Anda di halaman 1dari 5

CONTINUING MEDICAL EDUCATION

CONTINUING
CONTINUING MEDICAL
MEDICAL EDUCATION
EDUCATION

Akreditasi PB IDI–3 SKP

Penatalaksanaan Farmakologis Nyeri


pada Lanjut Usia
Jimmy Barus
Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Atma Jaya, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK
Sejalan dengan meningkatnya populasi lansia, maka meningkat pula jumlah kasus nyeri terkait disabilitas dan perubahan degeneratif pada
kelompok ini. Penggunaan analgetik pada lansia perlu pertimbangan khusus. Secara umum, asetaminofen/parasetamol merupakan pilihan
pertama untuk kasus nyeri muskuloskeletal dengan pemantauan dosis dan efek samping. Jika perlu, COX 2 inhibitor lebih diutamakan untuk
menghindari efek gastrointestinal, dan pemberian aspirin bersama PPI (Proton Pump Inhibitor) untuk mengurangi risiko kardiovaskuler.
Penggunaan OAINS (Obat Anti-inflamasi Nonsteroid) sedapat mungkin dibatasi, karena berkaitan dengan efek samping gastrointestinal
dan peningkatan risiko gangguan kardiovaskuler. OAINS harus dihindari pada gangguan ginjal. Opioid secara umum dianggap lebih aman,
tetapi efek samping harus tetap diperhatikan. Analgetik adjuvan yang dianjurkan adalah antikonvulsan golongan gabapentin dan pregabalin,
dan antidepresan golongan SNRI (Serotonin Norepinephrin Reuptake Inhibitor).

Kata kunci: Nyeri, lanjut usia, penatalaksanaan farmakologis

ABSTRACT
The increase of elderly population resulted in increasing problem of pain connected to degenerative diseases and disabilities. The use of
analgetics among elderly needs special consideration. Acetaminophen/paracetamol is still the first choice for musculoskeletal pain with
dose and side effect monitoring. COX2 inhibitor is preferred to avoid gastrointestinal effect, and aspirin in combination with PPI is used to
minimize cardiovascular risk. NSAID (Nonsteroidal Anti-inflammatory Drug) use is limited as much as possible, because it is associated with
gastrointestinal side effects and increased risk of cardiovascular disorders. NSAID should be avoided in renal insufficiency. Opioid is relatively
safe but needs monitoring of side effect. Adjuvant analgesics that can be considered are anticonvulsants: gabapentin and pregabalin, and SNRI
antidepressant. Jimmy Barus. Pharmacological Management of Pain in the Elderly.

Keywords: Pain, elderly, pharmacological management

PENDAHULUAN penyakit degeneratif diskus, osteoporosis natalaksanaan yang paling tepat. Riwayat
Sejalan dengan meningkatnya populasi dan fraktur, serta gout merupakan kasus penyakit penyerta, seperti gangguan hati,
lansia, maka meningkat pula jumlah kasus nyeri muskuloskeletal yang sering terjadi; ginjal, faktor risiko vaskuler, status fisik dan
nyeri terkait disabilitas dan perubahan kelompok kasus lainnya berupa sindrom mental, penting diperhatikan karena akan
degeneratif pada kelompok ini. Dokter nyeri neuropatik, seperti neuropati diabetika, sangat berkaitan dengan pilihan analgetik.
umum sebagai tenaga pelayanan kesehatan neuralgia pasca-herpes, neuralgia trigeminal, Makalah ini akan menitikberatkan mengenai
lini pertama mendapat tantangan cukup nyeri sentral pasca-stroke, dan nyeri radikuler pembahasan penatalaksanaan nyeri pada
signifikan terkait penatalaksanaan nyeri akibat penyakit degeneratif tulang belakang. lansia dari segi farmakologis.
pada lansia.1 Prevalensi kasus nyeri terutama Selain itu, kasus reumatologik seperti arthritis
nyeri persisten (kronis) pada lansia berkisar rheumatoid, polimialgia reumatika, dan Perubahan Fisiologis pada Lansia yang
antara 25 – 80%. Prevalensi nyeri pada lansia fibromialgia sering juga dikeluhkan.2 Mempengaruhi Pilihan Terapi Obat
di komunitas adalah 25 – 50%, sementara Secara fisiologis, fungsi organ tubuh pada
yang berada di sarana perawatan khusus 45 Sebelum menentukan tatalaksana yang lansia akan mengalami perubahan. Hal ini
– 80%.2 tepat, assessment yang komprehensif harus penting dipertimbangkan sebelum me-
dilakukan. Evaluasi klinis sindrom nyeri, nentukan pengobatan farmakologis yang
Nyeri muskuloskeletal merupakan kelompok termasuk anamnesis, pemeriksaan fisik tepat. Perubahan fisiologis pada lansia yang
kasus nyeri yang paling sering dialami oleh adekuat, pemeriksaan penunjang relevan dapat mempengaruhi pilihan terapi obat
kelompok lansia di komunitas. Osteoartritis, perlu dilakukan sebelum menentukan pe- dapat dilihat pada tabel 1.3

