Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

UJI POTENSI ANTIBIOTIK


KELOMPOK 4

Disusun Oleh:
1. Dina Hafshah Ramadhaniah
2. Intan Putri Utami
3. Muhamad Aditya Hidayah
4. Siti Rohida Nur Haeni
5. Surya Isra Sri Susanto

YAYASAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN DAN MUTU


KEHIDUPAN
SMK AK NUSA BANGSA
Jl. KH. Sholeh Iskandar Km.4 Tanah Sareal-Kota Bogor
1

BAB I
KAJIAN TEORI

Antibiotik secara umum didefinisikan sebagai bahan yang diproduksi oleh


mikroorganisme yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Adanya metode
sintetik, bagaimanapun dihasilkan pada modifikasi dari definisi ini dan antibiotic saat ini
megarah pada bahan yang diproduksi oleh mikroorganisme , atau bahan yang sama (yang
diproduksi keseluruhan atau sebagian oleh sintetis kimia), yang dimana ada konsentrasi yang
rendah menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain (hugo, 2004).
Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan mikroorganisme yang membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya.Antibiotik banyak digunakan dalam
pengobatan penyakit. Namun demikian tidak semua antibiotic dapat digunakan dalam
pengobatan penyakit. Sebelum diberikan sebagai pengobatan, sebaiknya ditentukan dahulu
antibiotic mana yang paling ampuh untuk mengobati penyakit. Cara yang lazim digunakan
untuk engetahui keampuhan antibiotic adalah antibiogram atau uji kepekaan antibiotic
terhadap pathogen penyebab penyakit ( Bibiana, 1994).
Antibiotik dapat diklasifikasikan berdasarkan spectrum atau kisaran kerja mekanisme
aksi, strain penghasil, cara biosintesis maupun berdasarkan struktur biokimianya.
Berdasarkan spectrum atau kisaran kerjanya antibiotic dapat dibedakan menjadi antibiotic
berspektrum sempi (narrow spectrum) dan antibiotic berspektrum luas ( broad spectrum).
Berdasarkan mekanisme aksinya antibiotic dibedaka menjadi lima, yaitu antibiotic dengan
mekanisme menghambat sintesis dinding sel, perusakan membrane plasma, penghambatan
sintesis protein, penghambatan sintesis asam nukleat, dan penghambatan sintesis metabolit
esensial (Pratiwi, 2007).
Penggunaan antibiotic secara kombinasi ( dua antibiotic yang digunakan secara
bersama-sama) dapat saling mempengaruhi kerja dari masing-masing antibiotic. Kombinasi
antibiotic tersebut dapat bersifat antagonis, dimana antibiotic yang satu bersifat mengurangi
atau meniadakan khasiat antibiotic kedua. Kombinasi antibiotic dapat pula bersifat sinergis,
yaitu penggunaan antibiotic secara kombinasi yang menyebabkan timbulnya efek
teraupetiknya yang lebih besar dibandingkan bila antibiotic tersebut diberikan secara sendiri-
sendiri. (Pratiwi, 2007).
Resisten adalah ketahan suatu mikroorganisme terhadap suatu anti mikroba atau
antibiotic tertentu. Resisten tersebut dapat berupa resisten alamiah, resisten karena adaya
mutasi spontan (resisten kromonal) dan resisten karena adanya factor R pada sitoplasma

