Anda di halaman 1dari 8

Hubungan Peran Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat

Pada Pasien Tuberkulosis Di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa


Tahun 2013
Ellya Netty
Dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kemenkes Jakarta 1
Email: nettyelya@yahoo.com

Abstrak compliance of medication (91,2%) although the


influencing factors did not show a significant
Tuberculosis merupakan penyakit paru menular relationship. The Researcher recommends health
yang cukup besar angka kejadiannya di dunia, personnel especially nurses to visit patients
tahun 2010 terdapat 8,8 juta kasus baru1 , termasuk periodically and regularly in order to improve
Indonesia setiap tahun bertambah 450 ribu kasus family’s knowledge and understanding of care and
baru9 . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
treatment for patients with tuberculosis
hubungan peran keluarga dengan kepatuhan minum
Keyword : Compliance, Family role, Tuberculosis.
obat pada pasien Tuberculosis di Puskesmas Jakarta
Selatan. Desain penelitian yang digunakan adalah
deskriptif korelatif yaitu untuk mendiskripsikan Pendahuluan
(memaparkan) masing-masing variabel dan
mengkaji hubungan antar variabel. Analisis statistik Tuberculosis (TBC atau TB) merupakan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis infeksi jaringan paru-paru disebabkan oleh
univariat untuk melihat distribusi frekuensi variabel bakteri Mycobacterium tuberculosa yang sering
penelitian dan analisis bivariat untuk menguji disebut sebagai bakteri pembunuh masal.
hubungan antara variabel independen dengan Bakteri ini ditularkan bersama udara inspirasi,
variabel dependen, menggunakan uji statistic Chi- kemudian merusak jaringan paru-paru sehingga
square.
paru-paru menjadi berongga dan terbentuk
Hasil penelitian didapatkan adanya hasil yang baik
dalam kepatuhan minum obat pasien (91,2%),
jaringan ikat di paru-paru8. Penyakit
sekalipun faktor – faktor yang mempengaruhi tidak Tuberculosis (TB) ini, masih menjadi masalah
menunjukkan hubungan yang cukup signifikan kesehatan masyarakat. WHO memperkirakan
(p>0.05). Peneliti merekomendasikan tenaga bakteri ini membunuh sekitar 2 juta jiwa setiap
kesehatan khususnya perawat perlu melakukan tahun. Jika dihitung, pertambahan jumlah
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien TB akan bertambah sekitar 2,8-5,6 juta
keluarga dalam perawatan dan pengobatan pada setiap tahun, dan 1,1-2,2 juta jiwa meninggal
pasien dengan tuberkulosis. setiap tahun karena Tuberculosis4. Indonesia
Kata Kunci : Kepatuhan, Peran keluarga, tercatat menduduki peringkat ke-3 tertinggi
Tuberkulosis. dunia, setelah Cina dan India dengan jumlah
Abstract
pasien sekitar 10 % dari total jumlah pasien TB
di dunia. Insiden kasus Basil Tahan Asam
Tuberculosis is an infectious lung disease that has (BTA) positif (menular) tahun 2005
spread out all over the world .There are 8.8 million diperkirakan 107 kasus baru/100.000 penduduk
new cases in 20101, including Indonesia increases (246.000 kasus baru setiap tahun) dan
every year 450 thousand new cases9. The study aim prevalensi 597.000 kasus dalam semua kasus.
at identifying the relationship of family role with Penanggulangan TB paru merupakan
medication compliance in patients with tuberculosis suatu gerakan yang bukan saja menjadi
at PUSKESMAS (Public Health Center ) South tanggung jawab pemerintah, swasta namun juga
Jakarta. The design was a descriptive correlative in masyarakat. Berdasarkan Pedoman Nasional
order to describe each variable and examine the Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia,
relationship among variables. The statistical WHO mentargetkan angka kesembuhan yang
analysis used in this study were a univariate harus dicapai adalah >85% dengan
analysis to see the frequency distribution of the merekomendasikan Directly Observed
study variables and bivariate analysis to examine the Treatment Shortcourse (DOTS) sejak tahun
relationship between independent variables and 1991 dan baru ditetapkan di Indonesia tahun
the dependent variables using Chi- square statistical 1995. DOTS adalah strategi yang paling efektif
test. The result showed that there are a good untuk menangani pasien TB saat ini, dengan

