Anda di halaman 1dari 19

BAYI BERAT LAHIR

RENDAH (BBLR)

DISUSUN OLEH :
Maria Bethamia Rosari
( 030.04.147 )

Pembimbing:
Dr. Tri Yanti, Sp. A
KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK
PERIODE 12 September - 19 November 2011
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA 2011
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

PENDAHULUAN
Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir dengan berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram, dimana morbiditas dan mortalitas
neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat
kematangan (maturitas) bayi tersebut. (1,6)
Angka kejadian bayi berat lahir rendah di Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24%, angka kematian perinatal di rumah
sakit dan tahun yang sama adalah 70%, dan 73% dari seluruh kematian disebabkan
oleh bayi berat lahir rendah. Sedangkan frekuensi kejadian bayi yang lahir kurang
dari masa gestasi 37 minggu (menurut U.S. Collaborative Perinatal Study) adalah
10,2% untuk kulit putih dan 21,4% untuk kulit berwarna. Kira-kira 1/3-1/2 bayi berat
lahir rendah mempunyai masa gestasi 37 minggu atau lebih. Kejadian bayi dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram bervariasi antara 6-16%. (5)
Angka kejadian bayi berat lahir rendah di negara berkembang lebih tinggi
dibandingkan negara maju, dikarenakan keadaan sosial ekonomi yang rendah, dimana
para ibu yang hamil menderita kekurangan gizi, anemia, dan komplikasi kehamilan.
Selain itu dari segi sarana peralatan, tenaga ahli, dan dana yang tidak memadai untuk
antenatal care. (1)
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengingatkan bagaimana
penanganan yang baik dan benar apabila terdapat kasus yang sama.

KLASIFIKASI
Klasifikasi Berat Bayi Lahir Rendah (1)
Bayi dengan berat lahir rendah sering diklasifikasikan berdasarkan :
1. Berat badan lahir
a. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), dengan berat lahir <1000
gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), dengan berat lahir 1001-1500 gram.
c. Bayi berat lahir rendah (BBLR), dengan berat badan 1501-2499 gram .
2. Usia kehamilan
a. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan belum mencapai
38 minggu.
b. Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan 38-42
minggu.
c. Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan lebih dari
42 minggu.
3. Usia kehamilan dan berat badan lahir
a. Masa kehamilan kurang dari 38 minggu dengan berat yang sesuai dengan
berat badan untuk usia kehamilan (sesuai untuk masa kehamilan=SMK),
dimana masa kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid
yang teratur.
b. Bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya
(kecil untuk masa kehamilan=KMK)

Untuk mendapatkan keseragaman, maka pada kongres Ëuropean perinatal Medicine”


ke II di London (1970) telah diusulkan definisi sebagai berikut:
- bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu
- bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai
dengan 42 minggu
- bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan lebih dari 42 minggu.

Dari pengertian diatas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. prematuritas murni
masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan pada masa gestasi tersebut, atau biasa disebut dengan neonatus
kurang bulan-sesuai dengan masa kehamilan (NKB-SMK)
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya pada masa
gestasi. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya ( KMK)

Prematuritas murni
Etiologi
Penyebab kelahiran bayi berat lahir rendah dan gangguan pertumbuhan
intrauterine dapat disebabkan oleh faktor ibu, janin, dan plasenta. (1)
a. Faktor Ibu:
 Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi
 Kelainan bentuk uterus (contoh: uterus bikornis, inkompeten serviks)
 Tumor (contoh: mioma uteri, cystoma)
 Ibu yang menderita penyakit, seperti tifus abdominalis, malaria (akut), TBC,
penyakit jantung, glomerulonefritis kronis (kronis)
 Trauma pada masa kehamilan , fisik (jatuh/terbentur), psikologis (stress)
 Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
b. Faktor Janin :
 Kehamilan ganda
 Hidramnion
 Ketuban pecah dini
 Cacat bawaan
 Infeksi transplasenta (contoh: rubeolla, sifilis, toxoplasmosis)
 Insufisiensi plasenta
 Inkompatibilitas darah ibu dan janin (faktor rhessus, golongan darah ABO)
c. Faktor Plasenta :
 Plasenta previa
 Solusio plasenta
 Plasentitis Villus (ec. Bakteri, virus, parasit)
 Berat plasenta berkurang atau berongga
 Tumor (contoh: chorioangima, mola hidatidosa)

