Sunnah-Sunnah Yang Mulai Ditinggalkan - Sebening Mata Air
Sunnah-Sunnah Yang Mulai Ditinggalkan - Sebening Mata Air
SEBENING MATA AIR
JAN
Sunnahsunnah yang Mulai Ditinggalkan
Menurut Aisyah, ‘Rasulullah meniupkan badannya dengan bacaan al‑muawwidzat (surat al‑
Falaq dan surat an‑Nas) di saat sakit yang membawanya kepada kematian. Ketika sakitnya
makin parah, aku sendiri yang meniupkan ke tubuhnya dengan bacaan tersebut, dan aku
mengusapkan badannya dengan tangan beliau sendiri untuk mendapatkan keberkahan’
(Hadits, riwayat Bukhari)
Kedua, berdoa ketika memakai pakaian baru
Menurut Said al‑Khudri, ‘Jika Rasulullah mendapatkan pakaian baru, maka beliau memberi
nama terhadap pakaian tersebut, apakah pakaian itu berupa ‘imamah (sorban yang melilit di
kepala), baju, atau selendang. Lalu beliau berkata, ‘Ya Allah, segala puji untuk‑Mu. Engkau‑lah
yang memakaikan aku dengan pakaian ini. Aku memohon kepada‑Mu kebaikan pakaian ini
dan kebaikan dari tujuan pembuatannya. Aku berlindung kepada‑Mu dari keburukan pakaian
ini dan keburukan dari tujuan pembuatannya’ (Hadits, riwayat Abu Dawud dan at‑Tirmidzi)
Ketiga, mengucapkan salam kepada semua orang Islam termasuk anak kecil
Menurut riwayat Abdullah bin Amr, ada seorang lelaki yang bertanya kepada Rasulullah
tentang ajaran Islam yang paling baik. Rasulullah menjawab, ‘Engkau memberi makan kepada
orang lain, membacakan salam kepada orang yang engkau kenal maupun yang tidak engkau
kenal’ (Hadits, riwayat Muslim)
Menurut riwayat Anas, Rasulullah melewati sekelompok anak kecil, lalu beliau mengucapkan
salam kepada mereka (Hadits, riwayat Muslim)
https://bangaziem.wordpress.com/2011/01/14/sunnahsunnahyangmulaiditinggalkan/ 1/10
3/4/2015 Sunnahsunnah yang Mulai Ditinggalkan | Sebening Mata Air
Keempat, berwudhu sebelum mandi janabah (mandi hadats besar)
Menurut riwayat Aisyah, jika Rasulullah mandi janabah, beliau memulainya dengan mencuci
tangannya, lalu berwudhu, lalu memasukkan jari‑jarinya ke dalam air, lalu dengan jari‑jarinya
itu beliau menyela‑nyela pangkal rambutnya, lalu menyiramkan air ke atas kepalanya, lalu
menyiramkannya ke seluruh kulitnya (Hadits, riwayat Bukhari)
Kelima, mengucapkan amin dengan keras di belakang imam
Para generasi salaf (terdahulu) terbiasa mengeraskan suara amin mereka sampai‑sampai masjid
menjadi bergema.
Keenam, mengeraskan zikir setelah shalat
Dalam kitab Shahih dinyatakan bahwa orang‑orang mengeraskan suara mereka dengan zikir
setelah selesai shalat, dan kebiasaan ini sudah terjadi pada zaman Rasulullah.
Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah berkata, ‘Dianjurkan mengeraskan bacaan tasbih, tahmid, dan
takbir setelah selesai shalat’.
Ini adalah sunnah yang terputus (ditinggalkan) pada kebanyakan masjid setelah imam
mengucapkan salam, karena para jamaah shalat tidak mengeraskan membaca zikir‑zikir yang
telah dicontohkan Rasulullah.
