TEORI GRAF
Oleh:
Referensi :
1. Gary Chartrand, Ortrud R. Oellermann, (1993), Applied and algorithmic Graph
Theory, McGRAW-HILL.
2. Reinhard Diestel (2000), Graph Theory: Graduste Texts In Mathematics, Springer.
3. Wataru Mayeda (1972), Graph Theory, WILEY-INTERSCIENCE.
4. Sumber lainnya.
Pendahuluan
Pada tahun 1836, Leonhard Euler membuktikan bahwa perjalanan di kota Konigsberg
dengan syarat melalui setiap jembatan tepat satu kali, tidak dapat dilaksanakan. Dalam
pembuktiannya Euler menyederhanakan situasi jembatan Konigsberg itu menjadi suatu
diagram seperti pada Gambar 1.
Gambar 1
Berkat pekerjaan Euler yang diilhami melalui persoalan jembatan Konigsberg itu,
maka muncullah suatu cabang Matematika yang cukup penting, yang dikenal dengan nama
Teori Graph (Graph Theory).
Teory Graph sudah banyak berkembang dan memiliki segi terapan di banyak bidang
ilmu, misalnya di bidang Fisika, Kimia, Ilmu Komunikasi, Rekayasa listrik, Genetika, dan
lain-lain. Teori Graph juga erat kaitannya dengan beberapa cabang Matematika, antara lain ;
teory Matriks, Analisa Numerik, Teori Kemungkinan, Topologi dan Kombinatorial.
Sementara dalam kenyataan, pengetahuan kita tentang Teori Graph masih sangat kurang.
Salah satu persoalan dalam Teori Graph adalah menghitung banyaknya Graph yang
tidak isomorphik, yang disebut Enumerasi (Enumeration). Khusus untuk graf pohon dapat
dilakukan dengan mengaplikasikan Teorema Cayle.
Persoalan lain adalah menghitung banyaknya pohon perentang dari graph lengkap Kp
dan pohon perentang (spaninning - tree) dari sebarang graph terhubung sederhana. Pohon
perentang dari graph lengkap Kp ternyata ada kaitannya dengan pohon berlabel yang tidak
isomorphik. Karena itu banyaknya pohon perentang dari suatu graph lengkap K p dapat
dihitung dengan Teorema Cayley, sedang pohon perentang dari graph tehubung sederhana
dapat dihitung dengan Teorema Matriks Pohon (Matrix-Tree Theorem).
Pengertian dan sifat-sifat dasar yang sederhana dari suatu graph, berikut teorema, dan
pengertian tentang derajat, isomorphik, subgraph, serta beberapa graph khusus diuraikan pada
pembahasan berikut.
G:
z
w
v
Gambar 1
Telah di definisikan bahwa graf terdiri dari himpunan titik V(G) dan himpunan sisi
X(G). Masing-masing pasangan X= (u,v) dalam X(G) adalah rusuk dari G. Banyaknya titik
simpul dari G dinyatakan denga p , dan banyaknya rusuk dari G dinyatakan dengan q.
Suatu graf G dengan p titik simpul, disebut graf berlabel orde p, bilamana masing-
satu bilangan bulat positif yang berbeda dari himpunan {1,2,3, … , p}.
Untuk memperlancar uraian tentang graf, hubungan antara dua titik, antara dua sisi,
dan antara titik dan simpul diberi nama tertentu. Hubungan-hubungan itu didefinisikan
sebagai berikut .
Definisi 2
Misalkan G adalah suatu graf. Titik vi,vj V(G) dan sisi x X(G).
x1 x2
x4
v2
x3
v3
Gambar 2
Simpul v1, v2, dan v3 adalah simpul yang bertetangga. Sedangkan v1 dan v4 adalah
simpul yang tidak bertetangga. Rusuk-rusuk yang bertetangga adalah rusuk x3, x2, dan x4, dan
terkait dengan simpul v3.
Definisi 3
Dua graf H = (V(H),X(H)) dan G = (V(G),X(G)). Graf H disebut subgraf dari G, jik V(G)
V(G) dan X(H) X(G). Jika V(H) = V(G), maka H dikatakan subgraf perentang dari G.
Untuk lebih memahami definisi 5 diberikan Gambar 3. Graf G1 dan G2 adalah subgraf dari G.
G G1 : G2:
Gambar 3
Subgraf maksimal H dari graf G adalah subgraf yang memenuhi untuk setiap sisi e
E(H) dan vV(H) berlaku e terkait dengan v di H jika hanya jika e terkait dengan v di G.