Alamat korespondensi email: jimmybarusmd@yahoo.com

CDK-226/ vol. 42 no. 3, th. 2015 167


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Tabel 1. Perubahan fisiologis pada lansia3 Pertimbangan Pemilihan Analgetik


pada Lansia
Perubahan Sejalan Prinsip penanganan nyeri adalah meng-
Fungsi Fisiologis Konsekuensi Klinis
dengan Proses Penuaan
identifikasi dan mengeliminasi kausa yang
Fungsi Absorbsi dan • Pemanjangan waktu pengosongan • Peningkatan efek samping saluran cerna mendasari nyeri, misalnya tumor, infeksi, dll.
Traktus Gastrointestinal lambung dan penurunan fungsi terkait penggunaan obat yang dapat Hal ini tidak selalu dapat dilakukan dengan
peristaltik usus mengurangi gerakan peristaltik, misalnya
• Penurunan aliran darah di saluran cerna opioid
mudah, sehingga pilihan masuk akal yang
biasa dilakukan oleh klinisi adalah menangani
Distribusi • Berkurangnya kandungan air tubuh • Berkurangnya distribusi obat yang larut keluhan/gejala dengan tujuan mengurangi
• Meningkatnya proporsi lemak tubuh dalam air
yang mengakibatkan obat yang larut • Obat yang larut dalam lemak akan nyeri. Meskipun nyeri tidak dapat dihilang-
dalam lemak akan terakumulasi cenderung mengalami penambahan kan, tetapi usaha maksimal dapat dilakukan
• Konsentrasi protein plasma yang lebih waktu paruh dengan penilaian yang teliti tanpa melupa-
rendah dan meningkatnya fraksi bebas • Meningkatnya potensi interaksi obat
obat yang akan cenderung berikatan kan evaluasi respons terapi.
dengan protein
Penanganan nyeri pada lansia, sebagaimana
Metabolisme Hepar • Berkurangnya aliran darah hepatik • Berkurangnya metabolisme obat yang
• Berkurangnya massa hepar dan jumlah efektif penanganan nyeri pada umumnya, sebaiknya
sel hepatosit yang fungsional • Proses oksidasi obat menurun, akibatnya berdasarkan tipe, sifat, dan keparahan nyeri.
waktu paruh akan meningkat
Terapi farmakologis tetap memainkan
• Proses konjugasi biasanya tetap, efek
individual sulit diprediksi peranan penting untuk mengatasi nyeri
pada lansia. Penting untuk diingat bahwa
Ekskresi Renal • Menurunnya aliran darah renal • Menurunnya ekskresi renal pada
• Menurunnya filtrasi glomerulus obat yang metabolitnya secara alami pada lansia terdapat peningkatan sensitivitas
• Menurunnya sekresi tubulus diekskresikan melalui renal, berakibat terhadap kerja obat. Oleh karena itu, setiap
akumulasi dan efek memanjang pilihan analgetik perlu dimulai dari dosis
Perubahan • Berkurangnya densitas reseptor • Peningkatan sensitivitas terhadap obat kecil dan dinaikkan bertahap sesuai dengan
Farmakodinamik • Meningkatnya afinitas reseptor dan potensi efek samping toleransi pasien dan sasaran terapi. Titrasi

Tabel 2. Beers Criteria untuk kelas analgetik7

Obat Rasional Rekomendasi Kualitas Bukti Ilmiah Kekuatan Rekomendasi

Meperidine Bukan analgetik oral yang efektif; dapat mengakibatkan Hindari Tinggi Kuat
neurotoksisitas