Tanda dan Gejala Bayi Berat Lahir Rendah : (1)


 Umur kehamilan kurang dari 38 minggu
 Berat badan lahir kurang dari 2500 gram
 Panjang badan lahir kurang dari 46 cm
 Kuku panjangnya belum melewati ujung jari
 Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas
 Lingkar kepala lahir kurang dari 33 cm
 Lingkar dada lahir kurang dari 30 cm
 Rambut lanugo masih banyak
 Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
 Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-
olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
 Tumit mengilap, telapak kaki halus
 Alat kelamin pada bayi pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis belum
turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora
belum tertutup oleh labia mayora
 Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
 Fungsi saraf yang belum matang, mengakibatkan reflek hisap, menelan dan batuk
masih lemah atau tidak efektif, dan tangisannya lemah
 Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang
 Verniks kaseosa sedikit atau tidak ada

Penilaian umur kehamilan sangat penting karena angka kematian dan kesakitan
menurun dengan meningkatnya umur kehamilan, selain itu terdapat hubungan antara
umur kehamilan dan tingkat maturitas fisiologis neonatus.
Menurut Dubowitz taksiran maturitas neonatus ditetapkan melalui penilaian 11 tanda
fisik luar dan 10 tanda neurologik, sedangkan Ballard menilai maturitas neonatus
berdasarkan 7 tanda kematangan dan 6 tanda kematangan neuromuskular.

Stadium Bayi Berat Lahir Rendah dengan tanda “wasting”atau insufisiensi


plasenta (Clifford):
Stadium I
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering seperti
perkamen, tetapi belum terdapat noda mekonium.
Stadium II
Terdapat tanda stadium I, ditambah warna kehijauan pada kulit plasenta dan
umbilikus, hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam amnion yang
kemudian akan mengendap ke dalam kulit, umbilikus dan plasenta sebagai akibat
anoksia intrauteri.
Stadium III
Terdapat tanda stadium II ditambah dengan kulit, kuku dan tali pusat yang berwarna
kuning, ditemukan juga anoksia intrauterin yang lama.

PENENTUAN STATUS BBLR DALAM KURVA PERTUMBUHAN


Untuk menentukan status BBLR digunakan kurva pertumbuhan janin
Lubchenko, 1966 Pediatrix, 2001. Kurva ini menggunakan patikan berat badan yang
seharusnya pada umur kehailan tertentu. Kriteria yang digunakan adalah BMK (Besar
Masa Kehamilan), SMK (Sesuai Masa Kehamilan), dan KMK (Kecil Masa
Kehamilan). Berat badan kurang dari presentil ke 10 memiliki makna KMK (Kecil
Masa Kehamilan) atau PJT (Pertumbuhan Janin Terhambat).9

DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam
jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.8
A. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan
mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
BBLR (3):
1. Umur ibu
2. Riwayat hari pertama haid terakir
3. Riwayat persalinan sebelumnya
4. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
5. Kenaikan berat badan selama hamil
6. Aktivitas
7. Penyakit yang diderita selama hamil
8. Obat-obatan yang diminum selama hamil
B. Pemeriksaan Fisik.
C. Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain3:
1. Berat badan > 2500 gram
2. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
3. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain 3:
1. Pemeriksaan Skor Ballard

2. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan


3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah(2)
a. Enterokolitis nekrotikans neonatal
Enterokolotis nekrotikan merupkan penyakit salurann cerna yang serius pada bayi
yang baru lahir dan ditandai dengan bercak nekrosis atau nekrosis difus pada mukosa
tau submukosa usus serta vaskularisasi usus. Insidensi terjadinya dihubungkan denga
umur kehamilan yang kurang, dan merupakan komplikasi yang penting yang terjadi
pada kelahiran premature. Terhitung 7,5 % kasus EKN sebagai penyebab kematian
neonatal.
Ileum bagian distal dan kolon proksimal sangat sering terlibat. Beberapa stress
perinatal , terutam asfiksia dan hipotermia dianggap sebagai factor predisposisi
terjadinya EKN. Permulaan penyakit biasanya pada 2 minggu pertama tetapi dapat
terlam bat sampai umur 2 bulan.
Dapat menimbulkan gejala seperti apneu, bradikardi, dan distensi abdominal.
Mekonium keluar secara normal dan sebagai tanda pertama ialah distensi perut
dengan retensi lambung. Timbulnya penyakit ini nsering tidak jelas, dan dapat terjadi
sepsis sebelum dicurigai terjadi lesi pada usus. Sekali terkena kondisi anak biasanya
buruk, dengan cepat menjadi lemah dan asidosis serta dapat berkembang kearah syok
dan DIC.

b. Hipotermia
Perbedaan suhu di dalam kandungan dan lingkungan akan memberi pengaruh
pada kehilangan panas tubuh bayi, selain itu hipotermia dapat terjadi karena
kemampuan untuk untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah
produksi panas sangat terbatas, karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup
matang, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu
tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat badan
sehingga mudah kehilangan panas.
Tanda klinis hipotermia:
 Suhu tubuh dibawah normal
 Kulit dingin
 Akral dingin
 Sianosis
c. Sindrom Gawat Nafas
Sampai saat ini penyakit membrane hyaline dianggap terjadi karena defisiensi
pembentukan surfaktan pada paru bayi yang belum matang. Surfaktan adalah zat yang
penting dalam pangembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang terdiri dari
protein, karbohidrat dan lemak. Senyawa utama zat tersebut adalah lesitin dan mulai
terbentuk pada kehamilan 22 – 24 minggu dan berjumlah lengkap dan mulai berfungsi
normal pada minggu ke-35 kehamilan.
Defisiensi Surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk
mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi
sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan negatif intratoraks yang
lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat.
Pada aspirasi mekonium terjadi hipoksia intrauterin akan mengakibatkan janin
mengalami gasping dalam uterus, selain itu mekonium akan dilepaskan dan
bercampur dengan cairan amnion, cairan amnion yang mengandung mekonium
tersebut akan masuk ke dalam paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan
menderita gangguan pernafasan karena melekatnya mekonium dalam saluran
pernafasan.
Tanda klinis sindrom gawat nafas :
 Pernafasan cepat
 Sianosis perioral
 Merintih sewaktu ekspirasi
 Retraksi substernal dan interkostal

d. Hipoglikemia.
Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa
hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Kecepatan glukosa yang
diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan
plasenta dan janin yang menyebabkan terhentinya pemberian glukosa.
Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72
jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dL. Hal ini
disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemia terjadi bila
kadar gula darah  20 mg/dL.
Tanda klinis hipoglikemia :
 Gemetar  Kelumpuhan atau letargi
 Sianosis  Kesulitan minum
 Apatis  Terdapat gerakan putar mata
 Kejang  Keringat dingin
 Apnea Intermiten  Hipotermia
 Tangisan lemah atau melengking  Gagal jantung dan henti jantung
Hipoglikemia pada neonatus terjadi bila gula darah < 47 mg/dl, Pada hipoglikemia
berat didapatkan hasil gula darah < 25 mg/dl, dan hipoglikemia ringan/sedang jika
kadar gula darah >25 - <47 mg/dl.