Subgraf G-e adalah subgraf maksimal dengan himpunan titik V(G) dan himpunan sisi E(G)-
{e}. Sedangkan subgraf G-v adalah subgraf maksimal dari G dengan himpunan titik V(G)-
{v} dan himpunan sisi E(G)-{vu: uV(G)}. Untuk sembarang himpunan titik simpul S, S
V(G), subgraf terinduksi GS adalah subgraf maksimal dari G dengan himpunan titik S.
Karena itu dua titik bertetangga pada GS jia hanya jika kedua titik tersebut bertetangga di
Jalan (walk) pada suatu graf adalah barisan titik simpul dan rusuk: v1, e1, v2, e2, ..., en-
1, vn yang dimulai dengan suatu titik simpul dan diakhiri oleh suatu titik simpul pula dengan
setiap rusuk terkait dengan titik yang ada di kiri dan kanannya.
Derajat
Dalam suatu graf terdapat banyak parameter yang berhubungan dengan sebuah graf
G. Mengetahui nilai-nilai dari parameter-parameter tersebut dapat memberikan informasi
mengenai graf G.
Definisi 3.
Derajat suatu simpul vi dalam graf G, dilambangkan “ d( vi)”, adalah banyaknya rusuk x
Bukti. Misalkan graf G terdiri satu rusuk, berarti G memiliki dua simpul yang masing-
masing berderajat satu, sehingga jumlah derajat simpul dalam G adalah dua. Karena setiap
rusuk menghubungkan dua simpul, maka banyaknya rusuk akan menambah jumlah derajat
simpul dalam G adalah dua. Ini berarti jumlah derajat simpul dalam G adalah dua kali jumlah
rusuk.
Jika semua titik dari graf G mempunyai derajat yang sama maka G disebut graf reguler.
Graf berikut adalah graf reguler berore 3.
Isomorfik. Dua graf (V(G1),X(G1)) dan (V(G2),X(G2)). Suatu pemetaan satu-satu dari V(G1)
Dua graf G1 dan G2 dikatakan isomorphik, jika ada isomorphisme antara G1 dan G2. Contoh
V1
V
2
V u1 u5
graf isomorphik diberikan pada Gambar 4. 3
G1: G2:
u2 u6
V4 V5 V6 u4 u3
Gambar 4
Komplemen.
Graf F disebut komplement dari graf G bila V(F)=V(G) dan uv � E(F) jika dan hanya jika uv
�E(G). Komplemen dari graf G dinotasikan dengan G .
Contoh. Perhatikan graf G dengan 4 titik berikut dengan komplemennya
G: G:
Gambar 5
Jika pada suatu graf terdapat dua titik yang tidak dihubungkan oleh suatu titik, maka
graf tersebut disebut graf tak terhubung. Akibatnya graf tersebut memuat subgraf yang
terpisahkan satu sama lain. Subgraf terhubung maksimal pada graf G disebut komponen.
Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar 5a berikut.
G:
Gambar 5a
Graf G pada gambar 5a mempunyai dua komponen. Dapat diperiksa bahwa subgraf siklus
dengan tiga titik simpul C3 bukan komponen dari G di atas.
P2+P3 :
v3 v4
v2 v5
...
v1 vn
Gambar 2.5
Graf Siklus
Definisi 7
Jika Pn := v1,v2,...,vn adalah suatu graf lintasan berorde n dan n ≥ 3, maka graf Cn := Pn +
{v1,v2} disebut siklus berorde n. Panjang Pn adalah n-1, yaitu banyaknya sisi pada Pn dan
panjang siklus Cn adalah n. Graf siklus untuk n titik dinotasikan dengan Cn .
v3 v4
Contoh graf siklus diberikan pada gambarv22.6. v5
...
v1 v n
Gambar 2.6
Panjang suatu lintasan adalah banyaknya sisi yang ada pada lintasan tersebut. Pada suatu graf
yang memuat siklus tentulah ada yang mempunyai panjang terbesar dan ada yang terkecil.
Panjang siklus terkecil disebut girt dan dinyatakan dengan g(G) dan panjang siklus terbesar
disebut Keliling (circumference) pada graf G dinyatakan dengan c(G).