Ketujuh, membuat sutrah (pembatas) ketika shalat
Menurut riwayat Abu Said al‑Khudri, Rasulullah bersabda, ‘Jika kalian shalat, hendaknya ia
shalat menghadap sutrah (pembatas) dan mendekat kepadanya. Jangan biarkan seorangpun
melintasi pembatas itu. Jika ada yang melintasi, maka tolaklah ia, karena sesungguhnya ia
adalah syetan’ (Hadits, riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Menurut riwayat Abdullah bin Umar, Rasulullah mendirikan jariyah (budak)‑nya, lalu shalat
menghadapinya’ (Hadits, riwayat Bukhari)
Kedelapan, mengikuti (menjawab) azan mu’azin
Abdullah bin Amr mendengar bahwa Rasulullah bersabda, ‘Jika kalian mendengar suara
muazin mengumandangkan azan, maka katakanlah seperti yang ia katakan, lalu (setelah
selesai azan) ucapkan shalawat kepadaku, karena barangsiapa yang mengucapkan satu kali
shalawat kepadaku maka Allah akan ber‑shalawat kepadanya sebanyak 10 kali. Setelah itu,
mintalah kepada Allah untukku al‑wasilah, karena itu adalah suatu tempat di surga yang tidak
akan diberikan kecuali kepada hamba Allah. Dan aku berharap akulah orang yang
mendapatkannya. Barangsiapa yang memintakan untukku al‑wasilah, maka ia berhak
mendapatkan syafaatku’ (Hadits, riwayat Muslim)
Menurut riwayat Abu Hurayrah, Rasulullah bersabda, ‘Seandainya manusia tahu keutamaan
mengumandangkan azan dan berada di shaf terdepan, lalu mereka tidak mendapatkan
peluang itu kecuali dengan melakukan undian, niscaya mereka akan melakukan undian itu.
Seandainya manusia tahu tentang keutamaan bersegera menuju shalat di masjid, niscaya
mereka akan saling berlomba‑lomba. Seandainya manusia tahu tentang keutamaan shalat Isya
dan Shubuh berjamaah di masjid, niscaya mereka mendatanginya meskipun dengan cara
merangkak’ (Hadits, riwayat Bukhari dan Muslim)
Kesepuluh, mengibaskan tempat tidur ketika akan tidur
Menurut riwayat Abu Hurayrah, Rasulullah bersabda, ‘Jika kalian mendatangi tempat tidur,
hendaknya ia mengambil bagian dalam (ujung) sarungnya lalu mengibaskan tempat tidurnya
dengan sarung itu, kemudian menyebut nama Allah, karena tak seorangpun tahu apa yang
terjadi setelah ia meninggalkan tempat tidurnya. Jika ia berbaring, hendaknya ia berbaring
dengan sisi kanan sambil berkata, ‘Maha Suci Engkau wahai Tuhanku. Dengan‑Mu aku
baringkan dan aku angkat pinggangku. Jika Engkau menahan nyawaku (ketika tidur) maka
ampunilah aku. Jika engkau melepaskan nyawaku (yaitu bangun tidur) maka jagalah nyawaku
dengan apa yang telah Engkau jaga terhadap hamba‑hamba‑Mu yang shalih’ (Hadits, riwayat
Muslim)
Kesebelas, segera tidur malam (tidak begadang)
Jika ada keperluan penting, seperti mempelajari ilmu, mengobati orang sakit, dan sebagainya,
maka dibolehkan tidak segera tidur malam. Dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim,
disebutkan bahwa Rasulullah tidak menyukai tidur sebelum melakukan shalat Isya dan tidak
menyukai banyak mengobrol (begadang) sesudah melakukan shalat Isya.
Diterjemahkan dari:
Abdul Malik al‑Qasim, Durus al‑Am, (Riyadh: Dar al‑Qasim, 2000).