1
2

(resistensi ekstrakrosomal) atau resisten karena terjadinya pemindahan gen yang resisten atau
factor R atau plasmid R atau plasmid (resisten silang) atau dapat dikatakan bahwa suatu
mikroorganisme dapat resisten terhadap obat-obat antimikroba, karena mekanisme genetic
atau no-genetik (Djide, 2008).
Penyebab terjadiya resisten terhadap mikroorganisme adalah penggunaan antibiotic
yang tidak tepat, mislanya penggunaan dengan dosis yang tidak memadai, pemakaian yang
tidak teratur atau tidak kontinyu, demikian juga waktu pengobatan yang tidak cukup lama,
sehingga untuk mencegah atau memperlambat terjadinya resisten tersebut , maka cara
pemakaian antibiotic perlu diperhatikan ( Djide , 2008).
Ada beberapa cara untuk menentukan kekuatan preparat antibiotic. Penentuan ini
biasanya dilakukan dalam “Laboratorium pengontrol” dibawah pengawasan instansi
pemerintah, misalnya di Amerika dilakukan oleh FDA. Cara-cara penentuan ini biasanya
dimuat dalam farmakope dari tiap egara pada pemeriksaan ini semua bahan-bahan yang
digunakan, medium pembiakan, organisme uji, alat-alat harus menurut ketentuan yang telah
dibakukan. Penentuan kekuatan ini dapat dilakukan dengan tujuan sebagai berikut (Irianto,
2006) :
1. Menghitung daerah penghambatan dalam lempeng agar dapat menghambat
pertumbuhan ( Minimal Inhibitory Concentration, MIC)
2. Penentuan kesensitifan (Sensivity test) dari suatu antibiotic terhadap organism yang
belum diketahui. Penentuan ini bisanya dilakukan di laboratorium rumah sakit, dan
penting untuk melakukan terapi.
Amoxcillin adalah salah satu senyawa antibiotik golongan beta-laktam dan memiliki
nama kimia alfa-amino-hidroksilbenzil-penisilin. Obat ini awalnya dikembangkan memiliki
keuntungan lebih dibandingkan ampisilin yaitu dapat diabsorpsi lebih baik di traktus
gastrointestinal. Obat ini tersedia dalam bentuk amoksisilin trihidrat untuk administrasi oral
dan amoxcillin sodium untuk penggunaan parenteral. Amoxcillin telah menggantikan
ampisilin sebagai antibiotik yang sering digunakan di berbagai tempat (Grayson, 2010).
Secara kimiawi, amoxcillin adalah asam (2S,5R,6R)-6-[[(2R)-2-Amino-2-(4-hidroksifenil)
asetil] amino]- 3,3 - dimetil- 7- okso - 4- tia - 1 - aza - bisiklo [3.2.0]heptan-2- karboksilat
(Kaur et al., 2011). Amoxcillin merupakan salah satu antibiotik golongan penisilin yang
banyak beredar di pasaran dan banyak digunakan karena harga antibiotik golongan ini relatif
murah (Harianto dan Transitawuri, 2006). Amoxcillin berspektrum luas dan sering diberikan
pada pasien untuk pengobatan beberapa penyakit seperti pneumonia, otitis, sinusitis, infeksi

2
3

saluran kemih, peritonitis, dan penyakit lainnya. Obat ini tersedia dalam berbagai sediaan
seperti tablet, kapsul, suspensi oral, dan tablet dispersible (UNICEF, 2013).
Obat generik adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary Names
(INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat
berkhasiat yang dikandungnya (Depkes, 2010). Obat generik juga dapat diartikan sebagai
salinan dari obat-obatan paten yang dapat dipasarkan dengan harga yang lebih rendah apabila
masa patennya telah habis. Tujuan dari pengembangan obat generik adalah untuk mengurangi
harga obat di pasaran (Del Tacca et al., 2009). Pada penelitian sebelumnya, beberapa
amoksisilin yang diproduksi oleh beberapa perusahaan farmasi yang berbeda dengan nama
yang sama ternyata memiliki kadar yang sama.
Amoxcillin merupakan obat semisintetis yang termasuk dalam antibiotik kelas
penisilin (antibiotik beta-laktam). Obat ini diketahui memiliki spektrum antibiotik yang luas
terhadap bakteri gram positif dan gram negatif pada manusia maupun hewan (Kaur et al.,
2011). Amoxcillin tersedia dalam sediaan kapsul (125, 250, dan 500 mg), tablet dispersible
(3 g), suspensi oral (5 ml mengandung 125 atau 250 mg), dan vial sodium amoksisilin (250
mg, 500 mg, dan 1 g) untuk administrasi parenteral. Dosis umum amoksisilin adalah 50-100
mg/kg berat badan per hari, dibagi dalam 3 atau 4 dosis. Dosis dewasa adalah 250-500 mg,
diberikan tiap 6 sampai 8 jam (Grayson, 2010).
Obat golongan penisilin, menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengganggu
reaksi transpeptidasi sintesis dinding sel bakteri. Dinding sel adalah lapisan luar yang rigid
yang unik pada setiap spesies bakteri. Dengan terhambatnya reaksi ini makan akan
menghentikan sintesis peptidoglikan dan mematikan bakteri (Katzung, 2007). Secara spesifik,
amoksisilin memiliki efek antimikroba yang baik terhadap mikroorganisme seperti
Haemophilus influenzae, Eschericia coli, dan Proteus mirabilis. Biasanya obat ini diberikan
bersamaan dengan senyawa inhibitor beta-laktamase seperti klavulanat atau salbaktam untuk
mencegah hidrolisis oleh beta-laktamase spektrum luas yang ditemukan pada bakteri gram
negatif (Brunton et al., 2006).
Amoxcillin memiliki sifat farmakokinetik dan farmakodinamik yang mirip dengan
ampisilin (Grayson, 2010). Amoxcillin diserap dengan baik dari traktus gastrointestinal,
dengan atau tanpa adanya makanan, berbeda dengan obat golongan penisilin lainnya yang
lebih baik diberikan setidaknya 1-2 jam sebelum atau sesudah makan (Katzung, 2007). Obat
ini banyak digunakan karena memiliki spektrum antibakteri yang luas dan memiliki
bioavailabilitas oral yang tinggi, dengan puncak konsentrasi plasma dalam waktu 1-2 jam
(Kaur et al., 2011). Konsentrasi puncak amoksisilin 2-2,5 kali lebih besar dibandingkan

