Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN EVIDENCED-BASED PRACTICE

KEPERAWATAN GERONTIK

Nama mahasiswa : Winda Siti Juliani


NIM : SN162208

I. Latar Belakang
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah baik diastolik maupun
sistolik secara hilang timbul atau menetap. Hipertensi dapat terjadi secara
esensial (primer atau idiopatik) dimana faktor penyebabnya tidak dapat
diidentifikasi, atau secara sekunder, akibat dari penyakit tertentu yang diderita.
Hipertensi adalah penyebab utama stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal.
Hipertensi primer terjadi sebesar 90 - 95 % kasus dan cenderung bertambah
seiring dengan waktu. Faktor resiko meliputi obesitas, stres, gaya hidup santai
dan merokok ( Robinson dan Saputra, 2014).
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit
kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik, hipertensi dapat
menyebabkan stroke, infark miokard, gagal jantung, demensia, gagal ginjal,
dan gangguan pengelihatan. Sekitar 40% orang dewasa berusia diatas 25 tahun
telah didiagnosa menderita hipertensi Saat ini terdapat 1 milyar penderita
hipertensi di seluruh dunia. Sebanyak 9,4 juta kematian setiap tahun akibat
hipertensi dan penyakit terkait. Dari jumlah tersebut, 1,5 juta di antaranya ada
di Asia Tenggara (WHO, 2013).
Berdasarkan prevalensinya, persentase penderita hipertensi yang berusia
diatas 18 tahun yaitu 25,8%. Jumlah kasus hipertensi yang terdiagnosis oleh
tenaga kesehatan hanya sebesar 36,8% dan selebihnya (63,2%) tidak
terdiagnosis. Hasil pengukuran yang dilakukan menunjukkan persentase
penderita hipertensi mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan
rentang usia. Pada kelompok umur 35-44 sebanyak 24,8% menderita
hipertensi, umur 45-54 sebesar 35,6%, meningkat lagi pada umur 65-74
sebesar 57,6% dan yang paling tinggi sebanyak 63,8% dari lansia berusia 75
tahun keatas mengalami hipertensi. (Riskesdas, 2013).
Hipertensi dapat ditangulangi dengan dua cara yaitu dengan cara
farmakologi dan non farmakologi. Penatalaksanakan secara farmakologi yaitu
dengan mengunakan obat-obatan kimiawi. Penanganan secara non
farmakologis yaitu terapi komplementer (Yuliani, 2013). Tanaman herbal
umum digunakan untuk mengobati penyakit hipertensi antara lain adalah
Advokad, Labu Siam, Mengkudu dan Seledri (Wibowo 2015). Labu siam atau
dengan bahasa latinya sechium edule sw dikenal sebagai sayuran buah yang
menyehatkan, murah, mudah di dapatkan dan enak rasanya.
Buah Labu Siam juga kaya akan kalium. Kalium berguna bagi tubuh
untuk mengendalikan tekanan darah, sebagai terapi darah tinggi, serta
membersihkan karbondioksida di dalam darah. Kalium juga bermanfaat untuk
memicu kerja otot dan simpul saraf. Kalium yang tinggi akan memperlancar
pengiriman oksigen ke otak dan membantu menjaga keseimbangan cairan,
sehingga tubuh menjadi lebih segar. Penderita tekanan darah tinggi dianjurkan
mengkonsumsi labu siam secara rutin (Aini 2015).
Dalam penelitian Dire (2007) menyebukan bahwa labu siam memiliki
efek antihipertensi, menurut Djaelani (2012) dia menemukan adanya
perbedaan tekanan sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah pemberian labu
siam. Tanpa obat, tekanan darah penderita hipertensi turun setelah
mengkonsumsi labu siam selama lima hari berturu-turut. Hal ini terjadi karena
labu siam mengandung kalium yang tinggi, dan senyawa lain seperti alkaloid
dan flavanoid.
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 13 Desember 2017 didapatkan
hasil Ny. M mengeluh kepala terasa pusing dan tengkuk leher terasa sakit, Ny.
M juga mempunyai riwayat tekanan darah tinggi sejak 4 tahun yang lalu. Saat
dilakukan pemeriksaan tekanan darah didapatkan tekanan darah Ny. M
160/100 mmHg. Dari hasil wawancara pada Ny. M mengatakan belum tahu
bahwa perasan labu siam dapat menurunkan tekanan darah. Dari hasil
pengkajian yang didapat mahasiswa ingin menerapkan terapi nonfarmakologis
untuk membantu menurunkan tekanan darah Ny. M dengan cara pemberian
perasan sari labu siam.

