Disusun Oleh:
1. Dina Hafshah Ramadhaniah
2. Intan Putri Utami
3. Muhamad Aditya Hidayah
4. Siti Rohida Nur Haeni
5. Surya Isra Sri Susanto
BAB I
KAJIAN TEORI
1
2
(resistensi ekstrakrosomal) atau resisten karena terjadinya pemindahan gen yang resisten atau
factor R atau plasmid R atau plasmid (resisten silang) atau dapat dikatakan bahwa suatu
mikroorganisme dapat resisten terhadap obat-obat antimikroba, karena mekanisme genetic
atau no-genetik (Djide, 2008).
Penyebab terjadiya resisten terhadap mikroorganisme adalah penggunaan antibiotic
yang tidak tepat, mislanya penggunaan dengan dosis yang tidak memadai, pemakaian yang
tidak teratur atau tidak kontinyu, demikian juga waktu pengobatan yang tidak cukup lama,
sehingga untuk mencegah atau memperlambat terjadinya resisten tersebut , maka cara
pemakaian antibiotic perlu diperhatikan ( Djide , 2008).
Ada beberapa cara untuk menentukan kekuatan preparat antibiotic. Penentuan ini
biasanya dilakukan dalam “Laboratorium pengontrol” dibawah pengawasan instansi
pemerintah, misalnya di Amerika dilakukan oleh FDA. Cara-cara penentuan ini biasanya
dimuat dalam farmakope dari tiap egara pada pemeriksaan ini semua bahan-bahan yang
digunakan, medium pembiakan, organisme uji, alat-alat harus menurut ketentuan yang telah
dibakukan. Penentuan kekuatan ini dapat dilakukan dengan tujuan sebagai berikut (Irianto,
2006) :
1. Menghitung daerah penghambatan dalam lempeng agar dapat menghambat
pertumbuhan ( Minimal Inhibitory Concentration, MIC)
2. Penentuan kesensitifan (Sensivity test) dari suatu antibiotic terhadap organism yang
belum diketahui. Penentuan ini bisanya dilakukan di laboratorium rumah sakit, dan
penting untuk melakukan terapi.
Amoxcillin adalah salah satu senyawa antibiotik golongan beta-laktam dan memiliki
nama kimia alfa-amino-hidroksilbenzil-penisilin. Obat ini awalnya dikembangkan memiliki
keuntungan lebih dibandingkan ampisilin yaitu dapat diabsorpsi lebih baik di traktus
gastrointestinal. Obat ini tersedia dalam bentuk amoksisilin trihidrat untuk administrasi oral
dan amoxcillin sodium untuk penggunaan parenteral. Amoxcillin telah menggantikan
ampisilin sebagai antibiotik yang sering digunakan di berbagai tempat (Grayson, 2010).
Secara kimiawi, amoxcillin adalah asam (2S,5R,6R)-6-[[(2R)-2-Amino-2-(4-hidroksifenil)
asetil] amino]- 3,3 - dimetil- 7- okso - 4- tia - 1 - aza - bisiklo [3.2.0]heptan-2- karboksilat
(Kaur et al., 2011). Amoxcillin merupakan salah satu antibiotik golongan penisilin yang
banyak beredar di pasaran dan banyak digunakan karena harga antibiotik golongan ini relatif
murah (Harianto dan Transitawuri, 2006). Amoxcillin berspektrum luas dan sering diberikan
pada pasien untuk pengobatan beberapa penyakit seperti pneumonia, otitis, sinusitis, infeksi
2
3
saluran kemih, peritonitis, dan penyakit lainnya. Obat ini tersedia dalam berbagai sediaan
seperti tablet, kapsul, suspensi oral, dan tablet dispersible (UNICEF, 2013).
Obat generik adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary Names
(INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat
berkhasiat yang dikandungnya (Depkes, 2010). Obat generik juga dapat diartikan sebagai
salinan dari obat-obatan paten yang dapat dipasarkan dengan harga yang lebih rendah apabila
masa patennya telah habis. Tujuan dari pengembangan obat generik adalah untuk mengurangi
harga obat di pasaran (Del Tacca et al., 2009). Pada penelitian sebelumnya, beberapa
amoksisilin yang diproduksi oleh beberapa perusahaan farmasi yang berbeda dengan nama
yang sama ternyata memiliki kadar yang sama.