3
4

dengan ampisilin setelah administrasi oral pada dosis yang sama. Amoxcillin mencapai
konsentrasi 4µg/ml dalam waktu 2 jam setelah pemberian dosis 250g. makanan tidak
mengganggu absorpsi (Brunton et al., 2006). Kadar serum akan turun dan mencapai nol
setelah 6-8 jam (Grayson, 2010). Setelah administrasi secara parenteral, absorpsi sebagian
besar obat golongan penisilin berlangsung cepat. Administrasi intravena lebih sering dipilih
dibandingkan intramuskular karena dapat menyebabkan iritasi dan nyeri lokal pada dosis
yang besar.
Volume distribusi amoksisilin kurang lebih 0.26 – 0.31 L/kg dan secara luas
terdistribusi ke banyak jaringan, termasuk hati, paru-paru, prostat, otot, empedu, cairan
peritoneum, cairan pleura, cairan pleura, cairan mata, dapat berakumulasi di cairan amnion
dan melewati plasenta, namun memiliki penetrasi yang buruk ke sistem saraf pusat kecuali
ada inflamasi (Kaur et al., 2011). Ekskresi amoxcillin sebagian besar melalui ginjal dan juga
amoxcillin disekresikan melalui air susu ibu. Sekitar 58-68% amoxcillin yang diberikan
secara oral akan diekskresikan melalui urin dalam bentuk aktif setelah 6 jam. Obat ini
diekskresikan oleh ginjal melalui 2 cara yaitu filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus. Sekresi
tubulus amoksisilin dapat dikurangi dengan administrasi probenesid (Grayson, 2010). Sekitar
10-25% dari obat yang beredar akan dimetabolisme menjadi asam penisiloat. Amoxcillin
memiliki waktu paruh (t ½) selama 1-1,5 jam (Kaur et al., 2011).
Perbedaan amoxcillin generik bermerk dengan amoxcillin generik berlogo terlihat
dari farmakokinetiknya yaitu waktu paruh, laju absorpsi, dan laju ekskresi. Amoksisilin
generik berlogo memiliki waktu paruh absorpsi 2,25 jam, laju absorpsi 0,308 jam, laju
eliminasi 0,185 jam, bioavailabilitas 93% dan laju ekskresi 0,498 jam. Sedangkan amoksisilin
generik bermerk memiliki waktu paru absorpsi 1,75 jam, laju absorpsi 0,396 jam, laju
eliminasi 0,139 jam, bioavailabilitas 93%, dan laju ekskresi 0,447 jam.
Amoxcillin adalah obat yang di metabolisme secara parsial dan akan dieliminasi
melalui ginjal. Sembilan puluh persen ekskresi obat amoksisilin akan terjadi melalui sekresi
tubular, dan 10% melalui filtrasi glomerular (Rafat et al., 2014). Terdapat beberapa efek
samping yang dapat muncul dari penggunaan amoksisilin yaitu reaksi hipersensitivitas, efek
samping sistem gastrointestinal, kerusakan hati, nefropati, efek samping hematologik,
ensefalopati, dan lain-lain (Grayson, 2010).
Secara seluler amoxcillin dapat menimbulkan peroksidasi lipid. Mekanisme pasti
terjadinya peroksidasi lipid oleh amoxcillin masih belum diketahui. Amoxcillin memiliki
rantai yang bersifat elektronegatif yang dapat mengambil elektron dari gugus karbonil di
sekitarnya sehingga terbentuk radikal bebas. Struktur amoksisilin yang memiliki cincin beta