83
angka kesembuhan 87% pada tahun 1995-1998 keluarga baik sebagai suami/istri atau anak
dan 89,7% pada tahun 2007 melebihi angka dapat menjadi sahabat yang siap mendengarkan
target WHO4.. DOTS bertujuan untuk keluhan pasien dan dapat membuat pasien TB
menjamin dan mencegah resistensi, keteraturan dapat merasa nyaman.
pengobatan dan mencegah drop out pasien TB Tahun 2013, Kebijakan Kemenkes dalam
dengan cara melakukan pengawasan dan upaya pencapaian MDG-6 Tuberkolosis (TB)
pengendalian serta pengobatan ditujukan pada peningkatan cakupan DOTS,
pasienTuberculosis. Target program peningkatan kapasitas dan kualitas penanganan
penanggulangan TB adalah tercapainya TB, penguatan kebijakan dan peraturan dalam
penemuan pasien baru TB dengan BTA positif pengendalian TB, penguatan sistem informasi
paling sedikit 70% dari perkiraan dan serta sistem monitoring dan evaluasi terkait TB,
menyembuhkan 85% dari semua pasien dan mobilisasi alokasi sumber daya secara
tersebut serta mempertahankannya. tepat. Untuk mendukung kebijakan tersebut
Kenyataan mengenai penyakit TB di diperlukan data tentang PMO beserta
Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga karakteristiknya agar melalui data yang
harus selalu diwaspadai sejak dini dan diperoleh dapat ditingkatkan upaya mencapai
mendapatkan informasi lengkap tentang keefektifan kebijakan tersebut.
penyakit TB. Apabila hal ini tidak mendapat Berdasarkan permasalahan di atas,
perhatian dan penanganan yang tepat, cepat, peneliti ingin mengkaji hubungan peran
segera dan insentif, maka prevalensi penyakit keluarga, seperti ikatan keluarga PMO, tingkat
ini akan terus meningkat serta resiko penularan pendidikan PMO, usia, motivasi serta sikap
pun semakin tinggi. Penyakit TB paru keluarga PMO dengan kepatuhan minum obat
menyerang sebagian besar kelompok yang pada pasien Tuberculosis paru di Puskesmas
berusia produktif, dan kebanyakan berasal dari Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Adapun
kelompok sosial dengan ekonomi yang rendah. pertanyaan masalah pada penelitian ini adalah
Hal ini disebabkan oleh pengetahuan yang Bagaimana hubungan Peran Keluarga dengan
rendah tentang penyakit dan kurang memahami Kepatuhan Minum Obat pada Pasien
cara merawat pasien TB paru secara baik, serta Tuberculosis di Puskesmas Kecamatan
kemampuan ekonomi yang terbatas. Jagakarsa, Jakarta Selatan?. Penelitian ini
Berbagai upaya telah dilakukan oleh bertujuan mengidentifikasi hubungan antara
pemerintah untuk mengurangi virulensi dan peran keluarga dengan kepatuhan minum obat
menekan jumlah pasienTuberculosis, di pada pasien Tuberculosis di Puskesmas
antaranya dengan dicanangkannya Gerakan Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Terpadu Nasional (Gardunas TB) oleh Menkes
RI pada tanggal 24 Maret 1999. Pemerintah Metode
melalui Program Nasional Pengendalian TB
telah melakukan berbagai upaya untuk Penelitian ini merupakan penelitian
menanggulangi TB, yakni dengan strategi deskriptif korelatif yang dilakukan dengan
DOTS.WHO merekomendasikan 5 komponen pendekatan korelasi (hubungan) dengan
srategi DOTS, antara lain dengan Pengawas rancangan cross sectional. Populasi dalam
Minum Obat (PMO). Pelaksanaan srategi penelitian ini adalah seluruh pasien
DOTS sudah dilaksanakan tetapi sampai saat Tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas
ini jumlah pasien tuberculosis di Indonesia Jagakarsa. Sampel penelitian adalah sebagian
masih tinggi. Perlu dilakukan suatu modifikasi dari keseluruhan objek yang diteliti dan
strategi untuk meningkatkan keteraturan minum dianggap mewakili seluruh populasi berjumlah
obat bagi pasien TB dimana orang yang 34 orang, dengan kriteria Inklusi meliputi
mengawasi dikenal dengan istilah PMO keluarga pasien tuberkulosis dan bersedia
(Pengawas Minum Obat) sebaiknya orang yang menjadi responden. Pengambilan sampel
dekat dengan pasien TB salah satunya menggunakan cara simple random sampling
keluarga. Hal ini karena PMO bertanggung (SRS), yaitu diambil secara acak dari jumlah
jawab untuk memastikan pasien TB meminum populasi penderita Tuberculosis di Puskesmas
obat sesuai anjuran petugas Puskesmas/UPK Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
(Unit Pelayanan Kesehatan). Disamping itu, Petugas pengumpul data dalam penelitian ini
pasien TB mungkin saja merasa malu atau adalah peneliti sendiri dengan menggunakan
kesakitan karena mengidap TB, maka peran kuesioner.
Hasil
1. Analisis Univariat
a. Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (N=34)
Variabel N %
Usia
Remaja ( < =25 tahun) 7 20.6
Dewasa (26 – 45 tahun) 14 41.2
Lansia (>= 46 tahun) 13 38.2
Jenis Kelamin
Laki-laki 8 23.5
Perempuan 26 76.5
Tingkat Pendidikan
SD 10 29.4
SLTP 6 17.6
SLTA 13 38.2
Diploma 3 8.8
Perguruan Tinggi 2 5.9
Pekerjaan
Bekerja 15 44.1
Tidak Bekerja 19 55.9
Pengetahuan
Baik 10 29.4
Kurang Baik 24 70.6
Motivasi
Baik 18 52.9
Kurang Baik 16 47.1
Sikap
Baik 20 58.8
Kurang baik 14 41,2

