Anda di halaman 1dari 2

Culicoides

Upik Kesumawati Hadi


Laboratorium Entomologi,Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Jalan Agatis Kampus Darmaga IPB Bogor 16880 Indonesia

Nama lain: Agas atau Mrutu (biting midges)


Agas termasuk Famili Ceratopogonidae, dengan 4
genus di antaranya menyerang hewan berdarah panas lainnya
dan manusia. Keempat genus tersebut adalah Culicoides,
Forcipomyia (subgenus Lasiohelea), Austroconops dan
Leptoconops, meskipun demikian Culicoides adalah yang paling
mendapat perhatian utama.
Di Indonesia tercatat sebanyak 100 spesies Culicoides
tersebar di 19 daerah propinsi di Indonesia. Spesies yang
umum dijumpai antara lain adalah Culicoides fulvus, C.
peregrinus, C. orientalis, C. oxystoma, C. sumatrae, C.
guttifer, C. huffi, C. palpifer, dan C. parahumeralis (Hadi et
al., 2000).
Culicoides dewasa berukuran sangat kecil (1.5-5.0
mm), toraks sedikit bongkok dan menonjol ke atas kepala. Sayapnya sempit dengan
sedikit venasi tanpa sisik-sisik sayap (scales), bening dan berambut halus, pada beberapa
spesies berbintik-bintik (bertotol-totol). Ketika istirahat sayap terlipat di atas abdomen.
Antenanya panjang terdiri atas 14 segmen sedangkan palpi terdiri atas 5 segmen. Bagian
dorsal toraks terdapat liang humerus (humeral pits).
Telurnya berukuran 350-450 um, berbentuk lonjong diletakkan satu persatu.
Larvanya berbentuk seperti cacing berwarna putih, mempunyai kepala, dan toraks yang
terdiri dari tiga ruas, serta abdomen dengan 9 ruas. Pupanya berukuran 2-4 mm,
berbentuk khas, lonjong dengan sepasang corong pernafasan di daerah toraks.
Culicoides betina mengigit dan menyerang hewan pada waktu senja hari dan
malam hari yang tenang, tanpa angin. Pada siang hari lalat berkerumun di dekat kolam
dan rawa-rawa, serta tanah yang lembab dan becek-becek merupakan tempat berkembang
biak yang disukainya. Di daerah sekitar peternakan ayam, sapi atau ternak lainnya banyak
dijumpai Culicoides, karena menyediakan habitat yang sesuai seperti tumpukan kotoran
yang berair dan becek.
Culicoides mengalami metamorfosis sempurna, yaitu dari telur, larva, pupa dan
dewasa. Habitat telur dan larva bersifat akuatik atau semiakuatik. Telur diletakkan pada
tanaman atau bahan tumbuh-tumbuhan dalam air dangkal misalnya tepi kolam dan lubang-
lubang pohon, bahan-bahan yang telah membusuk seperti batang pepaya, pangkal batang
pisang, dan bahkan pada lubang tempat kotoran sapi atau ternak lainnya.
Dalam waktu kira-kira tiga hari kemudian telur tersebut akan menetas menjadi
larva yang bentuknya halus, panjang dan aktif berputar berbelit masuk ke dalam dasar
lumpur atau tempat becek. Dengan cara ini larva melakukan proses makan bahan-bahan
organik yang terdapat di dalam habitatnya dengan menggunakan mandibulanya yang
bergerigi. Periode larva ini berlangsung selama 1-12 bulan, setelah itu berubah menjadi
pupa. Lalat dewasa keluar dari pupa dalam waktu 3 sampai 5 hari.
Culicoides ini mempunyai perilaku yang sama dengan nyamuk, hanya lalat betina
yang mengisap darah (0.139-0,410 mikroliter), sedang yang jantan menghisap cairan
tumbuh-tumbuhan. Lalat ini aktif mendatangi peternakan dan menghisap darah mulai sore
hari hingga malam hari. Di malam hari jenis-jenis Culicoides yang menghisap darah ternak
ayam atau unggas terdiri atas banyak spesies seperti Culicoides fulvus, C. peregrinus, C.
orientalis, C. oxystoma, C. sumatrae, C. guttifer, C. huffi, C. palpifer, dan C.
parahumeralis
Peranan Culicoides dalam dunia kesehatan yang utama adalah sebagai pengganggu
dan penghisap darah. Gigitannya cukup membuat iritasi dan menggelisahkan ternak. Selain
itu, Culicoides juga dikenal sebagai vektor penular Leucocytozoonosis pada ternak unggas.
Leucocytozoonosis sering dikelirukan dengan sebutan malaria unggas yang banyak dikenal
oleh pernak unggas di Jawa Tengan, Jawa Timur dan juga Jawa Barat. Padahal malaria
yang sesungguhnya disebabkan oleh Plasmodium gallinaceum yang vektornya adalah
nyamuk. Leucocytozoonosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Leucocytozoon
caulleryi dan L. sabrazesi, parasit darah yang banyak menyerang ayam ras dan ayam
kampung.

Daftar Pustaka

Freeman, P. 1973b. Ceratopogonidae (biting midges, sand flies, punkies). (Dalam) K.G.V.
Smith (ed.). Insects and other arthropods of medical importance. British Museum
of Natural History, London: 181-187.
Hadi, U.K., S. Soviana, & S.H. Sigit. 2000. Telaah taksonomi dan penyebaran geografik
Culicoides (Diptera: Ceratopogonidae) di Indonesia. Laporan Akhir Penelitian Dasar
Perguruan Tinggi, Institut Pertanian Bogor : viii + 71 hlm.
Kettle, D. S. 1984. Medical and veterinary entomology. Cromm Helm Ltd., London,
Sydney: 658 hlm.

Soulsby, E. J. L. 1982. Helminths, arthropods and protozoa of domesticated animal. 7th


Ed. The English Language Book Society, Bailliere Tindall, London: xi + 809 hlm.

Anda mungkin juga menyukai