G:
Gambar 2.6a
Graf pada gambar 2.6a mempunyai g(G) = 3 dan c(G) = 8. Pada suatu graf terhubung setiap
dua titik simpulnya dihubungkan oleh paling sedikit dua lintasan. Karena itu lintsan-lintasan
tersebut ada yang pendek dan ada yang panjang. Panjang lintasan terpendek yang
menghubungkan dua titik menunjukkan jarak kedua titik tersebut dan dinyatakan oleh d(u,v).
Lebih jelasnya diberikan definisi berikut.
Definisi 8
Jarak antara dua titik u,v pada suatu graf G ditulis d(u,v) dengan d(u,v)= 0 jika u=v; d(u,v)=
k, jika uv dan k adalah panjang lintasan terpendek yang menghubungkan u dan v. Jika tidak
ada lintasan yang menghubungkan titik u, v, maka d(u,v)= .
Graf Pohon
Graf pohon banyak diterapkan untuk berbagai keperluan diantaranya adalah sebagai struktur
organisasi suatu perusahaan, silsilah suatu keluarga, skema sistem gugur suatu pertandingan,
dan ikatan kimia suatu molekul adalah jenis graf yang tergolong sebagai pohon. Namun
sebelum sebelum memahamai definisi graf pohon, terlebih dahulu disajikan defenisi
terhubung.
Defenisi 9
Graf G dikatakan terhubung jika untuk setiap dua titik u dan v pada graf tersebut terdapat
suatu lintasan yang memuat u dan v.
Contoh defenisi 8 diberikan pada gambar 2.7.
Gambar 2.7
Definisi 10
Misalkan T adalah graf terhubung. Jika T tidak memiliki siklus, maka T disebut graf pohon.
Contoh sebuah graf pohon T diberikan pada Gambar 2.7a.
Gambar 2.7a
Graf tak terhubung yang komponen-komponennya pohon disebut hutan. Dan graf yang hanya
terdiri dari satu titik disebut pohon trivial.
Teorema 3
Jika G adalah graf yang memiliki p titik, maka pernyataan-pernyataan berikut adalah
eqivalen.
a. G adalah pohon.
b. G memiliki p-1 sisi dan tidak memiliki siklus.
c. G adalah graf terhubung dan memiliki p-1 sisi.
d. Setiap dua titik simpul dari G dihubungkan oleh tepat satu lintasan.
e. G tidak memiliki siklus, dan jika pada G ditambahkan satu sisi x yang mengaitkan
dua titik di G yang tidak bertetangga, maka G+x memiliki satu siklus.
Akibat 1
Jika G adalah pohon nontrivial, maka G memiliki paling sedikit dua titik berderajat satu
Akibat II
Jika G adalah hutan yang memiliki p titik simpul dan k komponen, maka G memiliki p-k sisi.
Graf Lengkap
Definisi 11
V V
V3 suatu graf yang 3terdiri dari p titik
Graf lengkap adalah 4
simpul dan setiap titik simpulnya
K3
bertetangga. Graf lengkap denganKp4 titik dinotasikan dengan Kp,.
Contoh sebuah graf lengkap diberikan pada gambar 2.8.
V1 V2 V1 V2
Gambar 2. 8
Graf Bintang
Definisi 12
Graf bintang dengan n titik adalah graf pohon yang mempunyai satu titik berderajat
dan titik lainnya berderajat satu. Graf bintang dengan n titik dinotasikan dengan .
Gambar 2. 9
Dapat dilihat bahwa bintang dan lintasan adalah graf pohon yang mudah dikenali karena
memiliki ciri-ciri khusus.
Graf Roda
Definisi 13
Graf roda dinotasikan dengan Wn adalah graf lingkaran Cn ditambah satu simpul x, yakni Wn
= Cn +{x}, dimana simpul x bertetangga dengan semua simpul pada graf lingkaran Cn.
Contoh graf roda diberikan pada Gambar 2.10
W4
Gambar 2.10
Graf G bipartit jika V(G) dapat dipartisi kedalam dua subhimpunan tak kosong V1 dan V2,
sedemikian sehingga untuk setiap sisi e=uv �E(G), berlaku u � V1 dan v �V2 atau v � V1 dan
u �V2 . Graf G dikatakan graf bipartit lengkap, jika E(G)={uv: u �V1, v �V2 dan dinotasikan
Kn,m. Berikut ini adalah graf lengkap dengan 5 titik dan graf bipartit lengkap K3,5.
K5 K3,5
Teorema 4
Graf nontrivial G adalah bipartit jika hanya jika G tidak memuat siklus dengan panjang ganjil
Bukti.
Misalkan G tidak memuat siklus dengan panjang ganjil. Asumsikan G terhubung.