e. Perdarahan Intrakranial
Pembuluh darah pada bayi prematur masih sangat rapuh dan mudah pecah,
sehingga perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir, diseminated
intravascular coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidimal
yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap
perdarahan selama minggu pertama kehidupan.
Tanda klinis perdarahan intrakranial :
 Kegagalan umum untuk bergerak  Muntah yang kuat
normal  Tonus otot menurun
 Refleks moro menurun atau tidak ada  Tangisan bernada tinggi dan tajam
 Letargi  Kejang
 Pucat dan sianosis  Fontanela mayor tegang dan
 Apnea cembung
 Kegagalan menetek dengan baik
f. Hiperbilirubinemia
Terjadi karena belum maturnya fungsi hepar, dimana terjadi kekurangan enzim
glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk
belum sempurna, dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin
dari jaringan ke hepar berkurang. Kadar bilirubin normal pada bayi prematur 10
mg/dL. Jika terjadi hiperbilirubinemia pada bayi prematur, bila tidak segera diatasi
dapat menjadi kern ikterus yang akan menimbulkan gejala yang permanen.
Tanda klinis hiperbilirubinemia :
 Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstremitas berwarna
kuning
 Letargi
 Kemampuan mengisap menurun
 Kejang

Ikterus yang kemungkinan menjadi patologi atau dapat dianggap sebagai


hiperbilirubinemia adalah :
- Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.
- Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.
- Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus kurang bulan dan
12,5 mg% pada neonatus cukup bulan.
- Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim
G6PD dan sepsis).
- Ikterus yang disertai berat lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang dari
36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi
hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.

g. Lebih rentan terhadap infeksi :


Bayi prematur mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluller
masih kurang, sehingga bayi mudah menderita infeksi. Selain itu pada kulit dan
selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti pada bayi cukup bulan.
Sensitivitas yang kurang akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit,
terutama pada daerah yang sering tertekan dalam waktu yang lama.
Defisit in uteri mengakibatkan gawat janin, dan dalam arti luas gawat janin dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Gawat Janin Akut, defisit mengakibatkan gawat perinatal tetapi tidak
mengakibatkan retardasi pertumbuhan dan pelisutan (wasting).
2. Gawat Janin Subakut, bila defisit tersebut menunjukkan tanda pelisutan (wasting)
tetapi tidak mengakibatkan retardasi pertumbuhan.
3. Gawat Janin Kronik, bila bayi jelas menunjukkan retardasi pertumbuhan.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah (1,3)
Bayi berat bayi lahir rendah biasanya tampak haus dan harus diberikan
makanan dini (early feeding), hal ini sangat penting untuk menghindari terjadinya
hipoglikemia, kadar gula darah harus diperiksa setiap 8-12 jam.
Frekuensi pernafasan terutama dalam 24 jam pertama harus selalu diawasi untuk
mengetahui adanya sindrom aspirasi mekonium atau sindrom gangguan pernafasan
idiopatik, sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi pernafasan lahir dan bila frekuensi
lebih dari 60 x/menit dibuat foto thoraks.
Pencegahan terhadap infeksi sangat penting, karena bayi sangat rentan
terhadap infeksi, yaitu karena pemindahan IgG dari ibu ke janin terganggu.
Temperatur harus diperbaiki, jangan sampai kedinginan karena mudah terjadi
hipotermik, hal ini disebabkan oleh karena luas permukaan tubuh bayi relatif lebih
besar dan jaringan lemak subkutan kurang.
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan, perkembangan, dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar
uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan
bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin
dan zat besi.

a. Pengaturan Suhu
Untuk mencegah hipotermi, diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk
bayi, bila dirawat dalam inkubator, maka suhunya unuk bayi dengan berat badan
kurang dari 2000 gram adalah 35 C dan untuk bayi dengan berat badan 2000-2500
gram adalah 34 C, agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 C.
Kelembaban inkubator berkisar antara 50-60%. Saat ini telah digunakan inkubator
yang dilengkapi dengan alat temperatur sensor, yang ditempelkan pada kulit bayi.
Kelembaban yang tinggi diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan,
suhu inkubator dapat diturunkan 1 C per minggu untuk bayi dengan berat badan
2000 gram dan secara berangsur-angsur ia dapat diletakkan di dalam tempat tidur bayi
dengan suhu lingkungan 27 C - 29 C.
Bila inkubator tidak ada, pemanasan dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol hangat di sekitarnya atau dengan memasang lampu pijar atau
petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh
bayi sekitar 36,5C-37,5C adalah dengan memakai alat perspexheat shield yang
diselimuti pada bayi di dalam inkubator, alat ini berguna untuk mengurangi
kehilangan panas karena radiasi.

b. Nutrisi Enteral
Pada bayi prematur reflek isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang,
disamping itu kebutuhan protein 3-5 g/hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari) agar
berat badan bertambah baik.
Pemberian nutrisi enteral dimulai pada bayi dengan berat lebih dari 1500
gram, dan masa gestasi lebih dari 32 minggu serta tidak terdapat distres dimulai saat
berumur 2-4 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada
bayi lebih kecil, walaupun tidak distress, jangan diberikan nutrisi enteral selama 12-
24 jam pertama, lebih baik diberikan infus larutan glukosa 5-10 % sejak lahir dan
diobservasi, bila keadaan bayi stabil maka pemberian nutrisi enteral dapat dimulai.
Syarat lain untuk memulai nutrisi enteral adalah keluarnya mekonium, yang
menunjukkan adanya kontinuitas dan motilitas traktus gastrointestinal.
Masalah yang sering menghambat pemberian nutrisi enteral adalah sindrom
distress pernafasan, sindrom aspirasi, pneumonia, apnea karena prematuritas dan
gagal jantung akibat duktus arteriosus paten
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan pengisapan cairan
lambung, hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esofagus dan mencegah
muntah. Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu
pada ibunya, bayi dengan berat kurang dari 1500 gram kurang mampu mengisap air
susu ibu atau susu botol, terutama pada hari-hari pertama, dalam hal ini bayi diberi
minum melalui sonde lambung (orogastric-intubation).
Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada anaknya, bila daya isap cukup baik,
maka pemberian air susu ibu diteruskan. Adakalanya daya isap bayi kecil ini lebih
baik dengan dot dibandingkan dengan puting susu ibu, pada keadaan ini air susu ibu
dipompa dan diberikan melalui botol, cara pemberian melalui susu botol adalah
dengan frekuansi pemberian yang lebih sering dalam jumlah susu yang sedikit.
Frekuensi pemberian minum makin berkurang dengan bertambahnya berat bayi,
jumlah cairan yang diberikan pertama kali adalah 1-5 ml/jam dan jumlahnya dapat
ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Penambahan susu tersebut tergantung
dari jumlah susu yang tertinggal pada pemberian minum sebelumnya, untuk
mencegah regurgitas (muntah) atau distensi abdomen. Banyaknya cairan yang
diberikan adalah 60 ml/kg/hari, dan setiap hari dinaikkan sampai 200 ml/kg/hari pada
akhir minggu kedua.
Bila air susu ibu tidak ada, susunya dapat diganti dengan susu buatan yang
mengandung lemak yang mudah dicerna bayi (middle chain triglycerides) dan
mengandung 20 kalori per 30 ml air atu sekurang-kurangnya bayi mendapat 110
kal/kg berat badan perhari.
Kadang-kadang diperlukan pemberian makanan melalui kateter (polietilen)
yang dapat tinggal di lambung selama 4-5 hari tanpa iritasi, kateter no. 8 untuk bayi
kurang dari 1500 gram dan no.10 untuk bayi diatas 1500 gram. Kateter yang telah
dimasukkan ke dalam lambung dihubungkan dengan botol infus yang berisi susu yang
digantungkan setinggi 1 meter dari atas bayi, susu diberikan dengan tetes yang teratur
sebanyak 60 ml/kg berat badan sehari, dan tiap hari dinaikkan sampai 200 ml/kg berat
badan pada akhir minggu kedua. Bila daya isap dan menelan mulai baik, kateter
secara berangsur-angsur dapat diganti dengan pipet, sendok atau botol dengan dot.

