Anda di halaman 1dari 6

1.

Benteng Tujuh Lapis


2. ISTANA RAJA ROKAN
Istana Rokan (Rumah Tinggi) terletak di Desa Rokan IV Koto kira-kira sekitar 46
km dari Pasirpengaraian. Istana Rokan adalah peninggalan dari kesultanan “Nagari Tuo”
berumur 200 tahun. Istana dan beberapa rumah penduduk sekitar ini memiliki koleksi ukiran
dan bentuk bangunan lama khas Melayu (Rumah tinggi).
Kerajaan Rokan terdapat di Desa Rokan IV Koto Kabupaten Rokan Hulu. Raja –
Raja yang pernah memerintah di Kerajaan Rokan IV Koto :
Raja I. Sultan Seri Alam 1340 -1381
Raja II. Tengku. Raja Rokan 1381-1454
Raja III. Tengku Sutan Panglima Dalam 1454-1519
Raja IV. Tengku Sutan Sepedas Padi 1519-1572
Raja V. Tengku Sutan Gemetar Alam 1572-1603
Raja VI. Yang Dipertuan Sakti Mahyuddin (Raja Pertama dari Pagaruyung) 1603-1645
Raja VII. Yang Dipertuan Sakti Lahid 1645-1704
Raja VIII. Tengku Sutan Rokan (Pemangku) 1704-1739
Raja IX. Yang Dipertuan Sakti Selo 1739-1805
Raja X. Andiko Yang Berempat (Wakil) 1805-1817
Raja XI. Dayung Datuk Mahudun Sati (Pemangku) 1817-1837
Raja XII. Yang Dipertuan Sakti Ahmad 1837-1859
Raja XIII. Yang Dipertuan SaktiHusin 1856-1880
Raja XIV. Tengku Sutan Zainal (Pemangku) 1880-1903
Raja XV. Yang Dipertuan Sakti Ibrahim 1903-1942

Bukti Sejarah Peninggalan Kerajaan Rokan terletak di Desa Rokan IV Koto yaitu
Istana Rokan ,jaraknya sekitar 46 km dari Pasirpengaraian. Istana Rokan adalah peninggalan
dari kesultanan “Nagari Tuo” berumur 200 tahun. Istana dan beberapa rumah penduduk
sekitar ini memiliki koleksi ukiran dan bentuk bangunan lama khas Melayu (Rumah tinggi).
3. Taman Nasional Bukit Sulingi
Taman Nasional Bukit Suligi adalah wisata alam andalan Wisata Riau. Taman
Nasional Bukit Suligi memiliki jenis flora dan fauna yang dilindungi oleh pemerintah, ada
danau yang indah di dalam taman ini yang dijadikan sebagai tempat rekreasi bagi masyarakat
yang berkunjung.
Kawasan Hutan Lindung Bukit Suligi merupakan hamparan hutan dengan luas +3.000
Hektar. Hutan ini terletak di antara Kecamatan Tandun dan Kecamatan Rokan IV Koto,
disekitar kawasan Hutan Lindung ini terdapat sungai – sungai kecil, gua – gua dan binatang
seperti rusa, kijang, beruang madu dan lain – lain.
Selain berekreasi tempat ini dijadikan tempat penelitian biologi yang membuat tempat
ini menarik. Terdapat sumber air panas yang tidak terlalu besar serta goa-goa dan seramnya
hutan yang lebat. Dan bagi penggemar adventure tourism seperti arung jeram juga ada disini.
Bagi para wisatawan yang ingin bermalam ditempat ini disediakan camping ground.

