar TPH 3.39%,


kehalusan 100-150
mesh
Serbuk bor yang di
dumping ke laut 34
Penimbunan LB3 Penimbusan, reinjeksi, backfill, dam
tailing dll........ (prinsip cradle to grave) atau sebagai
alternatif akhir
Dumping  ke Laut (prinsip cradle to grave)

Penimbunan LB3  alternatif utama 3R (Reuse-


Recycle-Recovery (prinsip cradle to cradle) 
menggunakan teknologi basis pemanfaatan
Dumping  prinsip cradle to cradle misalnya
dimanfaatkan pada industry batako dan
readymix--salah satu produk readymix adalah
Tripod atau Tetrapod sebagai “breakwater” atau
bahan pemecah gelombang laut (penahan abrasi
air laut)

35
TERIMA KASIH

36

Anda mungkin juga menyukai