Anda di halaman 1dari 11

1

PERAN ARTHROPODA YANG PENTING DIKETAHUI UNTUK BIDANG VETERINER


A. Arthropoda sebagai agen penyakit langsung/ parasit sejati
Contoh;
- entomofobia
- gangguan dan menyebabkan kehilangan darah (Caplak keras dan lunak, kutu dan pinjal)
- menyebabkan kerusakan pada organ indera (Lalat Oestrus ovis)
- mengeluarkan racun/ bisa (Kalajengking, kelompok lebah dan tarantula
- dermatosis (Tungau/ Scabies, caplak, kutu dan pinjal)
- myiasis dan kaitannya dengan infeksi (belatung/ larva lalat Musca, Fannia, Calliphora, Gasterophilus
Hypoderma, Dermatobia, Oestrus.
- alergi
B. Arthropoda sebagai
- vektor, Contoh Anopheles, terhadap dirofilariasis
- carrier mekanik, lalat rumah
- obligat
- inang antara, kecoa bagi cacing cestoda
C. Arthropoda sebagai musuh alami bagi serangga yang merugikan
Contoh; sebagai
- kompetitor
- parasit/parasitoid dan predator

ARTHROPODA SEBAGAI AGEN PENULAR PENYAKIT

ARTHROPODA

Protozoa

Helminth

PROTOZOA

E. histolytica
Plasmodium
Babesia
Anaplasma
Theileria
Trypanosoma
Leishmania
Leucocytozoon
fly

Virus

HELMINTH

Kecoa
Anopheles

Cestoda
Trematoda
Tabanus, Simulium,
Nematoda Ceratopogonide

Caplak
Tabanus
Phlebotomus
Black

VIRUS

Avipoxvirus
Bunyavirus
Vesiculovirus
Chikungunya
Tick-borne

Bakteri

Argas
Nyamuk
Nyamuk dan Phlebotomus
Nyamuk

BAKTERI

Salmonella
Lalat
B. anthracis Lalat Tabanus
Borrelia,
Spirocheta
Caplak

BAGAIMANA ARTHROPODA TERINFEKSI ?


1. TRANSMISI VERTICAL (DISEBUT JUGA TIPE HERIDITAS)
PENULARAN INFEKSI SECARA LANGSUNG DARI INDUK DAN DITURUNKAN KEPADA
KETURUNANNYA
UMUMNYA AGEN INFEKSI BERADA DALAM OOSIT INDUK ------- TRANSMISI TRANSOVARIAL
2. TRANSMISI HORIZONTAL
ARTHROPODA MENDAPAT AGEN PATOGEN MELALUI MAKANAN DARI INDUK SEMANG YANG
TELAH TERINFEKSI
BAGAIMANA PERKEMBANGAN AGEN PATOGEN DALAM TUBUH ARTHROPODA ?
1. TRANSMISI MEKANIK
VEKTOR BERPERAN SEBAGAI KARIER MENULARKAN PATOGEN MELALUI KONTAK DENGAN
MULUT, KAKI ATAU MELALUKAN PATOGEN TANPA DIIKUTI PERUBAHAN BENTUK AGEN
2. TRANSMISI BIOLOGIK
a. CYCLOPROPAGATIVE TRANSMISSION
AGEN PENYAKIT MENGALAMI PERUBAHAN SIKLUS DAN
MULTIFIKASI DALAM TUBUH ATHROPODA
CONTOH: PROTOZOA GASTROINTESTINAL DAN PROTOZOA SISTEM PEREDARAN
DARAH---------b. CYCLODEVELOMENTAL TRANSMISSION
BILA ORGANISME PENYEBAB MENGALAMI PERUBAHAN SIKLUS, TETAPI TIDAK
MENGALAMI MULTIFIKASI.
CONTOH Dirofilaria immitis, Dipetalonema------c. PROPAGATIVE TRANSMISSION
BILA ORGANISEM PENYEBAB TIDAK MENGALAMI PERUBAHAN SIKLUS, TETAPI
MENGALAMI MULTIFIKASI
CONTOH Bakteri dan Virus---------

METODE PENGENDALIAN

Proteksi individual

Manipulasi Lingkungan

Zona barir, Karantina

Biological Control

A. Proteksi individual
1. Barir fisik antara inang dan arthropoda
2. Barir kimiawi berfungsi sebagai bahan penolak
3. Toksikan diaplikasi langsung pada inang- Bahan yang digunakan adalah Insektisida/ acarisida
*Aplikasi spesial
- Sistemik
- Fumigasi
- Regulator pertumbuhan/perkembangan
Formula insektisida
a. Ultralow Volume (ULV)
b. Emulsifiable Concentrates (EC)
c. Dust (d)
d. Bait (b)
Teknik aplikasi di lapangan
- Spraying
- Trapping

- Dipping
- Dusting

e. Solutions (s)
f. Wettable Powders (wp)
g. Granules (g)
h. Formulasi spesial
- Briket/ kapsul
- Mineral blok

B. Manipulasi lingkungan
Contoh--------C. Zona barir dan karantina
Contoh--------D. Biological control (Pengendalian biologik)
Contoh---------