c. Kebutuhan Cairan
Kehilangan air insensible secara tidak langsung terkait dengan umur
kehamilan, keadaan lingkungan, dan status penyakit, bayi preterm yang amat imatur
(<1000 gram) memerlukan sebanyak 2-3 mL/kg/jam. Bayi yang premature akan
kehilangan cairan insisible sebesar 0,6 – 0,7 ml/kgBB/jam, bila dirawat dalam
incubator. Jumlah cairan yang dianjurkan pada neonatus yang memerlukan susu botol
atau cairan intravena adalah 60-70 mL/kgBB pada hari pertama dan dinaikkan
sampai 100-120 mL/kgBB pada hari ke-2 dan ke-3, dan pada hari ke 4-5 mencapai
150 ml/kgBB, selanjutnya dapat mencapai 160 - 180ml/kgBB/hari.
Bayi lebih prematur dan kecil dimulai dengan 70-100 mL/kgBB pada hari pertama
dan dilanjutkan sampai 150 mL/kgBB atau lebih pada hari ke-3 dan ke-4.
Penimbangan badan setiap hari, pengeluaran urin, pemeriksaan fisik harus dipantau
secara cermat untuk mendeteksi adanya kelainan status hidrasi.

d. Nutrisi Parenteral Total


Bila pemberian makanan oral untuk masa waktu yang lama tidak
memungkinkan, makanan intravena total dapat memberikan cairan yang cukup,
kalori, asam amino, elektrolit dan vitamin untuk mempertahankan pertumbuhan pada
bayi BBLR.
Tujuan dari pemberian nutrisi parenteral adalah memasukkan kalori nonprotein yang
cukup, sehingga memungkinkan bayi menggunakan sebagian terbesar proteinnya
untuk pertumbuhan. Infus harus mengandung asam amino sintetik 2,5-3 g/dL dan
glukosa hipertonik pada kisaran antara 10-25 g/dL sebagai tambahan disamping
kuantitas elektrolit, mineral, dan vitamin yang cukup.
Infus awal harian harus memasukkan 10-15 g/kgBB/24 jam glukosa dan menambah
sedikit demi sedikit sampai 25-30 g/kgBB/24 jam, bila hanya glukosa saja yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan penuh nonprotein 100-120 kkal/kgBB/24 jam.
Jika yang digunakan vena perifer, dianjurkan untuk mempertahankan kadar glukosa
dibawah 12,5 g/dL. Emulsi lemak intravena seperti 20% intralipid (2,2 kkal/mL)
dapat digunakan untuk memberikan kalori tanpa beban osmotik yang nyata, sehingga
dapat mengurangi akan kebutuhan infus dengan kadar glukosa yang lebih tinggi,
melalui vena sentral atau perifer, dan biasanya mencegah perkembangan defisiensi
asam lemak essensial. Intralipid dapat dimulai pada 0,5 g/kgBB/24 jam dan
selanjutnya diberikan sampai 3 g/kgBB/24 jam.
Komplikasi makanan intravena terkait dengan kateter, sepsis adalah masalah
yang paling penting pada infus vena sentral dan dapat diminimalkan dengan
perawatan keteter yang cermat dan prefarat infus aseptic.
Komplikasi metabolic meliputi hiperglikemia yang berasal dari kadar glukosa infus
yang tinggi, yang dapat menyebabkan diuresis osmotic dan dehidrasi,
azotemia, hipoglikemia, hiperlipidemia, hipoksemia.
e. Infeksi
Bayi prematur mudah sekali diserang infeksi, hal ini disebabkan oleh karena
daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup membentuk
antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Oleh
karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal,
yaitu dengan memperbaiki keadaan lingkungan, kebersihan makanan, mencegah
terjadinya infeksi silang para dokter, perawat, bidan dan petugas lain.

PEMBERIAN NUTRISI PADA BBLR


Bayi dengan BBLR sering mengalami masalah pada nutrisi karena fungsi
saluran pencernaan yang belum sempurna, seperti reflex hisap yang kurang, motilitas
usus lambat sehingga bayi mudah kembung, volume gaster yang kecil sehingga bayi
mudah muntah, dan defisiensi enzim. Penyakit lain seperti asfiksia, infeksi, dan sesak
nafas juga sering menyertai. Hal ini membuat masukan oral menjadi sulit dan
tertunda.
Pemberian nutrisi pada bayi BBLR yang sehat sebaiknya dilakukan sesegera
mungkin dengan cara IMD (Inisiasi Menyusu Dini). Sedangkan pada bayi BBLR
yang sakit, sebagian besar dapat mengatasi penyakitnya sendiri dengan cepat,
sehingga hanya memerlukan cairan, elektrolit, dan glukosa. Pemberian kolostrum
sebagai minum pertama sangat dianjurkan.
Keperluan Cairan dan Elektrolit BBLR Berat 1500-2500 g
Jumlah cairan Sodium Potassium Kalsium
(cc/kg/hari) (mEq/kg/hari) (mEq/kg/hari) elemental
(mg/kg/hari)
Hari ke 1 60 D10 W 0 0 45
Hari ke 2 90-110 D10W 2-3 1-2 45
Hari ke 3-14 120-150 2-4 2-4 45
D10W

Cara menilai kecukupan cairan dan elektrolit:


1. Secara klinis: edematous atau dehidrasi
2. Berat badan
3. Jumlah urin (2-3 ml/kg/hari), warna urin, berat jenis (1.005-1.010)
4. Elektrolit Na 135-145 mEq/l, K: 3.5-5 mEq/l
5. Bila mendapat fototerapi, jumlah cairan + 20%
Pemberian nutrisi parenteral dipertimbangkan bila sampai hari ketiga bayi
masih memerlukan puasa. Garis besar program nutrisi parenteral adalah:
1. Keperluan cairan dan elektrolit. Keperluan cairan setelah hari ketiga: 120-150
cc/kg.
2. Keperluan kalori dan glukosa. Kalori: 90-100 kkal/kg.
3. Keperluan protein dan lemak.
4. Tambahan vitamin/ mineral/ trace element.
Bayi dapat mulai diberikan minum bila keadaannya sudah stabil, yaitu:
1. Kontrol suhu baik
2. Sesak nafas/ retraksi berkurang
3. Keperluan O2 berkurang
4. Frekuensi denyut jantung baik, ekstremitas hangat
5. Bising usus cukup
6. Menunjukkan tanda-tanda lapar

Masalah ASI pada BBLR Kurang Bulan


Masalah yang sering muncul dikarenakan reflex hisap dan menelan yang
belum kuat, sehingga rangsangan pada puting lemah. Hal ini berakibat pada
pengosongan payudara yang terhambat, produksi ASI menjadi menurun dan lama-
kelamaan menjadi habis.
Masalah ini dapat diatasi dengan pemberian Penguat ASI (HMF: Human Milk
Fortifier). HMF berisi protein, elektrolit, dan mineral. HMF dapat ditambahkan pada
ASI peras pada bayi < 1500 g setelah bisa minum > 100 ml/kg. HMF diberikan
sampai dengan berat 1800-2000 g. Bila tidak terdapat HMR atau ASI peras ibu
kurang, dapat diberikan susu formula yang dimulai dengan pengenceran setengah.
Komposisi Berbagai Susu
Susu ASI ASI ASI Formula Formula
Sapi Matur Prematur Prematur BBLR Biasa
+ Fortifier
Energy / 67 70 67 74 80 66
100 ml
Karbohidrat 4.6 7 6 - 8.5 6.9
Lemak 3.9 4.2 4 4 4.4 3.6
Protein 3.4 1.3 1.8-2.4 3.7 2.2 1.5
Natrium 22 7 22 31 13-20 8
Kalium 39 15 18 - 18 17
Calcium 30 9 6 27 18-27 12-20
Phosphor 30 5 5 38 11-17 12-18

MEMULANGKAN BAYI
Sebelum pulang bayi harus sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan
botol maupun dengan puting susu ibunya, selain itu kenaikan berat badan berkisar
antara 10-30 g/hari dan suhu tubuh tetap normal di ruang biasa.bayi harus tidak
menderita apneu atau bradikardi, dan tidak memerlukan oksigen atau obat yang
diberikan melalui pembuluh darah Biasanya bayi prematur dipulangkan dengan berat
badan lebih dari 2000 gram dan semua masalah berat sudah diatasi.
Selanjutnya bayi harus dipantau secara teratur untuk melihat pertumbuhan dan
perkembangannya, serta menemukan kelainan yang mungkin baru timbul.

PERAWATAN DI RUMAH
Ibu bayi diajarkan cara merawat bayi baru lahir seperti cara memandikan,
merawat tali pusat, memberi ASI/PASI, mengganti popok, dan tidak lupa untuk
memberi tahukan agar tetap kontrol ke balai kesehatan terdekat.

PROGNOSIS (1,3,7)
Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi
(makin muda masa gestasi, makin rendah berat bayi makin tinggi angka kematian),
asfiksia, sindrom gangguan pernafasan, perdarahan intraventrikuler, infeksi gangguan
metabolik (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia). Asfiksia sendiri merupakan
komplikasi yang paling serius dari bayi berat lahir rendah, bila tidak segera diatasi
maka prognosis neonatus menjadi buruk.
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan
perawatan pada saat kehamilan, persalinan, post natal (pengaturan suhu lingkungan,
resusitasi, makanan).
DAFTAR PUSTAKA

1. Current : Pediatric Diagnosis and Treatment: Neonatal Intensive Care, page 22-30.
Edition 15 Th 2001 Mc Graw Hill Companies.
2. Avery Gordon B : Neonatologi, Pathology and Management Of The New Born,
Page 182-200. Second Edition.JB Lippincott Company Philadelphia1981.
3. Rudolf’s Fundamental Of Pediatric, Page 161-164 Mc Graw Hill Companies
2002.
4. eMedicine-Neonatal Resuscitation 2001 : Articel by Robin L
Bissinger,MSN,RNC,NNP
5. Lara Mother Health Care Center : Asphyxia Neonatorum
6. Behrman, Kliegman : Nelson Essential Of Pediatric-Delivery Room Care, Page
160-166, 204-206. W.B Saunders Company 1990.
7. CorbertAnthony,M.D : Disorders Of The Respiratory Tract In Children, Page 268-
273. W.B Saunders Company1983
8. Wood David and Malan Atties : Notes On The Newborn Infant Fifth Edition.1996.
9. Markum A.H. Prematuritas dan Retardasi Pertumbuhan Intrauterine. Dalam:
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jilid I, cet.3, Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1996; 221-36
10. Surasmi A., Handayani S., Nurkusuma H. Perawatan Bayi Berat Badan Lahir
Rendah. Dalam: Perawatan Bayi Resiko Tinggi, cet. 1. Jakarta: EGC, 2003; 30-56
11. Nelson. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak,
Ed. 15, Vol. 1, Jakarta: EGC, 1996; 562-72
12. Budjang R.F. Bayi Dengan Berat Lahir Rendah. Dalam: Ilmu Kebidanan, Ed. 3,
cet. 5, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 1999; 771-84
13. Ananth C.V., Kramer M.S., Demissie K. Small-for-Gestasional Age Birth
Among Balck and White Women: Temporal Trends in the United States. In:
Research and Practice, Vol. 93. No. 4, American Public Health Association, April
2003; Journal on 13 January 2005http://www.ajph.org/cgi/content/full/93/4/577
14. I.D.A.I. Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah, artikel tanggal 13 Januari 2005.
Dalam: http://www.idai.or.id/web/topik/detil.asp?IDTopics=71

Anda mungkin juga menyukai