II. PICO
Problem :
Penyakit Hipertensi tahun demi tahun terus mengalami peningkatan. Hampir 1
miliyar orang atau 1 dari 3 orang dewasa di dunia menderita tekanan darah tinggi
(WHO,2014). Hasil survei sesuai pedoman Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada
tahun 2015 angka kejadian Hipertensi dari usia 18 tahun keatas pada laki-laki 24%
dan perempuan 20,5% secara dunia. Hipertensi dapat ditangulangi dengan dua cara
yaitu dengan cara farmakologi dan non’farmakologi. Penatalaksanakan secara
farmakologi yaitu dengan mengunakan obat-obatan kimiawi. Penanganan secara non
farmakologis yaitu terapi komplementer (Yuliani, 2013). Tanaman herbal umum
digunakan untuk mengobati penyakit hipertensi antara lain adalah Advokad, Labu
Siam, Mengkudu dan Seledri (Wibowo, 2015). Labu siam atau dengan bahasa latinya
sechium edule sw dikenal sebagai sayuran buah yang menyehatkan, murah, mudah di
dapatkan dan enak rasanya. Labu siam mengandung getah serta zat-zat seperti
protein. Selain itu labu siam juga mengandung bin, lemak, kalsium, fosfor, besi,
vitamin A,B,C, albuminoid, dan kaya akan kalsium. Menurut Dr. Setiawan
Dalimartha, daging buah labu siam terdiri dari 90% air, 7,5% karbohidrat, 1%
protein, 0,6% serat, 0,2% abu, 0,1% lemak, kurang lebih 20 mg kalsium, 25 mg
fosfor, 100 g kalium, 0,3 mg zat besi, 2 g natrium, saponin, alkaloid, tannin, dan
beberapa zat obat lainnya (Wibowo, 2015).

Pengkajian pada 13 Desember 2017 didapatkan data pengkajian pada Ny. M


usia 55 tahun, dengan keluhan pasien mengatakan kepalanya pusing dan
tengkuk leher terasa berat, pasien juga mempunyai riwayat hipertensi,
hasil,pengkajian vital sign didapatkan hasil tekanan darah 160/100 mmHg,
Nadi 94 kali permenit, resprasi 20 kali permenit. Dari hasil wawancara pada
Ny. M mengatakan belum tahu bahwa perasan labu siam dapat menurunkan
tekanan darah.
Intervetion :
Salah satu penatalaksanaan pada pasien dengan hipertensi yaitu dengan
cara nonfarmakologis yaitu menggunakan tanaman herbal, salah satunya
dengan menggunakan labu siam bahasa latinya sechium edule sw. Labu siam
mengandung getah serta zat-zat seperti protein. Selain itu labu siam juga
mengandung bin, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A,B,C, albuminoid,
dan kaya akan kalsium. Menurut Dr. Setiawan Dalimartha, daging buah labu
siam terdiri dari 90% air, 7,5% karbohidrat, 1% protein, 0,6% serat, 0,2% abu,
0,1% lemak, kurang lebih 20 mg kalsium, 25 mg fosfor, 100 g kalium, 0,3 mg
zat besi, 2 g natrium, saponin, alkaloid, tannin, dan beberapa zat obat lainnya
(Wibowo 2015).
Comparation :
Dengan dasar pembanding adalah jurnal “PENGARUH PEMBERIAN
PERASAN LABU SIAM TERHADAP TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI” dimana hasil penelitian menunjukan bahwa
terdapat pengaruh bermakna antara perasan labu siam terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi. Dalam penelitian Dire (2007)
menyebukan bahwa labu siam memiliki efek antihipertensi, menurut Djaelani
(2012) dia menemukan adanya perbedaan tekanan sistolik dan diastolik
sebelum dan sesudah pemberian labu siam. Tanpa obat, tekanan darah
penderita hipertensi turun setelah mengkonsumsi labu siam selama lima hari
berturu-turut. Hal ini terjadi karena labu siam mengandung kalium yang
tinggi, dan senyawa lain seperti alkaloid dan flavanoid.

