Tugas Akhir Beton Styrofoam PDF
Tugas Akhir Beton Styrofoam PDF
DISUSUN OLEH :
D111 11 295
JURUSAN SIPIL
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipersembahkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
merupakan salah satu syarat diajukan untuk menyelesaikan studi S1 pada Jurusan
dalam penyusunan tugas akhir ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak,
maka tugas akhir ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan
1. Bapak Dr. Ing. Ir. Wahyu Piarah, MS, ME. selaku Dekan Fakultas
2. Bapak Dr. Ir. M. Arsyad Thaha, MT. selaku Ketua Jurusan Sipil
penelitian ini.
4. Ibu Dr. Eng. Rita Irmawaty, ST, MT. selaku dosen pembimbing II yang
Fakultas Teknik, serta staf dan asisten Laboratorium Jurusan Sipil Fakultas
serta memberikan dukungan dan bantuan baik moril maupun materil yang
Penulis menyadari bahwa setiap karya buatan manusia tidak pernah luput dari
kita dan semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat, khususnya dalam
Penulis
KARAKTERISTIK BETON RINGAN DENGAN BAHAN
PENGISI STYROFOAM
1 1
R. Djamaluddin , R. Irmawaty , A. Agung F2
ABSTRAK
1
Dosen Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
2
Mahasiswa Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
THE CHARACTERISTICS OF LIGHTWEIGHT CONCRETE
WITH FILLER MATERIALS OF STYROFOAM
R. Djamaluddin 1, R. Irmawaty1, A. Agung F2
ABSTRACT
The development in the field of construction in modern era shows rapid growth, so it
demands the more and more innovative concrete technology. Adding styrofoam in the
concrete mixture will form void so it reduces the overall weight of concrete, hence the
lightweight concrete is formed with weight volume ≤ 1900 kg/m3. Related to this, a
research was conducted using styrofoam as filler materials in concrete mixture that is
10%, 30%, 50%. The numbers of each speciment were 3 pieces of each variation.
Mechanical characteristic testing of concrete was conducted at the age of 7, 14, and 28
days for concrete compressive strength test, and 28 days testing for split tensile strength
of concrete, concrete flexural strength and modulus elasticity test. The results showed
that the addition of 30% of styrofoam in concrete can be categorized as lightweight
concrete with a weight volume in the amount of 1881.25 kg/m3. Concrete compressive
strength test increase by the time, but decreased with addition of volume styrofoam.
Similiarly for split tensile strength of concrete, concrete flexural strength and modulus
elasticty test. It proof that addition of styrofoam depend on characteristic of concrete
desired.
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara Berat Satuan Beton dengan Persentase
Penambahan Styrofoam
Gambar 4.3 Grafik Hubungan antara Kuat Tekan Beton dengan Umur
Gambar 4.5 Grafik Hubungan antara Persentase Styrofoam dan Kuat Tarik
Belah
Gambar 4.7 Grafik Hubungan Kuat Tekan dengan Kuat Tarik Belah Beton
Gambar 4.8 Grafik Hubungan antara Persentase Styrofoam dan Kuat Lentur
Gambar 4.14 Grafik Hubungan antara Persentase Beton Styrofoam dan Modulus
Elastisitas
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Kuat Tarik Belah Beton Rata-Rata (MPa)
Tabel 4.8 Perbandingan Kuat Tarik Belah terhadap Kuat Tekan Beton
PENDAHULUAN
kantor, rumah sakit dan sebagainya. Beton sebagai bahan bangunan sudah lama
kekuatan yang baik, tahan api, tahan terhadap perubahan cuaca, serta relatif
Namun beton memiliki salah satu kelemahan yaitu berat jenisnya cukup tinggi
sehingga beban mati pada suatu struktur menjadi besar. Oleh karena itu, inovasi
diantaranya bersifat ramah lingkungan dan memiliki berat jenis yang rendah
(beton ringan). Beton ringan pada umumnya memiliki berat jenis kurang dari
1900 kg/m3.
campuran yang memiliki berat jenis rendah. Salah satu bahan alternatif yang dapat
yang terbuat dari polisterin atau yang lebih dikenal dengan gabus putih kerap
menjadi limbah industri maupun limbah rumah tangga yang menjadi masalah
lingkungan karena sifatnya yang tidak dapat membusuk dan susah terurai di alam.
berat beton akan lebih ringan serta nilai guna styrofoam akan bertambah, namun
hal ini akan berpengaruh pada kekuatan beton tersebut seiring dengan
adalah perilaku mekanik beton yang mencakup kuat tekan, kuat tarik belah, kuat
(10%, 30%, 50%) terhadap kuat tekan, kuat tarik, kuat lentur, serta
2. Bagaimana perilaku mekanik (kuat tekan, kuat tarik, kuat lentur, dan
bervariasi (10%, 30%, 50%) terhadap kuat tekan, kuat tarik, kuat lentur,
ringan styrofoam.
styrofoam.
