Anda di halaman 1dari 7

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/317398731

Jembatan Gantung Asimetris untuk Pedesaan

Conference Paper · August 2016

CITATIONS READS

0 1,539

2 authors:

Gatot Sukmara Widi Nugraha


INSTITUTE OF ROAD ENGINEERING AGENCY F… INSTITUTE OF ROAD ENGINEERING AGENCY F…
3 PUBLICATIONS 0 CITATIONS 5 PUBLICATIONS 2 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Bridge Weigh-in-Motion pilot project in Pantura National Road View project

Pedestrian Floating Bridge View project

All content following this page was uploaded by Widi Nugraha on 13 July 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Makalah Seminar Hasil Litbang, Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, Kementerian PUPR, 2016

JEMBATAN GANTUNG ASIMETRIS UNTUK PEDESAAN


(JUDESA)
Gatot Sukmara(1) dan Widi Nugraha(2)
(1)&(2)
Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
(1)&(2)
Jl. A.H. Nasution No. 264 Kotak Pos 2 Ujung Berung Bandung 40294 Telp (022) 7802251, Fax : 7802726
Email : gatot.sukmara@pusjatan.pu.go.id (1) dan widi.nugraha@pusjatan.pu.go.id (2)

ABSTRAK

Aksesibilitas masyarakat pedesaan di Indonesia untuk keperluan aktivitas sehari-hari sangat terbatas,
khususnya wilayah yang terpisahkan hambatan seperti sungai, lereng, bukit, dan sebagainya tentunya
memerlukan penghubung dimana salah satunya adalah jembatan. Hal tersebut membatasi masyarakat untuk
mendapatkan akses ke pendidikan, informasi, pemasaran hasil pertanian, dan akses untuk mendapatkan
barang / jasa yang dibutuhkan. Masih banyak wilayah dengan kondisi tersebut di Indonesia yang
membutuhkan jembatan penghubung. Pada tahun 2014, Puslitbang Jalan dan Jembatan telah menyusun
konsep JUDESA dan melaksanakan penerapan konstruksi JUDESA dengan panjang bentang 42 m di Desa
Cihawuk, Pangalengan, Kabupaten Bandung. Pelaksanaan dilakukan dalam waktu kurang dari dua bulan
dengan kontribusi penuh masyarakat setempat dan disupervisi oleh Puslitbang Jalan dan Jembatan. Dari
penerapan tersebut kemudian dilakukan evaluasi dan disusun kembali JUDESA untuk tipe bentang lainnya,
sehingga dapat mengakomodasi bentang 30 hingga 120 m dengan beberapa tipe struktur yang dimodifikasi
dari JUDESA bentang 42 m. Pedoman perencanaan maupun modul pelaksanaan telah disusun oleh
Puslitbang Jalan dan Jembatan agar JUDESA dapat diterapkan dengan lebih mudah di seluruh wilayah
pedesaan di Indonesia. JUDESA yang diterapkan oleh Puslitbang Jalan dan Jembatan merupakan bentuk
kepedulian pemerintah terhadap masyarakat. Diharapkan dengan adanya teknologi JUDESA ini diharapkan
penerapan jembatan gantung pedesaan dapat dilaksanakan di wilayah pedesaan manapun di Indonesia yang
membutuhkan dukungan infrastruktur jembatan penghubung secara umum guna mendukung kegiatan dan
aktivitas masyarakat sehari-hari.