Tabel 1 menunjukkan bahwa paling banyak yang memiliki pengetahuan kurang baik
responden dewasa (41,2%), lebih besar jumlah (70,6%), tetapi lebih banyak yang memiliki
perempuan dari laki2 (76,5%), lebih banyak motivasi baik (52,9%), dan sikap baik tentang
berpendidikan SMU (38,2%), lebih banyak terapi TB (58,8%).
berstatus tidak bekerja (55,9%), lebih banyak

b. Diagram 1.
Distribusi Frekuensi Kepatuhan responden (N=34)
Diagram 1 diatas menunjukkan bahwa jumlah (91,2%), sedangkan yang kurang patuh ada
responden yang patuh ada sebanyak 31 orang sebanyak 3 orang (8,8%)

Diagram 2. Hubungan Usia dengan Kepatuhan (N=34)

Diagram 2 di atas memperlihatkan bahwa dari patuh. Sedangkan dari 13 responden Lansia
7 responden yang berusia remaja (<= 25 tahun), (>=46 tahun), semuanya (100%) menyatakan
6 responden (85.7%) menyatakan patuh dan patuh. Namun analisis signifikansi
hanya 1 responden (14.3%) yang menyatakan menunjukkan p value = 0,361 ( 0.05), yang
kurang patuh. Empat belas responden dewasa berarti tidak ada hubungan usia dengan
(26 – 45 tahun), 12 responden (85.7%) kepatuhan minum obat.
diantaranya menyatakan patuh dan hanya dua
responden (14.3%) yang menyatakan kurang

Diagram 3. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan (N=34)

Diagram 3 di atas memperlihatkan bahwa dari responden (91.2%) menyatakan patuh, namun
10 responden yang memiliki pengetahuan p value 0.876 ( 0.05) menunjukkan tidak ada
cukup baik, ada 9 responden (90.0%) yang hubungan pengetahuan tentang TB dengan
menyatakan patuh, dan dari 24 responden yang kepatuhan minum obat.
memiliki pengetahuan kurang baik, 22
Diagram 4 : Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan (N=34)