4. Mesjid Tua Kunto Darussalam


Hampir delapan tahun mesjid bersejarah ini ditinggalkan oleh jamaahnya karena
kondisinya yang sudah tua. Namun saat ini mesjid tua itu sudah dibangun dengan megah dan
diharapkan akan kembali diramaikan para jamaah setelah diresmikan pemakaiannya. Perihal
sejarah pasti pendirian mesjid raya kotolama Rokan Hulu ini secara tertulis memang tidak
ditemukan. Namun ceritanya hanya diwariskan secara turun temurun saja dari mulut kemulut.
Berdasarkan beberapa sumber yang terpercaya dari tokoh sesepuh dan pelaku sejarah
dikotalama kecamatan kunto Darusalam kabupaten Rokan Hulu. Mesjid ini didirikan pada
tahun 1912 pada zaman Kerajaan Kunto Darusalam saat dipimpin oleh Raja Tengku
Mahmud, yang dilanjutkan oleh Raja Muhammad Ali dengan gelar Tengku Pahlawan, serta
dibantu Syech Jamil Mahmud (sebagai imam pertama).
Pada masa awal berdirinya mesjid ini hanya berukuran 8 × 10 meter yang dibangun
diatas tanah yang diwakafkan oleh Raja Tengku Mahmud terletak dikampung Terendam
Lingkungan Parit Nan Empat Kelurahan Kotolama Kecamatan Kunto Darussalam. Pada
tahun 1937 secara resmi mesjid ini didirikan oleh Raja Tengku Pahlawan atas dasar mufakat
para pemuka dan tokoh masyarakat pada waktu itu antara lain: Tengku Pahlawan sebagai
Raja, Tengku Mahmud (sesepuh kerajaan), Dt Bendaharo Dahlan (Gunto Adat), Dt Sri
Paduko Asa (ninik mamak), Ch Yakin Perak, Syeh Jamil Mahmud, Ch Mudo (tokoh Tarekat
Naqsyabandi), Imam Jailano Yunus, Imam Qodi Musa, Imam Lobai Jaya, Kotik Tani, Bila
Mhd Rasu, Bila Silun dan masih banyak lagi tokoh yang lain.
Pembangunan mesjid dilakukan secara bergotong royong yang dipimpin para tukang
dari Sumatera Barat, seperti : tukang panjang, tukang bila muroh dan tukang sirat (sutan
sileman). Bangunan terbuat dari kayu dengan beratap seng, adapun bahan bangunan selain
berasal dari kerajaan Rokan IV Koto Sumatera Barat, bahkan ada yang dibeli dari negara
singapura (seng dan paku).Karena perkembangan jemaah yang terus bertambah, maka pada
tahun 1952 diadakan rehabilitasi dengan menambah serambi (trebeng = bahasa kotolama)
pada kiri dan kanan mesjid masing-masing 1 meter yang terbuat dari kayu uyuong (ruyung)
atau semacam nibung. Selanjutnya pada tahun 1979 serambi (trebeng) tersebut dirombak
menjadi dinding batu terawang.
Seiring waktu dan perkembangan zaman jumlah penduduk yang kian padat,
mengakibatkan Mesjid Raya ini tidak lagi mampu menampung jamaah yang terutama pada
sholat jum`at. Sehingga pada tahun 1985 muncullah ide untuk mendirikan mesjid yang lebih
besar yang diberi nama Mesjid Riyadhul Muttaqin dan terwujudnya beberapa tahun
kemudian. Pada tahun 1998 para jamaah mulai melaksanakan sholat fardhu dan sholat jum`at
di mesjid yang baru. Sedangkan mesjid raya karena kondisi yang semain tua dan tidak layak
pakai lagi, mulai ditinggalkan jamaahnya.
Setelah hampir 8 tahun berlalu mesjid raya ini tidak digunakan jamaah, maka atas
prakarsa menteri kehutanan MS Ka`ban, Gubernur Riau HM Rusli Zainal, Bupati Rokan
Hulu Ramlan Zas, H Daswan dan tokoh adat dan KUA Kecamatan Kunto Darussalam Drs.
Syahruddin. Pada tanggal 18 desember 2005 diadakan kembali peletakan Batu Pertama
pembangunan mesjid Raya oleh MS Ka`ban.
Untuk menunjang terlaksananya pembangunan mesjid tersebut, maka dilakukan
pemindahan kuburan yang berada di sekitar lokasi mesjid sekitar 30 kuburan. Proses
pemindahan atas persetujuan ahli waris secara sukarela.Adapun ciri khas yang unik dari
mesjid raya ini dalah adanya 5 kubah bercorak Turki serta ukiran kayu gaya Eropa dengan
gabungan antara Turki dan Eropa. Saat ini mesjid yang luasnya 260M2 ini telah dikerjakan
pembangunannya sekitar 65 persen, dengan bahan bangunan pilihan dan dikembalikan pada
bentuk aslinya diperkirakan sampai selesai pembangunan mesjid ini menelan biaya Rp. 1
miliar.

5. Air Terjun Aek Martua


Air Terjun Aek Martua ini adalah salah satu wisata unggulan di kabupaten Rokan
Hulu (Rohul) Provinsi Riau Indonesia. Aek Martua adalah nama sebuah sungai di wilayah
Desa Tangun Kecamatan Bangun Purba dan Air Terjun Aek Martua adalah air terjun yang
tertinggi dari sekian banyak air terjun yang terdapat disepanjang hulu sungai. Bukit
Simalombu inilah nama kawasan ini yang merupakan hutan alam berstatus Taman Hutan
Raya dengan potensi pohon ratusan kubik. Nama Aek Martua berasal dari bahasa suku
Mandailing yang artinya adalah Air Bertuah, dimana mayoritas penduduk desa ini adalah
suku mandailing.
Lokasi air terjun Aek Martua berada di kawasan pegunungan Bukit Barisan dalam
kabupaten Rokan Hulu. Air Terjun Aek Martua ini memiliki keunikan dan keistimewaan
tersendiri karena memiliki tiga tingkat. Aek Mertua ini memiliki panorama alam yang
mempesona. Airnya yang jernih bak kemasan air mineral, sungguh membuat sedap mata
memandang. Di samping menjadi obyek wisata, sekarang Aek Martua ini, telah pula menjadi
objek penelitian oleh sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Pekanbaru.
Untuk mengunjungi Air Terjun Aek Martua ini anda dari Pekanbaru – Pasir
Pengaraian ( naik angkutan L300 atau Superban Rp. 35.000) turun di Simpang Tangun.
Kemudian naik angkutan menuju Tangun dengan jenis Oplet dan Omprengan Rp. 5000. Di
pintu masuk objek wisata ini mulai melewati jembatan gantung dan jalan setapak di
perkebunan masyarakat sejauh kurang lebih 3, 5 Km, kemudian melewati kawasan hutan
lindung sejauh kurang lebih 3 Km. terdapat tanjakan dan turunan yang lumayan curam serta
pemandangan indah. Panorama hutan yang masih alami akan menemani kita menuju Air
Terjun Aek Martua ini.

Anda mungkin juga menyukai