Segala puji bagi Allah S.W.T raja bagi seluruh alam, yang telah
memberikan rahmat, taufiq, nikmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan Proposal Penelitian dengan Judul “Pengaruh berbagai jenis
umpan beracun Umbi Gadung (Dioscorea hispida Dennst) dengan
konsentrasi 30% terhadap penurunan kepadatan tikus Rattus rattus diardii
di Rumah warga Kabupaten Bandung” dengan lancar. Shalawat dan
salam-Nya semoga selalu tercurah limpahkan kepada rasul utusan Allah
Muhammad S.A.W, kepada keluarganya sahabatnya serta umatnya yang
selalu istiqomah dijalannya.
Kami menyampaikan terimakasih atas bimbingan Ibu Yosephina
AS, S.KM., M.KES dan dukungan dari berbagai pihak yang telah banyak
membantu dalam pengumpulan data dan memberikan informasi tentang
segala sesuatu hal dalam mengerjakan proposal penelitina ini.
Kami sangat menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan proposal
penelitian masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa maupun dari
sistematika penulisan yang di gunakan, hal ini di sebabkan karena
kemampuan dan pengalaman saya yang masih dangkal. Untuk itulah kami
mengharapkan bimbingan dan arahan, agar dapat memperbaiki dan
menyampaikannya di masa yang akan datang. Akhirnya kami berharap
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 2
3
3.3 Rancangan Pengumpul Data ............................................................................. 24
5
10.000 - 15.000 ekor dalam setahun (Sugiyanto,2013). Dalam waktu
setahun, tikus betina dapat melahirkan empat kali dalam setahun (Sama
dan Rochman, 1988).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Raharjo (2012)
didapatkan jumlah tikus yang terperangkap dengan menggunakan ikan asin
mamalia kecil atau tikus yang terinfestasi pinjal di Kabupaten Boyoali
sebanyak 85 ekor (70,33%) dari 111 mamalia kecil yang perangkap,
Kabupaten Bandung sebanyak 83 ekor (72,8%) dari 114 mamalia kecil
yang tertangkap. Menurut WHO (1988) dalam Raharjo, suatu wilayah
dikatakan waspada terhadap penularan pes jika terdapat 30% tikus
terinfestasi pinjal dan indeks umum pinjal >2 serta indeks khusus pinjal
(X. cheopsis) > 1.
Menurut Nurisa dalam Isnani (2008), didunia tercatat terdapat 112 jenis
penyakit yang bersumber dari tikus yang disebabkan oleh Endoparasit
tikus tersebut menyerang manusia, hewan ternak, dan hewan peliharaan.
Sedangkan penyakit-penyakit bersumber tikus yang ditemukan di
Indonesia adalah pes, Scrum thypus (demam semak), dan leptospirosis
yang telah menyerang manusia dan penyakit cosynophilic meningitis dan
echinostomiasis yang juga telah ditemukan teteapi hanya pada tikus dan
belum menyerang manusia
Menurut Soeharsono (2007), di Indonesia masih terdapat penyakit yang
memiliki kaitan dengan tikus, yakni yersiniosis (pes). Penyakit ini bersifat
wabah dengan korban 20.000 jiwa pada tahun 1934 . Saat ini bersifat
sporadik di Kabupaten Boyolali (Jawa Tengah) dan Pasuruan (Jawa
Timur). Penularan bakteri Yersinia pestis ke manusia lewat gigitan pinjal.
Di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, pada awal tahun 2015
sampai dengan akhir Februari 2015, tercatat di Kota Yogyakarta ada 9
kasus leptospirosis meninggal 4 orang kemudian di Bantul 8 kasus dan
meninggal 1, Gunungkidul 1 kasus meninggal, Kulonprogo 3 kasus (RRI,
2015). Dengan adanya kasus tersebut di Kota Yogyakarta dikatakan
sebagai salah satu daerah endemis Leptospirosis.
Tikus memiliki daya tarik yang sangat kuat pada penciumannya.