Diagram 4 di atas menunjukkan bahwa dari 18 menyatakan patuh, namun analisis Chi Square
responden yang memiliki motivasi baik, semua menunjukkan p value 0.054 ( 0.05) yang
responden (100%) menyatakan patuh dan dari berarti tidak ada hubungan antara motivasi dan
16 responden yang memiliki motivasi kurang kepatuhan minum obat.
baik, 13 responden (81.3%) diantaranya

Diagram 5. Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan (N=34)

Diagram 5 di atas memperlihatkan bahwa dari PT, hampir semuanya menyatakan patuh dan
10 responden yang berpendidikan SD dan 3 hanya satu responden yang menyatakan kurang
responden yang berpendidikan Diploma, patuh. Uji Chi square menunjukkan p value =
semuanya (100%) menyatakan patuh. 0,203 ( 0.05), yang berarti tidak ada
Demikian pula 6 responden yang berpendidikan hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan
SLTP, 13 responden yang berpendidikan minum obat.
SLTA, dan 2 responden yang berpendidikan
Diagram 6. Hubungan Sikap dengan Kepatuhan (N=34)

Diagram 6 di atas menunjukkan bahwa dari 20 kepatuhan minum obat pasien dengan p value >
responden yang memiliki sikap cukup baik, 0,05. Dalam hal ini faktor usia bukanlah
hanya 1 responden (5.0%) yang kurang patuh. menjadi faktor penentu terhadap kepatuhan
Selain itu, dari 20 responden yang memilki minum obat. Perlu dilihat faktor lainnya seperti
sikap kurang baik, 12 responden (85.7%) jarak fasilitas pelayanan dengan tempat tinggal
menyatakan patuh dan hanya 2 responden responden. Hasil penelitian ini agak berbeda
(14.3%) yang menyatakan kurang patuh. Uji dengan penelitian sebelumnya20 , mungkin
Chi square menunjukkan p value = 0,347 ( karena penelitian ini dilakukan di masyarakat
0.05), yang berarti tidak ada hubungan antara yang berbeda keadaannya dengan penelitian
sikap dengan kepatuhan minum obat. yang dilakukan di rumah sakit.
Pendidikan adalah pendidikan yang telah
Pembahasan dijalani oleh seseorang sampai pendidikan
terakhir. Pendidikan yang tinggi dapat
Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan potensi diri seseorang untuk
mengidentifikasi hubungan antara peran memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
pasien tuberculosis. Hasil penelitian akhlak mulia, serta keterampilan yang
melibatkan 34 responden pasien tuberkulosis, diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
di wilayah binaan puskesmas Jagakarsa Negara2.
September-Nopember 2013, menunjukkan Pengetahuan merupakan hasil eksplorasi
bahwa proporsi responden pasien tuberkulosis dan ini terjadi setelah orang melakukan
yang mengalami kepatuhan minum obat sangat pengindraan terhadap suatu obyek tertentu12 .
tinggi (91,2%). Faktor yang mempengaruhi Berdasarkan pengalaman empiris dan penelitian
kepatuhan antara lain: pendidikan, usia, terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
dukungan keluarga, motivasi dan sikap7. pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
Usia mengambarkan tingkat kematangan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
12
dan kekuatan seseorang dalam menentukan . Pengetahuan seseorang semakin tinggi
pilihan. Usia dewasa akan lebih matang dalam biasanya diikuti oleh pendidikan yang tinggi,
berpikir dan memberikan suatu keputusan. dan kondisi ini dapat meningkatkan kepatuhan
Semakin dewasa seseorang, maka cara berfikir seseorang untuk memutuskan pengobatan /
semakin matang dan teratur melakukan terapi bagi dirinya. Hasil penelitian
pengobatan8. Berdasarkan penelitian ini usia menunjukkan proporsi pendidikan responden
responden berkisar usia dewasa (41,2%) dan yang terbanyak adalah pendidikan SLTA