DIPTERA

NEMATOCERA

BRACHYCERA

CYCLORRHAPHA

TABANIDAE

CERATOPOGONIDAE

SIMULIIDAE

PSYCHODIDAE CULICIDAE

MUSCIDAE

CALLIPHORIDAE

HIPPOBOSCIDAE

OESTRIDAE

A. Family Ceratopoginidae

Cullicoides
Inang: Semua hewan dan manusia
Spesies: > 800 spesies
Morfologi: Panjang 1,5-5 mm, thorax berpunuk, kepala kecil, sayap burik, abdomen coklat hitam. Antena jelas, kaki
relatif pendek, bagian mulut kecil dan tergantung secara vertikal. Probosis pendek berfungsi sebagai penggigit dengan
labrum yang tajam, 2 maxilla dan mandibula, 1 hipopharynx labium gempal yang tidat turut masuk ke dalam kulit pada
saat menggigit. Pada jantan antena panjang berbulu (tipe plumosa). Pada betina antene pendek (tipe pilosa). Rambut halus
menutupi permukaan sayap.
Siklus hidup. Telur berwarna coklat atau hitam, silindris atau bentuk pisang dan panjang 0,5 mm, diletakkan di tanah yang
lembab atau pada tumbuhan humus yang agak basah. Penetasan terjadi dalam 2-9 hari tergantung spesies dan temperatur.
Selama siklus terdapat 4 tahap perkembangan larva yang dicirikan dengan bentuk kepala kecil dan gelap, ada segmentasi
tubuh dan insang anal. Larva berenang dalam air dan makanhumus. Perkembangan larva secara sempurna berlangsung 1425 hari, tetapi dapat tertunda sampai > 7 bulan. Panjang pupa 2-4 mmsering ditemukan pada permukaan air. Memiliki
sepasang alat respirasi seperti trompet pada daerah sepalotoraks dan sepasang tanduk terminal agar pupa mudah bergerak.
Lalat dewasa keluar dari pupa dalam 3-10 hari dan mengisap darah.
Peran parasit dan vektor patogen:
Sebagai lalat pengganggu dan segabai vektor penular penyakit lidah biru (bluetongue), nematoda filaria , Dipetalonema
spp dan Onchocerca reticulata, O. gibsoni.
Kontrol. Spraying dan repelent screen mengandung insektisida.
B. Family Simuliidae: Simulium spp ( Blacklies/ Buffalo gnats)
Inang: Semua hewan dan manusia
Distribusi: Seluh dunia kecuali Selandia baru dan Hawaii
Morfologi: Sesuai nama lalat ini berwarna hitam dan berpunuk pada thorax. Panjang 1,5-5 mm, badan kokoh dan sayap
agak transparan dengan venasi sangat jelas serta berbentuk mata gunting pada saat istirahat. Jantan dengan mata tipe
holoptic dan betina dichoptic.
Siklus hidup: Tergolong Holomtabola. Panjang telur 0,1-0,4 mm bertangkai dalam jumlah ratusan dan diletakkan pada
tumbuhan atau batu di air yang mengalir. Penetasan dalam beberapa hari. Larva melalui 8 tahap perkembangan. Larva

instar akhir dengan panjang 5-13 mm, berwarna terang dan kurang bersegmen. Tubuh pada bagian posterior dalam air dan
daerah kepala mempunyai kaki-kaki pengait. Larva dewasa berkembang dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Pupa berbentuk sandal dan mempunyai insang yang dijulurkan berwarna kecoklatan. Periode pupa 2-6 hari dan lalat
dewasa keluar dari pupa.
Peran parasit dan vektor patogen:
Simulium dewasa umumnya menyerang ternak seperti sapi, kuda dan unggas. Sapi yang terserang dicirikan dengan
sindrom akut dan petechi hemoragi pada kulit, oedema pada larynx dan dinding abdomen. Produktivitas menurun. Pada
kuda dan unggas sering menyerang pada daerah telinga dan menyebabkan anemia. Vektor penyakit meliputi virus yang
menyebabkan Equine encephalitis dan vesicular stomatitis. Pada unggas menularkan Leucocytozooni. Dan pada sapi
menularkan Onchocerca gutturosa.
Kontrol: Insektisida golongan organochlorine atau organophosphate yang dialirkan ke dalam air yang mengalir untuk
membunuh larva. Pada breeding farm dilakukan dengan dusting ataupun secara topikal pada tubuh ternak.
Family Psychodidae (Sandflies)
Phlebotomus
Inang : Semua mammalia, reptil, burung dan manusia.
Distribusi: Daerah tropis, subtropis terutama savana dan hutan.
Morfologi: Tergolong lalat kecil tetapi ada sampai berukuran 5 mm. Dicirikan dengan bulu-bulu yang banyak di seluruh
tubuh, mata hitam dan besar, kaki jangkung/ panjang. Sayap tipe lanceolate dan tergolong lalt pengisap dan penggigit.
Siklus hidup. Telur ovoid dan dikeluarkan seratusan dengan panjang 0,3-0,4 berwarna coklat atau hitam. Telur dikeluarkan
pada celah atau lubang tanah, lantai kandang atau lembaram daun. Telur menetas dalam 1-2 minggu, mirip ulat dan dapat
berenang. Terdapat 3-4 tahap perkembangan larva. Larva instra akhir dengan panjang 4-6 mm ditandai dengan warna
kepala yang hitam dan tubuh bersegmen ditumbuhi bulu-bulu dan berwarna abu-abu. Lalat dewasa keluar dari pupa
setelah 1-2 minggu. Menyelesaikan seluruh siklus 30-100 hri.
Peran sebagai vektor penyakit.menularkan Leishmania spp pada saat mengiasap darah inangnya.
Kontrol: Spraying dengan insektisida pada daerah kandang
Family tabanidae : Horseflies (Tabanus, Chrysops dan Haematopota terdapat > 3000 spesies
Inang: Umumnya hewan besar, satwa liar dan manusia kadang-kadang hewan kecil dan unggas juga terserang.
Penyebaran: Seluruh dunia, Haematopota spp tidak terdap di Australia dan Amerika Utara.
Morfologi
Merupakan lalat berukuran sedang sampai besar. Ukuran biasanya > 2,5 cm dan panjang sayap . 6,5 cm. Umumnya
berwarna gelap dengan variasi garis-garis pada abdomen dan thorax serta daerah mata. Tipe mata pada jantan holocoptic
dan betina dichoptic serta berwarna. Perbedaan warna pada sayap memudahkan identikasi pada ketiga genus. Pada
Tabanus sayap kecoklatan, Chrysops pita-pita berwarna gelap selang-seling. Pada Haematopota burik/ berbintik-bintik.
Pada antena bersegmen tiga, pendek dan kokoh serta tidak mempunyai arista. Mulut pendek, kuat dan mengarah ke
bawah. Labium kokoh dan pendek serta melekuk ke dorsal. Mempunyai sepasang labella berbentuk tabung dan berguna
untuk mengisap darah atau cairan luka. Mulut berfungsi sebagai pembuat luka yang terdiri dari 6 elemen; yaitu labrum
atas yang tajam, hipopharynx dengan saluran saliva, sepasang maksilla dan mandibula. Pada jantan tidak mempunyai
mandibula sehingga tida*k memakan darah.
Siklus hidup. Setelah mengisap darah lalat betina bertelur dan dikeluarkan dalam himpunan/ gerombolan telur (ratusan)
berwarna krim putih atau abu-abu berbentuk cerutu.dengan panjang < 2,5 mmdiletakan pada vegetasi. Atau tanah lembab.
Telur menetas dalam 1-2 minggu. Panjang larva < 6 cm , kepala hitam dan mempunyai anggota gerak semu serta
mempunyai Organ Grabers yang berfungsi sebagai sensori. Sumber makanan berupa kotoran organik atau sisa-sisa
pemangsaan serangga lain. Perkembangan optimal larva berlangsung 3 bulan. Pada masa hibernasi mampu > 3 tahun.
Pupa ditemukan pada lubang tanah. Lalat dewasa keluar dari pupa 1-3 minggu kemudian. Penyelesaian seluruh siklus
normal mencapai 4-5 bulan. Populasi meningkat pada musim hujan.
Peran parasit dan vektor patogen:

Lalat betina menggigit dan memakan darah inang dan menimbulkan luka serta nyeri pada daerah gigitan. Lalat makan
selama 3-4 hari . Berperan sebagai vektor penyakit anthrax, pasteurellosis, trypanosomiais, anaplasmosis, filariasis pada
manusia.
Kontrol: Penyemprotan dengan insektisida pada kandang atau screen.
FAMILY; MUSCIDAE
Musca domestica dan M. autumnalis (lalat wajah)
Distribusi. Seluruh dunia.
Morfologi ;
Lalat dewasa dengan panjang 5,5-7,5 mm berwarna terang sampai abu-abu. Terdapat 4 garis-garis gelap pada daerah
thorax dan abu-abu pada abdomen. Mulut lengkap berbentuk spon dan dijulurkan pada saat makan. Identifikasi venasi
sayap berguna untuk membedakan dengan lalat Fania, Muscina, Morellia. Morfologi organ yang penting lainnya adalah
bulu-bulu yang terdapat pada ujung cakar. Berguna untuk melekat pada permukaan yang licin. Berperan sebagai gen
penular penyakit baktrial patogen pada saat makan pada daerah luka / borok ataupun tinja .
Siklus hidup
Lalat betina mengeluarkan telur dalam bentuk himpunan/ gerombolan yang mengandung ratusan telur, berwarna putih
sampai krim, panjang 1 mm dan berbentuk seperti pisang. Telur menetas > 12-24 jam. Larva berwarna putih, bersegmen,
silindris. Pada bagian anterior terdapat pengait. Perkembangan larva tiga tahap sebelum pupasi dengan panjang akhir 11,5 cm. Selama 3-7 hari. Panjang pupa 6 mm dan lalat dewasa keluar dari pupa setelh < 26 hari.
Peran parasit dan vektor patogen:
Penyebar penyakit mastitis, konjungtivitis, anthrax. Telur cacing Habronema dapat terbawa oleh lalat pasaa saat makan
tinja kuda. Atau Raillietina pada tinja ayam. Lalat muka M. autumnalis mengambil makanan berupa sekreta dari cairan
hidung, mata dan mulut sapi., sehingga menyebabkan penyakit Pink eye.
Kontrol: Perbaikan sanitasi kandang. Pemakainan insektisida yang dikemas dalam bentuk pembalut. Pemasangan pada
daerah telinga dan ekor
Stomoxys calcitrans (lalat penggigit)
Inang: semua hewan
Penyebaran : Seluruh dunia.
Morfologi ; Mirip dengan lalat rumah M. domestica. Perbedaan terletak pada probosis, pada Stomoxys probosis menyolok
dan terjulur .
Siklus hidup. Lalat jantan dan betina makan darah . betina mengeluarkan telur dalam bentuk himpunan (25-30 butir telur)
diletakkan pada tumbuhan busuk dan alat-alat yang terkontaminasi dengan urine. Telur menetas 1-4 hari (siklus hampir
sama dengan lalat rumah). Setelah lalat dewasa keluar dari pupa, lalat betina membutuhkan darah sebelum bertelur
kembali. Total siklus hidup adalah 12-60 hari.
Peran sebagai Vektor: Penetrasi kulit dengan probosis akan rasa nyri dan luka. Pada saat menggigit lalat menularkan
penyakit yaitu Trypanosoma dan Habronema.
Kontrol; Spraying dengan insektisida dan perbaikan sanitasi.
Haematobia
H. irritans Horn fly dan h. exigua Buffalo fly
Inang: sapi dan kerbau
Morfologi: Dewasa panjang > 4 mm termasuk lalat pengisap, berwarna abu-abu dengan garis-garis gelap pada thorax.
Probosis terjulur dan palpi kokoh dan panjang.
Siklus hidup
Telur 1-1,5 mm dan diletakkan pada tinja segar. Setelah menetas larva berkembang sempurna dalam waktu 4 hari.
Periode pupa 6-8 hari.
Peran sebagai parasit dan vektor patogen