Diantaranya terhadap hal yang berbau busuk. Dari percobaan Dedi (2012),
umpan ikan teri merupakan umpan yang paling banyak dimakan dari 15
unit umpan yang dipasang pada tiga lokasi, ini diduga karena umpan ikan
teri mempunyai aroma yang kuat, sehingga tikus lebih mudah
menemukanya.
Tikus memiliki daya tarik pada tanaman umbi-umbian.
Penggunaan umbi gadung (Dioscorea hispida Dennst) sebagai rodentisida
organic banyak dikembangkan. Umbi gadung mengandung dioskorin yaitu
sejenis alkaloid yang larut dalam air dan dapat menyebabkan muntah
darah, sukar bernapas dan kematian. Umbi gadung memiliki senyawa
antimakan yang menghambat selera makan pada tikus. Berdasarkan hasil
dari penelitian pada penelitian Posmaningsih (2014) Umbi Gadung
(Dioscorea hispida Dennst) memiliki nilai LD50 pada konsentrasi 30%
yang paling efektif untuk membunuh tikus.
Berdasarkan keadaan tersebut diatas, peneliti termotovasi untuk
melakukan penelitian daya tarik tikus terhadap berbagai jenis umpa (ikan
teri, jagung dan kulit udang) yang ditambahkan dengan umbi gadung
(Dioscorea hispida Dennst) sebagai umpan beracun terhadap menurunkan
populasi tikus di rumah warga Kabupaten Bandung. Hal tersebut karena
tingginya populasi tikus di pemukiman penduduk terutama pemukiman
padat penduduk.
7
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
a. Dapat bermanfaat bagi peneliti sebagai pengetahuan baru, menciptakan
umpan tikus organic terbaru, menciptakan alat perangkap tikus dengan
kapasitas 5 ekor dan sebagai nilai wirausaha.
b. Dapat bermanfaat bagi institusi sebagai bahan acuan dan referensi
untuk penelitian selanjutnya
c. Dapat bermanfaat bagi masyarakat di pemukiman padat penduduk
sebagai perangkap tikus yang lebih efektif dan efisien
d. Dapat bermanfaat sebagai penurun populasi tikus di pemukiman padat
yang memiliki populasi tikus yang cukup tinggi (Khususnya
pemukiman penduduk)
1.5 Ruang Lingkup
Dalam pelaksanaan penilitian terdapat beberapa hal yang akan
diteliti diantaranya tanda-tanda keberadaan tikus dirumah, kepadatan dan
jenis tikus yang terdapat di pemukiman warga Kabupaten Bandung
khususnya tikus Rattus rattus diardii, daya tarik tikus terhadap berbagai
jenis umpan yang dibuat oleh peneliti, lama waktu kematian tikus setelah
memakan umpan beracun umbi gadung (Dioscorea hispida Dennst), dan
organ sasaran yang terserang pada tikus yang mengakibatkan tikus mati.
9
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
Gambar
Rattus rattus diardii
2.2 Habitat
Tikus jenis ini banyak dijumpai di rumah (atap, kamar, dapur) dan
gudang, jarang ditemukan di kebun sekitar rumah.
2.3 Kebiasaan Hidup Tikus
11
2.3.6 Kepandaian Mengunyah
Tikus-tikus memiliki dua gigi di bagain atas dan bawah yang
sangat tajam. Gigi ini tumbuh sepanjang 4-5 inci (10-15 cm) tiap
tahun. Tikus harus menjaga giginya tetap runcing dan tajam. Oleh
karena itu tikus mengerat benda-benda keras seperti dinding kayu
dan batang-batang pohon.
2.4.2 Perilaku
Tikus dapat pergi jauh selama 48 jam tanpa minum dan hari tanpa
makan. Tikus yang lapar atau haus akan lebih ceroboh sehingga
mudah untuk diberantas.
2.4.3 Kebiasaan
Tikus memiliki kebiasaan menempuh jalur yang sama untuk
mencari makan, tempat bersarang berada dikawasan
persembunyian yang aman, mempelajari adanya bahaya, cara
keluar dari sarang, berjalan di sisi-sisi ruangan dan lain-lain. Tikus
pada dasarnya adalah binatang malam. Tikus dapat merubah pola
perilakunya, mempunyai kebiasaan-kebiasaan baru untuk
memulihkan gangguan-gangguan bahaya.
13
2.4.4 Indera
Tikus memiliki perkembangan indera yang cermat, bangsa tikus
dikenal buta warna. Perkembangan indera pembau tikus sangat
baik, sehingga jarang tampak di siang hari. Perkembangan indera
pengecap tikus tidak terlalu baik, walaupun ia mampu mengecap
berbagai jenis makan.
2.4.5.8 Tikus Hidup dan Tikus Mati (Life and Death Rat)
Didalam rumah kadang kala ditemukan tikus yang telah
mati disamping ditemukan tikus yang masih hidup yang
sedang berlari-lari didalam rumah. Dengan ditemukannya
tikus mati maupun didalam rumah berarti masih terdapat
tikus yang ada di dalam rumah 20-30 kali.
15
2.5 Penyakit Yang Ditularkan Melalui Tikus
Dari beberapa penyakit menular, tikus memiliki peran dalam
menularkan penyakit kepada manusia. Peran tersebut tikus dapat menjadi
agent maupun vektor dari beberapa penyakit. Diantaranya terdapat
penyakit yang dapat ditularkan melalui tikus.
a Pes (Plague) g Rodent-Borne
b Salmonellosis Haemorrhagic Fevers
c Leptospirosis h Lymphocytic
d Murine Typhus Choriomeningitis
e Rickettsial Pox i Rabies
f Lassa j Rat-Bite Fever
k Trichinosis
Dari beberapa jenis penyakit menular diatas, Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya
Penanggulannya terdapat beberapa penyakit yang termasuk dalam penyakit yang
menimbulkan wabah di Indonesia diantaranya:
1. Pes
2. Rabies
3. Leptospirosis
4. Yellow Fever
17
2.7 Kerangka Teori
Binatang Pengganggu
(Tikus Rattus rattus
diardii)
Kepadatan Tikus
Jenis Atractant Buah Gadung (HCN)
(Ikan Teri, ) 30 %
Pengendalian Tikus 70% Peracunan
secara fisik mekanis
19
3.1.2 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Variabel Pengganggu
Jenis Tikus
Berat Badan Tikus
Sampel Rumah Warga
21
Bandung digunakan sebagai memiliki salah
lokasi penempatan satu dari sembilan
perangkap tikus tanda-tanda
adalah rumah keberadaan tikus
yang memiliki
tanda-tanda
keberadaan tikus
3.1.5 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat hubungan
antara berbagai jenis umpan (Attractant) beracun umbi gabung
30% terhadap penurunan kepadatan tikus Rattus rattus diardii di
rumah tangga Kabupaten Bandung”
Maka :
t (r - 1) ≥ 15
3 (r - 1) ≥ 15
3r – 3 ≥ 15
3r ≥ 18
r≥6
Banyaknya pengulangan dalam setiap perlakuan dalam
penelitian ini yang akan digunakan adalah 6 pengulangan. Setiap 3
perlakuan yang berbeda dilakukan dalam 1 sampel rumah.
Banyaknya kontrol yang digunakan adalah sama dengan banyaknya
23
pengulangan yakni 6 kontrol. Banyaknya rumah yang digunakan
sebagai lokasi titik sampel tikus Rattus rattus diardii dalam setiap
pengulangan dan setiap kontrol adalah masing-masing 100 rumah.
Sehingga besar sampel untuk 6 pengulangan:
6 kali pengulangan x 100 rumah = 600 rumah
Besar sampel untuk 6 kontrol adalah
6 kontrol x 1 kali pengulangan x 100 rumah = 600 rumah
Maka banyak sampel rumah sebagai titik sampling yang
dibutuhkan untuk penelitian ini memiliki besar sampel sebanyak
1200 rumah di wilayah Kabupaten Bandung.
25
lembar observasi untuk setiap rumah kontrol dam rumah
sampel perlakuan sebagai titik sampling.