lanjut usia (38,2%), hasil analisis usia tidak (38,2%) dan SD (29,4%) (pendidikan
memperlihatkan hubungan yang kuat terhadap menengah dan rendah).
Hasil analisis menunjukkan tidak ada Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep
hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan terhadap suatu objek, 2) Kehidupan emosional
minum obat, karena hampir semua responden atau evaluasi konsep terhadap suatu objek, 3)
menggambarkan patuh minum obat. Sementara Kecenderungan untuk bertindak (trend to
dari hasil penelitian proporsi pengetahuan behave)9. Pada penelitian ini responden
menunjukan baik (29,4%), dan kurang baik memiliki sikap yang baik (58,8%). Hasil
(70,6%), ini menunjukan pengetahuan analisis tidak ada hubungan sikap dengan
responden mengenai penyakit TBC belum kepatuhan minum obat. Hal ini tidak sesuai
memadai dan kepatuhan minum obat belum dengan konsep. Pada kenyataannya adanya
disebabkan oleh pemahaman yang cukup keinginan untuk sembuh akan memberikan
tentang proses penyakit dan pengobatannya. perubahan perilaku khususnya dalam
Motivasi dapat menjadi masalah apabila mengkonsumsi obat. Tidak ditemukannya
kemampuan yang dimiliki individu tidak adanya hubungan sikap dengan kepatuhan
dimanfaatkan dan dikembangkan dalam rangka minum obat, bisa dilihat karena ukuran sampel
melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini persepsi responden belum memadai
seseorang memegang peranan penting sebelum Berdasarkan variabel usia, tingkat
melaksanakan atau memilih suatu tindakan atau pendidikan, pengetahuan, motivasi dan sikap
pekerjaan 14.Karakteristik seseorang dengan belum menunjukkan hubungan yang kuat
motivasi yang rendah pada umumnya kurang terhadap kepatuhan minum obat TB. Namun
memiliki tanggung jawab pribadi dalam pengaruh keluarga cukup kuat untuk
mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan, memberikan dukungan pada anggota keluarga
memiliki program kerja yang tidak terencana yang sakit dalam mengkonsumsi obat TB. Hal
atau tujuan yang tidak realitas serta lemah ini sesuai dengan fungsi keluarga menurut
dalam pelaksanaannya7. Disamping itu, Friedman (1998), yakni memenuhi - berbagai
bersikap apatis, tidak percaya diri, ragu-ragu kebutuhan para anggota keluarga20.
dalam pengambilan keputusan dan tindakannya
kurang terarah pada tujuan. Kondisi ini berbeda Simpulan
dengan karakteristik motivasi yang tinggi,
seseorang dengan motivasi yang tinggi Penelitian yang mengidentifikasi
memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi, hubungan peran keluarga dengan kepatuhan
berani mengambil resiko, memiliki tujuan minum obat pada pasien tuberkulosis di
realistis, memiliki berbagai rencana kegiatan puskesmas Jagakarsa, menunjukan hasil yang
yang menyeluruh, untuk merealisasikan tujuan. baik dalam hal kepatuhan (91,2%), sekalipun
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 52,9 faktor – faktor yang mempengaruhi tidak
% responden memiliki motivasi yang baik menunjukan hubungan yang cukup signifikan.
(n=34). Namun hasil uji Chi square tidak Usia pendamping lebih banyak pada usia
menunjukkan adanya hubungan antara dewasa keatas (79,4%), dengan tingkat
motivasi dengan kepatuhan minum obat. Dalam pendidikan paling banyak SMA (38,2%),
hal ini semua responden memiliki kepatuhan dengan motivasi (52,9%) dan sikap (58,8%)
minum obat. Kemungkinan bias disebabkan yang baik dalam mendampingi pasien dalam
oleh jumlah responden kurang. Hasil penelitian menjalani pengobatan TBC. Diantara faktor –
ini tidak sesuai dengan hasil seperti yang faktor yang mempengaruhi, faktor minimnya
dikemukakan oleh peneliti sebelumnya.13 Pada pengetahuan (70,6%) responden terhadap
umumnya motif dasar yang memicu adanya penyakit dan pengobatan yang dijalani menjadi
motivasi dalam perilaku individu setelah salah satu faktor yang dapat dimodifikasi
dibentuk oleh pengaruh lingkungan, khususnya menjadi lebih baik.
keluarga yang memberikan dukungan.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang Rekomendasi
masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus
atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan Hubungan antara peran keluarga dan kepatuhan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap minum obat tidak terbukti secara signifikan,
stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari. namun rekomendasi tetap diusulkan khususnya
Menurut Allport yang dikutip oleh bagi para perawat puskesmas untuk dapat
Notoadmodjo (2009) menjelaskan bahwa sikap mengunjungi pasien TB dan keluarganya secara
mempunyai tiga komponen pokok yaitu :1) teratur dan periodik agar kepatuhan minum
obat dapat dipertahankan melalui peningkatan 11. Notoatmojo, (2004), Promosi Kesehatan Teori dan
pengetahuan tentang proses penyakit TB dan Aplikasinya (edisi kedua), Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.
pengobatannya. 12. Notoatmojo (2009), Promosi Kesehatan dan ilmu
Perilaku, Jakarta : Rineka Cipta
Daftar Pustaka 13. Notoatmojo,( 2010), Metodologi Penelitian
Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
1. An Uyung Pramudiarja (2013), Laporan Global 14. Nursalam, (April-September 2009). Peran Pengawas
tuberkulosis control report 2011,WHO, diunduh dari Minum Obat (PMO), Dalam Keberhasilan
htttp: health detik com, 29 Agustus 2013 Pengobatab TB Paru Di Masyarakat, 4, 58-63
2. Dessy Anwar (2005), Kamus Lengkap BAHASA 15. Ribka Limbu, Marni (2007), Peran Keluarga sebagai
INDONESIA, (edisi pertama), Surabaya: penerbit PMO dalam Mendukung Proses Pengobatan
Amelia. Penderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas
3. Depkes RI (2003), Pedoman Penanggulangan Baumata, kecamatan Taubenu kabupaten Kupang.
Penyakit TB Paru, Jakarta Ditjen PPM dan PLP. 16. Setiadi (2007), Konsep dan Penulisan Riset
4. Dinkes (2012), Tuberkulosis, Diambil pada 23 Keperawatan, Yogyakarta, Graha Ilmu,
November 2012 dari http:/dinkes tasikmalayakota, go 17. 15, Suarti Bahtiar (2010), Manajemen Keperawatan
id dengan Pendekatan Praktis (edisi pertama), Jakarta:
5. Dini Siti Anggraeni (2011), Stop! Tuberkulosis PT Gelora Aksara Pratama.
(cetakan pertama), Bogor: Publishing House. 18. Sulistyo Andarmoyo (2012), Keperawatan Keluarga
6. Friedman (1998), Keperawatan Keluarga, Teori dan (edisi pertama), yogyakarta : Graha Ilmu.
Praktik Jakarta, EGC 19. Sutanto Priyo Hastono (2010), Statisttik Kesehatan (
7. Handoko (1995), Motivasi Penggerak Tingkah laku, edisi keempat), Jakarta PT Raja Grafindo Persada.
Yogyakarta< Kanisius., 20. Swansburg (2001), Kepemimpinan dalam Manajemen
8. Kus Irianto (2008), Struktur dan Fungsi Tubuh Keperawatan, Jakarta : EGC
Manusia untuk Paramedis ( edisi kelima) : Bandung 21. Widiyono, MPH (2011), Penyakit Tropis
CV,YRAMA WIDYA. Epidemiologi, Penularan Pencegahan,&
9. Nafsiah Mboi (2013), Jumlah penderita TBC di Pemberantasannya (Edisi kedua), Jakarta : Airlangga.
Indonesia meningkat, diunduh dari 22. Yuwita Resty Hapsary(2010), Hubungan Kinerja
http:Poskotanews.com, 29 Agustus 2013 PMO dengan Keteraturan Berobat Pasien TB Paru
10. Notoatmojo,(2003), Pendidikan dan Perilaku Strategy DOTS di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, FK
Kesehatan (edisi keempat), Jakarta: Penerbit Rineka Universitas Sebelas Maret.
Cipta

Anda mungkin juga menyukai