(DOE).
dan 50%.
4. Kuat tekan (f’c) beton normal dan beton styrofoam dengan spesimen
5. Kuat tarik belah (fct) beton normal dan beton styrofoam dengan spesimen
6. Kuat lentur (fr) beton normal dan beton styrofoam dengan spesimen
8. Jumlah sampel yang digunakan tiap kali pengujian sebanyak 3 buah dan
total sampel sebanyak 36 buah, hal ini telah memenuhi standar SNI
adalah dengan membagi kerangka penulisan dalam bab dan sub bab dengan
maksud agar lebih jelas dan mudah dimengerti. Terdapat 5 (Lima) pokok bahasan
Bab ini menguraikan teori secara singkat dan gambaran umum mengenai
Bab ini menyajikan hasil analisis perhitungan data-data yang diperoleh dari
BAB V. PENUTUP
TINJAUAN PUSTAKA
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah
atau agregat – agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang
terbuat dari semen dan air sehingga membentuk suatu massa mirip batuan.
Beton adalah material yang rumit. Beton dapat dibuat dengan mudah bahkan
oleh mereka yang tidak punya pengertian sama sekali tentang beton teknologi,
persoalan dari produk, antara lain reputasi jelek dari beton sebagai materi
Nilai kuat tekan beton relatif lebih tinggi dibandingkan kuat tariknya, dan
beton merupakan bahan bersifat getas. Nilai kuat tariknya hanya berkisar 9%-15%
dari kuat tariknya (Nawy 1998:41). Sehingga umumnya beton diperkuat dengan
dalam menahan gaya yang bekerja dimana tulangan baja menahan gaya tarik dan
campuran beton, cara-cara persiapan, perawatan dan keadaan pada saat dilakukan
percobaan. Setiap bahan campuran beton tersebut mempunyai variasi sifat yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor alami yang tidak dapat dihindarkan, namun
dengan mengetahui sifat-sifat bahan baku, maka dapat diketahui kebutuhan dari
Sesuai dengan tingkat mutu beton yang hendak dicapai, maka perbandingan
campuran beton harus ditentukan agar beton yang dihasilkan dapat memberikan
tergantung pada sifat bahan, perbandingan campuran, dan cara pengadukan serta
jumlah seluruh air bebas. Dengan kata lain, sifat dapat/mudah dikerjakan suatu
Jadi sifat dapat dikerjakan pada beton ini merupakan ukuran dari tingkat
antara lain :
pengerjaan beton
2. Ketahanan terhadap kondisi lingkungan khusus (tahan lama dan kedap air).
Sifat tahan lama pada beton, merupakan sifat dimana beton tahan
terhadap pengaruh luar selama dalam pemakaian. Sifat tahan lama pada
beton dapat dibedakan dalam beberapa hal, antara lain sebagai berikut :
kimia hasil industri dan air limbahnya, buangan air kotor kota
yang berisi kotoran manusia, gula dan sebagainya perlu
diakibatkan oleh adanya orang yang berjalan kaki dan lalu lintas
Rongga udara ini merupakan peluang untuk masuknya air dari luar ke
besar. Sifat kedap air pada beton terutama didapat jika didalam beton itu
tidak terdapat pipa kapiler yang menerus, karena melalui pipa kapiler
tidak ditutup kembali, sifat beton tersebut tidak kedap air. Rongga
volume yang terjadi ± 2,1 kali sebesar volume semen kering semula.
3. Memenuhi kekuatan yang hendak di capai.
Secara umum hal ini dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor air semen
(fas) dan kepadatan. Beton dengan fas kecil sampai dengan jumlah air yang
cukup untuk hidrasi semen secara sempurna, dan dapat dipadatkan secara
sempurna pula, akan memiliki kekuatan yang optimal. Untuk mencapai kepadatan
dan hidrasi sempurna ini, ada beberapa hal yang mempengaruhi, antara lain
Selama semen mengeras, harus selalu cukup air supaya campuran beton
b. Karena pengerasan semen makan waktu, maka perlu waktu yang cukup.