Amoxcillin merupakan obat semisintetis yang termasuk dalam antibiotik kelas
penisilin (antibiotik beta-laktam). Obat ini diketahui memiliki spektrum antibiotik yang luas
terhadap bakteri gram positif dan gram negatif pada manusia maupun hewan (Kaur et al.,
2011). Amoxcillin tersedia dalam sediaan kapsul (125, 250, dan 500 mg), tablet dispersible
(3 g), suspensi oral (5 ml mengandung 125 atau 250 mg), dan vial sodium amoksisilin (250
mg, 500 mg, dan 1 g) untuk administrasi parenteral. Dosis umum amoksisilin adalah 50-100
mg/kg berat badan per hari, dibagi dalam 3 atau 4 dosis. Dosis dewasa adalah 250-500 mg,
diberikan tiap 6 sampai 8 jam (Grayson, 2010).
Obat golongan penisilin, menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengganggu
reaksi transpeptidasi sintesis dinding sel bakteri. Dinding sel adalah lapisan luar yang rigid
yang unik pada setiap spesies bakteri. Dengan terhambatnya reaksi ini makan akan
menghentikan sintesis peptidoglikan dan mematikan bakteri (Katzung, 2007). Secara spesifik,
amoksisilin memiliki efek antimikroba yang baik terhadap mikroorganisme seperti
Haemophilus influenzae, Eschericia coli, dan Proteus mirabilis. Biasanya obat ini diberikan
bersamaan dengan senyawa inhibitor beta-laktamase seperti klavulanat atau salbaktam untuk
mencegah hidrolisis oleh beta-laktamase spektrum luas yang ditemukan pada bakteri gram
negatif (Brunton et al., 2006).
Amoxcillin memiliki sifat farmakokinetik dan farmakodinamik yang mirip dengan
ampisilin (Grayson, 2010). Amoxcillin diserap dengan baik dari traktus gastrointestinal,
dengan atau tanpa adanya makanan, berbeda dengan obat golongan penisilin lainnya yang
lebih baik diberikan setidaknya 1-2 jam sebelum atau sesudah makan (Katzung, 2007). Obat
ini banyak digunakan karena memiliki spektrum antibakteri yang luas dan memiliki
bioavailabilitas oral yang tinggi, dengan puncak konsentrasi plasma dalam waktu 1-2 jam
(Kaur et al., 2011). Konsentrasi puncak amoksisilin 2-2,5 kali lebih besar dibandingkan
3
4
dengan ampisilin setelah administrasi oral pada dosis yang sama. Amoxcillin mencapai
konsentrasi 4µg/ml dalam waktu 2 jam setelah pemberian dosis 250g. makanan tidak
mengganggu absorpsi (Brunton et al., 2006). Kadar serum akan turun dan mencapai nol
setelah 6-8 jam (Grayson, 2010). Setelah administrasi secara parenteral, absorpsi sebagian
besar obat golongan penisilin berlangsung cepat. Administrasi intravena lebih sering dipilih
dibandingkan intramuskular karena dapat menyebabkan iritasi dan nyeri lokal pada dosis
yang besar.
Volume distribusi amoksisilin kurang lebih 0.26 – 0.31 L/kg dan secara luas
terdistribusi ke banyak jaringan, termasuk hati, paru-paru, prostat, otot, empedu, cairan
peritoneum, cairan pleura, cairan pleura, cairan mata, dapat berakumulasi di cairan amnion
dan melewati plasenta, namun memiliki penetrasi yang buruk ke sistem saraf pusat kecuali
ada inflamasi (Kaur et al., 2011). Ekskresi amoxcillin sebagian besar melalui ginjal dan juga
amoxcillin disekresikan melalui air susu ibu. Sekitar 58-68% amoxcillin yang diberikan
secara oral akan diekskresikan melalui urin dalam bentuk aktif setelah 6 jam. Obat ini
diekskresikan oleh ginjal melalui 2 cara yaitu filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus. Sekresi
tubulus amoksisilin dapat dikurangi dengan administrasi probenesid (Grayson, 2010). Sekitar
10-25% dari obat yang beredar akan dimetabolisme menjadi asam penisiloat. Amoxcillin
memiliki waktu paruh (t ½) selama 1-1,5 jam (Kaur et al., 2011).
