Anda di halaman 1dari 2

Hipertensi : The Silent Killer

Rima Ariska |  Senin, 15 Maret 2021

https://radioedukasi.kemdikbud.go.id/read/2822/hipertensi--the-silent-killer.html

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan
darah sistolik lebih atau sama dengan140 mmHg dan atau tekanan darah diastolic
lebih atau sama dengan 90 mmHg. Hipertensi sendiri terbagi menjadi dua jenis,
yakni Hipertensi Primer dan Hipertensi Sekunder. Hipertensi Primer menyerang 90%
penderita Hipertensi. Pada kebanyakan orang dewasa penyebab Hipertensi Primer
ini seringkali tidak diketahui dan cenderung berkembang secara bertahap selama
bertahun-tahun. Faktor gaya hidup dan genetik diduga memiliki peranan penting.
Sedangkan dalam Hipertensi Sekunder, diketahui penyebabnya karena kondisi
kesehatan yang mendasarinya seperti obstruksi sleep apnea, penyakit ginjal, tumor
kelenjar adrenal, penyakit tiroid, cacat bawaan di pembuluh darah, dan
mengkonsumsi obat-obatan seperti kokain dan amfetamin. Hipertensi Sekunder
cenderung muncul tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah yang lebih tinggi
daripada Hipertensi Primer. Hal ini disampaikan oleh dr.Yuliani Herawati dari RSA
UGM saat mengisi dalam program RE Medika Kamis (11/3/2021) dengan pembawa
acara  Rima. “Kalau yang sudah dewasa, apalagi kalau punya faktor resiko genetik
harus cek tensi secara berkala, minimal satu tahun sekali dalam kondisi cukup
istirahat, tidak lagi stress karena mempengaruhi kondisi tekanan darah saat itu”,
ucap dr.Yuliani.
         Seiring bertambahnya usia, kemungkinan seseorang mengidap Hipertensi
akan semakin meningkat, terlebih untuk seseorang dengan usia diatas 65 tahun.
Kelebihan berat badan (Obesitas), memiliki riwayat Hipertensi dalam keluarga,
jarang olahraga, mengonsumsi banyak garam dan terlalu banyak konsumsi kopi dan
alcohol juga dapat menjadi faktor resiko Hipertensi. Dalam kesempatan itu dr.Yuliani
juga menyarankan untuk selalu menjaga pola hidup sehat dengan diet dan olahraga
untuk menghindari Hipertensi. “Olahraga yang dianjurkan memang 5 kali dalam
seminggu, dengan intensitas 30 menit, ringan saja jalan kaki 3 kilo. Nah kalau yang
faktor Hipertensi ini mereka jarang olahraga, jarang makan buah dan sayur, maka
dari itu bisa menjadi faktor resiko Hipertensi. Mulai sekarang gaya hidupnya
diperbaiki ya” tutur dr.Yuliani.
          Menurut dr.Yuliani, Hipertensi sering disebut The Silent Killer karena sering
tanpa keluhan atau gejala, sehingga penderita tidak tahu kalau dirinya mengidap
Hipertensi, tetapi kemudian mendapatkan dirinya sudah terdapat penyakit penyulit
atau komplikasi dari Hipertensi.  Pada umumnya Hipertensi tidak disertai dengan
gejala atau keluhan tertentu. Namun hal yang paling sering dirasakan oleh penderita
Hipertensi adalah sakit kepala atau pusing, jantung berdebar, rasa sakit di dada,
gelisah, sesak nafas, mudah lelah, lemas dan penglihatan kabur.
         Bagi sebagian penderita Hipertensi, konsumsi obat harus dilakukan untuk
mengatur tekanan darah. Pengobatan Hipertensi yang utama adalah dengan
merubah gaya hidup. Obat antihipertensi diberikan jika tidak ada perubahan setelah
modifikasi gaya hidup. Jika tekanan darah penderita sudah terkendali melalui
perubahan gaya hidup, maka penurunan dosis atau konsumsi obat antihipertensi
dapat dihentikan. Dosis yang sudah ditentukan merupakan hal yang penting
diperhatikan, karena takarannya disesuaikan dengan tingkat tekanan darah. Selain
itu, obat yang diberikan harus diperhatikan apa saja dampak dan efek samping yang
timbul pada penderita Hipertensi.
       Dalam siaran RE Medika, dr.Yuliani juga mengungkapkan bahwa KEMENKES
tengah menghimbau kepada masyarakat untuk mengendalikan Hipertensi dengan
berperilaku PATUH, yaitu : Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter,
Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, Tetap diet dengan gizi
seimbang, Upayakan aktifitas fisik dengan aman, Hindari asap rokok, alkohol dan zat
karsinogenik lainnya. KEMENKES juga menghimbau pencegahan Hipertensi dengan
berperilaku CERDIK, yaitu : Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin
aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, Kelola stres. “Kalau pencegahan
Hipertensi itu gampang, bisa dengan mengurangi konsumsi garam, maksimal kurang
dari satu sendok teh per hari”, ungkap dr.Yuliani. Melakukan aktifitas fisik atau
olahraga secara teratur, tidak merokok dan menghindari asap rokok, diet dengan gizi
seimbang, mempertahankan berat badan ideal, dan menghindari alkohol dan kafein
juga bisa dilakukan untuk pecegahan Hipertensi.
         Modifikasi diet terbukti dapat menurunkan tekanan darah pada pasien
Hipertensi. Prinsip diet yang dianjurkan adalah gizi seimbang, yakni dengan
membatasi gula, garam, cukup buah, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian,
makanan rendah lemak jenuh, menggantinya dengan unggas dan ikan yang
berminyak. Di akhir acara RE Medika, dr.Yuliani memberikan closing steatmentnya.
“Insan edukasi, lakukan gaya hidup sehat untuk mencegah banyak penyakit. Stay
Healthy!”, tutup dr.Yuliani. (Rima Ariska/RE/BPMRPK/Kemdikbud).
Foto : Halodoc.com

Anda mungkin juga menyukai