Misalkan u adalah sebarang titik di G, dan U adalah himpunan yang memuat titik-titik
dengan panjang genap dari u. Misalkan pula W adalah himpunan yang memuat titik dengan
panjang ganjil dari u. Dengan demikian {U, W} adalah koleksi partisi dari V(G). Anggaplah
bahwa u di U, berarti d(u,u)=0.
U 1 2 5
4 6
3 7
U: u 2 4 6
W: 1 3 5 7
Kita klaim bahwa setiap sisi dari G mengaitkan suatu titik di U dan suatu titik di W. Andaikan
itu tidak benar. Berarti terdapat satu sisi di G yang mengaitkan dua titik di U atau dua titik di
W, sebut itu ux E(G) dengan w,x W. Karena d(u,w) dan d(u,x) duanya ganjil, maka dapat
ditulis d(u,w)=2s+1 dan d(u,x)= 2r+1 untuk suatu bilangan asli s, r. Labeli titik-titik dari u ke
w dan dari u ke x sebagai berikut. U=v0, v1, ..., v2s+1=w dan u=x0, x1, ....., x2r+1=x. Dua lintasan
tersebut tambah sisi wx memebentuk siklus C, dengan C : u, v1, ......, v 2s+1=w, x= x2r+1 , ......,
x1, x0=u.
Siklus C mempunyai panjang 2s+1 + 2r+1 tambah satu sisi wx. Dengan kata lain panjang C
adalah (2s+1)+(2r+1)+1= 2(s+r+1)+1. Nilai 2(s+r+1)+1 adalah ganjil. Jadi G memiliki siklus
dengan panjang ganjil. Hal ini kontradiksi dengan G tidak memuat siklus ganjil. Jadi, tidak
benar bahwa terdapat sisi di G yang mengaitkan dua titik pada partisi yang sama. Dengan
kata lain, setiap sisi dari G mengaitkan suatu titik di partisi yang satu dan suatu titik di partisi
yang satunya. Menurut definisi G adalah bipartit.
Misalkan G nontrivial dan bipartit. Akan ditunjukkan G tidak memuat siklus ganjil.
Partisi himpunan V(G) ke dalam dua subhimpunan sebut U dan W sedemikian sehingga
setiap sisi di G mengaitkan suatu titik di U dan suatu titik di W. Misalkan e1=u1w1,
e2=u2w2, e3=u3w3, dan e4=u4w4. Jika titik tersebut berbeda semua maka G tidak memuat
siklus. Jika masih ada sisi lain misal e di G maka e=uiwj, 1,j=1,2,3,4, dan ij, sebut i=2 dan
j=3. Dalam hal ini, terdapat lintasan P3: w2, u2, w3, u3 dengan panjang 3. Jika lintasan ini
terletak pada suatu siklus C, maka C=E(P3)+{u3,w2} dengan panjang 4. Situasi lain akan
selalu serupa. Karenanya dapat disimpulkan bahwa G tidak memuat siklus ganjil.
U: u1 u2 u3 u4
W: w1 w2 w3 w4
Pewarnaan Graf
Pewarnaan graf terdiri dari dua macam yaitu pewarnaan titik dan pewarnaan sisi.
Definisi 14
Pewarnaan titik pada graf G adalah pemberian warna pada himpunan titik V (G) dengan
aturan setiap titik diberi hanya satu warna dan dua titik yang bertetangga diberi warna beda.
Contoh pewarnaan titik pada graf diberikan pada gambar 2.11.
3 2
2
2 2 1
1 2
2
2
3
Gambar 2.11
Suatu graf G dikatakan berwarna-k jika titik-titik pada G dapat diwarnai dengan k warna.
Bilangan asli terkecil k sedemikian sehingga G berwarna k disebut bilangan kromatik dari G,
dan dinotasikan dengan (G). Sebagai illustrasi, graf bipartite yang terdiri dari n+m, yang
dinotasikan Bn,m, mempunyai bilangan kromatik 2 atau ( Bn,m) = 2 dan bilangan kromatik
untuk graf lengkap Km adalah m, (( Km)=m).