Beton normal merupakan bahan yang cukup berat, dengan berat sendiri
mencapai 2400 kg/m3. Untuk mengurangi beban mati pada suatu struktur beton
maka telah banyak dipakai jenis beton ringan. Menurut Standar Nasional
Indonesia 03-2847 tahun 2002, beton dapat digolongkan sebagai beton ringan jika
beratnya kurang dari 1900 kg/m3. Dalam membuat beton ringan tentunya
dibutuhkan material yang memiliki berat jenis yang ringan pula. Pada umumnya
berat jenis yang lebih ringan dapat dicapai jika berat beton diperkecil yang
udara dalam beton semakin ringan beton yang dihasilkan. Ada 3 macam cara
Agregat itu bisa berupa batu apung, batu alwa, atau abu terbang (fly ash)
c. Meniupkan atau mengisi udara di dalam beton. Cara ketiga ini terbagi
lagi menjadi secara mekanis dan secara kimiawi. Bahan campuran antara
lain pasir kwarsa, semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan dicampur
beton berkurang 5.5% dari kuat tekan setiap pemasukan udara 1% dari volume
campuran. Beton dengan bahan pengisi udara mempunyai kekuatan 10% lebih
kecil daripada beton tanpa pemasukan udara pada kadar semen dan workabilitas
yang sama (Murdock & Book, 1999). Pada beton dengan kekuatan menengah dan
beton sektar 5% tanpa perubahan air semen (Mehta, 1986). Pada penelitian ini
umum beton ringan memiliki standar yang berhubungan dengan durabilitas yakni
“Freezing and Thawing Test for Concrete, Method A” berdasarkan JIS A1148.
kasus ini, beton dengan agregat ringan yang dibasahi terlebih dahulu, hingga
memiliki kandungan air sebesar 25-30%. Namun hasil pengujian ini tidak bisa
drastis.
semen (semen dan air) sekitar 25% - 40%, dan agregat (agregat halus dan agregat
suatu adukan yang mudah dicetak sesuai dengan bentuk yang diinginkan, karena
adanya hidrasi semen oleh air maka adukan tersebut akan mengeras dan
Penggunaan material lain yang memiliki berat jenis ringan dalam campuran
penyusun beton ringan yang digunakan pada penelitian ini yakni Semen PCC,
agregat kasar dan halus, air, serta styrofoam dengan perbandingan variasi yang
berbeda-beda yakni 10%, 30%, dan 50% terhadap volume beton keseluruhan.
Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesi (adhesive) dan
penggilingan bersama-sama terak semen portland dan gipsum dengan satu atau
lebih bahan anorganik. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi
(blast furnace slag), pozolan, senyawa silikat, batu kapur, dengan kadar total
bahan anorganik 6-35% dari massa semen portland komposit. Semen portland
dikerja, suhu beton lebih rendah sehingga tidak mudah retak, permukaan acian
dan beton lebih halus, lebih kedap air, mempunyai kekuatan yang lebih tinggi
dibanding OPC (Ordinary Portland Cement). Hasil pengujian kimia dan
2.3.2 Agregat
Mengingat bahwa agregat menempati 70-75% dari total volume beton maka
yang baik, beton dapat dikerjakan (workable), kuat, tahan lama (durable), dan
ekonomis. Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat
alam atau agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat
2. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5 % untuk agregat halus dan 1 % untuk
agregat kasar.
3. Tidak mengandung bahan-bahan organic dan zat-zat yang reaktif alkali, dan
Dalam penelitian ini digunakan agregat halus yang berasal dari Sungai
Jeneberang, Sulawesi Selatan. Agregat halus dapat berupa pasir alam, pasir
olahan atau gabungan dari kedua pasir tersebut. Ukurannya bervariasi antara No.
2001:16):
1. Pasir Galian
dengan cara menggali dari dalam tanah. Pada umumnya pasir jenis ini
membahayakan.
2. Pasir Sungai
Pasir sungai diperoleh langsung dari dasar sungai. Pasir sungai pada
kurang baik.
3. Pasir Laut
Pasir laut adalah pasir yang dipeoleh dari pantai. Bentuk butiran halus
dan bulat, karena proses gesekan. Pasir jenis ini banyak mengandung
garam, oleh karena itu kurang baik untuk bahan bangunan. Garam
yang ada dalam pasir ini menyerap kandungan air dalam udara,
Agregat halus yang baik harus bebas bahan organik, lempung, partikel
yang lebih kecil dari saringan No. 100 atau bahan-bahan lain yang dapat
pasir alam sebagai hasil disintegrasi ‘alami’ batuan atau pasir yang dihasilkan
oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm. (SK
SNI 03-2847-2002).
b. Agregat kasar
Agregat kasar diperoleh dari alam dan juga dari proses memecah batu alam.
geologi, yaitu agregat beku, agregat sediment dan agregat metamorf, yang
pecahan diperoleh dengan memecah batu menjadi berukuran butiran sesuai yang
Sifat agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya
Agregat kasar mineral ini harus bersih dari bahan-bahan organik, dan harus
mempunyai ikatan yang baik dengan gel semen. (Nawy 1998 : 13).
2.3.3 Air
Air adalah bahan dasar pembuatan beton. Berfungsi untuk membuat semen
bereaksi dan sebagai bahan pelumas antara butir-butir agregat. Pada umumnya
air minum dapat dipakai untuk campuran beton. Air yang mengandung
bahan kimia lainnya, bila dipakai untuk campuran beton akan sangat
menurunkan kekuatannya dan dapat juga mengubah sifat-sifat semen. Selain itu
air yang demikian dapat mengurangi afinitas antara agregat dengan pasta semen
menurun.