27
b. Hancurkan bahan dasar umpan
c. Panaskan parafin di kompor hingga meleleh
d. Masukkan bahan dasar pada parafin dan
aduk hingga rata
e. Setelah tercampur masukkan ke dalam
cetakan kue sama rata
2. Pembuatan alat perangkap tikus berkapasitas
maksimal 5 ekor tikus
a. Alat perangkap dibuat dengan bahan dasar
kawat baja dan di bentuk sesuai dengan
desain yang ada
b. Pada bagian pintu masuk dipasang engsel
kawat menghadap ke dalam
Gambar Desain Alat Perangkap
3. Teknik Penentuan titik sampling rumah
kontrol dan sampel rumah, diantaranya:
a Observasi tanda-tanda keberadaan tikus di
setiap rumah warga Kabupaten Bandung
dengan minimal 1 tanda-tanda keberadaan
tikus.
b Rumah yang memilki tanda-tanda
keberadaan tikus ditetapkan sebagai titik
sampel rumah dengan cara pemberian tanda
pada setiap rumah sampel menggunakan
stiker yang telah dibuat oleh peneliti.
c Melakukan pengelompokan rumah yang
akan menjadi titik sampling dengan
mengelompokan poin tanda-tanda
keeradaan tikus
d Setiap 1 kelompok sampel pengulangan
memiliki 1 kelompok rumah kontrol warga
yang memiliki kemiripan poin tanda-tanda
keberadaan tikus.
e Setelah setiap rumah dikelompokan,
dilakukan pengambilan sampel tikus.
4. Tahapan pengambilan sampel tikus Rattus
rattus diardii di rumah warga pada kelompok
rumah kontrol dan rumah sampel, diantaranya:
a Mengunjungi rumah yang telah
dikategorikan sebagai sampel rumah dan
rumah kontrol yang akan digunakan sebagai
titik pengambilan sampel dengan membawa
alat perangkap yang telah diberi umpan dan
lembar observasi setiap sampel rumah.
Namun untuk rumah kontrol menggunakan
perangkap tikus tanpa pemberian umpan.
b Memasang perangkap di setiap rumah
dengan menyesuaikan tanda-tanda
keberadaan tikus yang ada. Bila terdapat
lubang sarang tikus dapat diletakkan di
dekat lubang sarang bila memungkinkan.
c Perangkap yang digunakan pada setiap
sampel rumah adalah 3 perangkap dengan
jenis umpan yang berbeda. Perangkap yang
digunakan pada setiap rumah kontrol adalah
3 perangkap tanpa umpan.
d Perangkap yang telah disimpan di lokasi
titik sampling disimpan selama 4 hari.
e Setelah 4 hari seluruh perangkap yang telah
di simpan diambil dan amati keberadaan
tikusnya dalam perangkap
29
f Pada perangkap yang terdapat tikus
dipisahkan dan dicatat di lembar observasi.
g Tikus yang telah terperangkap di beri kode
dan di pindahkan di ke kandang tikus untuk
diamati lebih lanjut dan tikus yang telah
mati di timbang dan dibedah untuk diamati
organ yang memiliki kerusakan.
5. Pengumpulan sampel tikus Rattus rattus
diardii sesuai dengan karakteristik yang
diinginkan
c. Sampel tikus yang telah terperangkap diberi
kode dibawa ke laboratorium untuk
dilakukan pengamatan menggunakan kain
sampel yang diberi kode pula
d. Sampel tikus yang telah dibawa ke
laboratorium diidentifikasi morfologi tubuh
dan ukuran badannya dan ditimbang
e. Tikus yang telah diamati dikelompokan
menurut jenisnya dan yang diambil hanya
jenis tikus Rattus rattus diardii
f. Tikus mati yang dikelompokkan sebagai
tikus Rattus rattus diardii di sisir untuk
mendapatkan pinjal dan dibedah untuk
diketahui organ sasaran yang
mengakibatkan tikus mati.
g. Tikus yang terperangkap dan masih dalam
keadaan hidup di amati perkembangannya
hingga tikus mati.
h. Pada setiap tikus yang telah mati diberi
perlakuan dengan menyisir rambut yang
ada pada seluruh tubuh tikus untuk diambil
pinjalnya dan dilakukan pembedahan untuk
melihat organ sasaran yang mengakibatkan
tikus mati dan perlakuan selanjutnya adalah
untuk dimanfaatkan.
b. Analisa Univariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui distribusi
frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Analisis
univariat disebut juga dengan analisis deskriptif,
yaitu analisis yang menjelaskan secara rinci
karakteristik masing – masing variabel yang diteliti.