Tag:amin (https://bangaziem.wordpress.com/tag/amin/), azan
About these ads
(http://wordpress.com/about-
(https://bangaziem.wordpress.com/tag/azan/), begadang
these-ads/)
(https://bangaziem.wordpress.com/tag/begadang/), doa
(https://bangaziem.wordpress.com/tag/doa/), hadits
(https://bangaziem.wordpress.com/tag/hadits/), ibnu taymiyyah
(https://bangaziem.wordpress.com/tag/ibnu‑taymiyyah/), imam
(https://bangaziem.wordpress.com/tag/imam/), mandi hadats besar
(https://bangaziem.wordpress.com/tag/mandi‑hadats‑besar/), ruqyah
(https://bangaziem.wordpress.com/tag/ruqyah/), salam
(https://bangaziem.wordpress.com/tag/salam/), shalat
(https://bangaziem.wordpress.com/tag/shalat/), sutrah
(https://bangaziem.wordpress.com/tag/sutrah/), tidur
(https://bangaziem.wordpress.com/tag/tidur/), wudhu
(https://bangaziem.wordpress.com/tag/wudhu/), zikir
(https://bangaziem.wordpress.com/tag/zikir/)
https://bangaziem.wordpress.com/2011/01/14/sunnahsunnahyangmulaiditinggalkan/ 3/10
3/4/2015 Sunnahsunnah yang Mulai Ditinggalkan | Sebening Mata Air
KOMENTAR 18 Komentar
KATEGORI Akhlak, Doa/Zikir, Renungan
18 Tanggapan to “Sunnahsunnah yang Mulai Ditinggalkan”
asswandi bin 21 Desember 2014 at 23:19 #
Saya suka dengan smua penjelasannya,lbh mmntapkan iman saya,dr dulu dkmpung sy
mmng shbis shlt sprti ini,yg mnylhkan itu smua adalah Salafi(salah filih),muhammadiyah
BALAS
bagas 19 Maret 2012 at 09:17 #
Bang Aziem
urun rembug aja dan tidak mencari sebuah kemenangan dalam berdebat…
Dalam suatu hadits disebutkan sebagai berikut: Ada suatu hadits dalam Shahihain dari
Ibnu ‘Abbas, ia berkata:
“Artinya : Dahulu kami mengetahui selesainya shalat pada masa Nabi karena suara dzikir
yang keras”.
Akan tetapi sebagian ulama mencermati dengan teliti perkataan Ibnu ‘Abbas tersebut,
mereka menyimpulkan bahwa lafal “Kunnaa” (Kami dahulu), mengandung isyarat halus
bahwa perkara ini tidaklah berlangsung terus menerus.
Berkata Imam Asy‑Syafi’i dalam kitab Al‑Umm bahwasanya Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam mengeraskan suaranya ketika berdzikir adalah untuk mengajari orang‑
orang yang belum bisa melakukannya. Dan jika amalan tersebut untuk hanya pengajaran
maka biasanya tidak dilakukan secara terus menerus.
Ini mengingatkanku akan perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tentang bolehnya
imam mengeraskan suara pada bacaan shalat padahal mestinya dibaca perlahan dengan
tujuan untuk mengajari orang‑orang yang belum bisa.
Ada sebuah hadits di dalam Shahihain dari Abu Qatadah Al‑Anshari bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu terkadang memperdengarkan kepada para
shabahat bacaan ayat Al‑Qur’an di dalam shalat Dzuhur dan Ashar, dan Umar juga
melakukan sunnah ini.
Imam ASy‑Syafi’i menyimpulkan berdasarkan sanad yang shahih bahwa Umar
pernah men‑jahar‑kan do’a iftitah untuk mengajari makmum ; yang menyebabkan
Imam ASy‑Syafi’i, Ibnu Taimiyah dan lain‑lain berkesimpulan bahwa hadits di atas
mengandung maksud pengajaran. Dan syari’at telah menentukan bahwa sebaik‑baik dzikir
adalah yang tersembunyi.