4
5

laktam juga dapat menyerang gugus tiol pada membran dan enzim pada sel (Adesanoye et al.,
2014).
Gangguan yang muncul pada ginjal akibat amoxcillin tidak sering terjadi. Amoxcillin
telah terbukti sangat aman walaupun diberikan berlebihan karena sekalipun terjadi suatu
gangguan yang diinduksi amoxcillin maka efek samping tersebut memiliki prognosis yang
baik Namun dapat juga muncul gangguan pada ginjal seperti nefritis interstitial akut,
tubulitis, nefropati kristal, vaskulitis leukositoklastik, dan anafilaksis (Bright et al., 1989;
Rafat et al., 2014). Diantara beberapa pola jejas pada ginjal yang dapat muncul diatas, 2
diantaranya memiliki sifat dose-dependent yaitu nefropati kristal dan reaksi anafilaksis (Rafat
et al., 2014). Terdapat penelitian yang mengutarakan akan terjadi peroksidasi lipid dan
penurunan enzim mikrosomal sel pada pemberian amoksisilin kepada tikus putih dengan
dosis amoksisilin 10,71 mg/kg berat badan/ hari. Hal itu terjadi dengan cara meningkatnya
Thiobarbituric acid reactive substances (TBARS) dan konjugat senyawa Diene dan
menimbulkan deplesi protein mikrosom serta menghambat aktivitas glukosa-6-fosfatase
(Adesanoye et al., 2014)
Banyak zat kimia yang dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme, seperti
logam berat seperti Zn dan Cu sampai pada molekul organik yang kompleks seperi
persenyawaan ammonium kuartener. Berbagai substansi tersebut menunjukkan efek
antimikrobialnya dalam berbagai cara dan berbagai macam mikroorganisme. Efeknya
terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda, ada yang serasi ada yang bersifat
merusak. Maka perlu sekali diketahui perlakuan suatu bahan kimia terlebih dahulu sebelum
digunakan untuk penerapan praktis tertentu (Pelczar, 1988).
Uji oligodinamik berprinsip pada interaksi antara logam yang terionisasi dengan
gugus sulfihidril pada protein sel yang menyebabkan denaturasi (Mifta, 2011). Oligodinamik
adalah proses penghambatan ion logam terhadap pertumbuhan mikroba. Logam berat
berfungsi sebagai antimikroba oleh karena dapat mempresipitasikan enzim-enzim atau
protein esensial dalam sel. Daya antimikroba dari logam berat, dimana pada konsentrasi yang
kecil saja dapat membunuh mikroba dinamakan daya oligodinamik.
Oligodinamik merupakan kerja germisid dari ion logam dalam kadar rendah sekali
(Tjay, 2007). Germisid atau germisida sendiri adalah penghambat perkembangbiakan bakteri
penyebab busuk (Sarwono, 2002) atau suatu zat yang dapat menghancurkan mikroorganisme,
termasuk didalamnya: bakterisid, fungisid, virusid, dan amubisid (Rahardjo, 2004). Daya
antimikroba dari logam berat, dimana pada konsentrasi yang kecil saja dapat membunuh
mikroba dinamakan daya oligodinamik (Zaldi, 2009). Daya ini timbul karena logam dapat
5
6

mempresipitasikan enzim-enzim atau protein esensial dalam sel. Logam berat yang umum
dipakai adalah Hg, Ag, As, Zn, dan Cu (Dee, 2010). Ion-ion logam berat pada kadar yang
sangat rendah bersifat toksik terhadap mikrobia, karena ion- ion dapat bereaksi dengan
bagian-bagian penting dalam sel (Najib, 2012).
Uji oligodinamik berprinsip pada interaksi antara logam yang terionisasi dengan
gugus sulfihidril pada protein sel yang menyebabkan denaturasi (Mifta, 2011). Banyak zat
kimia yang dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme seperti logam berat sampai
pada molekul organik yang kompleks seperi persenyawaan ammonium kuartener. Berbagai
substansi tersebut menunjukkan efek antimikrobialnya dalam berbagai cara dan berbagai
macam mikroorganisme. Efeknya terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda,
ada yang serasi ada yang bersifat merusak. Maka perlu sekali diketahui perlakuan suatu
bahan kimia terlebih dahulu sebelum digunakan untuk penerapan praktis tertentu (Pelczar,
1988).
Dengan cara kerja dari logam Cu yaitu beberapa turunan fenol, seperti heksaklorofen
dan oksikuinolin dapat membentuk khelat dengan ion Fe dan Cu masuk ke dalam sel bakteri,
kemudian bentuk khelat tersebut masuk ke dalam sel bakteri. Kadar yang tinggi dari ion-ion
logam di dalam sel menyebabkan gangguan fungsi enzim-enzim sehingga jasad renik
mengalami kematian (Marbun, 2014). Pada logam Zn dapat diambil contoh yaitu Zinc
pyrithione. Zinc pyrithione adalah suatu senyawa yang digunakan sebagai anti bakteri, anti
jamur topical dan anti seboroik. Efek antifungal pada zinc pythirione bekerja dengan cara
mengganggu transport sel melalui blok pompa proton yang berfungsi dalam mekanisme
transport. Penelitian terbaru menunjukan bahwa zinc menimbulkan kekurangan besi pada
substrat. Zinc pythirione memiliki spektrum luas dan sangat efektif dalam menghambat
pertumbuhan bakteri (Oktaviana, 2012). Berdasarkan literatur yang ada menyebutkan bahwa
mekanisme logam aluminium dapat menghambat pertumbuhan bakteri dimana aluminium
dalam bentuk aluminium chlorida dalam air atau mereaksikan hidrogen chlorida dalam air
dengan alumina hidrid yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri sehingga sering dipakai
sebagai deodorant dan antiseptik serta sebagai bahan pengawet kayu-kayuan (Priggodigdo,
2013).
Pada percobaan oligodinamik bahan yang digunakan yaitu nutrient agar, agar batang,
suspensi bakteri, aquadest, kertas cakram, larutan senyawa logam Ni, dan senyawa logam Cu
0,5 cm. Prosedur percobaan oligodinamik adalah pertama proses pembuatan media.
Selanjutnya mencelupkan kertas cakram ke dalam larutan logam Ni, dan logam Cu dengan
diameter 0,5 cm. Meletakkan logam ke dalam petridish yang telah terisi oleh media.