Lalat ini dapat ditemukan dalam jumlah ribuan pada daerah punggung, sisi dan ventral abdomen. Cenderung berkelompok
dan membuat kubangan darah pada dareah luka sebelum mengisap darah. Menyebabkan iritasi atau luka pada kulit.
Vektor penularan penyakit stephanofilariasis. Pada sapi
Glossina
Inang: mamalia, reptil dan burung
Morfologi: Panjang 5-15mm, berwarna kuning sampai coklat gelap, probosis kasar dan terjulur. Pada saat istirahat sayap
menutupi abdomen seperti gunting tertutup. Tidak mempunyai maksila dan mandibula, probosis digunakan untuk
menggigit atau mengisap, labium berbentuk letter U .
Siklus Hidup : Jantan dan betina pengisap darah. Betina tergolong vivipara. Dan hanya menghasilkan 1 larva sekali. Total
larva 8-12. Pematangan tetap di dalam uterus dan panjangnya 8-10mm. Larva III disimpan di dalam uterus selama 10 hari.
Pada stadium ini larva berwarna putih, bersegmen. Larva yang dikeluarkan ditanah akan berkembang dan menjadi pupa
yang bentuknya seperti tong.
Peranan vektor ; Penyebab Trypanosomiasis pada inang.

MALLOPHAGA DAN ANOPLURA


Walaupun Mallophaga dan Anoplura biasanya ditempatkan pada ordo terpisah. Tetapi pada prinsipnya
mempunyai kemiripan struktur dan siklus hidup yang sama. Mallophaga dan Anoplura adalah kelompok insekta yang
tidak bersayap dengan bentuk tubuh yang pipih, antena pendek dengan tiga sampai lima segmen dan mata mereduksi atau
tidak ada. Toraks bersegmen yang tidak jelas dan mengandung sepasang spirakulum. Kaki pendek mempunyai tarsus yang
cakarnya digunakan untuk berpegangan pada bulu atau rambut. Abdomen selalu tanpa sersi dan umumnya mengandung
enam pasang spirakulum. Umumnya kutu tinggal selama hidup pada tubuh inang. Infestasi antara inang terjadi memlalui
kontak langsung. Infestasi biasanya terjadi pada golongan aves/ unggas dan mamalia.
Perbedaan antara Mallophaga dan Anoplura adalah pada bagian kepala. Mallophaga mempunyai kepala lebar,
paling sedikit sama lebar dengan toraks. Anoplura mempunyai kepala yang lebih sempit daripada toraks. Struktur mulut
yang demikian disesuaikan dengan aktifitas makan kedua ordo kutu tersebut. Oleh karena itu Anoplura digolongkan ke
dalam jenis kutu pengisap dan Mallophaga sebagai kutu penggigit. Anoplura disesuaikan untuk mengisap darah atau
cairan jaringan dan Mallophaga alat mulut disesuaikan untuk mengunyah struktur epitel kulit inangnya. Gambaran lain
yang memudahkan perbedaan adalah mandibula Mallophaga yang mengalami sklerotisasi dan berpigmen.
Siklus hidup Mallophaga dan Anoplura tergolong sederhana dengan metamorfosis bertingkat. Stadium nimfa
pertama berkembang di dalam telur, secara struktural mirip dengan stadium dewasa dan perbedaan hanya pada ukuran
tubuh yang lebih kecil, tidak berwarna serta organ kelamin belum berkembang. Setelah mengalami empat kali ekdisis
nimfa berkembang menjadi dewasa.
MALLOPHAGA
Umumnya Mallophaga adalah kutu penggigit pada jenis aves dan mamalia. Ukuran panjang tubuh kutu ini
bervariasi dari 1 mm sampai 10 mm. Alat-alat mulut yang disesuaikan untuk mengunyah bulu dan epitel kulit, dapat
menimbulkan peradangan dan lesi-lesi pada kulit. Jenis unggas yang terserang menjadi kurang istirahat sehingga dapat
menurunkan berat badan dan juga produksi telur. Pada ternak dapat mengakibatkan mutu wool dan produksi susu
menurun. Aktifitas garukan menyebabkan luka dan lesi-lesi. Gejala yang lain adalah bulu kusam dan kasar akibat iritasi.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan telur, nimfa atau kutu dewasa pada bulu dan kulit.
Kutu Penggigit pada Unggas dan Mamalia
Beberapa jenis kutu penggigit yang sering menyerang unggas adalah Menopon gallinae, Menacanthus
stramineus, Holomenopon leucoxanthum dan Trinoton anserinum dari subordo Amblycera. Liperus heterographus,
Lipeurus caponis, Goniodes gigas, Goniocotes gallinae, Columbicola columbae dan Anaticola crassicornis dari subordo
Ischnocera. Kutu penggigit pada mamalia adalah jenis Gyropus ovalis, Gliricola porcelli, Trimenopon hispidum dan
Heterodoxus sp dari subordo Amblycera. Damalinia sp, Bovicola sp, Trichodectes canis dan Felicola subrostratus dari
subordo Ischnocera.
ANOPLURA
Spesies dari ordo ini tergolong kutu pengisap dan biasanya ukuran tubuh lebih besar dibandingkan kutu penggigit.
Kutu ini tidak bersayap dan hidup sebagai ektoparasit pada mamalia. Mulut disesuaikan untuk mengisap darah dan cairan
jaringan inangnya. Sepasang antena terletak pada sisi kepala dan bersegmen. Mata kecil atau tidak ada dan pasangan kaki
ketiga umumnya lebar dan pipih. Setiap tarsus hanya mempunyai satu cakar. Toraks kecil, bersegmen dan bersatu.
Sepasang spirakulum toraks membuka di sisi dorsal mesotoraks. Abdomen relatif besar yang terdiri atas 7-9 segmen.

Siklus hidup mirip seperti pada kutu penggigit. Telur biasanya ditemukan pada rambut atau bulu inang dan
menetas nimfa dalam waktu 1-3 minggu (rata-rata 12 hari). Setelah mengalami tiga kali ekdisis nimfa berkembang
menjadi dewasa dan mencapai matang seksual dalam waktu 1-3 hari.
Kutu pengisap termasuk golongan insekta yang mempunyai inang spesifik. Ada tiga famili yang sangat penting
dan berkaitan dengan bidang veteriner dan manusia yaitu; Haematopinidae, Linognathidae dan Pediculidae. Kutu
pengisap famili Haematopinidae dicirikan dengan kepala yang memanjang dibelakang antena, toraks lebar dan ditandai
adanya keping parategral serta baris spina pada tiap segmen abdomen. Kutu pengisap famili ini meliputi H. tuberculatus
(pada kerbau), H. suis (pada babi) dan H. quadripertusus yang menyerang genus Haematopinus asini yang menyerang
kuda, H. bufali dan sapi.
Famili Linognathidae dicirikan dengan abdomen tergolong membranosa dan ditumbuhi oleh bulu-bulu pada tiap
segmen. Hampir seluruh spesies dari famili ini adalah ektoparasit pada hewan ungulata. Genus dari famili ini adalah
Linognathus sp, Solenopetes sp dan Microthoracius sp. Famili pediculidae ditandai dengan mata yang berkembang baik
dan berpigmen dan abdomen mempunyai keping paratergal. Kutu pengisap dari famili ini umumnya manusia dan primata
seperti Pediculus humanus dan Phthirus pubis.
Gejala klinis yang ditimbulkannya pada inang adalah iritasi karena garukan akibat rasa gatal dan reaksi alergi,
hewan tidak dapat istirahat dan aktifitas makan terganggu. Pada saat mengisap darah atau cairan tubuh air liur dinjeksikan
ke dalam luka untuk mencegah koagulasi darah inang. Reaksi inang terhadap air liur kutu mengakibatkan gejala iritasi
pada inang. Reaksi peradangan kulit disertai dengan penebalan epidermis dan peningkatan jumlah limfosit, monosit, sel
mast dan fibrolas jaringan. Lesi-lesi pada kulit dapat menyebabkan infeksi sekunder. Diagnosa dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinis dan menemukan telur, nimfa dan kutu dewasa pada bulu dan kulit inang.
Pengendalian
Pengendalian Mallophaga dan Anoplura ektoparasit pada unggas dapat dilakukan dengan insektisida dengan
teknik penyemprotan dan dust. Golongan insektisida yang digunakan adalah carbaryl 5%, coumaphos 0,06%,
Hexachlorcyclohexane 0,1%. Pada ternak sapi biasa digunakan powder atau penyemprotan dengan konsentrasi
organophosphate 3%, coumaphos 0,06% yang diulang 7-10 hari. Pyrethroid sentetik seperti Cypermethrin dapat
digunakan dalam aplikasi dipping dan penyemprotan dengan konsentrasi 150 ppm. Pengendalian kutu pada domba dengan
teknik dipping golongan coumaphos 0.125%.
MYIASIS
Myiasis adalah infestasi larva lalat (Diptera) ke dalam jaringan atau organ tubuh manusia atau hewan. Larva ini
hidup dari jaringan mati dan/ atau jaringan hidup, cairan tubuh atau makanan di dalam saluran pencernaan inangnya
paling kurang dalam suatu periode waktu tertentu. Myiasis adalah penyakit yang biasanya dianggap sebagai kontaminasi
larva lalat ke dalam luka. Invasi dari larva ini dapat menimbulkan gangguan dari stadium ringan sampai berat bahkan
menyebabkan kematian pada inangnya.
Berbagai istilah telah digunakan untuk menunjukkan lokasi penyerangan pada inang dari larva ini atau lebih
dikenal dengan indikasi secara klinis. Indikasi klinis memudahkan untuk melakukan identifikasi spesies larva lalat yang
berguna dalam menegakkan diagnosis. Berdasarkan lokasi penyerangan/predileksi pada tubuh inang maka myiasis
digolongkan ke dalam :
Gastric, intestinal atau enteric (sistem pencernaan) myiasis
Rectal; urinary, urogenital (sistem urogenital) myiasis
Auricular (telinga) myiasis
Ophthalmic (mata) myiasis
Dermal, subdermal dan cutaneus (kulit) myiasis
Nasopharyngeal (hidung dan faring) myiasis
Traumatica myiasis
Furuncular myiasis
Creeping myiasis

Klasifikasi myiasis secara klinis, cara infestasi dan larva diptera penyebab dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi myiasis secara klinik.
Jenis Myiasis
Myiasis kutaneus
Myiasis pengisap darah
(sanguinivorous myiasis)
Furuncular myiasis
Creeping myiasis
Traumatica myiasis
Accidental myiasis
Accidental enteric myiasis
Accidental rectal myiasis
Urogenital myiasis

Infestasi alami

Genus-genus lalat

Larva menyerang kulit dan mengisap darah atau


menggigit
Larva menembus kulit dan membuat
pembengkakan akibat radang
Larva membuat terowongan pada epidermis tetapi
tidak mengalami perkembangan sempurna
Larva berkembang dalam luka atau lesis-lesi

Calliphora dan Tabanus

Infestasi diakibatkan karena tertelan larva atau


telur bersama makanan
Infestasi melalui anal

Musca domestica, Fania


scalaris
Fania scalaris, Fania
canucularis
Calliphora, Sarcophaga, Musca,
Fannidae

Lalat dewasa tertarik untuk menginfeksi jaringan


inang

Body capity myiasis


Nasopharyngeal, aurucular, paruparu dan opthalmomyiasis
Urinary myiasis

Telur atau larva diletakkan pada telinga, mata,


hidung, sinus-sinus dan rongga pharyngeal
Larva masuk melalui orifisium inang

Gasterophilus Enteric Myiasis

Larva masuk melalui mulut dan hidung

Dermatobiahominis dan
Wohlfahrtia magnifica
Hypoderma bovis dan
Gasterophilus haemorrhoidalis
Calliphora, Sarcophaga, Musca,
Fannidae

Musca, Oestrus, Phoridae


Musca domestica, Fania
scalaris
Gasterophilus intestinal (horse
bot fly)

Menurut sifat larva lalat sebagai parasit, myiasis dibagi menjadi :


1. Myiasis spesifik (obligat). Pada myiasis ini larva lalat hanya dapat hidup pada jaringan tubuh manusia atau
hewan. Telur diletakkan pada kulit yang utuh, luka, jaringan sakit atau bulu inang. Contoh: larva Callitroga
macellaria.
2. Myiasis fakultatif. Pada myiasis ini larva lalat selain dapat hidup pada daging busuk dan sayuran busuk, juga
dapat hidup pada jaringan tubuh manusia dan hewan. Contoh : Wohlfahrtia magnifica.
3. Myiasis accidental. Pada myiasis ini telur tidak diletakkan pada jaringan tubuh inang, tetapi pada makanan atau
minuman, yang secara kebetulan tertelan lalu di saluran pencernaan tumbuh menjadi larva. Contoh : Musca
domestica, Fania canicularis.
Diagnosis
Diagnosis dibuat dengan menemukan larva lalat yang dikeluarkan dari jaringan tubuh, lubang tubuh atau tinja.
Dilanjutkan dengan diagnosis spesies yaitu dengan cara melakukan identifikasi spirakel posterior larva.
Pencegahan dan pengobatan
Pengendalian myiasis dengan 3 pertimbangan
1. Kontrol atau eradikasi populasi lalat. Melalui pengembangan program vaksinasi (Jika memungkinkan).
2. Mencegah terjadinya infestasi pada inang. Dengan mempelajari biologi dan perilaku lalat agen myiasis, intake
makanan yang cukup, kebersihan dan penutupan pada luka serta sanitasi kandang.
3. Jika infestasi telah telah akibat kurangnya pengontrolan dan pencegahan. Perlakuan didasarkan pada
pengangkatan larva dan pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri dan virus.
Larva pada kasus furuncular myiasis dapat dirangsang untuk meninggalkan luka dengan menambahkan petroleum
jelly, lemak atau air sehingga larva sukar bernapas. Larva yang tampak dikeluarkan dengan forcep. Untuk mencegah
rasa nyeri pada saat pengangkatan dapat dinjeksi dengan Lidocain terutama pada kasus myiasis yang disebabkan oleh
larva Dermatobia. Larva dalam luka atau pada bagian tubuh yang terbuka dapat diangkat dengan tampon yang
dibasahi dengan chloroform atau ether.
Contoh Kasus: Gasterophilus Enteric Myiasis
Disebabkan oleh tempayak (larva) lalat yang disebut Gasterophilus sp Banyak terdapat pada kuda, keledai, bagal,
zebra dan hewan lainnya. Lalat ini masuk famili Oestridae diantaranya adalah G. haemorrhoidalis, G. intestinalis dan G.
nasalis Panjang larva 1-2 cm, tebal 1cm, badan cembung, cincin sekeliling badan, berduri dan berkait. Infestasi larva
ditemukan di dalam hidung, lambung, duodenum dan rektum kuda dan hewan lainnya. Lalat betina dewasa mampu
menghasilkan telur sebanyak 1000 butir, telur-telur ini berwarna kuning terang dan biasanya menyerang pada daerah
rambut/bulu kuda di sekitar kaki depan, permukaan lutut bagian dalam, perut, flank, bahu dan bagian tubuh lainnya.

10

Bentuk telur seperti tong dengan ukuran 1,5 mm. Dari telur ke luar larva, dan karena gatal hewan menjilat-jilat atau larva
aktif bergerak. Melalui mulut larva tertelan dan masuk ke lambung dan melakukan molting menjadi larva instar dua dan
tiga. Sampai menunggu musim panas larva tetap berada di dalam lambung selama 10 bulan dan mengaitkan diri dengan
alat kait yang kuat pada mukosa, sehingga menyebabkan perforasi dan peritonitis.
Gejala klinis
Hewan yang diserang terutama ialah hewan (kuda) yang digembalakan di lapangan atau kuda tarik. Gejala timbul
jika larva banyak di lambung, terutama pada hewan muda. Gejala klinis yang dapat diamati adalah radang lambung,
napsu makan kurang, kurus, anemi, kadang-kadang kolik, diare atau obstipasi. Bila terjadi perforasi maka menyebabkan
peritonitis. Keberadaan telur dan larva pada bagian permukaan tubuh menyebabkan rasa gatal. Hewan sering menggerakgerakkan ekor dan kakinya.
Diagnosa : Dilakukan dengan pengamatan secara klinis dan ditemukannya larva bersama tinja, mukosa anus atau isi perut
(jika muntah).
Pengendalian dan pengobatan
Larva, belatung atau tempayak yang diangkat dari liang-liang kulit dibinasakan. Rambut yang mengandung telur
dicukur dan dibakar. Pengobatan dengan senyawa karbontetraklor ( CCl4), tetraklor ethyl (C2H2Cl4). Pengobatan
dilakukan setelah dipuasakan untuk merangsang mukosa, pemberian dikombinasikan dengan minyak atau dalam kapsul.
Dosis pada anak kuda ; 10-15 gram, kuda dewasa ; 30-100 gr (CCl4), 10-14 gr (C2H2Cl4). Pengobatan diulang setelah
8 hari. Larva keluar setelah 2-4 hari.

PINJAL
Pinjal adalah insekta dari ordo Siphonaptera dan tergolong ektoparasit pengisap darah terutama pada stadium
dewasa. Diklasifikasikan ke dalam;
Phylum : Arthropoda
Class
: Insecta
Ordo
: Siphonaptera
Superfamili
: Pulicoidea
Famili
: Pullicidae
Famili
: Tungidae
Genus
: Ctenocephalides
Genus
: Tunga
Cediopsylla
Spesies : T. penetrans
Xenopsylla
Pulex
Echinophaga
Spesies : C. canis, C. felis, P. irritans, E. gallinacea
dan X. cheopis
Ektoparasit ini termasuk insekta tidak bersayap dan mengalami metamorfosis sempurna (holometabola). Bentuk
tubuh pipih kedua sisi lateral dengan sejumlah bulu (bristle) dan tampak jelas, warna bervariasi dari kuning kecoklatan
sampai gelap. Pinjal dewasa adalah ektoparasit obligat pengisap darah hewan vertebrata dan 94% telah diketahui
ektoparasit pada mamalia dan sisanya pada unggas. Larva memanjang, mata tidak berkembang baik dan kaki ditutupi oleh
seta-seta yang panjang. Secara larva adalah non parasitik dan sebagai sumber makanan berasal dari material organik
dalam sarang inangnya, termasuk bekuan-bekuan darah yang dihasilkan oleh pinjal dewasa sedang makan. Pupasi berada
dalam kokon yang berbentuk seperti sendok setelah melalui proses larva instar ketiga.
Inang dan lokasi penyerangan
Inang yang diserang adalah manusia, babi, anjing, kucing, tikus dan hewan peliharaan lainnya. Pinjal dewasa
makan dan mengisap darah pada permukaan tubuh/ kulit inangnya. Stadium larva tergolong non parasitik.
Morfologi
Seperti halnya golongan insekta lain tubuh pinjal terdiri atas kepala, toraks dan abdomen. Panjang tubuh 1,5-4
mm dan bagian kepala digunakan untuk membedakan antara genus-genus dan spesies pinjal. Tubuh dibungkus oleh
lapisan chitin yang tebal dan berwarna gelap. Bagian tengah tubuh membentuk kurva. Mata majemuk atau tidak ada,
tetapi pada beberapa spesies memiliki mata sederhana yang berukuran besar atau kecil. Abdomen mempunyai sepuluh
segmen dan pada segmen ke-sembilan baik pada jantan atau betina dilengkapi oleh keping dorsal yang disebut sensillum
atau pygidium dan dibungkus oleh seta-seta sensori. Tergum dari ke-sembilan abdominal pada jantan mengalami modikasi
membentuk clasper atau alat penjepit yang dipergunakan pada saat kopulasi. Penis atau aedeagus terbungkus chitin dan
berbentuk kumparan.
Kaki panjang, kuat , mempunyai cakar dan ruas pertama setiap kakinya (koksa) besar sehingga diadaptasikan
untuk meloncat. Ciri khas tersebut memungkinkan pinjal meloncat dari satu inang ke inang yang lain. Pada beberapa
spesies seperti pinjal anjing dan kucing Ctenocephalides canis dan C. felis banyak ditutupi oleh spina-spina besar

11

terutama daerah kepala dan toraks yang dikenal dengan ctenidia (sisir). Pada daerha pipi ditumbuhi oleh sisi gena dan
pada tepi posterior segmen toraks pertama ditumbuhi oleh sisir pronotal.
Antena pada pinjal jantan hampir selalu lebih panjang dibanding pada yang betina. Selama kopulasi jantan berada
di bawah betina dan memegang erat dengan antena nya dari bawah. Spina yang mengelilingi mulut berguna untuk
mencegah bulu atau rambut inang mengganggu aktifitas makan pinjal. Tubuh bagian ujung posterior jantan seperti tombak
dan mengarah ke atas, pada betina berakhir bulat. Spermateka merupakan struktur alat kelamin paling penting pada pinjal
betina, terdiri atas kepala yang lebar atau reservoir dan bagian terminal berbentuk sosis panjang berekor atau appendiks.
Siklus hidup
Siklus hidup pinjal termasuk metamorfosis sempurna dimulai dari telur, larva, pupa dan dewasa. Pinjal betina
mampu sekali bertelur sebanyak 20 butir dan kira-kira 400-500 butir selama hidupnya. Bentuk telur ovoid, besar, licin,
jernih dan berukuran 0,5 mm. Biasanya telur diletakkan pada debu, kotoran atau pada tubuh inangnya. Telur menetas
dalam 7-10 hari pada kondisi suhu optimal 25oC. Pada suhu 35oC-37oC perkembangan telur lebih lambat. Kelembaban
relatif 65%-95% sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan kelangsungan hidup larva. Telur dan larva mudah ditemukan
pada lantai kandang, karpet, sarang atau tempat inang tidur/ istirahat.
Larva bentuknya memanjang, tanpa kaki dan ditutupi oleh bulu bristle yang jarang. Bahan makanan bagi larva
berupa bekuan darah, kotoran dan tinja dari pinjal dewasa. Larva mengalami molting dua kali sampai mencapai instar
ketiga yang diselesaikan dalam masa 9-15 hari. Larva instar ketiga membentuk kokon selama pupasi dan menjadi dewasa
dalam masa 7 hari atau 300 hari bila suhu lingkungan terlalu ekstrim. Umumnya masa siklus hidup dari telur sampai
berkembang menjadi dewasa berlangsung selama 63-77 hari.
Patogenesis dan gejala klinis
Infeksi yang paling substansial akibat infestasi pinjal pada inang terutama menurunnya kondisi tubuh berupa
kelemahan dan kekurusan. Inang kurang istirahat, bulu kusam dan terlihat lesi-lesi akibat garukan dan bekas gigitan
pinjal. Reaksi terhadap gigitan pinjal ditentukan oleh stadium sensitivitas hewan terutama disebabkan oleh saliva pinjal.
Hapten dalam saliva pinjal merupakan immunogenik melalui fiksasi dengan kolagen kulit. Hal ini akan menggertak
serangkaian reaksi dari stadium reaksi tidak teramati sampai reaksi tipe intermediate yang ditandai dengan meningkatnya
immunoglobulin E dan eosinofil pada titik reaksi.
Reaksi sensitivitas akibat gigitan pinjal bergantung jenis hewan yang diserang. Pada anjing dan kucing tidak
menunjukkan hipersensitivitas terhadap reaksi saliva yang dikeluarkan oleh pinjal, kecuali pruritus ringan. Walaupun pada
hewan lain dapat menyebabkan pruritus berat badan akut, terutama daerah lumbo-sacral, abdomen, sisi dalam kaki
belakang dan leher. Gambaran lain adalah lesi-lesi, papula-papula, ulserasi, dermatitis, eksim basah yang dapat
menyebabkan infeksi sekunder. Acanthosis, hiperpigmentasi, hiperkeratinisasi adalah gejala yang mudah ditemukan.
Selain efek langsung akibat gigitan pinjal, juga berperan sebagar agen penular penyakit. Contoh klasik adalah
penyakit pes bubo (Yersinia pestis) salah satu penyakit bakterial pada manusia yang dibawa oleh Xynopsylla chopis.
Endemic atau tifus murine exanthematosa (Rickettsia mooseri) pada manusia juga disebarkan oleh pinjal tikus rumah.
Rickettsia mooseri mengalami perbanyakan di dalam saluran pencernaan dan diekskresi melalui tinja pinjal dan menulari
hewan. Penyakit lain yang diketahui berkaitan dengan pinjal meliputi tularemia, salmonellosis, myxomatosis. Stadium
sisteserkoid beberapa cacing pita (Dipylidium caninum dan Hymenolepis diminuta) dan filaria dari cacing Dipetalonema
reconditum pada anjing dan kucing juga dibawa oleh pinjal Ctenocephalides canis, C. felis dan Pulex irritans.
Diagnosis
Penegakan diagnosis berdasarkan gejala klinis dan dengan menemukan telur, larva dan pinjal dewasa pada tubuh
hewan yang terserang. Identifikasi spesies dengan menggunakan kunci determinasi spesies terutama membedakan bagian
struktur kepala pinjal.
Pengendalian pengobatan
Pengendalian meliputi perlakuan pada hewan yang terserang untuk membunuh pinjal, eliminasi stadium
perkembangannya pada lingkungan hidup hewan dan mencegah reinfestasi yang bersumber dari lingkungan. Pengobatan
umumnya menggunakan insektisida dalam bentuk aplikasi powder, penyemprotan atau shampoo pada hewan yang
dilakukan dalam interval waktu seminggu. Insektisida yang digunakan adalah dari golongan organophosphate, Chlorinate
hidrocarbon dan pyrethroid sintetik seperti permethrin.

Anda mungkin juga menyukai