Kata kunci : jembatan gantung, pedesaan, asimetris, pejalan kaki

LATAR BELAKANG Kondisi di wilayah pedesaan ini perlu segera


Aksesibilitas masyarakat pedesaan di dibenahi, khususnya dengan peran
Indonesia untuk keperluan aktivitas sehari- pemerintah yang memiliki visi Nawa Cita
hari sangat terbatas, khususnya wilayah yang ketiga yaitu “Membangun Indonesia dari
terpisahkan hambatan seperti sungai, lereng, pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
bukit, dan sebagainya tentunya memerlukan dan desa dalam kerangka negara kesatuan”.
penghubung dimana salah satunya adalah Hal-hal tersebut menjadi latar belakang
jembatan. Hal tersebut membatasi Puslitbang Jalan dan Jembatan dalam
masyarakat untuk mendapatkan akses ke melakukan pengembangan desain secara
pendidikan, informasi, pemasaran hasil tipikal terhadap jembatan gantung untuk
pertanian, dan akses untuk mendapatkan pejalan kaki di pedesaan dengan biaya murah
barang / jasa yang dibutuhkan. Masih banyak dan pelaksanaan pembangunannya juga
wilayah dengan kondisi tersebut di Indonesia melibatkan masyarakat setempat sehingga
yang membutuhkan jembatan penghubung. masyarakat juga memiliki tanggung jawab
Pada beberapa lokasi, terdapat banyak akan pentingnya penggunaan tersebut.
jembatan eksisting yang menghubungkan dua
lokasi di pedesaan berada dalam kondisi Pada tahun 2014, Puslitbang Jalan dan
rusak. Jembatan telah menyusun konsep JUDESA
dan melaksanakan penerapan konstruksi
JUDESA dengan panjang bentang 42 m di

Makalah Seminar Hasil Litbang Pusjatan 2016 | 1


Judul Makalah : Jembatan Gantung untuk Pedesaan Asimetris (JUDESA)

Desa Cihawuk, Pangalengan, Kabupaten Setelah JUDESA selesai dibangun, lokasi


Bandung. Pelaksanaan dilakukan dalam jembatan harus dapat mendukung masyarakat
waktu kurang dari dua bulan dengan setempat, khususnya dalam hal aksesibilitas
kontribusi penuh masyarakat setempat dan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan
disupervisi oleh Puslitbang Jalan dan perekonomian masyarakat setempat, akses
Jembatan. Dari penerapan tersebut kemudian menuju pusat pendidikan, pusat administrasi,
dilakukan evaluasi dan disusun kembali dan lain sebagainya.
JUDESA untuk tipe bentang lainnya,
sehingga dapat mengakomodasi bentang 30 Kondisi tanah
hingga 120 m dengan beberapa tipe struktur Kondisi tanah perlu menjadi pertimbangan
yang dimodifikasi dari JUDESA bentang 42 dalam menentukan lokasi penerapan
m. Pedoman perencanaan maupun modul konstruksi JUDESA. Lokasi yang dipilih
pelaksanaan telah disusun oleh Puslitbang harus dengan kondisi tanah yang cukup baik
Jalan dan Jembatan agar JUDESA dapat untuk fondasi jembatan. Dalam hal ini, tanah
diterapkan dengan lebih mudah di seluruh keras akan menjadi prioritas karena
wilayah pedesaan di Indonesia. kebutuhan fondasi akan lebih ekonomis
dibanding tanah lunak. Namun, pekerjaan
KRITERIA LOKASI JUDESA
galian akan sulit dilakukan pada kondisi
Pemilihan lokasi untuk penerapan JUDESA
tanah yang terlampau keras. Oleh karena itu,
harus mempertimbangkan beberapa aspek
pemilihan lokasi berdasarkan kondisi tanah
diantaranya aspek ekonomis, aspek teknis,
perlu optimasi antara kebutuhan fondasi dan
dan aspek kondisi lingkungan. Pertimbangan
kemudahan pelaksanaan pekerjaan tanah
tersebut antara lain adalah biaya pembuatan
untuk fondasi.
jembatan harus seminimal mungkin;
kemudahan untuk proses pemasangan dan Kondisi tanah yang direkomendasikan untuk
perawatan; kemudahan akses dan lokasi JUDESA adalah tanah lempung keras
memberikan keuntungan untuk masyarakat dan tanah lempung sedang. Kedua jenis tanah
yang akan menggunakannya; berada pada ini telah dimasukan dalam perhitungan desain
daerah yang memiliki resiko minimal fondasi tipikal, dimana kriteria desain untuk
terhadap erosi aliran sungai, dan lain tanah lempung keras adalah tanah dengan
sebagainya. Proses pemilihan lokasi jembatan nilai kohesi c minimal 50 kN/m2, dan tanah
juga harus mempertimbangkan keseluruhan lempung sedang dengan nilai kohesi c
aspek pemasangan jembatan dan jalan minimal 25 kN/m2 sebagai dasar desain
penghubung atau akses jembatan. tipikal fondasi JUDESA.