6
7

Selanjutnya menginkubasi petridish yang berisi media dan logam selama 24, dan 48.
Kemudian melakukan pengamatan terhadap keadaan larutan logam, keadaan media, keadaan
bakteri, zona bebas bakteri, dan zona bakteri.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat berdiameter
0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur,
fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak (Gambar 2.1). Bakteri ini
tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
(20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan,
berbentuk bundar,halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan
S. aureus yang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam
virulensi bakteri (Jawetz et al., 1995 ; Novick et al., 2000).
Sebagian bakteri Stafilokokus merupakan flora normal pada kulit, saluran pernafasan,
dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara dan
lingkungan sekitar. S. aureus yang patogen bersifat invasif, menyebabkan hemolisis,
membentuk koagulase, dan mampu meragikan manitol (Warsa, 1994).
Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses
bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah bisul, jerawat,
impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis,
meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis. S. aureus juga merupakan
penyebab utama infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik (Ryan, et
al., 1994; Warsa, 1994). Bisul atau abses setempat, seperti jerawat dan borok merupakan
infeksi kulit di daerah folikel rambut, kelenjar sebasea, atau kelenjar keringat. Mula-mula
terjadi nekrosis jaringan setempat, lalu terjadi koagulasi fibrin di sekitar lesi dan pembuluh
getah bening, sehingga terbentuk dinding yang membatasi proses nekrosis. Infeksi dapat
menyebar ke bagian tubuh lain melalui pembuluh getah bening dan pembuluh darah,
sehingga terjadi peradangan pada vena, trombosis, bahkan bakterimia. Bakterimia dapat
menyebabkan terjadinya endokarditis, osteomielitis akut hematogen, meningitis atau infeksi
paru-paru (Warsa, 1994; Jawetz et al., 1995).

7
8

BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Tujuan
Agar siswa dapat melakukan berbagai jenis zat atau bahan yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme.

B. Prinsip Dasar
Antibiotik adalah suatu substansi (zat-zat) kimia yang diperoleh dari atau
dibentuk dan dihasilkan oleh mikroorganisme, zat-zat tersebut dalam jumlah
sedikit mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme lain. Antibiotik
yang banyak digunakan berasal dari genus Bacillus, Penicillium, dan
Streptomyces. Genus jamur Streptomyces menghasilkan antibiotik streptomisin,
kloromisetin, teramisin, eritromisin, magnamisin, dan masing-masing memiliki
khasiat sendiri. Tetapi ada juga beberapa antibiotik yang berasal dari golongan
bakteri, misalnya basitrasin oleh Bacillus subtilis, tirotrisin oleh Bacillus brevis.

C. Alat dan Bahan


Alat :
 Autoclave 1 buah
 Batang Pengaduk
 Bulf 1 buah
 Bunsen 1 buah
 Cawan Petri 2 buah
 Erlenmeyer 250 ml 1 buah
 Hotplet
 Kaca Arloji 5 buah
 Neraca 1 buah
 Pipet ukur 1 ml 1 buah
 Tabung Reaksi 2 buah

8
9

 Tutup tabung reaksi 2 buah


Bahan :
 Aquadest
 Antibiotik amoxcillin 500 mg
 Kertas Cakram
 Larutan senyawa CuSO4.5H2O
 Larutan senyawa NiSO4
 Nutrient Agar
 Suspensi bakteri

C. Cara Kerja :
1. Preparasi alat dan bahan, dibungkus alat yang akan digunakan (petri disk,
pipet ukur) lalu disterilisasi kering
2. Dipersiapkan bahan uji oligodinamik dan antibiotik
 Diletakkan CuSO4.5H2O yang telah dilarutkan dengan sedikit
aquadest ke petridish, lalu dimasukkan kertas isap yang telah
berbentuk lingkaran kecil.
 Diletakkan Antibotik yang telah digerus dan dilarutkan dengan
sedikit aquadest ke petridish , lalu dimasukkan kertas isap yang
telah berbentuk lingkaran kecil
 Diletakkan Antibiotik yang telah digerus dan dilarutkan dengan
sedikit aquadest ke petridish 4, lalu dimasukkan kertas isap yang
telah berbentuk lingkaran kecil
3. Dibuat media Nutrient Agar (NA)
 Ditimbang 11,800 gram NA
 Dilarutkan dalam Erlenmeyer dengan 500 ml aquadest
 Dipanaskan diatas hotplet sambil diaduk
 Dipipet 15 ml ke dalam tabung reaksi
 Disterilisasi basah di dalam autoclave
9
10