Untuk data numerik, maka masing – masing
variabel dapat dideskripsikan berdasarakan mean,
median, modus, nilai minumum, nilai maksimum,
standar deviasi, varian, dan linear kuartil range.
c. Analisa Bivarian
Pada penelitian ini analisa bivarian yang digunakan
adalah uji anova satu jalur (One Way Anova).
Analisa tersebut dilakukan bila data berdistribusi
normal. Namun, apabila data tidak berdistribusi
normal maka analisa menggunakan uji Kruskal
wollies.Untuk melihat pengaruh antara variabel
kontrol dan variabel perlakuan analisa data
dilanjutkan. Apabila sebelumnya menggunakan uji
One Way Anova. Sebelum melanjutkan uji perlu
melihat apakah ada perbedaan pendapatan dari antar
31
kelompok pekerja tersebut, kita lihat tabel
ANOVA, dari tabel itu pada kolom Sig. diperoleh
nilai P (P-value) < 0,05 kita menolak Ho, sehingga
kesimpulan yang didapatkan adalah ada perbedaan
yang bermakna rata-rata pendapatan berdasarkan
ketiga kelompok pekerjaan tersebut.
Jika hasil uji menunjukan Ho gagal ditolak (tidak
ada perbedaan), maka uji lanjut (Post Hoc Test)
tidak dilakukan. Sebaliknya jika hasil uji
menunjukan Ho ditolak (ada perbedaan), maka uji
lanjut (Post Hoc Test)
Apabila uji Kruskal Wollies maka dilanjutkan
dengan uji MennWithney. Dengan pengambilan
keputusan sebagai berikut:
Jika nilai Asymp.Sig (2-tailed < 0,05 , maka
terdapat hubungan yang signifikan)
Jika nilai Asymp.Sig (2-tailed > 0,05 , maka
terdapat tidak hubungan yang signifikan)
Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari uju anova
satu arah yang digunakan untuk melihat perbedaan
rata – rata dari data yang lebih dari dua kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
33
Posmaningsih, D.A.A , dkk. 2014. “Efektivitas Pemanfaatan umbi gadung
(Discorea hispida dennust) pada umpan sebagai rodentisida nabati
dalam pengendalian tikus”. Jurnal Skala Husada Volume 11 1 April.
Denpasar: Poltekkes Denpasar Tersedia di: http://www.poltekkes-
denpasar.ac.id/files/JSH/V11N1/D.A.A%20Posmaningsih1,%20I%20N
yoman%20Purna2,%20I%20Wayan%20Sali3%20JSH%20V11N1.pdf
Raharjo, Jarohman dan Tri Ramadhani. 2012. Studi Kepadatan Tikus dan
Ektoparasit(Fleas) Pada Daerah Fokus dan Bekas Pes - Peneliti
Balai Litbang P2B2. Banjarnegara: Balai Litbang P2B2
Siswanto, Hadi. 2003. Kamus Populer Kesehatan Lingkungan.Cetakan I. EGC:
Jakarta
Soeharsono. 2007. Penyakit Zoonotik pada Anjing dan Kucing.
Kanisius:Yogyakarta, Tersedia: https://books.google.co.id/ [26
September 2015]
Sugiyanto. 2013. Kendalikan Tikus dengan Umbi Gadung. Tersedia:
http://ditjenbun.pertanian.go.id/perlindungan/berita-181-kendalikan-
tikus-dengan-umbi-gadung.html [20 Oktober 2015]
Suparjo, Wuri Damaryanti. 2015. “DIY: Awal 2015, 6 Orang Meninggal Akibat
Leptospirosis”. Tersedia:
http://www.rri.co.id/yogyakarta/post/berita/143456/kesehatan/diy_awal
_2015_6_orang_meninggal_akibat_leptospirosis.html [11 Oktober
2015]