Aksesibilitas Panjang bentang

Dalam fungsinya sebagai pembuka akses Dalam menentukan lokasi tepat dari rencana
transportasi antara dua lokasi yang konstruksi JUDESA, maka harus
terpisahkan penghalang, maka dalam mempertimbangkan panjang bentang
penentuan lokasi untuk penerapan JUDESA terpendek yang mungkin dari jembatan. Hal
harus mempertimbangkan aksesibilitas yang ini perlu dioptimasi dengan kelandaian dan
ada dan akan tersedia setelah JUDESA kenyamanan akses pengguna jembatan.
selesai dibangun di lokasi tersebut. Lokasi JUDESA yang telah didesain secara tipikal
yang dipilih harus memberikan jalan masuk dapat mengakomodasi kebutuhan panjang
yang baik untuk material dan pekerja bentang jembatan dengan batasan bentang 30
sehingga suplai bahan konstruksi dapat lancar m hingga mencapai 120 meter dengan
selama pelaksanaan konstruksi JUDESA. ketentuan sebagai berikut:

Makalah Seminar Hasil Litbang Pusjatan 2016 | 2


Makalah Seminar Hasil Litbang, Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, Kementerian PUPR, 2016

Tipe double asimetris ini merupakan


kombinasi dari dua jembatan JUDESA tipe
asimetris I yang berseberangan dan
dihubungkan deck closure di bagian
pertemuan kedua jembatan. Begitupun tipe
double asimetris II, yang merupakan
kombinasi dari dua jembatan JUDESA tipe
asimetris II yang berseberangan dan
dihubungkan deck closure di bagian
pertemuan kedua jembatan.
Gambar 1. JUDESA tipe asimetris I (Bentang 30
m s/d 40 m)
KRITERIA PERENCANAAN JUDESA
Kriteria perencanaan JUDESA terdiri atas
penentuan elevasi lantai jembatan, lebar
lantai jembatan, beban rencana jembatan,
aspek utama perencanaan jembatan, material
struktur, gaya tarik kabel utama, lendutan,
fungsi elemen-elemen jembatan gantung
JUDESA.

Standar perencanaan jembatan menetapkan


kriteria perencanaan utama yang perlu
Gambar 2. JUDESA tipe asimetris II (Bentang dipertimbangkan untuk memastikan bahwa
40 m s/d 60 m) jembatan pejalan kaki aman dan sesuai untuk
penggunanya. Kriteria tersebut antara lain
sebagai berikut.

a. Kekuatan
Elemen dan sistem struktur jembatan harus
cukup kuat untuk menahan beban hidup dan
beban mati yang didefinisikan di bawah ini
dengan batas yang cukup untuk keselamatan,
untuk mengizinkan beban yang tidak terduga,
properti material, kualitas konstruksi,
Gambar 3. JUDESA tipe double asimetris I pemasangan dan pemeliharaan.
(Bentang 60 m s/d 80 m)
Jembatan pejalan kaki harus kuat dan kaku
(tanpa lendutan yang berlebih) untuk
menahan beban rencana yang akan diuraikan
pada bagian ini. Fungsi dari JUDESA
berdasarkan penggunanya, dibatasi hanya
untuk pejalan kaki atau kendaraan sepeda
motor. Beban tersebut adalah beban hidup
dari pengguna jembatan. Selain beban hidup
pengguna jembatan, terdapat beban mati,
beban samping berupa beban angin yang juga
direncanakan untuk dapat dipikul oleh
Gambar 4. JUDESA tipe double asimetris II
JUDESA.
(Bentang 80 m s/d 120 m)