4. Dibuat NaCl Fisiologis


 Ditimbang 0,425 gram NaCl
 Dilarutkan dalam Erlenmeyer dengan 50 ml aquadest
 Disterilisasi basah di dalam autoclave
5. Uji oligodinamik
 Dipipet 1 ml suspensi bakteri lalu dimasukkan ke petridisk tersebut
 Dituangkan media NA yang telah steril ke petridisk
 Dihomogenkan membentuk angka delapan
 Dibiarkan hingga membeku
 Dimasukkan kertas isap yang telah dicelupi oleh larutan
CuSO4.5H2O
 Dimasukkan kertas isap yang telah dicelupi oleh larutan NiSO4 di
sisi berhadapan dengan tempat diletakkannya kertas isap yang telah
dicelupi CuSO4.5H2O
 Diinkubasi dalam inkubator pada suhu selama 24-48 jam dengan
suhu 35 ± 1˚C
 Diamati lingkaran atau bidang transparan yang berada di petridisk
yang berarti potensi daya hambat pertumbuhan bakteri
 Diukur diameter bidang tersebut
6. Uji Antibiotik
 Dituangkan media NA yang telah steril ke petridisk
 Dipipet 1 ml suspensi bakteri lalu dimasukkan ke petridisk tersebut
 Dihomogenkan membentuk angka delapan
 Dibiarkan hingga membeku
 Dimasukkan kertas isap yang telah dicelupi oleh larutan antibiotik
500 mg pada sisi berhadapan tempat diletakkannya kertas isap
antibiotik

10
11

 Diinkubasi dalam inkubator pada suhu selama 24-48 jam dengan


suhu 35 ± 1˚C
 Diamati lingkaran atau bidang transparan yang berada di petridisk
yang berarti potensi daya hambat pertumbuhan bakteri
 Diukur diameter bidang tersebut

11
12

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Diameter Zona Hambatan


K
24 Jam 48 Jam
E Nama
L.
A Cu Ni A Cu Ni

Dina Hafshah 5 cm 4 cm 4 cm 4 cm 4 cm 4 cm

Intan Putri Utami 5 cm 5 cm 4 cm - 4 cm 4 cm

IV Muhamad Aditya H 3,5 cm 4 cm 3,7 cm - 3,5 cm 4 cm

Siti Rohida Nur H 5 cm 4 cm 4 cm 3 cm 4 cm 2,5 cm

Surya Isra Sri S 4,5 cm 5 cm 4 cm 1 cm 4 cm 4,5 cm

Rata-Rata 4,6 cm 4,4 cm 3,94 cm 2, 67 cm 3,9 cm 3,8 cm

A : Antibiotik amoxcillin
Cu : Senyawa logam CuSO4.5H2O
Ni : Senyawa logam NiSO4

B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan Uji Potensi Antimikroba dan Oligodinamik. Yang
Bertujuan agar praktikan dapat memahami bahan apa saja yang dapat memeberikan efek
antimikrobia dan zona hambat yang di hasilkan.
Antibiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang pada
konsentrasi rendah dapat memusnahkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme
lain. Pengujian potensi antibiotik dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa kualitas dan
mutu antibiotik yang digunakan dalam pengobatan memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam.
Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat
yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya,

