Daftar isi
[sembunyikan]
1Prinsip kerja
o 1.1Kompor berbentuk kotak
o 1.2Kompor Panel
o 1.3Ceret Surya
o 1.4Kompor Parabola
o 1.5Kompor Hibrid
2Keuntungan bagi lingkungan
3Proyek Kompor Tenaga Surya
o 3.1Bakeri di Lesotho
o 3.2Penggunaan di Kamp Pengungsi Darfur
o 3.3Desa Kompor Tenaga Surga di India
4Pranala luar
1. Pemusatan cahaya Matahari. Beberapa perangkat, biasanya berupa cermin atau sejenis
bahan metal/logam yang memantulkan cahaya, digunakan untuk memusatkan cahaya dan
panas Matahari ke arah area memasak yang kecil, membuat energi lebih terkonsentrasi ke
satu titik dan menghasilkan panas yang cukup untuk memasak.
2. Mengubah cahaya menjadi panas. Bagian dalam kompor surya dan panci, dari bahan
apapun asal yang berwarna hitam, dapat meningkatkan efektivitas pengubahan cahaya
menjadi panas. Panci berwarna hitam dapat menyerap hampir semua cahaya Matahari dan
mengubahnya menjadi panas, secara mendasar meningkatkan efektivitas kerja kompor
surya. Semakin baik kemampuan panci menghantarkan panas, semakin cepat kompor dan
oven bekerja.
3. Memerangkap panas. Upaya mengisolasi udara di dalam kompor dari udara di luarnya akan
menjadi penting. Penggunaan bahan yang keras dan bening seperti kantong plastik atau
tutup panci berbahan kaca memungkinkan cahaya untuk masuk ke dalam panci. Setelah
cahaya terserap dan berubah jadi panas, kantong plastik atau tutup berbahan gelas akan
memerangkap panas di dalamnya seperti efek rumah kaca. Hal ini memungkinkan kompor
untuk mencapai temperatur yang sama ketika hari dingin dan berangin seperti halnya ketika
hari cerah dan panas.
Strategi memanaskan suatu barang dengan menggunakan tenaga Matahari menjadi kurang efektif
jika hanya menggunakan salah satu prinsip tersebut di atas. Pada umumnya kompor surya
menggunakan sedikitnya dua cara atau bahkan ketiga prinsip dasar kompor surya untuk
menghasilkan temperatur yang cukup untuk memasak.
Terlepas dari kebutuhan akan adanya cahaya Matahari dan kebutuhan untuk menempatkan kompor
surya pada posisi yang tepat sebelum menggunakannya, kompor ini tidak berbeda jauh dengan
kompor konvensional. Namun, salah satu kerugiannya adalah karena kompor surya umumnya
mematangkan makanan pada saat hari panas, ketika orang-orang cenderung enggan memakan
makanan yang panas. Bagaimanapun, penggunaan panci tebal yang lambat menghantarkan panas
(seperti panci dari besi tuang/cor) dapat mengurangi kecepatan hilangnya panas dan dengan
menggabungkannya dengan penggunaan pengisolasi panas, kompor dapat tetap menghangatkan
makanan sampai malam hari.
Penutup kompor biasanya dapat dibuka untuk menempatkan panci ke dalamnya. Kotak kompor
umumnya mempunyai satu atau lebih pemantul cahaya dari bahan kertas aluminiumatau bahan
reflektif lainnya untuk memantulkan lebih banyak cahaya ke bagian dalam kotak. Panci pemasak
dan bagian dalam bawah kompor sebaiknya berwarna gelap atau hitam. Dinding bagian dalam
kompor harus dapat memantulkan cahaya untuk mengurangi hilangnya panas dan mengarahkan
pantulan cahaya ke arah panci dan dasar kompor yang berwarna gelap, yang bersentuhan langsung
dengan panci.
3. Hal seperti nomor 2, juga terjadi pada antena parabola, yang mana
gelombang elektromagnetik yang akan ditangkap bisa jadi berasal dari tempat
yang sangat jauh, misalnya berasal dari satelit. Karena letak satelit yang sangat
jauh dari bumi, maka intensitas gelombang yang sangat kecil tentu tidak baik
untuk membawa informasi (data digital), sehingga dengan memposisikan antena
di titik F pada reflektor parabola (terbuat dari bahan logam, bahan yang sangat
baik memantulkan gelombang elektromagnetik), maka akan diperoleh tangkapan
gelombang elektromagnetik dengan intensitas yang jauh lebih besar dibanding
antena menangkap satu garis gelombang saja (warna hijau).
4. Hal seperti nomor 3, juga berlaku bila antena parabola difungsikan untuk
memancarkan gelombang elektromagnetik ke tempat lain yang jaraknya jauh.
CEMBUNG Bentuk cermin ini banyak digunakan sebagai penyelaras feng shui, dan
umum digunakan di luar rumah sebagai fungsi untuk menolak, mengalihkan
dan membuyarkan pengaruh buruk yang diterima sebuah rumah dari pengaruh
negatif lingkungan sekitarnya,
A. Pengertian Emulsi
Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas
emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut
dengan emulgator (emulsifying agent)
Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna
emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang
mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau
emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam biji tersebut.
Emulsi adalah suatu sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak mau
campur, biasanya air dan minyak dimana caira suatu terdispersi menjadi butir-
butir kecil dalam cairan yang lain.
Emulsi adalah suatu system heterogen, yang terdiri dari tidak kurang dari
sebuah fase cair yang tidak bercampur, yang terdispersi dalam fase cair lainnya,
dalam bentuk tetesan-tetesan, dengan diameter secara umum, lebih dari 0,1 μm.
Secara umum, emulsi merupakan system yang terdiri dari dua fase cair
yang tidak bercampur, yaitu fase dalam (internal) dan fase luar (eksternal).
Emulsi adalah suatu sistem koloid yang fase terdispersinya dapat berupa zat
padat, cair, dan gas, tapi kebanyakan adalah zat cair (contohnya: air dengan
minyak). Pada umumnya emulsi kurang mantap, kemantapan emulsi dapat terlihat
pada keadaannya yang selalu keruh seperti; susu, santan, dsb. Untuk
memantapkan emulsi diperlukan zat pemantap yang disebut emulgator.
1. Efek TyndaL Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893),
seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak
akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan),
cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid
mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar
tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil
sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
2. Gerak BrowN
Jika kita amati system koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan
melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Pergerakan tersebut dijelaskan
pada penjelasan berikut:
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi.
Demikian pula, semakin besar ukuran partikel kolopid, semakin lambat gerak
Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam
larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system
koloid, maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid,
maka gerak Brown semakin lambat.
3. Adsorpsi koloid
Apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas,
maka pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut akan terakumulasi pada
permukaan zat padat tersebut. Fenomena ini disebut adsorpsi. Beda halnya
dengan absorpsi. Absorpsi adalah fenomena menyerap semua partikel ke dalam
sol padat bukan di atas permukaannya, melainkan di dalam sol padat tersebut.
d. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan
pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid
yang berbeda muatan.
Koloid sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya kecil terhadap medium
Liofob: pendispersinya.