OAINS non-selektif (oral) • Meningkatkan risiko perdarahan traktus gastrointestinal dan • Hindari penggunaan Moderat Kuat
• Aspirin >325 mg ulkus peptikum pada kelompok risiko tinggi, yaitu usia >75 kronik, kecuali pilihan
• Diklofenak tahun, yang mendapat terapi kortikosteroid, antikoagulan, obat lain tidak efektif
• Diflunisal antiplatelet • Berikan agen proteksi
• Etodolak • Penggunaan bersama PPI (proton pump inhibitor) dan lambung (PPI + /
• Fenoprofen misoprostol dapat menurunkan, namun tidak menghilang- misoprostol) jika harus
• Ibuprofen kan risiko menggunakan obat-obat
• Ketoprofen • Perforasi, perdarahan saluran cerna atas, ulserasi terjadi pada ini
• Meklofenamat 1% pasien yang menjalani pengobatan kontinu dalam 3-6
• Asam mefenamat bulan dan 2-4% pada pengobatan 1 tahun
• Meloksikam
• Nabumeton
• Naproksen
• Oksaprozin
• Piroksikam
• Sulindak
• Tolmetin

Indometasin, ketorolak • Meningkatkan risiko perdarahan saluran cerna dan ulkus Hindari Indometasin: moderat Kuat
(termasuk parenteral) peptikum pada kelompok risiko tinggi (sda) Ketorolak: Tinggi
• Dari keseluruhan OAINS, indometasin memiliki efek samping
yang paling berat

Pentazosin Analgetik opioid yang menyebabkan konfusi, halusinasi; lebih Hindari Rendah Kuat
sering dibanding opioid lainnya

Relaksan otot • Kebanyakan relaksan otot tidak ditoleransi baik pada lansia, Hindari Moderat Kuat
• Carisoprodol karena efek samping antikolinergik, sedasi, risiko fraktur
• Siklobenzaprin • Dosis terapeutik efektif, mungkin tidak dapat ditolerir oleh
• Klorzoksazon lansia
• Metoksalon
• Metokarbamol
• Orphenadrin