Outcome :
Setelah dilakukan implementasi pemberian perasan labu siam hasil yang
diharapkan adalah tekanan darah pasien Ny. M mengalami penurunan dan
dapat melakukannya secara rutin.

III. Tinjauan Kasus


Ny. M (55 tahun) mengatakan pusing dan nyeri dan kaku dibagian tengkuk
leher. Ny. M juga mengatakan mempunyai riwayat hipertensi. Pusing dan
nyeri tengkuk leher sering dirasakan oleh Ny. M. Bila merasa pusing Ny. M
biasanya hanya beristirahat dirumah. Ny. M jarang memeriksakan kondisinya
ke pelayanan kesehatan terdekat. Biasanya bila sudah merasa tidak kuat
dengan sakit kepalanya Ny. M baru akan pergi kedokter.
Pada saat pengkajian tanggal 13 Desember 2017 didapatkan tekanan darah
Ny. M 160/100 mmHg, nadi 94 kali/menit, respirasi 18 kali/menit.

IV. Dasar Pembanding


Hipertensi dapat ditangulangi dengan dua cara yaitu dengan cara
farmakologi dan non farmakologi. Penatalaksanakan secara farmakologi yaitu
dengan mengunakan obat-obatan kimiawi. Penanganan secara non
farmakologis yaitu terapi komplementer (Yuliani, 2013).
Dalam penelitian Dire (2007) menyebukan bahwa labu siam memiliki efek
antihipertensi, menurut Djaelani (2012) dia menemukan adanya perbedaan
tekanan sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah pemberian labu siam.
Tanpa obat, tekanan darah penderita hipertensi turun setelah mengkonsumsi
labu siam selama lima hari berturu-turut. Hal ini terjadi karena labu siam
mengandung kalium yang tinggi, dan senyawa lain seperti alkaloid dan
flavanoid.
Labu siam mengandung getah serta zat-zat seperti protein. Selain itu labu
siam juga mengandung bin, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A,B,C,
albuminoid, dan kaya akan kalsium. Menurut Dr. Setiawan Dalimartha,
daging buah labu siam terdiri dari 90% air, 7,5% karbohidrat, 1% protein,
0,6% serat, 0,2% abu, 0,1% lemak, kurang lebih 20 mg kalsium, 25 mg fosfor,
100 g kalium, 0,3 mg zat besi, 2 g natrium, saponin, alkaloid, tannin, dan
beberapa zat obat lainnya (Wibowo 2015).
Buah Labu Siam juga kaya akan kalium. Kalium berguna bagi tubuh untuk
mengendalikan tekanan darah, sebagai terapi darah tinggi, serta membersihkan
karbondioksida di dalam darah. Kalium juga bermanfaat untuk memicu kerja
otot dan simpul saraf. Kalium yang tinggi akan memperlancar pengiriman
oksigen ke otak dan membantu menjaga keseimbangan cairan, sehingga tubuh
menjadi lebih segar. Penderita tekanan darah tinggi dianjurkan mengkonsumsi
labu siam secara rutin (Aini 2015).
Pengaruh pemberian air perasan labu siam terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi karena kandungan kalium yang tinggi yang
bersifat mengikat Natrium untuk dibawa keluar dan di buang melalui keringat
dan saluran sekresi lainya, dengan berkurangnya Natrium dalam darah maka
volume cairan dalam darah juga berkurang maka terjadi penurunan tekanan
darah.

V. Implementasi
Implementasi yang diberikan pada Ny. M yaitu dengan memberikan
perasan sari labu siam selama 3 hari. Adapun tahap kerja untuk memberikan
perasan sari labu siam adalah sebagai berikut :
a. Tahap pra interaksi
1) Persiapan alat
 Buah labu siam
 Parutan
 Gelas
 Baskom berisi air
 Saringan
b. Tahap orientasi
1) Memberikan salam sebagai pendekatan therauptik
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien
c. Tahap kerja
1) Cuci 1 buah labu siam didalam baskom yang sudah di siapkan
2) Kemudian parut labu siam
3) Lalu peras parutan labu siam didalam gelas menggunakan saringan
4) Setalah selesai berikan hasil perasan labu siam pada klien dan anjurkan
untuk membuat parutan labu siam secara mandiri dan diminum pagi
dan sore hari.
VI. Hasil
Berdasarkan implementasi yang dilakukan selama 3 hari didapatkan hasil
tekanan darah pada Ny. M mengalami penurunan. Saat dilakukan pemeriksaan
tekanan darah pada Ny. M menunjukan hasil tekanan darah turun menjadi
150/90 pada hari sabtu tanggal 15 Desember 2017. Ny. M juga mengatakan
sudah tidak merasa pusing, rasa pegal dan nyeri ditengkuk leher sudah
berkurang.

VII. Diskusi
Dari hasil tindakan yang telah dilakukan pada Ny. M selama
mengkonsumsi perasan sari labu siam ternyata terbukti dapat menurunkan
tekanan darah tinggi pada hipertensi.
Menurut Dr. Setiawan Dalimartha, daging buah labu siam terdiri dari 90%
air, 7,5% karbohidrat, 1% protein, 0,6% serat, 0,2% abu, 0,1% lemak, kurang
lebih 20 mg kalsium, 25 mg fosfor, 100 g kalium, 0,3 mg zat besi, 2 g natrium,
saponin, alkaloid, tannin, dan beberapa zat obat lainnya (Wibowo 2015).
Buah Labu Siam juga kaya akan kalium. Kalium berguna bagi tubuh untuk
mengendalikan tekanan darah, sebagai terapi darah tinggi, serta membersihkan
karbondioksida di dalam darah. Kalium juga bermanfaat untuk memicu kerja
otot dan simpul saraf. Kalium yang tinggi akan memperlancar pengiriman
oksigen ke otak dan membantu menjaga keseimbangan cairan, sehingga tubuh
menjadi lebih segar. Penderita tekanan darah tinggi dianjurkan mengkonsumsi
labu siam secara rutin (Aini 2015).
Menurut hasil penelitian dari Etri Yanti, Ratna Indah SD yang berjudul
“Pengaruh Pemberian Perasan Labu Siam Terhadap Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi“ didapatkan bahwa adanya pengaruh pemberian air
perasan labu siam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi
karena kandungan kalium yang tinggi yang bersifat mengikat Natrium untuk
dibawa keluar dan di buang melalui keringat dan saluran sekresi lainya,
dengan berkurangnya Natrium dalam darah maka volume cairan dalam darah
juga berkurang maka terjadi penurunan tekanan darah.
VIII. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Buah labu siam mengandung banyak Kalium yang berguna bagi tubuh
untuk mengendalikan tekanan darah, sebagai terapi darah tinggi, serta
membersihkan karbondioksida di dalam darah. Kalium juga bermanfaat
untuk memicu kerja otot dan simpul saraf. Kalium yang tinggi akan
memperlancar pengiriman oksigen ke otak dan membantu menjaga
keseimbangan cairan sehingga tubuh menjadi lebih segar.
b. Saran
Diharapkan pemberian perasan labu siam ini dapat dijadikan sebagai salah
satu alternative non farmakologis dalam pengobatan hipertensi yang
dialami Ny. M dan dapat dilakukan secara rutin oleh Ny. M .

IX. Daftar Pustaka


Aini,M.Nur. 2015. Dahsyatnya Herbal dan Yoga. Prambanan Yogyakarta :
Real Books.
Dalimartha,Setiawan.2008. Care Your Self Hipertensi. Jakarta : Penebar Plus.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian RI tahun 2013. Diakses : 19
Oktober 2014
Robinson, Joan. M dan Lyndon Saputra. 2014. Buku Ajar Visual Nursing Jilid
Satu. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher.
Wibowo.S. 2015.Tanaman Sakti Tumpas macam-macam Penyakit. Cijantung-
Jakarta Timur : Pustaka Makmur.
WHO. 2013. About Cardiovascular diseases. World Health Organization
Geneva.

Anda mungkin juga menyukai