12
13

sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka
terhadap suatu antibiotik.
Pada praktikum ini digunakan medium NA dan dengan sampel antibiotik amoxcillin,
larutan senyawa CuSO4.5H2O, dan larutan NiSO4. Pertama-tama dibuat suspensi bakteri
dengan menggunakan larutan NaCl fisiologis sebanyak 50 ml. Dipipet 1 ml kemudian
dimasukan ke petri disk lalu dituang media NA dan homogenkan membentuk angka delapan,
penghomogenan bertujuan agar bakteri tersebar merata sehingga tidak terjadi penumpukan
dan mempersulit pengamatan zona bening. Setelah inokulum padat kemudian diletakkan
kertas cakram yang telah direndam dengan larutan antibiotik amoxcillin, larutan senyawa
CuSO4.5H2O. Diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37±1°C dan diamati zona hambat yang
terbentuk dan dilakukan pengukuran garis tengah dengan menggunakan penggaris. Dihitung
potensi antibiotik dari hasil pengukuran.
Pada pengujian yang telah dilakukan terbentuk zona bening disekitar kertas cakram
yang ditetesi antibiotik amoxcillin. Ini menunjukan bahwa antibiotik yang digunakan
berpotensi menghambat pertumbuhan S.Aureus. Pengaruh konsentrasi antibiotika terhadap
pertumbuhan bakteri adalah semakin besar konsentrasi dari antibiotika maka kemampuan
antibiotika untuk menghambat atau membunuh bakteri akan semakin besar (efektifitas kerja
antibiotia meningkat).
Selain itu, pada pengujian yang dilakukan terbentuk pula zona bening disekitar kertas
cakram yang telah ditetesi larutan dari senyawa logam CuSO4.5H2O dan NiSO4. Hal ini
dikarenakan Banyak zat kimia yang dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme,
seperti logam berat seperti Zn dan Cu sampai pada molekul organik yang kompleks seperi
persenyawaan ammonium kuartener. Berbagai substansi tersebut menunjukkan efek
antimikrobialnya dalam berbagai cara dan berbagai macam mikroorganisme. Efeknya
terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda, ada yang serasi ada yang bersifat
merusak. Maka perlu sekali diketahui perlakuan suatu bahan kimia terlebih dahulu sebelum
digunakan untuk penerapan praktis tertentu (Pelczar, 1988)
Zona bening ini terjadi karena antimikrobia amoxcillin dan larutan dari senyawa
logam CuSO4.5H2O dan NiSO4 akan mengakibatkan pembentukan cincin-cincin hambatan di
dalam area pertumbuhan bakteri yang padat sehingga tak ada bakteri yang tumbuh di dalam
cincin tersebut. Antimikrobia yang berbeda memiliki laju difusi yang berbeda pula, karena itu
kemampuan antmikrobia satu tidak sama dengan antimikrobia yang lain. Luas zona bening
juga merupakan penunjuk kepekaan mikroorganisme terhadap antibiotik. Selain itu, luasnya
zona bening juga berhubungan dengan kecepatan berdifusi antibiotik kedalam medium.

13
14

Berdasarkan hasil pengamatan setelah sampel diinkubasi selama 48 jam, diperoleh


hasil bahwa pada cawan petri yang diberikan antibiotik amoxcillin, terdapat zona hambat
yang ditandai dengan daerah sekitar antibiotik berwarna bening mengecil dan terdapat
serabut halus. Terdapatnya zona hambat pada percobaan tersebut disebabkan karena khamir
tersebut tidak resisten terhadap antibiotik yang ditanam pada media yang sama. Resistensi ini
merupakan suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh antimikroba. Sifat ini
merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan hidup. Resistensi dari khamir tersebut
biasanya disebabkan karena khamir tersebut dapat menghasilkan suatu enzim yang dapat
menghancurkan antibiotik tersebut. Resisten adalah dalam konsentrasi antimikroba yang
sangat besar atau dalam konsentrasi berapa pun,ia tidak dapat menghambat ataupun
membunuh mikroorganisme.
Logam-logam berat berfungsi sebagai anti mikroba oleh karena itu dapat
mempresipitasikan enzim-enzim atau protein esensial dalam sel. Tetapi garam dari logam
berat ini mudah merusak kulit dan merusak alat-alat yang terbuat dari logam. Oligodinamik
adalah daya hambat atau kemampuan mematikan dari logam terhadap makhluk hidup,
sehingga variasi yang diberikan pada ujiini adalah logam.
Amoxicilin merupakan antibiotika golongan penisilin, yang menghambat sensitivitas
dinding sel mikroba. Dengan mekanisme menghambat reaksi dalam proses sintesis dinding
sel sehingga tekanan osmotis dalam sel kuman lebih tinggi dari pada diluar sel maka terjadi
lisis sel. Namun kelemahannya adalah dapat terjadi resisten dan umurnya yang pendek
sehingga dapat dikontaminasi oleh fungi mikro misalnya khamir.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diperoleh informasi bahwa terjadi penurunan
zona bening rata-rata pada pemekrisaan 24 jam dengan 48 jam, hal ini dikarenakan semakin
lama waktu maka daya antimikrobial milik amoxcillin maupun oligodinamik akan menurun
dan resisten mikroba akan meningkat.
Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat dibedakan atas beberapa
kelompok sebagai berikut :
1. Merusak dinding sel.
2. Mengganggu permaebilitas.
3. Merusak molekul protein dan asam nukleat.
4. Menghambat aktivasi enzim.
5. Menghambat sintesia asam nukleat
Aktivitas antimikrobia yang dapat diamati secara langsung adalah perkembangbiakannya.