Perbedaan amoxcillin generik bermerk dengan amoxcillin generik berlogo terlihat
dari farmakokinetiknya yaitu waktu paruh, laju absorpsi, dan laju ekskresi. Amoksisilin
generik berlogo memiliki waktu paruh absorpsi 2,25 jam, laju absorpsi 0,308 jam, laju
eliminasi 0,185 jam, bioavailabilitas 93% dan laju ekskresi 0,498 jam. Sedangkan amoksisilin
generik bermerk memiliki waktu paru absorpsi 1,75 jam, laju absorpsi 0,396 jam, laju
eliminasi 0,139 jam, bioavailabilitas 93%, dan laju ekskresi 0,447 jam.
Amoxcillin adalah obat yang di metabolisme secara parsial dan akan dieliminasi
melalui ginjal. Sembilan puluh persen ekskresi obat amoksisilin akan terjadi melalui sekresi
tubular, dan 10% melalui filtrasi glomerular (Rafat et al., 2014). Terdapat beberapa efek
samping yang dapat muncul dari penggunaan amoksisilin yaitu reaksi hipersensitivitas, efek
samping sistem gastrointestinal, kerusakan hati, nefropati, efek samping hematologik,
ensefalopati, dan lain-lain (Grayson, 2010).
Secara seluler amoxcillin dapat menimbulkan peroksidasi lipid. Mekanisme pasti
terjadinya peroksidasi lipid oleh amoxcillin masih belum diketahui. Amoxcillin memiliki
rantai yang bersifat elektronegatif yang dapat mengambil elektron dari gugus karbonil di
sekitarnya sehingga terbentuk radikal bebas. Struktur amoksisilin yang memiliki cincin beta
4
5
laktam juga dapat menyerang gugus tiol pada membran dan enzim pada sel (Adesanoye et al.,
2014).
Gangguan yang muncul pada ginjal akibat amoxcillin tidak sering terjadi. Amoxcillin
telah terbukti sangat aman walaupun diberikan berlebihan karena sekalipun terjadi suatu
gangguan yang diinduksi amoxcillin maka efek samping tersebut memiliki prognosis yang
baik Namun dapat juga muncul gangguan pada ginjal seperti nefritis interstitial akut,
tubulitis, nefropati kristal, vaskulitis leukositoklastik, dan anafilaksis (Bright et al., 1989;
Rafat et al., 2014). Diantara beberapa pola jejas pada ginjal yang dapat muncul diatas, 2
diantaranya memiliki sifat dose-dependent yaitu nefropati kristal dan reaksi anafilaksis (Rafat
et al., 2014). Terdapat penelitian yang mengutarakan akan terjadi peroksidasi lipid dan
penurunan enzim mikrosomal sel pada pemberian amoksisilin kepada tikus putih dengan
dosis amoksisilin 10,71 mg/kg berat badan/ hari. Hal itu terjadi dengan cara meningkatnya
Thiobarbituric acid reactive substances (TBARS) dan konjugat senyawa Diene dan
menimbulkan deplesi protein mikrosom serta menghambat aktivitas glukosa-6-fosfatase
(Adesanoye et al., 2014)
Banyak zat kimia yang dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme, seperti
logam berat seperti Zn dan Cu sampai pada molekul organik yang kompleks seperi
persenyawaan ammonium kuartener. Berbagai substansi tersebut menunjukkan efek
antimikrobialnya dalam berbagai cara dan berbagai macam mikroorganisme. Efeknya
terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda, ada yang serasi ada yang bersifat
merusak. Maka perlu sekali diketahui perlakuan suatu bahan kimia terlebih dahulu sebelum
digunakan untuk penerapan praktis tertentu (Pelczar, 1988).
Uji oligodinamik berprinsip pada interaksi antara logam yang terionisasi dengan
gugus sulfihidril pada protein sel yang menyebabkan denaturasi (Mifta, 2011). Oligodinamik
adalah proses penghambatan ion logam terhadap pertumbuhan mikroba. Logam berat
berfungsi sebagai antimikroba oleh karena dapat mempresipitasikan enzim-enzim atau
protein esensial dalam sel. Daya antimikroba dari logam berat, dimana pada konsentrasi yang
kecil saja dapat membunuh mikroba dinamakan daya oligodinamik.
Oligodinamik merupakan kerja germisid dari ion logam dalam kadar rendah sekali
(Tjay, 2007). Germisid atau germisida sendiri adalah penghambat perkembangbiakan bakteri
penyebab busuk (Sarwono, 2002) atau suatu zat yang dapat menghancurkan mikroorganisme,
termasuk didalamnya: bakterisid, fungisid, virusid, dan amubisid (Rahardjo, 2004). Daya
antimikroba dari logam berat, dimana pada konsentrasi yang kecil saja dapat membunuh
mikroba dinamakan daya oligodinamik (Zaldi, 2009). Daya ini timbul karena logam dapat
5
6
mempresipitasikan enzim-enzim atau protein esensial dalam sel. Logam berat yang umum
dipakai adalah Hg, Ag, As, Zn, dan Cu (Dee, 2010). Ion-ion logam berat pada kadar yang
sangat rendah bersifat toksik terhadap mikrobia, karena ion- ion dapat bereaksi dengan
bagian-bagian penting dalam sel (Najib, 2012).
Uji oligodinamik berprinsip pada interaksi antara logam yang terionisasi dengan
gugus sulfihidril pada protein sel yang menyebabkan denaturasi (Mifta, 2011). Banyak zat
kimia yang dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme seperti logam berat sampai
pada molekul organik yang kompleks seperi persenyawaan ammonium kuartener. Berbagai
substansi tersebut menunjukkan efek antimikrobialnya dalam berbagai cara dan berbagai
macam mikroorganisme. Efeknya terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda,
ada yang serasi ada yang bersifat merusak. Maka perlu sekali diketahui perlakuan suatu
bahan kimia terlebih dahulu sebelum digunakan untuk penerapan praktis tertentu (Pelczar,
1988).
Dengan cara kerja dari logam Cu yaitu beberapa turunan fenol, seperti heksaklorofen
dan oksikuinolin dapat membentuk khelat dengan ion Fe dan Cu masuk ke dalam sel bakteri,
kemudian bentuk khelat tersebut masuk ke dalam sel bakteri. Kadar yang tinggi dari ion-ion
logam di dalam sel menyebabkan gangguan fungsi enzim-enzim sehingga jasad renik
mengalami kematian (Marbun, 2014). Pada logam Zn dapat diambil contoh yaitu Zinc
pyrithione. Zinc pyrithione adalah suatu senyawa yang digunakan sebagai anti bakteri, anti
jamur topical dan anti seboroik. Efek antifungal pada zinc pythirione bekerja dengan cara
mengganggu transport sel melalui blok pompa proton yang berfungsi dalam mekanisme
transport. Penelitian terbaru menunjukan bahwa zinc menimbulkan kekurangan besi pada
substrat. Zinc pythirione memiliki spektrum luas dan sangat efektif dalam menghambat
pertumbuhan bakteri (Oktaviana, 2012). Berdasarkan literatur yang ada menyebutkan bahwa
mekanisme logam aluminium dapat menghambat pertumbuhan bakteri dimana aluminium
dalam bentuk aluminium chlorida dalam air atau mereaksikan hidrogen chlorida dalam air
dengan alumina hidrid yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri sehingga sering dipakai
sebagai deodorant dan antiseptik serta sebagai bahan pengawet kayu-kayuan (Priggodigdo,
2013).
Pada percobaan oligodinamik bahan yang digunakan yaitu nutrient agar, agar batang,
suspensi bakteri, aquadest, kertas cakram, larutan senyawa logam Ni, dan senyawa logam Cu
0,5 cm. Prosedur percobaan oligodinamik adalah pertama proses pembuatan media.
Selanjutnya mencelupkan kertas cakram ke dalam larutan logam Ni, dan logam Cu dengan
diameter 0,5 cm. Meletakkan logam ke dalam petridish yang telah terisi oleh media.
6
7
Selanjutnya menginkubasi petridish yang berisi media dan logam selama 24, dan 48.
Kemudian melakukan pengamatan terhadap keadaan larutan logam, keadaan media, keadaan
bakteri, zona bebas bakteri, dan zona bakteri.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat berdiameter
0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur,
fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak (Gambar 2.1). Bakteri ini
tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
(20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan,
berbentuk bundar,halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan
S. aureus yang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam
virulensi bakteri (Jawetz et al., 1995 ; Novick et al., 2000).
Sebagian bakteri Stafilokokus merupakan flora normal pada kulit, saluran pernafasan,
dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara dan
lingkungan sekitar. S. aureus yang patogen bersifat invasif, menyebabkan hemolisis,
membentuk koagulase, dan mampu meragikan manitol (Warsa, 1994).
Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses
bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat,
impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis,
meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis. S. aureus juga merupakan
penyebab utama infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik (Ryan, et
al., 1994; Warsa, 1994). Bisul atau abses setempat, seperti jerawat dan borok merupakan
infeksi kulit di daerah folikel rambut, kelenjar sebasea, atau kelenjar keringat. Mula-mula
terjadi nekrosis jaringan setempat, lalu terjadi koagulasi fibrin di sekitar lesi dan pembuluh
getah bening, sehingga terbentuk dinding yang membatasi proses nekrosis. Infeksi dapat
menyebar ke bagian tubuh lain melalui pembuluh getah bening dan pembuluh darah,
sehingga terjadi peradangan pada vena, trombosis, bahkan bakterimia. Bakterimia dapat
menyebabkan terjadinya endokarditis, osteomielitis akut hematogen, meningitis atau infeksi
paru-paru (Warsa, 1994; Jawetz et al., 1995).
7
8
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Tujuan
Agar siswa dapat melakukan berbagai jenis zat atau bahan yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme.
B. Prinsip Dasar
Antibiotik adalah suatu substansi (zat-zat) kimia yang diperoleh dari atau
dibentuk dan dihasilkan oleh mikroorganisme, zat-zat tersebut dalam jumlah
sedikit mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme lain. Antibiotik
yang banyak digunakan berasal dari genus Bacillus, Penicillium, dan
Streptomyces. Genus jamur Streptomyces menghasilkan antibiotik streptomisin,
kloromisetin, teramisin, eritromisin, magnamisin, dan masing-masing memiliki
khasiat sendiri. Tetapi ada juga beberapa antibiotik yang berasal dari golongan
bakteri, misalnya basitrasin oleh Bacillus subtilis, tirotrisin oleh Bacillus brevis.
8
9
C. Cara Kerja :
1. Preparasi alat dan bahan, dibungkus alat yang akan digunakan (petri disk,
pipet ukur) lalu disterilisasi kering
2. Dipersiapkan bahan uji oligodinamik dan antibiotik
Diletakkan CuSO4.5H2O yang telah dilarutkan dengan sedikit
aquadest ke petridish, lalu dimasukkan kertas isap yang telah
berbentuk lingkaran kecil.
Diletakkan Antibotik yang telah digerus dan dilarutkan dengan
sedikit aquadest ke petridish , lalu dimasukkan kertas isap yang
telah berbentuk lingkaran kecil
Diletakkan Antibiotik yang telah digerus dan dilarutkan dengan
sedikit aquadest ke petridish 4, lalu dimasukkan kertas isap yang
telah berbentuk lingkaran kecil
3. Dibuat media Nutrient Agar (NA)
Ditimbang 11,800 gram NA
Dilarutkan dalam Erlenmeyer dengan 500 ml aquadest
Dipanaskan diatas hotplet sambil diaduk
Dipipet 15 ml ke dalam tabung reaksi
Disterilisasi basah di dalam autoclave
9
10
10
11
11
12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dina Hafshah 5 cm 4 cm 4 cm 4 cm 4 cm 4 cm
A : Antibiotik amoxcillin
Cu : Senyawa logam CuSO4.5H2O
Ni : Senyawa logam NiSO4
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan Uji Potensi Antimikroba dan Oligodinamik. Yang
Bertujuan agar praktikan dapat memahami bahan apa saja yang dapat memeberikan efek
antimikrobia dan zona hambat yang di hasilkan.
Antibiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang pada
konsentrasi rendah dapat memusnahkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme
lain. Pengujian potensi antibiotik dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa kualitas dan
mutu antibiotik yang digunakan dalam pengobatan memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam.
Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat
yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya,
12
13
sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka
terhadap suatu antibiotik.
Pada praktikum ini digunakan medium NA dan dengan sampel antibiotik amoxcillin,
larutan senyawa CuSO4.5H2O, dan larutan NiSO4. Pertama-tama dibuat suspensi bakteri
dengan menggunakan larutan NaCl fisiologis sebanyak 50 ml. Dipipet 1 ml kemudian
dimasukan ke petri disk lalu dituang media NA dan homogenkan membentuk angka delapan,
penghomogenan bertujuan agar bakteri tersebar merata sehingga tidak terjadi penumpukan
dan mempersulit pengamatan zona bening. Setelah inokulum padat kemudian diletakkan
kertas cakram yang telah direndam dengan larutan antibiotik amoxcillin, larutan senyawa
CuSO4.5H2O. Diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37±1°C dan diamati zona hambat yang
terbentuk dan dilakukan pengukuran garis tengah dengan menggunakan penggaris. Dihitung
potensi antibiotik dari hasil pengukuran.
Pada pengujian yang telah dilakukan terbentuk zona bening disekitar kertas cakram
yang ditetesi antibiotik amoxcillin. Ini menunjukan bahwa antibiotik yang digunakan
berpotensi menghambat pertumbuhan S.Aureus. Pengaruh konsentrasi antibiotika terhadap
pertumbuhan bakteri adalah semakin besar konsentrasi dari antibiotika maka kemampuan
antibiotika untuk menghambat atau membunuh bakteri akan semakin besar (efektifitas kerja
antibiotia meningkat).
Selain itu, pada pengujian yang dilakukan terbentuk pula zona bening disekitar kertas
cakram yang telah ditetesi larutan dari senyawa logam CuSO4.5H2O dan NiSO4. Hal ini
dikarenakan Banyak zat kimia yang dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme,
seperti logam berat seperti Zn dan Cu sampai pada molekul organik yang kompleks seperi
persenyawaan ammonium kuartener. Berbagai substansi tersebut menunjukkan efek
antimikrobialnya dalam berbagai cara dan berbagai macam mikroorganisme. Efeknya
terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda, ada yang serasi ada yang bersifat
merusak. Maka perlu sekali diketahui perlakuan suatu bahan kimia terlebih dahulu sebelum
digunakan untuk penerapan praktis tertentu (Pelczar, 1988)
Zona bening ini terjadi karena antimikrobia amoxcillin dan larutan dari senyawa
logam CuSO4.5H2O dan NiSO4 akan mengakibatkan pembentukan cincin-cincin hambatan di
dalam area pertumbuhan bakteri yang padat sehingga tak ada bakteri yang tumbuh di dalam
cincin tersebut. Antimikrobia yang berbeda memiliki laju difusi yang berbeda pula, karena itu
kemampuan antmikrobia satu tidak sama dengan antimikrobia yang lain. Luas zona bening
juga merupakan penunjuk kepekaan mikroorganisme terhadap antibiotik. Selain itu, luasnya
zona bening juga berhubungan dengan kecepatan berdifusi antibiotik kedalam medium.
13
14
14
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Praktikum kali ini adalah uji potensial oligodinamik dan antibiotik. Logam yang
digunakan untuk uji oligodinami adalah logam NiSO4 dan CuSO4 5H2O. Dan antibiotik yang
digunakan pada uji potensial daya hambat mikroorganisme adalah antibiotik chloramphenicol
250 mg dan antibiotik amoxilin 500 mg.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui daya hambat suatu zat terhadap
mikroorganisme seperti bakteri. Pengujian dilakukan pada media Nutrient Agar dan
menggunakan Staphilococcus aureus sebagai suspensi bakterinya. Pada pengamatan 24 jam,
pengujian potensial daya hambat oligodinamik didapat bidang transparan disekitar kertas
cakram CuSO4.5H2O rata-rata berdiameter 5 cm, sedangkan disekitar logam NiSO4 rata-rata
berdiameter 3,94 cm dan bidang tranparan di sekitar kertas cakram amoxcillin rata-rata
berdiameter 4,60 cm.
Pada pengujian potensial daya hambat antibiotik didapat bidang transparan namun
bidang transparan tersebut terlihat menyatu antara kertas isap yang dicelupi antibiotik 250 mg
dan antibiotik 500 mg. Hasil pemeriksaan 48 jam menunjukan terjadinya penurunan ke
antimikrobial-an dan paling jelas dilihat pada pengamatan amoxcillin yang semakin
berkurang hingga terkontaminasi dan zona bening pun hilang.
B. Saran
15
16
DAFTAR PUSTAKA
16
17
LAMPIRAN
17
18
I. Dokumentasi
A. Dina Hafshah
18
19
19
20
20
21
21