168 CDK-226/ vol. 42 no. 3, th. 2015


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

dosis sering tidak mengikuti ketentuan Tabel 3. Terapi adjuvan nyeri persisten pada lansia1,8
umum, karena pada umumnya lansia akan
Golongan obat Rekomendasi
berespons berbeda dibanding populasi
Antidepresan • Golongan trisiklik, seperti amitriptilin dan imipramin, tidak dianjurkan untuk digunakan pada lansia
dewasa pada umumnya. Sedapat mungkin, sehubungan dengan efek retensi urin, hipotensi postural, sedasi, glaukoma, dan aritmia
pilihan analgetik didasari oleh mekanisme • Nortriptilin, mempunyai efek samping lebih sedikit dibanding antidepresan trisiklik lainnya, dapat
dipergunakan dengan pengawasan
terjadinya nyeri. Sebagai contoh, nyeri
• Golongan SSRI (selective serotonin reuptake inhibitor) tidak efektif dalam penanganan nyeri persisten
inflamasi sebaiknya diterapi dengan anti- meskipun tolerabilitasnya lebih baik dibanding antidepresan trisiklik
inflamasi dan nyeri neuropatik diterapi • Golongan SNRI (serotonin norepinephrine reuptake inhibitor), seperti duloksetin, cukup efektif untuk
nyeri persisten, dengan tingkat tolerabilitas yang lebih baik dibanding antidepresan trisiklik
dengan menggunakan analgetik adjuvan. Hal
Antikonvulsan • Antikonvulsan untuk nyeri persisten golongan gabapentin dan pregabalin lebih ditoleransi baik
ini untuk menjaga agar terapi tepat sasaran. oleh lansia dibanding karbamazepin, fenitoin, dan asam valproat. Obat ini digunakan pada kasus
Kombinasi analgetik tidak diharamkan selama nyeri neuropatik (postherpetik neuralgia, neuropati DM, dll). Gabapentin dan pregabalin juga lebih
perhitungan efektivitas dan efek samping di- ditoleransi baik dibanding antidepresan trisiklik
• Titrasi dosis diperlukan untuk meminimalisir efek samping
lakukan dengan seksama. Sebagai contoh,
Analgetik topikal • Lidokain : Sediaan lidokain 5% efektif untuk neuralgia postherpetika
pasien dapat diterapi dengan analgetik non- • OAINS : Efektif mengurangi nyeri dan menghindari efek samping sistemik
opioid, opioid, dan adjuvan selama memang • Kapsaisin : Dapat dipertimbangkan untuk kasus neuralgia postherpetika
dibutuhkan. Hindari kombinasi analgetik
yang berasal dari golongan yang sama.4,5,6
Modifikasi WHO Step Ladder pada Lansia berhubungan dengan kerusakan fungsi hati
Beers Criteria untuk Analgetik Dengan mempertimbangkan perubahan pada orang dewasa. Sesuai rekomendasi Food
Dengan mempertimbangkan perubahan fisiologis pada lansia, maka WHO Step Ladder and Drugs Administration USA (FDA-USA),
fisiologis yang terjadi pada lansia, efektivitas juga perlu disesuaikan (gambar 1). penggunaan asetaminofen untuk kasus nyeri
obat sesuai bukti ilmiah, dan potensi pe- kronis pada lansia sebaiknya dibatasi sampai
nyalahgunaannya, maka American Geriatrics Penggunaan WHO analgesics step ladder 2000 mg/hari. Jika ingin memberikan OAINS,
Society menerbitkan Beers criteria. Beers pada awalnya dikhususkan untuk pendekatan maka pilihan utama adalah OAINS yang
criteria berisi obat-obatan yang berpotensi tatalaksana nyeri kanker. Tetapi dewasa ini, selektif bekerja menghambat COX 2 karena
terjadi penyalahgunaan atau penggunaan pendekatan ini juga dapat diterapkan untuk efek gastrointestinal yang minimal (Argoff,
tidak sesuai pada lansia, khususnya lansia penatalaksanaan nyeri kronis non-kanker 2005).
di komunitas. Beers Criteria khusus untuk dengan perhatian khusus. Modifikasi WHO
analgetik dapat dilihat pada tabel 2. analgesics step ladder pada lansia menunjuk- Yang dimaksud dengan analgetik adjuvan
kan bahwa OAINS non-spesifik, termasuk pada gambar 1 adalah obat-obat golongan
Tambahan Beers Criteria 2012: aspirin dan propoksifen sebaiknya dihindari. antikonvulsan dan antidepresan yang dapat
• Penggunaan tramadol harus secara hati- dipergunakan pada nyeri persisten. Secara
hati, karena dapat menurunkan ambang Asetaminofen (parasetamol) merupakan umum, pilihan terapi adjuvan untuk nyeri per-
batas kejang. Dapat diberikan jika kejang obat pilihan pertama untuk tatalaksana sisten pada lansia dapat dilihat pada tabel 3.
sudah terkontrol baik. Dapat juga digunakan nyeri kronik pada lansia, tetapi penting
sebagai alternatif pada pasien lansia dengan diingat bahwa penggunaannya sebaiknya Opioid pada Lansia
osteoartritis yang memiliki kontraindikasi ter- diminimalisir karena efek samping kerusakan Penggunaan opioid untuk kasus nyeri
hadap obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS). hati. Penggunaan asetaminofen sampai persisten pada lansia, tidak hanya pada
• Alternatif untuk nyeri ringan dan sedang 4000 mg per hari dalam jangka panjang kasus nyeri kanker, dewasa ini semakin
adalah kodein, asetaminofen, OAINS jangka dapat diterima. Opioid terutama digunakan
pendek, obat topikal (kapsaisin atau OAINS), Level 3 (sever pain): pada kasus nyeri sedang atau berat.
khususnya pada osteoartritis. Strong opioids–morphine, hydromorphone, Meskipun demikian, sediaan opioid juga
• Alternatif untuk nyeri sedang atau berat fentanyl, oxycodone±adjuvants dapat dipertimbangkan jika didapatkan
adalah hidrokodon atau oksikodon. kontraindikasi terhadap penggunaan obat
• Alternatif untuk nyeri neuropatik lain, terutama OAINS. Adiksi pada lansia
Level 2 (moderate to severe pain):
adalah duloksetin, venlafaksin, pregabalin, jarang terjadi. Meskipun potensi itu ada, tidak
Acetaminophe, aspirin, nonspecific NSAIDs,
gabapentin, lidokain topikal, kapsaisin, boleh dijadikan alasan kurang teratasinya
COX-2–specific NSAIDs±adjuvants
desipramin, nortriptilin. nyeri pada lansia.1
• Penggunaan OAINS selektif COX-2
Level 1 (mild to moderate pain):
sebaiknya dihindari pada pasien gagal Kodein dapat digunakan pada nyeri ringan.
Acetaminophen plus opioid [hydrocodone, oxycodone,
jantung, karena dapat memperberat edema Untuk nyeri sedang dan berat dapat
codeine; tramadol±adjuvants, propxyophene
sehingga memperburuk keadaan. digunakan morfin, hidromorfon, oksikodon,
• OAINS berhubungan dengan per- WHO l a dder (ada pted fo r the el derl y) bahkan fentanil. Morfin terutama dikeluarkan
burukan derajat gagal ginjal, oleh karena itu melalui ginjal, sehingga perlu hati-hati pada
tidak dianjurkan pada pasien lansia dengan Gambar 1. Modifikasi WHO Analgesics Step Ladder pada pasien lansia dengan gangguan fungsi ginjal.
gagal ginjal. penatalaksanaan nyeri pada lansia (Argoff, 2005) Hidromorfon, oksikodon, dan fentanil lebih

CDK-226/ vol. 42 no. 3, th. 2015 169


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

aman pada kondisi ini. Meskipun demikian, Tabel 4. Risiko gangguan kardiovaskuler terkait penggunaan OAINS11
potensi sedasi, dizziness, gangguan gait, risiko
Major Vascular Major Coronary
jatuh, dan gangguan motilitas usus perlu NSAID Events: Rate Ratio P value Events: Rate Ratio P value
dipertimbangkan setiap kali memberikan (95% Cl) (95% Cl)
opioid pada lansia. Efek samping tersebut Coxib 1,37 (1,14 - 1,66) .0009 1,76 (1,31 - 2,37) .0001
akan hilang bersamaan dengan timbulnya
Diclofenac 1,41 (1,12 - 1,78) .0036 1,70 (1,19 - 2,41) .0032
toleransi terhadap opioid, kecuali gangguan
Ibuprofen 1,44 (0,89 - 2,33) NS 2,22 (1,10 - 4,48) .0253
motilitas usus. Pemberian laksansia harus
High-dose naproxen 0,93 (0,69 - 1,27) NS 0,84 (0,52 - 1,35) NS
selalu dipertimbangkan bersamaan dengan
opioid.
Inhibitor COX 2 selektif dan OAINS non- terkait penggunaan beberapa OAINS.
Obat golongan opioid yang sebaiknya selektif menghambat produksi prostasiklin Simpulannya, baik penggunaan OAINS
dihindari pada lansia adalah: dalam derajat yang sama. Prostasiklin adalah non-selektif maupun selektif pada pasien
• Propoksifen, karena efek gangguan zat vaskuloprotektif yang secara fisiologis yang mempunyai faktor risiko vaskuler dan
susunan saraf pusat menghambat agregasi platelet dan proses pasien lansia harus dilakukan secara hati-
• Metadon, karena efek long acting se- aterogenesis. Aspirin berperan dalam hati. Rekomendasi penggunaan analgetik
hingga respons pada lansia sulit diperkirakan proteksi terhadap gangguan kardiovaskuler pada pasien yang diketahui berisiko tinggi
• Meperidine, karena efek gangguan dengan cara menghambat COX 1 di platelet mengalami penyakit kardiovaskuler menurut
susunan saraf pusat, bahkan banyak secara ireversibel. Meskipun OAINS non- American Heart Association (AHA) dapat di-
referensi menganggapnya tidak efektif selektif juga menghambat COX 1, tetapi lihat pada gambar 2.
sebagai analgetik tampaknya tidak cukup untuk memberikan
• Penggunaan fentanil patch diutamakan efek yang sama bila dibanding dengan SIMPULAN
pada nyeri stabil, tanpa eksaserbasi atau aspirin. Kecuali naproksen, sebagian besar Penggunaan analgetik pada lansia perlu
breakthrough (pada nyeri kanker). Penggunaan OAINS non-selektif dianggap berhubungan pertimbangan khusus. Secara umum,
pada lansia perlu pemantauan khusus, dengan peningkatan risiko penyakit parasetamol tetap merupakan pilihan
karena absorbsinya terlalu bervariasi, dan kardiovaskuler. Risiko ini dapat dikurangi pertama untuk kasus nyeri muskuloskeletal
saat dilepaskan dari kulit efek terapeutiknya dengan menambahkan aspirin pada pasien dengan pemantauan dosis dan efek samping.
tidak langsung berhenti. Selain itu, obat ini dengan risiko tinggi penyakit kardiovaskuler Penggunaan OAINS sedapat mungkin
membutuhkan lebih kurang 48 jam untuk yang mendapat terapi OAINS non-selektif, dibatasi, karena berkaitan dengan efek
mencapai efek terapeutik maksimal setelah tetapi efek gastrointestinalnya akan samping gastrointestinal dan peningkatan
ditempelkan di kulit. Fentanil patch tidak meningkat signifikan.10 Tabel 4 menunjuk- risiko gangguan kardiovaskuler. Jika perlu,
dianjurkan pada pasien yang opioid naïve. kan potensi risiko gangguan kardiovaskuler diutamakan pemberian COX 2 inhibitor
• Tramadol dapat memicu kejang pada
pasien epilepsi, karena menurunkan ambang
batas kejang. Efek ini akan minimal jika kejang
sudah terkontrol baik.9

Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid (OAINS)


dan Hubungannya dengan Gangguan
Kardiovaskuler
Obat anti-inflamasi non-steroid konvensional
(non-selektif ) yang menghambat siklo-
oksigenase (COX) 1 dan 2, seperti ibuprofen,
diklofenak, mefenamat, diketahui mempunyai
efek samping gangguan gastrointestinal. Hal
ini terutama dimediasi oleh efek terhadap
COX 1. Untuk itu, dikembangkanlah OAINS
yang selektif menghambat COX 2 dengan
harapan tidak mengakibatkan gangguan
gastrointestinal. Tetapi dalam perjalanannya,
banyak penelitian telah membuktikan bahwa
OAINS non-selektif maupun selektif dapat
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler.
Hal ini telah terbukti sejalan dengan penarikan
rofekoksib dari peredaran, karena berkaitan Gambar 2. Rekomendasi AHA tentang penggunaan analgetik pada kasus nyeri muskuloskeletal pada pasien risiko tinggi
dengan peningkatan risiko kardiovaskuler. penyakit kardiovaskuler12

170 CDK-226/ vol. 42 no. 3, th. 2015


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

untuk menghindari efek gastrointestinal, pada gangguan ginjal. Opioid secara umum yang dianjurkan adalah antikonvulsan
dan aspirin bersama PPI untuk mengurangi dianggap lebih aman tetapi efek samping golongan gabapentin dan pregabalin, serta
risiko kardiovaskuler. OAINS harus dihindari harus tetap diperhatikan. Analgetik adjuvan antidepresan golongan SNRI.

DAFTAR PUSTAKA
1. Cavalieri TA. Management of pain in older adults. JAOA 2005;105(3):S12-S17.
2. Bruckenthal P. Assessment of pain in the elderly adult. Clin Geriatr Med. 2008;24:213-36.
3. Abdulla A, Adams N, Bone M, Gaffin J, Jones D, Elliott AM, et al..Guidance on the management of pain in older people. Age and Aging 2013:42;i1-i57.
4. Katz B. Pharmacological management of pain in older people. J Pharm Pract Res. 2007;37:63-6.
5. Strassels SA, McNicol E, Suleman R. Pharmacotherapy of pain in older adults. Clin Geriatr Med. 2008;24:275-98.
6. Gordon DB. Pain management in the elderly. J Perianesthesia Nurs. 1999;14(6):367-72.
7. The American Geriatrics Society. American geriatrics society updated beers criteria for potentially inappropriate medication use in older adults. J Am Geriatr Soc. 2012.
8. Argoff CE. Pharmacoterapeutics options in pain management. In: Chronic Pain Management in the Elderly. Supplement for Geriatrics, Advanstar Communication Inc USA; 2005
9. Ginsburg M, Silver S, Berman H. Prescribing opioids to older adults: A guide to choosing and switching among them. Geriatrics and Aging 2009;12(1):4-52.
10. British Heart Foundation. Non steroidal anti-inflammatory drugs and cardiovascular disease [Internet]. 2007. Available from: http://www/bhf.org.uk/factfiles.
11. Jeffrey S., Risk for CVD events with NSAIDs can be predicted [Internet]. 2013 May 30. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/804976#2
12. Antman EM, Bennet JS, Daugherty A, Furberg C, Roberts H, Taubert KA. Use of nonsteroidal antiinflammatory drugs: An update for clinicians: A scientific statement from the American
Heart Association. Circulation 2007;115:1634-42.

CDK-226/ vol. 42 no. 3, th. 2015 171

Anda mungkin juga menyukai