Makalah Seminar Hasil Litbang Pusjatan 2016 | 3


Judul Makalah : Jembatan Gantung untuk Pedesaan Asimetris (JUDESA)

Beban vertikal b. Lendutan


Beban vertikal rencana adalah kombinasi dari Jembatan pejalan kaki tidak boleh melendut
beban mati dan beban hidup terbesar yang untuk batas yang mungkin menyebabkan
diperkirakan dari pengguna jembatan. Beban kecemasan atau ketidak nyamanan bagi
vertikal ini berasal dari: pengguna atau menyebabkan batang-batang
yang terpasang menjadi tidak rata. Batas
- Beban mati dari berat sendiri jembatan. maksimum untuk balok dan rangka batang
Besaran beban mati ini tergantung dari berat jembatan pejalan kaki ditunjukkan pada
jenis dan volume dari seluruh elemen Tabel 1. Batasan ini adalah lendutan
jembatan JUDESA. maksimum pada seperempat bentang
jembatan pejalan kaki ketika dibebani oleh
- Beban hidup dari pengguna jembatan. beban hidup merata di atasnya.
Aspek beban hidup yang dipertimbangkan
dalam perencanaan JUDESA adalah hanya c. Beban Dinamik
beban terdistribusi merata dari kendaraan Pada jembatan pejalan kaki dapat saja terjadi
sepeda motor dan beban pejalan kaki getaran akibat angin atau orang yang berjalan
manusia, dengan besaran yang diambil di atasnya. Namun, beban ini dapat diatasi
adalah sebesar 3 kPa. dengan ikatan angin dan pembatasan barisan
pejalan kaki.
Beban samping
Beban samping yang harus dipertimbangkan d. Keamanan struktur
dalam desain adalah beban angin yang terjadi Lantai jembatan pada tipe jembatan ini
pada sisi depan yang terbuka dari batang- ditopang oleh struktur kabel seperti
batang jembatan. Standar perencanaan untuk umumnya jembatan gantung pada umumnya
jembatan pejalan kaki mempertimbangkan tetapi terdapat perbedaan distribusi beban
standar perencanaan kecepatan angin 35 lantai untuk jembatan dengan bentang > 60m
m/detik. Karena pada kondisi ekstrim tidak dimana sebagian panjang lantai ditopang oleh
mungkin ada beban lalu lintas penuh di atas system kabel yang berbeda atau disebut
jembatan pada kondisi angin yang besar, asimetris ganda sehingga keruntuhan kabel
beban angin direncanakan untuk dipikul utama penggantung pada jembatan tidak
terpisah dari beban hidup vertikal. mengakibatkan keruntuhan seluruh
komponen lantai jembatan.

Gambar 5. Komponen kabel utama ganda

Tabel 1. Beban hidup yang dipikul dan lendutan izin jembatan gantung pejalan kaki.

Beban Lendutan
Beban
Kelas pengguna Lebar terdistribusi izin
terpusat
merata Δ
Jembatan gantung pejalan kaki
(beban hidup dibatasi hanya untuk 1,8 m - 3 kPa 1/100 L
pejalan kaki dan sepeda motor)
Keterangan:
L adalah bentang utama jembatan

Makalah Seminar Hasil Litbang Pusjatan 2016 | 4


Judul Makalah : Diisi dengan judul makalah yang disusun

PELAKSANAAN JUDESA Tahapan Pelaksanaan

Konstruksi JUDESA ini dikembangkan Pelaksanaan JUDESA secara umum dapat


dengan sistem modular sehingga dikerjakan dengan cepat dan mudah, bahkan
pembangunan dapat melibatkan peranan dengan partisipasi swadaya masyarakat.
masyarakat bahkan secara swadaya. Metode Pedoman yang dibuat mengenai pelaksanaan
konstruksi yang digunakan juga dirancang konstruksi JUDESA telah dibuat oleh
untuk dapat dilaksanakan dari satu sisi sungai PUSJATAN dalam bahasa yang mudah
/ satu arah yang dapat dimanfaatkan untuk dimengerti. Adapun tahapan pelaksanaan
membuka jalur perintis dan mengurangi secara umum dapat dilihat melalui alur
pengangkutan material menyeberangi sungai gambar sebagai berikut.
atau hambatan yang ingin dilalui dengan
jembatan.