Walaupun hadits : “Sebaik‑baik dzikir adalah yang tersembunyi (perlahan)”.
Sanad‑nya Dhaif akan tetapi maknanya ‘shahih’.
Banyak sekali hadits‑hadits shahih yang melarang berdzikir dengan suara yang keras,
https://bangaziem.wordpress.com/2011/01/14/sunnahsunnahyangmulaiditinggalkan/ 4/10
3/4/2015 Sunnahsunnah yang Mulai Ditinggalkan | Sebening Mata Air
Banyak sekali hadits‑hadits shahih yang melarang berdzikir dengan suara yang keras,
sebagaimana hadits Abu Musa Al‑Asy’ari yang terdapat dalam Shahihain yang
menceritakan perjalanan para shahabat bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abu
Musa berkata : Jika kami menuruni lembah maka kami bertasbih dan jika kami mendaki
tempat yang tinggi maka kami bertakbir. Dan kamipun mengeraskan suara‑suara dzikir
kami. Maka berkata Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Wahai sekalian manusia, berlaku baiklah kepada diri kalian sendiri.
Sesungguhnya yang kalian seru itu tidaklah tuli dan tidak pula ghaib. Sesunguhnya kalian
berdo’a kepada Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat, yang lebih dekat dengan kalian
daripada leher tunggangan kalian sendiri”.
Kejadian ini berlangsung di padang pasir yang tidak mungkin mengganggu siapapun. Lalu
bagaimana pendapatmu, jika mengeraskan suara dzikir itu berlangsung dalam masjid yang
tentu mengganggu orang yang sedang membaca Al‑Qur’an, orang yang ‘masbuq’ dan lain‑
lain. Jadi dengan alasan mengganggu orang lain inilah kita dilarang mengeraskan suara
dzikir.
Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Wahai sekalian manusia, masing‑masing kalian bermunajat (berbisik‑bisik)
kepada Rabb kalian, maka janganlah sebagian kalian men‑jahar‑kan bacaannya dengan
mengganggu sebagian yang lain.
Al‑Baghawi menambahkan dengan sanad yang kuat.
“Artinya : Sehingga mengganggu kaum mu’minin (yang sedang bermunajat)”.
[Fatwa‑Fatwa AlBani, hal 39‑41, Pustaka At‑Tauhid]
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang‑orang yang melampaui batas.” (Q.s. Al‑A’raf [7]: 55).
Artinya: “Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan
rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah
kamu termasuk orang‑orang yang lalai.” (Q.s. Al‑A’raf [7]: 55).
Diriwayatkan dari Abu Musa, ia berkata: Kami pernah bersama Nabi saw dalam suatu
perjalanan, kemudian orang‑orang mengeraskan suara dengan bertakbir. Lalu Nabi saw
bersabda: Wahai manusia, rendahkanlah suaramu. Sebab sesungguhnya kamu tidak
berdoa kepada (Tuhan) yang tuli, dan tidak pula jauh, tetapi kamu sedang berdoa kepada
(Allah) Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat.” [HR. Muslim, No. 44/2704]
Ibnu Abbas pernah berkata, ‘Aku tahu tanda selesainya shalat Rasulullah (bersama jamaah)
yaitu dengan takbir (yang dibaca dengan keras)’.
Ibnu Abbas juga berkata, ‘Mengeraskan suara dalam berzikir ketika selesai shalat fardhu
sungguh terjadi pada zaman Rasulullah’.
Ibnu Abbas berkata, ‘Cara aku mengetahui bahwa mereka telah selesai shalat adalah
dengan mendengar suara berzikir yang keras itu’.
https://bangaziem.wordpress.com/2011/01/14/sunnahsunnahyangmulaiditinggalkan/ 5/10
3/4/2015 Sunnahsunnah yang Mulai Ditinggalkan | Sebening Mata Air
MASALAHNYA TINGGI MANAKAH AL QUR`AN DAN SUNNAH…
Al Qur`an selalu dijaga ALLOH sampai kiamat…….dan hadits bukanlah WAHYU
Dan tiadalah yang diucapkan oleh Nabi menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (An‑Najm: 3‑4)
“Sesungguhnya kami yang menurunkan adz‑dzikr dan kami pula yang menjaganya.” (Al‑
Hijr: 9)
Dan telah kami turunkan adz‑Dzikr (Al‑Qur`an) kepadamu agar engkau menjelaskan
kepada manusia apa yang kami turunkan kepada mereka.” (An‑Nahl: 44)
“Wahai orang‑orang yang beriman ja‑nganlah kalian mengangkat suara kalian dari suara
Nabi, dan janganlah berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya suara
sebagian kalian terhadap sebagian lainnya, supaya tidak terhapus amalan kalian sementara
kalian tidak menyadari.” (Al‑Hujurat: 2)
Al‑Imam Ibnul Qayyim rahimahullaahu berkata ketika menjelaskan ayat di atas, “Dalam
ayat ini Allah subhaanahu wa ta’aalaa memperingatkan kaum muslimin dari terhapusnya
amalan‑amalan mereka disebabkan mengeraskan suara kepada Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam sebagaimana sebagian mereka mengeraskan suara kepada sebagian yang
lain.” (Al‑Wabilush Shoyyib 1/11, Ta’zhimus Sunnah hal. 22)
“Aku telah meninggalkan kepada kalian dua hal, jika kalian berpegang dengan keduanya
pasti tidak akan tersesat, yaitu kitabullah (Al‑Qur`an) dan sunnah Nabi‑Nya.” (HR. Malik
dan al‑Hakim)
“Ketahuilah sesungguhnya aku diberi Al‑Qur`an dan bersama itu yang semisalnya (As‑
Sunnah).” (HR. Abu Dawud dan yang selain beliau dari sahabat al‑Miqdam bin Ma’dikarib
radhiyallaahu ‘anhu, dishahihkan Ibnu Hibban, al‑Hakim dan asy‑Syaikh al‑Albani
rahimahumullaahu)
“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka
itu adalah orang‑orang yang kafir; maknanya kekufuran di bawah kekufuran (yakni kufur
kecil).” (HR. Al‑Hakim, 2/313, beliau menshahihkannya dan disepakati oleh Al‑Imam Adz‑
Dzahabi, juga dishahihkan Asy‑Syaikh Al‑Albani dalam Ash‑Shahihah, 6/113)
jadi pahami dulu Al Qur`an baru Hadits
BALAS
Bang Aziem 10 Mei 2012 at 16:06 #
Bang Bagas, insya Allah saya menulis bukan untuk mencari kemenangan, apalagi
berdebat, karena biasanya orang yang senang berdebat amalnya kurang dan akhlaq‑nya
minus, sebab niatnya adalah menjatuhkan lawan. Blog ini saya buat untuk
menjembatani pemahaman orang yang tidak seimbang. Saya maklum, zaman sekarang
orang belajar Islam bukan dari ulama. Kebanyakan copas, baca buku terjemahan, dan
kurang banyak membaca literatur.
Adapun fatwa yang antum tulis itu bukan sesuatu yang baru buat saya, apalagi fatwa2
yang datang dari Syaikh al‑Albani maupun ulama2 Saudi. Saya punya ribuan fatwa dari
kalangan mereka. Saya bisa saja meng‑counter fatwa tersebut dari ulama lainnya,
https://bangaziem.wordpress.com/2011/01/14/sunnahsunnahyangmulaiditinggalkan/ 6/10
3/4/2015 Sunnahsunnah yang Mulai Ditinggalkan | Sebening Mata Air
semisal dari ulama‑ulama Mesir, Siria, Yordan, Hadramaut, dsb. Tapi saya tidak mau
lakukan itu. Cukuplah bahwa mengeraskan zikir (tapi bukan teriak2) adalah sunnah
Rasulullah. Saya sudah tuliskan nama penulisnya, yaitu Syaikh Abdul Malik Qasim,
orang Saudi. Bahkan, cover kitab itu juga saya tampilkan dalam tulisan, agar orang lain
bisa mengecek kebenaran sumbernya.
Kalo soal memahami al‑Quran, saya sudah sebutkan penafsiran ahli tafsir tentang ayat2
yang di‑counter oleh orang2 yang tidak setuju dengan zikir keras. Begitu juga soal
penafsiran hadits. Apalagi yang belum saya lakukan? Kita tidak akan bisa memahami
al‑Quran dan al‑Hadits melainkan lewat bantuan dari para pakarnya langsung. Jadi,
saran antum bahwa ‘Pahami al‑Quran baru Hadits’, itu sudah saya lakukan dan insya
Allah akan terus saya lakukan. Namun, saya tidak berani memahami al‑Quran dan al‑
Hadits dengan pikiran saya sendiri. Saya takut kebodohan saya makin menjadi‑jadi.
Saya lebih memilih belajar memahami al‑Quran dan al‑Hadits dengan cara duduk di
majlis ilmu para ulama, mengambil berkah dari mereka, memperbanyak koleksi
rujukan, mendahulukan perkataan mereka dibanding perkataan saya, dan
mendahulukan akhlak dibanding bertengkar.
BALAS
ixesexi 21 November 2011 at 07:33 #
…mengeraskan suara saat zikir tidak sejalan dengan Al Araaf 205 ….
” Dan sebutlah nama Tuhanmu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan dengan tidak
mengeraskan suara diwaktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang‑orang
yang lalai ” …………..
Ada interprestasi lain ?
BALAS
Bang Aziem 21 November 2011 at 09:55 #
Salah satu syubhat dr kelompok yang mengharamkan zikir dan doa dengan suara keras
adalah dengan menggunakan Surat al‑A’raf: 205. Padahal, ayat ini termasuk ayat
Makkiyah (ayat yang turun di Makkah, sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah), seperti
ayat lain dalam surat al‑Isra: 110. Ayat tersebut turun ketika Rasulullah membaca al‑
Quran dgn suara yg keras dan orang‑orang musyrik Makkah mendengarnya, lalu
mereka mencaci al‑Quran dan memaki Allah swt yg menurunkan al‑Quran. Oleh
karena itu, Rasulullah diperintahkan untuk tidak mengeraskan bacaan al‑Quran utk
menutup jalan bagi orang2 musyrik agar tidak lagi mencaci al‑Quran dan Allah swt.
Silakan lihat tafsir Ibnu Katsir yang orisinal, bukan yg ringkasan apalagi yg sudah
terkena ‘sentuhan dan penghilangan bagian‑bagian tertentu’ dari tafsir tersebut oleh
kelompok tertentu.
Jadi, illat ayat di atas adalah krn ada serangan balik dari orang‑orang musyrik. Oleh
karena itu pula, Allah swt melarang kaum Muslimin ketika itu utk mencaci berhala‑
berhala mereka agar mereka tidak balik mencaci Allah swt. Perhatikan firman Allah
dlm surat al‑An’am ayat 108: ‘Dan janganlah kamu memaki sembahan‑sembahan yg
mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan
melampaui batas tanpa pengetahuan’.
Wallahu a’lam..
BALAS
ibrahim salim 14 Juni 2011 at 10:26 #
https://bangaziem.wordpress.com/2011/01/14/sunnahsunnahyangmulaiditinggalkan/ 7/10
3/4/2015 Sunnahsunnah yang Mulai Ditinggalkan | Sebening Mata Air
Keenam, mengeraskan zikir setelah shalat, minta referensi mengenai hal ini
tadz…..terutama landasan shahihnya untuk ana sebarkan. syukron.
BALAS
Bang Aziem 7 Juli 2011 at 21:00 #
Banyak hadits yang menyatakan kesunnahan mengeraskan zikir setelah shalat. Di
antaranya adalah tiga hadits berikut yang disepakati keshahihannya oleh Imam Bukhari
dan Imam Muslim:
Ibnu Abbas pernah berkata, ‘Aku tahu tanda selesainya shalat Rasulullah (bersama
jamaah) yaitu dengan takbir (yang dibaca dengan keras)’.
Ibnu Abbas juga berkata, ‘Mengeraskan suara dalam berzikir ketika selesai shalat
fardhu sungguh terjadi pada zaman Rasulullah’.
Ibnu Abbas berkata, ‘Cara aku mengetahui bahwa mereka telah selesai shalat adalah
dengan mendengar suara berzikir yang keras itu’.
Ketika menjelaskan hadits ini, Ibnu Hajar al‑Asqalani dalam kitab Fathul Bari
mengatakan: ‘Hadits ini mengandung dalil bolehnya berzikir dengan suara yang keras
selesai shalat’.
BALAS
udin 9 Januari 2012 at 23:55 #
saya setuju dengan bang aziem,
kenapa orang berzikir dengan suara keras pun di tanyain dalilnya,, begini, begitu,
kita kan bukannya menjerit,, serasa mereka sudah merasa paling benar, jangan2
mereka tidak berzikir sama sekali, jadi ingat hadits at‑Tabrani yg berbunyi kira2:
“orang yang tidak berzikir setelah sholat tidak ada ubahnya seperti kera”
buat kelompok yang merasa benar namun jahil, nih ayat yang cocok untuk kalian,
“Dan apabila mereka (orang2 beriman) mendengar perkataan yang tidak
bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka menyikapinya sambil
berkata: “Bagi kami amal‑amal kami dan bagimu amal‑amalmu, kesejahteraan atas
dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang‑orang jahil.” Surat Al‑Qashash: 55.
Wan Omar Fathil Wan Hussin 10 Februari 2011 at 10:42 #
Assalamualaikum Ustaz, saya dari Malaysia mengucapkan ribuan terimakasih di atas
keperihatinan Ustaz untuk meneruskan perjuangan diatas landasan Agama Islam. Doakan
semoga saya dan saudara saudara seperjuangan saya semua di berkati oleh Allah s.w.t.
BALAS
Bang Aziem 10 Februari 2011 at 14:09 #
Wa alaykumussalam wa rahmatullah, akhi Wan Omar. Terimakasih sudah silaturrahim.
Kita saling mendoakan, menguatkan, dan memberi dukungan untuk menampilkan
wajah Islam yang sejuk, tasamuh, dan rahmatan lil alamin. Semoga keberkahan Allah
swt. senantiasa tercurah untuk antum dan saudara‑saudara seperjuangan di Malaysia.
BALAS
nonotaryono 20 Januari 2011 at 18:05 #
Assalamu’alaikum, Af1 ustadz, itu orang
https://bangaziem.wordpress.com/2011/01/14/sunnahsunnahyangmulaiditinggalkan/ 8/10
3/4/2015 Sunnahsunnah yang Mulai Ditinggalkan | Sebening Mata Air
Assalamu’alaikum, Af1 ustadz, itu orang
yg mengaku salafi, katanya bidah mengeraskan suara
setelah sholat berjamaah wajib (pada waktu dzikir).
Karena di masjid ana juga dikeraskan.
Mohon komentarnya, biar ana di masjid tetap dikeraskan
rame2 bersama2.
Syukron
BALAS
Bang Aziem 21 Januari 2011 at 09:09 #
Wa alaykumussalam wa rahmatullah…
Hehehehhe… Praktik yang shahih adalah dengan mengeraskannya, sebagaimana yg
ditunjukkan oleh hadits di atas, yg memang sudah berlaku sejak zaman Rasul. Rujukan
yg saya pakai adalah buku Salafi (Wahhabi) sebagaimana saya upload dalam tulisan di
atas. Jadi, bilang aja sama mereka yang anti mengeraskan zikir setelah shalat, ‘Kok Salafi
makan Salafi’? Katanya ingin menghidupkan sunnah Rasulullah, kok malah
meninggalkannya?’
BALAS
anang nurcahyo 17 Januari 2011 at 22:35 #
terima kasih telah mengingatkan. evaaluasi besar buat saya karna ternyata banyak yang
mulai ditinggalkan..
BALAS
Bang Aziem 18 Januari 2011 at 15:45 #
terimakasih telah silaturrahim, saudaraku… sama‑sama mengingatkan…
BALAS
abizakii 14 Januari 2011 at 15:00 #
Assalamu a’laikum warahmatullahi wabarakatuh,
Alhamdulillah ,Terimakasih Pak ustad Aziem atas ilmunya. Semoga Allah menbalas segala
kebaikan2 ustad dg hal yg jauh lebih baik..AMinn..
kalau boleh saran teks arab do’a2 tersebut juga di tulis,mngkn ada pengunjung yg mau
menghapal do’a2 tsb
Tapi mgnkn agak susah juga nulisnya di blog ya?
Wassalamu a’alaikum
BALAS
Bang Aziem 14 Januari 2011 at 15:48 #
Wa alaykumussalam wa rahmatullah wa barakatuh, ya Aba Zaki…
Sebetulnya sih enggak susah nulis teks arab di blog, cuma hasilnya kurang indah,
karena WordPress tdk punya font arab yang bagus, hehehe… sebagai contoh pada
tulisan yg berjudul Doa dan Zikir Penguat Ingatan. Mungkin solusinya adl teks arab di‑
scan, lalu di‑upload ke tulisan, hehehe… Nah, yg ini sedikit makan waktu, hehehe… Lain
kali akan saya usahakan, insya Allah.
Jazakallah ahsanal jaza, ya akhi…
https://bangaziem.wordpress.com/2011/01/14/sunnahsunnahyangmulaiditinggalkan/ 9/10
3/4/2015 Sunnahsunnah yang Mulai Ditinggalkan | Sebening Mata Air
BALAS
abizakii 14 Januari 2011 at 17:46 #
Assalamu alaikum,pak Ustadz,saya sudah buka link Doa dan Zikir Penguat Ingatan
diatas.
kalau masalah huruf yg kecil itu ada solusinya tinggal diperbesar saja dan gunakan
rata kanan tolbar2 ini sudah disedikan wordpress.
pada saat kita menulis postingan baru dibagian atas ada toolbar dg tulisan Paragraf
yg ada panah arah kebawah tinggal di klik saja disitu ada pilihan ukuran huruf2
nya.kita tinggal drag saja huruf yg akan diperbesar.dan klik panah paragraf tsb pilih
penajukan 2 atau penajukan 3.itu sebatas yg saya tahu saya juga udh nyoba bbrp
kali.atau mgkn beda temanya beda lagi.
Mhn maaf kalau ada kata2 yg salah
wassalamu a’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bang Aziem 14 Januari 2011 at 22:36 #
Wa alaykumussalam, Ustadz…
Bener kok memang ada pilihan itu, sehingga bisa diperbesar . Sayangnya, WP tdk
menyediakan font Arabic yg indah, yg enak dibaca. Font Arabic yg ada masih
standar, dan terlihat kaku. Ini yg saya maksud.
Kalo saran dari antum pasti tokcer
Jazakallah, Ustadz…
BUAT SITUS WEB ATAU BLOG GRATIS DI WORDPRESS.COM.
THE BUENO THEME.
Ikuti
Follow “Sebening Mata Air”
Buat situs dengan WordPress.com
https://bangaziem.wordpress.com/2011/01/14/sunnahsunnahyangmulaiditinggalkan/ 10/10