Saat ini, pewarnaan graf merupakan salah satu bidang kajian dalam teori graf yang
banyak mendapat perhatian, sejak Erdos dan Szekeres (1935) memperkenalkan bilangan
Ramsey dua warna dalam teori graf. Setelah itu, variasi dan tipe pewarnaan lain dikaji lebih
lanjut oleh Kotzig dan Rosa dengan memperkenalkan graceful labelling dengan istilah magic
valuation. Pada tahun 1973, Burr dan Roberts memperkenalkan pewarnaan n warna dalam
penentuan bilangan Ramsey n warna. Selanjutnya, Korolova dan Hasmawati dkk.,
mengaplikasikan pewarnaan graf dalam penentuan bilangan Ramsey dua warna untuk graf
bintang kombinasi graf roda. Penerapan pewarnaan graf untuk menyelesaikan masalah pada
bidang ilmu lain juga belum banyak dilakukan. Baskoro E. T. Dan R. Simanjuntak
mengaplikasikan pewarnaan graf sebagai struktur dasar pembangun skema pembagian
rahasia (secret sharing scheme (SSS)). Skema dan sofware SSS yang dihasilkan masih
terbatas pada struktur pewarnaan graf bintang (star). Selanjutnya Sudarsana I W., dkk
mengembangkan skema dan software SSS tersebut dengan menggunakan struktur pewarnaan
graf yang lebih umum, yaitu gabungan bintang (star) dan bintang ganda (double star).
Teorema 5
Graf G mempunyai bilangan kromatik 2 jika hanya jika G adalah tidak kosong dan bipartit
Bukti.
Misalkan (G)=2 atau banyaknya warna minimum yang digunakan adalah dua, sebut itu
warna 1 dan warna dua. Kumpulkan titik-titik berwarna 1 dengan nama himpunan U dan W
adalah himpunan titik yang berwarna dua. Menurut definisi pewarnaan titik di partisi U jika
mempunyai tetangga, maka tetangganya ada di W. Berarti setiap sisi di G mengaitkan suatu
titik di U dan suatu titik di W. Jadi G adalah graf bipartit.
Definisi 15
Pewarnaan sisi pada graf G adalah pemberian warna pada sisi pada suatu graf G, sedemikian
sehingga setiap dua sisi yang bertetangga mempunyai warna yang berbeda.
Contoh pewarnaan sisi pada graf diberikan pada gambar 2.12.
2
1
2 3
1 2
1
Gambar 2.12
Matriks Graf
Kadang-kadang penyajian suatu matriks dapat mempermudah seseorang untuk
menganalisah suatu graf, apabila analisa itu memerlukan perhitungan. Matriks ketetanggaan
(adjacency matrix) dan matriks keterkaitan (incidence matrix) adalah istilah matriks dalam
graf dengan bentuk tertentu. Adapun bentuk atau definisinya dapat dilihat pada penyajian
berikut.
Definisi 16
Matriks ketetanggaan A = (aij) dari suatu graf berlabel dengan p titik simpul, adalah matriks
berukuran pxp, dengan aij= 1 jika vi bertetangga dengan vj dan aij= 0 untuk hal yang lain.
Contoh. Pandang graf pada gambar berikut.
v2
v1
V5
V3
V4
Definisi 17
Matriks keterkaitan B = (bij) dari suatu graf berlabel dengan p titik simpul dan q sisi, adalah
matriks berukuran qxp, dengan bij= 1 jika ei terkait dengan vj dan bij= 0 untuk hal yang lain.
Contoh. Pandang graf berikut.
V1 e1 v2
e3 e2
V3 e4 v4
Jika i < k, det(EKxK) juga bernilai nol, sebab semua elemen baris ke-k adalah nol. Dengan
demikian det(EMxM) = 0.
Teorema 7
Suatu graf G yang memiliki n = m+1 titik simpul dan m sisi adalah suatu graf pohon, jika
hanya jika nilai det(EMxM) adalah 1 atau -1. Dalam setiap kejadian lain determinan ini bernilai
nol.
Teorema 8. Teorema Matriks Pohon
Misalkan G adalah graf berlabel terhubung dengan matriks ketetanggaan A. Matriks M
adalah matriks yang diperoleh dari –A dengan mengganti elemen diagonal ke – i dengan
derajat vi. Maka semua kofaktor dari matriks M adalah sama dan nilainya sama dengan
banyaknya pohon perentang dari G.
Bukti.
1. Kita akan memulai pembuktian ini dengan membuat matriks baru E=(eij) dari G,
yakni diperoleh dari matriks keterkaitan B dengan mengganti salah satu angka 1 pada
setiap kolmnya dengan -1. Anggota baris ke-i dan kolom ke-j dari EE T adalah
ei1ej1+ei2ej2+...+eiqejq, yang jumlahnya sama dengan derajat vi jika vi=vj. Apabila
vi bertetangga dengan vj nilainya -1, dan 0 untuk hal lainnya. Akibatnya EET=M.
2. Pandanglah suatu submatriks dari E yang memuat p-1 kolom.submatriks berorde
px(p-1) ini bersesuaian dengan suatu subgraph perentang H dari graph tersambung G
yang memiliki p-1 rusuk. Apabila sebarang baris dari submatriks tersebut dikeluarkan,
katakanlah baris ke-k, maka akan diperoleh suatu matriks bujur sangkar F yang
berorde (p-1) x (p-1). Jika subgraph perentang H bukan pohon, berarti H memiliki
jalan lingkar, sebab H memiliki p titik simpul dan p-1 rusuk.menurut teorema 4, | det
F | = 0. Jika subgaraph perentang H merupakan pohon, maka menurut teorema 5, | det
F | = 1. Dengan demikian | det F | sama dengan | det FT | = 1.
Untuk memudahkan mengikuti jalan pikiran di atas diberikan suatu contoh
sebagai berikut:pandanglah graph G pada berikut.
V1 X4 V4
X1 X5 X3
G:
V2 X2 V3
X1 x2 x3 x4 x5
V1 1 0 0 1 1
V2 -1 1 0 0 0
E = v3 0 -1 1 0 -1
V4 0 0 -1 -1 0
Dan
3 -1 -1 -1
-1 2 -1 0
EET = -1 -1 3 -1
-1 0 -1 2
Jika kolom ke-2 dan kolom ke-3 pada matriks E dihilangkan, diperoleh suatu submatriks E1
yang memuat p-1 kolom. Karena p=4, maka submatriks E1 yang berorde px(p-1) adalah
1 1 1
-1 0 0
E1 = 0 0 -1
0 -1 0
Subgraf E1 bersesuaian dengan satu subgraf perentang dari G. Sekarang kita akan
membentuk matriks bujursangkar F dengan menghilangkan salah satu baris E1, katakanlah
baris ke-2. Bentuk matriks F adalah
1 1 1
F = 0 0 -1
0 -1 0
Pada matriks F dapat dilihat bahwa F=1. Karena F=1, maka subgraf perentang dari G
yang bersesuaian dengan E1 merupakan pohon. Bentuk subgraf pohonnya dapat dilihat
seperti berikt.
v1 x4 v4
x1 x5
H:
v2 v3
Subgraf perentang H diperoleh dengan menghilangkan sisi x2 dan x3 pada graf G. Hal ini
bersesuaian dengan menghilangkan kolom ke 2 dan kolom ke-3 matriks E.
3. Pembuktian terakhir teorema matriks pohon adalah menggunakan teorema Binet –
Cauchy tentang hukum determinan matriks.
Teorema binet-cauchy mengatakan bahwa “Jika A dan B adalah dua matriks yang berorde
nxn, dan jika k = n, maka det (A KxN BNxK) = det AKx]. Det BIxK”. Dengan K=1, 2, 3 . . . , k .
Jika k=m, maka determinan pada teorema ini adalah determinan perkalian dua matriks
bujursangkar.
Suatu graph tersambung dengan titik simpul V1, V2, . . . , V3, . . . , Vm, dan rusuk X1, X2, . . . ,
Xn ; m = n . sehingga matriks E dari graph tersebut adalah berorde mxn. Dari matriks E MxN ,
kita membuat submatriks E1 yang berorde m x (m-1) . jika salah satu baris dari E 1
dilenyapkan diperoleh matriks bujursangkar F yang berorde x (m-1) . untuk teorema Binet-
Cauchy: AKxI = F, sedangkan BIxK = FT . dengan mengingat bahwa penghilangan salah satu
baris dan kolom pada matriks M adalah bersesuaian dengan FF T . berarti sebarang kofaktor
dari M sama dengan det FFT . menurut Binet-Cauchy: det(FFT) = det F . det FT . hal ini
menunjukkan bahwa jumlah perkalian dari semua determinan utama F dan FT sama dengan
nilai kofaktor elemen utama dari M sedang F bersesuaian dengan pohon perentang dari G,
jika |det F| = 1 . Jadi terbukti bahwa banyaknya pohon perentang dari G sama dengan nilai
sebarang kofaktor dari M.
Pada gambar 3.1 . Matriks M dari graph tersebut adalah
M= . . . . . . . . . . . (4)
Gambar 3.1 adalah 8 kedelapan pohon perentang tersebut dapat dilihat pada gambar berikut
ini.
Enumerasi graf adalah menghitung banyaknya graf berlabel yang tidak isomorfik. Konsep
enumerasi ini penting karena banyak masalah nyata dapat diselesaikan melalui konsep ini.
Misalnya; berapa banyak molekul kimia yang rumusnya C8H18? Berapa banyak rencana
arsitektur lantai gedung yang memenuhi sifat-sifat tertentu? Dan lain-lain.
Contoh enumerasi atau menghitung banyaknya graf berlabel yang tidak isomorfik untuk graf
degan tiga titik simpul dapat dilihat sebagai berikut.
1 1 1 1 1 1
3 2 3 2 3 2 3 2 3 2
3 2
1 1
3 2 3 2
Menghitung banyaknya graf sederhana berlabel dengan n titik dapat dilakukan yakni
menggunakan konsekwensi Lema Jabatan Tangan . Banyaknya sisi yang mungkin adalah
n(n-1)/2 dan setiap sisi ada atau tidak ada mengatakan ada 2 kemungkinan. Jadi banyaknya
graf sederhana berlabel yang tidak isomorfik adalah 2n(n-1)/2 . Sedangkan banyaknya graf tak
berlabel yang tidak isomorfik lebih kecil karena labelnya tidak berpengaruhlagi. Contoh,
banyaknya graf sederhana tak berlabel dengan 3 titik simpul hanya 4 yakni:
Enumerasi graf yang banyak mendapat perhatian adalah enumerasi graf pohon. Dalam hal ini,
menghitung banyaknya pohon berlabel dengan sejumlah titik tertentu. Untuk masalah ini,
digunakan Teorema Caylay. Menurut Caylay: banyaknya pohon berlabel dengan p titik
simpul adalah p(p-2).
Topik Makalah: Bilangan Ramsey
Bilangan Ramsey
Konsep awal bilangan Ramsey adalah konsep bilangan Ramsey Klasik. Oleh karena itu pada
awal penyajian ini dimulai dengan pengertian bilangan Ramsey klasik kemudian dilanjutkan
dengan pengertian bilangan Ramsey graf.
memenuhi R(n1,n2) .
Teorema 2.3 (Batas bawah). R(n1,n2) ≥ untuk n1 ≥ 2 dan n2 ≥ 2.
Definisi 2.2
Diberikan graf G1,G2,….Gk, bilangan Ramsey graf multiwarna R(G1, G2,…Gk) adalah bilangan
asli terkecil m sedemikian sehingga untuk setiap pewarnaan k warna pada semua sisi Km akan
memuat subgraf Gi untuk suatu i yang semua sisinya berwarna sama.
Pada penulisan selanjutnya, bilangan Ramsey graf dua warna hanya ditulis bilangan Ramsey.
Banyak peneliti mengkaji bilangan Ramsey, diantaranya adalah Chavatal dan Harary (1972).
Salah satu hasil fundamental dari mereka adalah batas bawah bilangan Ramsey R(G,H).
sebelum menyajikan teorema batas bawah bilangan dari Chavatal dan Hararyy, terlebih
dahulu disajikan definisi tentang graf kritis (good-graf).
Definisi 2.3
Suatu graf lengkap dengan n titik (Kn) disebut graf kritis untuk G dan H jika terdapat
pewarnaan pada semua sisi-sisi Kn katakan merah atau biru, sedemikian sehingga Kn tidak
memuat sub graf merah yang isomorf dengan G dan tidak memuat subgraf biru yang isomorf
dengan H.
Teorema 2.4 (Chavatal-Harary)
Misalkan (H) adalah bilangan kromatik graf H dan C(G) adalah banyaknya titik pada
berorde paling sedikit C(G). dengan demikian, F tidak memuat graf dengan orde C(G).
bahwa adalah graf multipartit Ks. jelas Ks terdiri dari partisi, sehingga tidak
memuat graf dengan bilangan kromatik (H). dengan demikian tidak memuat H. jadi,
jika n �3, maka R(Sn,W5) = 3n-2. Chen dkk. [3], menunjukkan bahwa jika n �m-1 �2 dan m
ganjil maka R(Sn,Wm) = 3n-2. Dalam [6], Hasmawati memperoleh R(Sn,Wm) = m+n-2 untuk
n ganjil dan m genap, R(Sn,Wm) = m+n-1 untuk yang lainnya.
Makalah ini akan membahas mengenai bilangan Ramsey untuk kombinasi k-copy graf
bintang dengan graf roda dan kombinasi k-copy graf pohon dengan graf lengkap.
Berikut ini adalah beberapa hasil yang akan digunakan dalam pembuktian-pembuktian
teorema.
Teorema 2.2. (Hasmawati [7]). Jika n �3 dan m ganjil m �2n-1, maka R(Sn,Wm) = 3n-2.
Teorema 2.3 (V. Chvatal [4]). R(Tn,Km) = (n-1)(m-1) +1, untuk sebarang bilangan asli n dan
m. Berikut ini disajikan dua hasil yaitu bilangan Ramsey R(kSn,Wm ) dan bilangan Ramsey
R(kTn,Km), dimana k menunjukkan banyaknya komponen.
Teorema 2.4. Jika n �3, dan m ganjil m �2n-1, maka R(kSn,Wm ) = 3n-2 + (k-1)n.
Bukti: Misalkan m ganjil m �2n-1 dan n �3. Pandang graf F= K kn -1 �2 K n -1 . Graf ini
berorde 3n-3 + (k-1)n dan terdiri dari 3 komponen. Komponen pertama adalah graf lengkap
berorde kn-1, dan dua komponen lainnya juga masing-masing merupakan graf lengkap,
dengan orde berturut-turut n-1, n-1. Komponen pertama hanya memuat (k - 1) Sn , dan dua
komponen lainnya masing-masing tidak memuat S n . Jadi graf F= K kn -1 �2 K n -1 tidak
Kn-1
Kkn-1
Kn-1KK
Graf F = K kn -1 + �
K n -1 + K n -1 �
� �merupakan graf tripartit yang terdiri dari tiga partisi dengan
masing-masing partisi mempunyai kn-1, n-1,dan n-1 titik. Andaikan F memuat Wm dengan
m ganjil, maka titik pusat roda akan berada pada salah satu partisi dan rim roda Cm berada
pada kedua partisi lainnya. Karena siklus Cm adalah ganjil, maka kedua partisi tersebut tidak
mungkin membentuk graf bipartit. Akibatnya, ketiga partisi dimaksud di atas tidak mungkin
membentuk graf tripartit (suatu kontradiksi). Jadi graf F tidak memuat Wm untuk m ganjil.
�
K n -1 + K n -1 �
� �tidak memuat Wm untuk m ganjil. Karena itu, diperoleh R(kSn,Wm ) �3n-2 +
(k-1)n untuk m ganjil. Berikutnya akan ditunjukkan bahwa bilangan Ramsey R(kSn,Wm ) �
3n-2 + (k-1)n. Dalam pembuktian akan digunakan proses induksi matematika. Untuk k = 1,
berdasarkan Teorema 1.1 diperoleh R(Sn,Wm) = 3n-2. Asumsikan Teorema benar untuk setiap
r < k , yakni R(rSn,Wm) = 3n-2 +(r-1)n. Akan ditunjukkan bahwa Teorema juga benar untuk
r = k . Ambil sebarang graf F1 dengan F1 = 3n-2 + (k-1)n. Andaikan F1 tidak memuat roda
Wm . Akan ditunjukkan F1 memuat kSn. Karena F1 �3n-2 + (r-1)n untuk setiap r < k , maka
subgraf F1 yang diinduksi oleh A. Karena T =3n-2 dan T tidak memuat Wm , maka
menurut Teorema 1.1, subgraf T memuat S n . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Teorema 3.2. R(kTn,Km)= R(Tn.Km) + (k-1)n untuk sebarang bilangan asli n dan m.
Bukti: Pandang graf F = (m - 2) K n -1 �K kn -1 . Graf ini berorde (m-1)(n-1)+(k-1)n, tidak
memuat kTn dan komplemennya tidak memuat K m . Karena itu, diperoleh R(kTn,Km )�
(m-1)(n-1)+(k-1)n+1. Sebaliknya, tetapkan m dan n kemudian aplikasikan induksi
matematika untuk k. Jika k=1, berdasarkan Teorema 1.2 diperoleh R(Tn,Km) = (n-1)(m-1) +1.
Asumsikan Teorema benar untuk setiap r < k . Akan dibuktikan Teorema juga benar untuk
dan H adalah subgraf F1 yang diinduksi oleh B. Karena H =(m-1)(n-1)+1 dan H tidak
memuat K m , maka menurut Teorema 1.2, subgraf H memuat Tn . Dengan demikian dapat