Gambar 6. Metoda konstruksi 1 arah

Pengadaan Material Jembatan

Material JUDESA pada perkembangannya


mulai dipabrikasi secara modular untuk
desain standar bentang yang ada. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan dan
mempercepat masa konstruksi JUDESA di
lapangan.

Gambar 8. Tahapan Pelaksanaan JUDESA

Biaya Pelaksanaan Konstruksi JUDESA

Gambar 7. Modul-modul sistem lantai dan Kebutuhan biaya pelaksanaan Konstruksi


gelagar (0.9 m x 2 m) JUDESA JUDESA secara umum cukup murah dan
terjangkau, bahkan dengan partisipasi
swadaya masyarakat. Sebagai perkiraan,
kebutuhan biaya pelaksanaan Konstruksi

Makalah Seminar Hasil Litbang Pusjatan 2016 | 5


Judul Makalah : Jembatan Gantung untuk Pedesaan Asimetris (JUDESA)

JUDESA berkisar antara Rp. 15.000.000,- Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementerian PU, 2015.
hingga Rp. 25.000.000,- per meter panjang Rancangan Manual Pelaksanaan Jembatan Gantung
untuk Pedesaan Asimetris (JUDESA)
jembatan (Rp 15 juta ~ Rp. 25 juta /m’).
Besaran biaya yang dibutuhkan ini akan INFORMASI PEMASARAN
tergantung pada lokasi geografis konstruksi, Untuk informasi lebih lanjut mengenai JUDESA dan
kondisi tanah dan topografi lokasi konstruksi, penerapannya, dapat menghubungi:
dan lain sebagainya.
Bidang Standardisasi dan Kerjasama
PENUTUP Puslitbang Jalan dan Jembatan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Kebutuhan infrastruktur jembatan pedesaan
JL AH Nasution No.264 Bandung 40294
yang mudah, cepat, dan murah, untuk Telp (022) 7802251-53 - Fax (022) 7802726
memberikan aksesibilitas bagi masyarakat
pedesaan dapat dijawab dengan teknologi
JUDESA ini. Diharapkan dengan adanya
teknologi JUDESA ini diharapkan penerapan
jembatan gantung pedesaan dapat
dilaksanakan di wilayah pedesaan manapun
di Indonesia yang membutuhkan dukungan
infrastruktur jembatan penghubung secara
umum guna mendukung kegiatan dan
aktivitas masyarakat sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

AASHTO (2007) : AASHTO LRFD Bridge Design


Specifications 4th Edition (SI).

AASHTO (2012) : AASHTO LRFD Bridge Design


Specifications 6th Edition.

Badan Standardisasi Nasional (2005). RSNI T-02-2005


Standar Pembebanan untuk Jembatan.

Direktorat Jenderal Bina Marga, Depatemen Pekerjaan


Umum, 1998. Pedoman Jembatan No. 003//BM/1998:
Pedoman Pemasangan Jembatan Gantung Produksi PT.
Amarta Karya Tipe 60 m.

Menteri Pekerjaan Umum, 2010. Lampiran Surat


Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 02/SE/M/2010:
Pedoman Perencanaan dan Pelaksanaan Konstruksi
Jembatan Gantung untuk Pejalan Kaki.

Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementerian PU, 2014.


Laporan Akhir Penerapan Prototipe Jembatan Gantung
untuk Pedesaan Asimetris (JUDESA) di Desa Cihawuk,
Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat (TA
2014).

Puslitbang Jalan dan Jembatan, Kementerian PU, 2015.


Rancangan Pedoman Perencanaan Jembatan Gantung
untuk Pedesaan Asimetris (JUDESA).

Makalah Seminar Hasil Litbang Pusjatan 2016 | 6

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai