JURUSAN / KLS : PS / 1A
NIM : 12401193046
1. Sujud Syahwi
Cara melakukan sujud sahwi sebelum salam dijelaskan dalam hadits ‘Abdullah bin
Buhainah,
َفَلَّم ا َأَتَّم َص اَل َتُه َسَج َد َس ْج َد َتْيِن َفَكَّبَر ِفي ُك ِّل َس ْج َدٍة َو ُهَو َج اِلٌس َقْبَل َأْن ُيَس ِّلَم
“Setelah beliau menyempurnakan shalatnya, beliau sujud dua kali. Ketika itu beliau bertakbir
pada setiap akan sujud dalam posisi duduk. Beliau lakukan sujud sahwi ini sebelum salam.” (HR.
Bukhari no. 1224 dan Muslim no. 570)
Contoh cara melakukan sujud sahwi sesudah salam dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah,
َفَص َّلى َر ْك َع َتْيِن َو َس َّلَم ُثَّم َكَّبَر ُثَّم َسَج َد ُثَّم َكَّبَر َفَر َفَع ُثَّم َكَّبَر َو َسَج َد ُثَّم َكَّبَر َو َر َفَع
“Lalu beliau shalat dua rakaat lagi (yang tertinggal), kemudia beliau salam. Sesudah itu beliau
bertakbir, lalu bersujud. Kemudian bertakbir lagi, lalu beliau bangkit. Kemudian bertakbir
kembali, lalu beliau sujud kedua kalinya. Sesudah itu bertakbir, lalu beliau bangkit.” (HR.
Bukhari no. 1229 dan Muslim no. 573)
Sujud sahwi sesudah salam ini ditutup lagi dengan salam sebagaimana dijelaskan dalam hadits
‘Imron bin Hushain,
“Kemudian beliau pun shalat satu rakaat (menambah raka’at yang kurang tadi). Lalu beliau
salam. Setelah itu beliau melakukan sujud sahwi dengan dua kali sujud. Kemudian beliau salam
lagi.” (HR. Muslim no. 574)
[Pertama] Para ulama bersepakat bahwa sujud tilawah cukup dengan sekali sujud.
[Ketiga] Tidak disyari’atkan -berdasarkan pendapat yang paling kuat- untuk takbiratul ihram
dan juga tidak disyari’atkan untuk salam.
[Keempat] Disyariatkan pula untuk bertakbir ketika hendak sujud dan bangkit dari sujud. Hal ini
berdasarkan keumuman hadits Wa-il bin Hujr, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa
mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir. Beliau pun bertakbir ketika sujud dan ketika
bangkit dari sujud.” (HR. Ahmad, Ad Darimi, Ath Thoyalisiy. Hasan)
[Kelima] Lebih utama sujud tilawah dimulai dari keadaan berdiri, ketika sujud tilawah ingin
dilaksanakan di luar shalat. Inilah pendapat yang dipilih oleh Hanabilah, sebagian ulama
belakangan dari Hanafiyah, salah satu pendapat ulama-ulama Syafi’iyah, dan juga pendapat
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
DALIL
َأَّنُه َك اَن ِإَذ ا َج اَءُه َأْم ُر ُسُروٍر َأْو ُبِّش َر ِبِه َخَّر َس اِج ًدا َش اِكًرا ِهَّلِل-صلى هللا عليه وسلم- َع ْن َأِبى َبْك َر َة َع ِن الَّنِبِّى.
Dari Abu Bakroh, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu ketika beliau mendapati hal
yang menggembirakan atau dikabarkan berita gembira, beliau tersungkur untuk sujud pada Allah
Ta’ala. (HR. Abu Daud no. 2774. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
2. Menurut saya bersentuhannya seorang laki laki dan perumpuan itu haram hukumnya
meskipun hanya berjabat tangan. Karena akan mendatangkan dampak negative dan keburukan
yang besar. Dan itu bisa menimbulkan fitnah antara keduanya karena bukan makhromnya dan
termasuk dalam bentuk maksiat.
Dalil yang memperkuat :
ِإَّنَم ا َيْأُم ُر ُك ْم ِبالُّسوِء َو اْلَفْح َش اِء َو َأْن َتُقوُلوا َع َلى ِهَّللا َم ا اَل َتْع َلُم ون
Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat buruk (semua maksiat) dan keji, dan
mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui” (QS al-Baqarah: 169)
3. Menurut saya pacaran itu haram hukumnya karena termasuk dalam maksiat. Dan apabila
seorang perempuan dan laki laki sedang berdua mereka akan terkena rayuan setan yang lebih
mengedepankan nafsunya daripada logikanya. Sehingga akan terjerumus ke dalam maksiat.
Dalam ajaran syariat islam pun sudah diperjelas tentang sesuatu yang menimbulkan maksiat.
ِإَّنَم ا َيْأُم ُر ُك ْم ِبالُّسوِء َو اْلَفْح َش اِء َو َأْن َتُقوُلوا َع َلى ِهَّللا َم ا اَل َتْع َلُم ون
Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat buruk (semua maksiat) dan keji, dan
mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui” (QS al-Baqarah: 169)
4. Pertama, ketika terbitnya matahari. Waktu haram shalat yang pertama ini dimulai sejak mulai
terbitnya matahari sampai dengan meninggi sekira ukuran satu tombak. Dalam rentang waktu
tersebut tidak diperbolehkan melakukan shalat. Namun bila posisi tinggi matahari sudah
mencapai satu tombak maka sah melakukan shalat secara mutlak.
Kedua, ketika waktu istiwa sampai dengan tergelincirnya matahari selain pada hari Jum’at.
Waktu istiwa adalah waktu di mana posisi matahari tepat di atas kepala. Pada saat matahari
berada pada posisi ini diharamkan melakukan shalat. Perlu diketahui bahwa waktu istiwa’ sangat
sebentar sekali sampai-sampai hampir saja tidak bisa dirasakan sampai matahari tergelincir.
5. Kewajiban seorang muslim terhadap seorang jenazah ada 4, yang pertama memandikan,
mengkhafani, mensholati, Tata cara mensholati jenazah Niat, Berdiri, Takbir empat kali( takbir
pertama alfatihah, takbir ke dua membaca sholawat, takbir ke tiga dan ke empat membaca do’a),
membaca salam.
6. Niat zakat fitrah untuk diri sendiri َﻧَﻮ ْﻳُﺖ َأْﻥ ُأْﺧ ِﺮ َﺝ َﺯَﻛﺎَﺓ ﺍْﻟِﻔْﻄِﺮ َﻋ ْﻦ َﻧْﻔسْي َﻓْﺮ ًﺿﺎِ ِﻪﻠﻟ َﺗَﻌ ﺎَﻟﻰ
Artinya: "Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku sendiri, fardu karena Allah Ta‘âlâ."
Niat zakat fitrah untuk Istri َﻧَﻮ ْﻳُﺖ َﺃْﻥ ُﺃْﺧ ِﺮ َﺝ َﺯَﻛﺎَﺓ ﺍْﻟِﻔْﻄِﺮَﻋ ْﻦ َﺯ ْﻭ َﺟِﺘْﻲ َﻓْﺮ ًﺿﺎِ ِﻪﻠﻟ َﺗَﻌ ﺎَﻟﻰ
Artinya: "Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk istriku, fardu karena Allah Ta‘âlâ."
Niat zakat fitrah untuk anak laki-laki َﻓْﺮ ًﺿﺎِ ِﻪﻠﻟ َﺗَﻌ ﺎَﻟﻰ... َﻧَﻮ ْﻳُﺖ َﺃْﻥ ُﺃْﺧ ِﺮ َﺝ َﺯَﻛﺎَﺓ ﺍْﻟِﻔْﻄِﺮ َﻋ ْﻦ َﻭ َﻟِﺪ ْﻱ
Artinya: "Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak laki-lakiku…. (sebutkan nama), fardu
karena Allah Ta‘âlâ."
Niat zakat fitrah untuk anak perempuan َﻓْﺮ ًﺿﺎِ ِﻪﻠﻟ َﺗَﻌ ﺎَﻟﻰ... َﻧَﻮ ْﻳُﺖ َﺃْﻥ ُﺃْﺧ ِﺮ َﺝ َﺯَﻛﺎَﺓ ﺍْﻟِﻔْﻄِﺮَﻋ ْﻦ ِﺑْﻨِﺘْﻲArtinya:
"Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak perempuanku…. (sebutkan nama), fardu karena
Allah Ta‘âlâ."
Niat zakat fitrah untuk diri sendiri dan keluarga
َﻧَﻮ ْﻳُﺖ َﺃْﻥ ُﺃْﺧ ِﺮ َﺝ َﺯَﻛﺎَﺓ ﺍْﻟِﻔْﻄِﺮ َﻋ ِّنْي َﻭ َﻋ ْﻦ َﺟِﻤ ْﻴِﻊ َﻣ ﺎ َﻳْﻠَﺰ ُﻣِنْي َﻧَﻔَﻘﺎُﺗُﻬْﻢ َﺷْﺮ ًﻋﺎ َﻓْﺮ ًﺿﺎِ ِﻪﻠﻟ َﺗَﻌ ﺎَﻟﻰ
Artinya: "Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku dan seluruh orang yang nafkahnya
menjadi tanggunganku, fardu karena Allah Ta‘âlâ."
Niat zakat fitrah untuk orang yang diwakilkan …) َﻓْﺮ ًﺿﺎِ ِﻪﻠﻟ َﺗَﻌ ﺎَﻟﻰ..( َﻧَﻮ ْﻳُﺖ َﺃْﻥ ُﺃْﺧ ِﺮ َﺝ َﺯَﻛﺎَﺓ ﺍْﻟِﻔْﻄِﺮ َﻋ ْﻦ
Artinya: "Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk… (sebutkan nama spesifik), fardu karena
Allah Ta‘âlâ."
َو َم ا ُأِم ُروا ِإاَّل ِلَيْعُبُدوا َهَّللا ُم ْخ ِلِص يَن َلُه الِّد يَن ُحَنَفاَء
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…” (Qs. Al-Bayyinah: 5)
“…Dan hendaklah mereka melakukan Thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).” (Qs.
Al-Hajj: 29)
5. Sa’i antara Shafa dan Marwah
Berdasarkan sa’inya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sabda beliau:
“Kerjakanlah sa’i, sesungguhnya Allah telah mewajibkan sa’i atas kalian.” (HR. Ahmad no. 277.
Mustadrak al-Hakim IV/70).
10. Penjabaran singkat tentang hasil kelompok 5 yang membahas soal syarat, rukun sholat,
sunnah sholat, dan hal hal yang membatalkan sholat menurut empat mazhab.
Sholat adalah ibadah kepada Allah dengan khusyu’ dan ikhlas dalam perkataan dan perbuatan
yang dimulai dengan niat dan diakhiri dengan salam. Syarat syarat sholat terdiri dari wudu,
berdiri bagi yang mampu, suci, menghadap kiblat, mengetahui dengan yakin bahwa waktu sholat
telah tiba. Rukun rukun dalam sholat menurut 4 madzhab niat, takbirotul ikhrom, berdiri,
membaca alfathihah , ruku, sujud, duduk diantara dua sujud, tasyahud awal dan akhir, salam.
Sunnah sunnah sholat menurut 4 madzab bersedekap, iftitah, membaca amin, membaca surah
lain setelah alfathihah, mengeraskan bacaan surah, I’tidal dan qunut. Hal hal yang membatalkan
sholat menurut 4 madzab : berbicara, bergerak lebih dari tiga kali berturut turut, mendahului
imam, terkena najis, berhadats .
Dari pelajaran diatas kita dapat mengetahui soal syarat, rukun sholat , sunnah sholat, dan hal hal
yang membatalkan sholat dari ke 4 madzab. Langkah langkah yang dapat di terapkan dalam
kehidupan sehari hari sehingga kita dapat mengetahui tata cara sholat yang benar dan sah,
sehingga kemungkinan kecil untuk melakukan kesalahan .