14
15

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Praktikum kali ini adalah uji potensial oligodinamik dan antibiotik. Logam yang
digunakan untuk uji oligodinami adalah logam NiSO4 dan CuSO4 5H2O. Dan antibiotik yang
digunakan pada uji potensial daya hambat mikroorganisme adalah antibiotik chloramphenicol
250 mg dan antibiotik amoxilin 500 mg.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui daya hambat suatu zat terhadap
mikroorganisme seperti bakteri. Pengujian dilakukan pada media Nutrient Agar dan
menggunakan Staphilococcus aureus sebagai suspensi bakterinya. Pada pengamatan 24 jam,
pengujian potensial daya hambat oligodinamik didapat bidang transparan disekitar kertas
cakram CuSO4.5H2O rata-rata berdiameter 5 cm, sedangkan disekitar logam NiSO4 rata-rata
berdiameter 3,94 cm dan bidang tranparan di sekitar kertas cakram amoxcillin rata-rata
berdiameter 4,60 cm.
Pada pengujian potensial daya hambat antibiotik didapat bidang transparan namun
bidang transparan tersebut terlihat menyatu antara kertas isap yang dicelupi antibiotik 250 mg
dan antibiotik 500 mg. Hasil pemeriksaan 48 jam menunjukan terjadinya penurunan ke
antimikrobial-an dan paling jelas dilihat pada pengamatan amoxcillin yang semakin
berkurang hingga terkontaminasi dan zona bening pun hilang.

B. Saran

Diharapkan pada praktikum kedepannya dalam Praktikum Uji Potensi Antimikrobia


dan Oligodinamik, diperlakukan pada sampel yang masing-masing (tersendiri) agar
pengamatan jelas dan tidak terjadi penggabungan zona bebas antar antimikrobia tersebut.

15
16

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputo, D. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta, 2005.


Irianto, Koes. Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung: Wyrama Widya, 2006.
Pelczar. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1988.
Volk, A.W dan Wheeler, M.F. Mikrobiologi Dasar jilid1. Jakarta: Erlangga, 1993
Retnoningsih, Rinny,dkk. Pengaruh Oligodinamik, Antiseptik, dan Desinfektan Terhadap
Bakteri Bacillus sp. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh November
Anonim.2010. “Tuntutan Praktikum Mikrobiologi farmasi Dasar”. UMI: Maksaar.
Bibiana, W, Lay.1994.”Analisis Mikrobiologi di Laboratorium”.PT.Raya Grafindo Persada:
Jakarta.
Djide M, Natsir.2008.“Dasar-dasar Mikrobiologi”.Universitas Hasanuddin:Makassar.
Ganiswara, S, G.2001. “Farmakologi dan Terapi”.Universitas Indonesia:Jakarta.
Irianto.2006. “mikrobiologi menguak dunia mikroorganisme”, Yrama Widya:Jakarta.
Pratiwi, 2007, “Mikrobiologi Farmasi”. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Tjay, H, T, & Rahardja, K.2001. “Obat-obat Penting”, Edisi V, PT Elex Media
Komputindo:Jakarta.

16
17

LAMPIRAN

17
18

I. Dokumentasi
A. Dina Hafshah

Pengamatan 24 Jam Pengamatan 48 Jam


A : 5 cm A : 4 cm
Cu : 4 cm Cu : 4 cm
Ni : 4 cm Ni : 4 cm

B. Intan Putri Utami

Pengamatan 24 Jam Pengamatan 48 Jam


A : 5 cm A : -
Cu : 5 cm Cu : 4 cm
Ni : 4 cm Ni : 4 cm

18
19

C. Muhamad Aditya Hidayah

Pengamatan 24 Jam Pengamatan 48 Jam


A : 3,5 cm A :-
Cu : 4 cm Cu : 3,5 cm
Ni : 3,7 cm Ni : 4 cm

D. Siti Rohida Nur Haeni

Pengamatan 24 Jam Pengamatan 48 Jam


A : 5 cm A : 4 cm
Cu : 4 cm Cu : 4 cm
Ni : 4 cm Ni : 4 cm

19
20

E. Surya Isra Sri Susanto

Pengamatan 24 Jam Pengamatan 48 Jam


A : 4,5 cm A : 1 cm
Cu : 5 cm Cu : 4 cm
Ni : 4 cm Ni : 4,5 cm

20
21

II. Data Penimbangan dan Sterilisasi


A. Penimbangan NaCl
Bobot kaca arloji + sampel : 42,811 g
Bobot kaca arloji kosong : 42,386 g-
Bobot sampel : 0,425 g
B. Penimbangan NA
Bobot kaca arloji + sampel : 49,013 g
Bobot kaca arloji kosong : 37,213 g-
Bobot sampel : 11,80 g
C. Sterilisasi Petridisk
Waktu mulai : 14.57 WIB
Waktu selesai : 15.57 WIB
D. Sterilisasi Basah
Jam masuk : 15.02 WIB
Jam mendesis : 15.31 WIB
Jam mulai sterilisasi : 15.40 WIB
Jam selesai sterilisasi : 15.55 WIB
Jam keluar : 16.00 WIB

Nilai Saran Paraf

21

Anda mungkin juga menyukai