2. Bentuk butir : bentuk bulat, maka kebutuhan air menurun (batu pecah
4. Kotoran dalam agregat : makin banyak silt, tanah liat dan lumpur,
Adapun air yang digunakan pada penelitian ini adalah air PDAM yang
Gowa.
2.3.4 Styrofoam
oleh manusia dalam kehidupannya sehari hari. Begitu Styrofoam diciptakan pun
langsung marak digunakan di Indonesia. Styrofoam pada umumnya digunakan
sebagai pembungkus barang elektronik dan makanan karena sifatnya yang tidak
gugus phenyl yang tersusun secara tidak teratur sepanjang garis karbon dari
molekul. Styrofoam ini memiliki berat jenis sampai 1050 kg/m3, kuat tarik sampai
40 MN/m2, dan modulus lentur sampai 3 GN/m2, modulus geser sampai 0,99
GN/m2, angka poison 0,33 (Dharmagiri, I.B, dkk, 2008). Dalam bentuk butiran
(granular) expanded polystyrene mempunyai berat satuan sangat kecil yaitu 13-22
dalam beton berongga adalah styrofoam mempunyai kuat tarik. Kerapatan atau
berat jenis beton dengan campuran styrofoam dapat diatur dengan mengontrol
campuran beton bervariasi yaitu sebesar 10%, 30%, dan 50 % dari volume beton.
mengetahui perilaku mekanik beton (kuat tekan, kuat tarik belah, serta kuat
Styrofoam ini diperoleh dari pabrik P.T Kemasan Cipta Nusantara Makassar
yang merupakan salah satu produsen kemasan dari styrofoam yang berada di
deformasi, respon terhadap suhu, daya serap air, dan ketahanannya. Diantara sifat-
sifat beton yang paling mendapat perhatian adalah kekuatan beton, karena hal
beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji hancur oleh gaya tekan
Dimana :
Kuat tekan menjadi parameter untuk menentukan mutu dan kualitas beton
yang ditentukan oleh agregat, perbandingan semen, dan perbandingan jumlah air.
Pembuatan beton akan berhasil jika dalam pencapaian kuat tekan beton telah
sesuai dengan yang telah direncanakan dalam mix design. Adapun hal-hal yang
1. FAS atau faktor air semen, hubungan fas dengan kuat tekan beton
adalah semakin rendah nilai fas maka semakin tinggi nilai kuat tekan
beton. Tetapi pada kenyataannya pada suatu nilai fas tertentu semakin
rendah nilai fas maka kuat tekan beton akan rendah. Hal ini terjadi
oleh fas dan suhu perawatan. Semakin tinggi fas, maka semakin lambat
kenaikan kekuatan betonnya, dan semakin tinggi suhu perawatan maka
5. Sifat agregat, dalam hal ini kekerasan permukaan, gradasi, dan ukuran
Kekuatan tarik belah beton relatif rendah, kira-kira 10-15% dari kekuatan
tekannya. Pendekatan yang baik untuk menghitung kekuatan tarik beton f’ct
dan masalah penjepitan (gripping) pada mesin. Sehingga untuk mengetahui kuat
tarik beton dalam pengujian hanya dapat diukur dengan metode uji keruntuhn
Kuat tarik belah beton yang diperoleh dengan uji pembelahan silinder
panjang dari silinder hingga terbelah dua dari ujung ke ujung. Kuat tarik dengan
Dimana :
mencapai kekuatan 0,05 – 0,6 kali , sehingga untuk beton normal digunakan
Alasan utama dari kuat tarik yang kecil bahwa pada kenyataannya beton
dipenuhi retak-retak halus yang tidak dipengaruhi bila beton menerima beban
tersebut merupakan tegangan-tegangan lentur (tarik pada salah satu sisi di daerah
sumbu netral dan tekan pada sisi penampang lainnya). Fungsi dari komponen ini
.......................................................(4)
Persamaan 5 digunakan jika keruntuhan terjadi pada bagian tarik diluar tengah
bentang.
.......................................................(5)
Dimana :
pada satu satuan regangan. Modulus elastisitas beton tidak pasti dan nilainya
tergantung pada kekuatan beton, umur beton, jenis pembebanan, dan karakteristik
berbeda terlihat bahwa secara garis besar bahwa kuat tekan maksimum tercapai
pada saat nilai regangan (Ɛh) mencapai ± 0,002. Selanjutnya nilai tegangan f’c
02), yaitu :
.......................................................(6)
Dimana :
Sedangkan secara teoritis, modulus elastisitas beton (Ec) dapat dihitung dengan
............................................(7)
Dimana :
METODOLOGI PENELITIAN
Tahapan pelaksanaan dari penelitian ini secara garis besar dapat dilihat pada
Kajian Pustaka
Persiapan Penelitian :
- Material
- Alat
Pemeriksaan Material :
- Agregat Kasar
Tidak
- Agregat Halus
- Styrofoam
Ya
Pembuatan campuran beton
Pengecoran/pencetakan beton
Perawatan Beton
Selesai
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Gowa. Jenis penelitian ini
Alat Penelitian :
5. Compressometer
6. Slump test
7. Timbangan
8. Bak Perendaman
9. Mistar
3. Setelah ketiga bahan tersebut tercampur rata, masukkan air sedikit demi
sedikit (untuk beton normal), dan styrofoam (untuk beton styrofoam) secara
workability adukan.
perendaman. Benda uji diangkat dari bak 1 hari sebelum sampel di uji. Hal ini
dimaksudkan agar pada waktu di uji, sampel dalam keadaan tidak basah.
Pengujian dilakukan pada saat sampel berumur 7, 14, dan 28 hari. Hal ini
berarti benda uji diangkat dari bak pada saat berumur 6, 13, dan 27 hari.
3.7 Pengujian Benda Uji
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton yang telah
silinder beton hancur dan dicatat besarnya beban maksimum P yang selanjutnya
secara tidak langsung. Benda uji yang digunakan berupa silinder yang direbahkan
pengujian sam seperti pengujian kuat tekan, hanya saja pada pengujian ini
ditambahkan suatu lempengan plat besi agar dapat membagi beban merata pada
dilakukan pada ½ bentang atau 1/3 bentang untuk mendapatkan lentur murni
tanpa gaya geser. Besarnya beban P yang dicatat pada pengujian ini adalah beban
pada saat benda uji patah. Selanjutnya digunakan untuk menentukan kuat lentur
balok.
4. Modulus Elastisitas
perbandingan tegangan pada satu satuan regangan dengan benda uji silinder
berukuran diameter 10 x 20 cm2. Pengujian ini dilakukan pada benda uji yang
sama dengan pengujian kuat tekan beton umur 28 hari menggunakan alat
Compressometer.
BAB IV
4 Berat volume
3 Berat volume
yang diperoleh melalui tahap pengujian berdasarkan pada SNI. Hasil pengujian
120
100 100.00
80
Persen Lolos
60
55.10
40 37.64
32.56
27.82
20 19.54
9.98
0 2.15
100 50 30 16 8 4 3/8" 3/4"
No.Saringan
ditentukan.
Tabel 4.3 Komposisi kebutuhan bahan campuran beton untuk 1 m3
4.2.1 Slump
styrofoam yang licin sehingga sulit terikat dengan pasta semen bersama agregat.
4.2.2 Berat Satuan Beton
hari. Adapun hasil pengujian berat satuan beton rata-rata dapat dilihat pada Tabel
4.5 berikut:
2500
Berat Satuan Beton Rata-Rata (kg/m3)
2000
1500
1000
500
0
0% 10% 30% 50%
Persentase Penambahan Styrofoam
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara berat satuan beton dengan persentase
penambahan styrofoam
Dari Tabel 4.5 dan Gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa semakin besar
penambahan styrofoam pada campuran beton, maka berat satuan beton akan
semakin ringan. Berat satuan beton styrofoam 30% dan 50% lebih kecil dari 1900
Pengujian kuat tekan beton menggunakan mesin UTM kapasitas 1000 KN.
Adapun hasil perhitungan kuat beton rata-rata dapat dilihat pada Tabel 4.6:
25
Kuat Tekan Beton Rata-Rata(Mpa)
20
0%
15
10%
30%
10
50%
0
7 14 28
Umur (Hari)
Gambar 4.3 Grafik hubungan antara kuat tekan beton dengan umur pengujian
berdasarkan variasi styrofoam
Dari Tabel 4.6 dan Gambar 4.3 menunjukkan bahwa kuat tekan beton
meningkat seiring dengan bertambahnya umur beton. Hal ini disebabkan karena
proses hidrasi pada pasta semen yang terus meningkat dan memperkuat ikatan
tekan beton secara signifikan yang disebabkan bobot styrofoam yang sangat
1000 KN pada saat benda uji berumur 28 hari. Metode pengujian sama dengan
kuat tekan, namun yang membedakan adalah posisi beton yang direbahkan dan
meletakkan lempengan plat diatas beton agar pada saat pengujian, beban dapat
terbagi rata. Hasil perhitungan kuat tarik belah dapat dilihat pada Tabel 4.7:
Gambar 4.5 Grafik Hubungan antara Persentase Styrofoam dan Kuat Tarik Belah
Dari Tabel 4.7 dan Gambar 4.5 diperoleh hasil bahwa penambahan volume
styrofoam akan menurunkan kuat tarik belah beton. Hal ini disebabkan oleh
kurang sempurna. Nilai kuat tarik belah untuk beton styrofoam 10%, 30%, dan
Hubungan antara nilai kuat tarik belah dan kuat tekan beton menurut SNI
digunakan nilai hubungan kuat tekan terhadap kuat tarik sesuai pada Tabel 4.8
berikut :
Tabel 4.8 Perbandingan Kuat Tarik Belah terhadap Kuat Tekan Beton
f’ct = 0.7√f’c
2. Beton Styrofoam 10%, memiliki hubungan kuat tarik terhadap kuat tekan :
f’ct = 0.7√f’c
3. Beton Styrofoam 30%,, memiliki hubungan kuat tarik terhadap kuat tekan :
f’ct = 0.55√f’c
4. Beton Styrofoam 50%,, memiliki hubungan kuat tarik terhadap kuat tekan :
f’ct = 0.61√f’c
4
3.5
Gambar 4.7 Grafik Hubungan Kuat Tekan dengan Kuat Tarik Belah Beton
dilakukan pada saat benda uji balok berumur 28 hari. Hasil perhitungan kuat
6
KuatLentur Rata-Rata (Mpa)
0
0% 10% 30% 50%
Persentase Styrofoam
Gambar 4.8 Grafik Hubungan antara Persentase Styrofoam dan Kuat Lentur
Dari Tabel 4.9 dan Gambar 4.8 diperoleh hasil bahwa semakin besar
volume styrofoam pada beton, maka kuat lenturnya akan semakin menurun. Nilai
kuat lentur untuk beton styrofoam 10%, 30%, dan 50% berturut-turut pada umur
kuat tekan, menggunakan mesin UTM kapasitas 1000 KN. Namun yang
yang terjadi pada beton pada saat diberikan tegangan tertentu. Grafik hubungan
35
30
Kuat Tekan (N/mm2)
25
20
15
10
0%-1
5 0%-2
0%-3
0
0 500 1000 1500 2000 2500
Regangan (x 10-6)
20
Kuat Tekan (N/mm2)
15
10
10%-1
5 10%-2
10%-3
0
0 500 1000 1500 2000 2500
Regangan (x 10-6)
16
14
12
Kuat Tekan (N/mm2)
10
4 30%-1
30%-2
2
30%-3
0
0 500 1000 1500 2000
Regangan (x 10-6)
6
Kuat Tekan (N/mm2)
2
50%-1
1 50%-2
50%-3
0
0 500 1000 1500 2000
Regangan (x 10-6)
Dimana :
Sedangkan secara teoritis, modulus elastisitas beton (Ec) dapat dihitung dengan
Tabel 4.10:
Volume Reduksi
S2 Ec Ec Rata-Rata
Styrofoam S1 Ɛ2 Ec
(MPa) (MPa) (MPa)
(%) (%)
1.395 12.146 495 24160.078
0 1.373 8.349 432.5 20851.836 22467.82 -
1.416 11.828 515 22391.560
1.148 8.604 427.5 19749.885
10 1.200 6.014 282.5 20707.151 20606.22 8.28
1.214 6.340 290 21361.625
0.805 4.994 345 14203.095
30 0.879 5.007 350 13761.362 14967.91 33.38
0.871 6.079 357.5 16939.262
0.622 2.407 202.5 11708.794
50 0.595 2.018 185 10536.593 10406.39 53.68
0.573 2.816 300 8973.792
Modulus Elastisitas (Mpa) 25000
20000
15000
10000
5000
0
0% 10% 30% 50%
Persentase Styrofoam
Gambar 4.14 Grafik Hubungan antara persentase beton styrofoam dan Modulus
Elastisitas
dan teoritis memberikan hasil yang hampir sama sesuai pada Tabel 4.11.
Gambar 4.15 Pengujian Modulus Elastisitas dengan alat Compressometer
mampu meningkatkan nilai kuat tarik belah, kuat tekan serta kuat
lentur setelah tercampur pada beton. Hal ini disebabkan oleh fungsi
dengan beton.
5.1 Kesimpulan
sebagai berikut :
rendah kuat tekan yang dihasilkan. Nilai kuat tekan dengan volume styrofoam
0%, 10%, 30%, dan 50% rata-rata pada umur 28 hari berturut-turut adalah
3. Dari hasil uji tarik belah, diperoleh fakta bahwa semakin besar volume
styrofoam maka semakin rendah kuat tarik belah yang dihasilkan dengan
50% styrofoam.
4. Untuk uji kuat lentur, persentase penurunan kuat lentur pada penambahan
volume styrofoam 10%, 30%, dan 50% terhadap beton normal berturut-turut
styrofoam yang ditambahkan pada beton, maka semakin rendah nilai kuat
5.2 Saran
meningkatkan sifat mekanik beton yaitu kuat tekan, kuat tarik belah, serta
kuat lentur.
Akkas, Abdul Majid, 1996, Rekayasa Bahan / Bahan Bangunan, Jurusan Sipil,
Makassar
Departemen Pekerjaan Umum, 2002, Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
SNI 03-2491-2002, Badan Standarisasi Nasional
Departemen Pekerjaan Umum, 2011, Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda
Uji Silinder SNI 1974-2011, Badan Standarisasi Nasional
Departemen Pekerjaan Umum, 2008, Cara Uji Berat Isi Beton Ringan Struktural
SNI 3402-2008, Badan Standarisasi Nasional
Dharmagiri, I.B, dkk. 2008. Kuat Tekan dan Modulus Elastisitas Beton dengan
Penambahan Styrofoam (Styrocon), Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol 12
No. 1
JIS A 1148, 2010, Method of Test for Resistance of Concrete to Freeze and
Thawing, Japan Concrete Institute.
Mehta, P.K., 1986, Structure, Properties and Material, Prentice Hall, New
Jersey.
Mulyono, Tri, 2003, Teknologi Beton. Penerbit C.V Andi Offset, Yogyakarta
Murdock, L.J dan Brook, K.M., 1999, Bahan dan Praktek Beton, Edisi keempat,
Erlangga, Jakarta.
Nawy, Edward G., 1998. Beton Bertulang (Suatu Pendekatan Dasar), Penerbit
PT. Rafika Aditama, Bandung.
Paul Nugraha, Antoni. 2007. Teknologi Beton. Penerbit C.V Andi Offset,
Yogyakarta
Hasil Pengujian
No Jenis Pengujian Beton Beton Beton Beton
Normal 10% 30% 50%
Berat Volume Beton 2286.46 2154.17 1881.25 1636.46
1 3
(kg/m )
2 Kuat Tekan (Mpa) 27.74 17.76 13.12 5.26
3 Kuat Tarik Belah (Mpa) 3.73 2.96 2.00 1.40
4 Kuat Lentur (Mpa 6.13 4.98 4.24 3.40
5 Modulus Elastisitas (Mpa) 21995.18 19677.88 14297.46 10142.88
Kuat
Berat Kuat
No Berat Tinggi P maks tekan
Beton isi tekan
. (kg) (mm) (kN) rata-rata
(kg/m3) (Mpa)
(Mpa)
3.675 200 2296.87 168.5 21.45
1 Beton Normal 3.675 200 2296.87 162 20.62 20.94
3.645 200 2278.12 163 20.75
Beton 3.375 200 2109.37 74 9.42
2 Styrofoam 3.420 200 2137.50 114.5 14.57 12.69
10% 3.395 200 2121.87 110 14
Beton 3.000 200 1875.00 60.5 7.7
3 Styrofoam 3.055 200 1909.37 75.5 9.61 8.21
30% 3.010 200 1881.25 57.5 7.32
Beton 2.635 200 1646.87 42.5 5.41
4 Styrofoam 2.620 200 1637.50 38.5 4.90 4.75
50% 2.600 200 1625.00 31 3.95
Umur Sampel 7 hari
Kuat
Berat Kuat
No Berat Tinggi P maks tekan
Beton isi tekan
. (kg) (mm) (kN) rata-rata
(kg/m3) (Mpa)
(Mpa)
3.655 200 2284.37 198.35 25.25
1 Beton Normal 3.635 200 2271.87 190.5 24.25 24.25
3.655 200 2284.37 182.6 23.49
Beton 3.390 200 2118.75 120 15.28
2 Styrofoam 3.420 200 2137.50 120.3 14.72 15.10
10% 3.395 200 2121.87 115.6 15.31
Beton 3.030 200 1893.75 94.5 12.03
3 Styrofoam 2.995 200 1871.87 80 10.18 11.03
30% 3.000 200 1875.00 85.5 10.88
Beton 2.630 200 1643.75 43 5.09
4 Styrofoam 2.665 200 1665.62 31.8 4.84 4.94
50% 2.645 200 1653.12 38 4.90
Umur Sampel 14 hari
Kuat
Berat Kuat
No Berat Tinggi P maks tekan
Beton isi tekan
. (kg) (mm) (kN) rata-rata
(kg/m3) (Mpa)
(Mpa)
3.660 200 2287.50 237 30.17
1 Beton Normal 3.665 200 2290.63 186.2 23.71 27.74
3.650 200 2281.25 230.4 29.33
Beton 3.445 200 2153.13 169.6 21.59
2 Styrofoam 3.410 200 2131.25 123 15.66 17.76
10% 3.485 200 2178.13 126 16.04
Beton 2.990 200 1868.75 97.6 12.43
3 Styrofoam 3.010 200 1881.25 97 12.35 13.12
30% 3.030 200 1893.75 114.6 14.59
Beton 2.635 200 1646.87 45.2 5.75
4 Styrofoam 2.650 200 1656.25 31.8 4.05 5.26
50% 2.645 200 1653.13 47 5.98
Umur Sampel 28 hari
Kuat
Kuat
Berat tarik
No Berat Tinggi P maks tarik
Beton isi belah
. (kg) (mm) (kN) belah
(kg/m3) rata-rata
(Mpa)
(Mpa)
3.655 200 2284.37 108.6 3.46
1 Beton Normal 3.660 200 2287.50 125.4 3.99 3.73
3.665 200 2290.63 117.5 3.74
Beton 3.465 200 2165.63 91.8 2.92
2 Styrofoam 3.460 200 2162.50 82.6 2.63 2.96
10% 3.475 200 2171.87 105 3.34
Beton 2.980 200 1862.50 67.8 2.16
3 Styrofoam 2.960 200 1850.00 61.2 1.95 2.00
30% 3.010 200 1881.25 59.4 1.89
Beton 2.665 200 1665.63 39.8 1.27
4 Styrofoam 2.710 200 1693.75 40.8 1.29 1.40
50% 2.645 200 1653.13 51.4 1.64
Umur Sampel 28 hari
Mix beton normal dalam molen Mix beton styrofoam dalam molen
Uji Slump
Nilai Slump Meratakan campuran beton dalam mould
Beton normal hasil uji kuat tarik belah Beton styrofoam 10% hasil uji kuat tarik belah
Beton styrofoam 50% hasil uji kuat tarik belah Beton normal hasil pengujian kuat lentur
lentur
PADA LEPA
KODE KETERANGAN
T S
A Volume mould (liter) 6.123 6.123
B Berat mould kosong (kg) 3.740 3.740
C Berat mould + benda uji (kg) 12.978 12.655
D Berat benda uji (C - B) 9.238 8.915
A - B
Kadar lumpur = X 100%
A
500.00 - 485.00
= X 100%
500.00
= 3.00%
Berat Jenis E
=
Curah D + B - C
495.00
= = 2.40
780.00 + 500.00 - 1,074.00
Berat Jenis B
Kering =
Permukaan D + B - C
500.00 = 2.43
=
780.00 + 500.00 - 1,074.00
Berat Jenis E
=
Semu D + E - C
495.00
= = 2.46
780.00 + 495.00 - 1,074.00
Water B-E X
=
absorption E 100%
500.00 - 495.00
= X 100% = 1.01%
495.00
Pemeriksaan pada standar warna menunjukkan warna larutan bening yaitu no.1
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasir tersebut bisa dipakai sebagai bahan
campuran beton tanpa dicuci terlebih dahulu.
KUMULATIF
BERAT PERSEN PERSEN
NOMOR PERSEN
TERTAHAN TERTAHAN LOLOS
SARINGAN TERTAHAN
Gram % % %
4 0.00 0.00 0.00 100.00
8 135.00 13.50 13.50 86.50
16 126.00 12.60 26.10 73.90
30 220.00 22.00 48.10 51.90
50 254.00 25.40 73.50 26.50
100 208.00 20.80 94.30 5.70
200 54.00 5.40 99.70 0.30
pan 3.00 0.30 100.00 0.00
JUMLAH 1,000.00 100.00
PADA LEPA
KODE KETERANGAN
T S
A Volume mould (liter) 9.721 9.721
B Berat mould kosong (kg) 3.950 3.950
C Berat mould + benda uji (kg) 20.220 19.770
D Berat benda uji (C - B) 16.270 15.820
\
KODE KETERANGAN BERAT
A Berat tempat/talam (gram) 145.00
Berat tempat + benda
B (gram) 1645.00
uji
C Berat benda uji = B - A (gram) 1500.00
D Berat benda uji kering (gram) 1485.00
Kadar C-D X
= 1.01%
air D 100%
A - B
Kadar lumpur = X 100%
A
1000.00 - 997.00
= X 100%
1000.00
= 0.30%
Berat Jenis A
=
Curah A - C
2420.00
= = 2.49
2500.00 - 500.00
Berat Jenis A
Kering =
Permukaan A - C
2500.00 = 2.58
=
2500.00 + 1530.00
Berat Jenis B
=
Semu B-C
2420.00
= = 2.72
2420.00 + 1530.00
Water A-B
= X 100%
absorption B
= 2500.00 - 2420.00 X 100% = 3.31%
2420.00
KUMULATIF
NOMOR BERAT PERSEN PERSEN
PERSEN
SARINGAN TERTAHAN TERTAHAN LOLOS
TERTAHAN
gram % % %
1 0.00 0.00 0.00 100.00
3/4 " 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8 " 1,440.00 72.00 72.00 28.00
No.4 560.00 28.00 100.00 0.00
JUMLAH 2,000.00 100.00 172.00 228.00
= 6.72
Berat Volume =
= 14.37 kg/m3