Anda di halaman 1dari 5

Xerophthalmia dan ulkus kornea karena gangguan gizi

Dr. Siti Farida I.T. Santyowibowo, SpM (K)

Tujuan Belajar Umum:

Mengetahui dan memahami kelainan akibat defisiensi vitamin A pada tubuh, terutama
terjadinya kebutaan pada mata.

Tujuan Belajar Khusus:

1. Mengenal gejala dan tanda xerophthalmia dari semua stadia


2. Mengetahui faktor-faktor risiko non-medik terjadinya kelainan defisiensi vitamin A
3. Mengetahui faktor-faktor medik penyebab terjadinya kelainan defisiensi vitamin A
4. Mengetahui hubungan kadar vitamin A tubuh dengan terjadinya kelainan defisiensi
vitamin A
5. Mengetahui penanganan terapeutic medikamentosa pada xerophthalmia semua stadia
6. Mengetahui penanganan non-medik/sosial untuk mencegah terjadinya kebutaan akibat
xerophthalmia

PENDAHULUAN

Defisiensi vitamin A (VAD) adalah suatu penyakit sistemik yang mempengaruhi sel dan organ
di seluruh tubuh dengan perubahan struktur epitelial yang disebut “metaplasis”. Metaplasia
keratinisasi dari traktus respiratorius dan urinarius, serta perubahan ddalam epitel usus dapat terjadi
pada awal penyakit, sebelum muncul perubahan mata yang lebih mudah dideteksi. Karena
perubahan non-okular ini “tersembunyi” dari pandangan, maka tidak merupakan suatu dasar untuk
diagnosis klinik spesifik. Dalam populasi yang ditentukan menderita kekurangan vitamin A maka
anak-anak dengan campak, penyakit respirasi, diare, atau malnutrisi protein-kalori harus dicurigai
juga menderita VAD dan harus ditangani sesuai.

Istilah Xerophthalmia secara harfiah berarti “mata kering”, dan xerosis yang terjadi pada
mata mengenai jaringan epitelial, yaitu konjungtiva (terutama konjungtiva bulbi) dan kornea (yang
juga mengalami keratomalacia). VAD pada mata tidak hanya berdampak pada anatomi jaringan
mata, tetapi juga pada fungsi penglihatan karena terjadi gangguan pada sistem rhodopsin mata
sehingga penglihatan berkurang dalam situasi penyinaran yang redup.

Xerophthalmia yang berakhir dengan kekeruhan kornea dan kebutaan merupakan puncak
dari gunung es dalam proses VAD pada mata. Xerophthalmia juga merupakan puncak gunung es dari
situasi dalam komunitas, yang berarti bila ada anak-anak yang menderita xerophthalmia, maka
masih ada banyak anak dalam komunitas dengan defisiensi vitamin A tetapi masih mempunyai mata
normal dan penglihatan normal.

Diawal, nutrisi sehari-hari yang kurang vitamin A secara khronis akan menyebabkan
kekurangan vitamin A didalam serum. Konsentrasi vitamin A yang kurang ini akan berpengaruh pada

1
sistem imun tubuh sehingga anak akan rentan terkena penyakit, dan bila terkena penyakit akan lebih
berat. Pembentukan hemoglobin terganggu sehingga terjadi anemia. Pertumbuhan tubuh terganggu
dengan akibat stunting dari anak. Selain dipergunakan untuk keutuhan jaringan dan fungsi organ-
organ tubuh, vitamin A juga tersimpan didalam hati (hepar) untuk dapat dipergunakan sewaktu
tubuh dalam keadaan membutuhkan, sehingga tidak sampai terjadi tanda atau gejala VAD.

Tanda-tanda dan gejala mata pada defisiensi vitamin A pada anak-anak diberi gradasi WHO
seperti terlihat dalam tabel dibawah.

Gradasi xerophthalmia Kelompok usia Bentuk defisiensi Risiko


utama (thn) kematian
XN Buta senja/malam 2 - 6, Khronik, tidak membutakan +
perempuan
dewasa
X1A Xerosis konjungtva 3-6 Khronik, tidak membutakan +
X1B Bercak Bitot 3 - 6 Khronik, tidak membutakan +
X2 Xerosis kornea 1-4 Defisiensi akut, dapat ++
membutakan
X3A Ulkus kornea/keratomalacia 1–4 Defisiensi akut berat, +++
<1/3 kornea membutakan
X3B Ulkus kornea/keratomalacia 1–4 Defeisiensi akut berat, ++++
>1/3 kornea membutakan
XS Sikatriks kornea (akibat X3) >2 Akibat dari ulserasi kornea +/-
XF Fundus xerophthalmia dewasa Khronik, tidak membutakan, -
jarang
Klasifikasi WHO tentang vitamin A defisiensi dan kelompok usia yang terutama terkena. (Gilbert, C. 2013)

Sangat perlu disadari bahwa xerophthalmia tidak diawali buta senja yang kemudian
berkembang menjadi bercak Bitot dan kemudian ulkus kornea. Beberapa tanda mata menunjukkan
VAD yang sudah berlangsung lama, dan tanda-tanda lain menunjukkan kejadian VAD yang berat,
akut, dan “sudden onset”. Seorang anak dengan defisiensi vitamin A tetapi tidak ada tanda-tanda
kelainan mata VAD khronis dapat mengalami tanda-tanda VAD berat (misalnya ulkus kornea) akibat
infeksi atau diare. Anak-anak yang sudah menunjukkan tanda VAD apa pun pada mata berisiko tinggi
untuk meninggal dunia. VAD khronis terutama didapat pada anak-anak usia 3 – 6 tahun dengan
gejala bua senja. Anak-anak seusia 2 tahun juga dapat terkena. VAD akut lebih prevalen pada anak-
anak usia 1 – 4 tahun. Agar kebutaan dan kematian anak akibat VAD dapat dicegah, segala bentuk
intervensi ditargetkan untuk anak-anak prasekolah.

Tanda-tanda VAD khronik, yang sudah lama diderita

Buta senja: Buta senja merupakan manifestasi VAD yang umum terjadi, dan dapat mengenai anak-
anak dan ibu-ibu hamil dan menyusui.

Xerosis konjungtiva: Keadaan ini menunjukkan kekeringan dari konjungtiva. Tanda ini mungkin sulit
dideteksi, sehingga tidak dapat dijadikan tanda yang dapat dipercaya.

Bercak Bitot: sangat karakteistik untuk VAD dan tidak disebabkan penyakit yang lain. Kelainan ini
berupa lesi seperti busa, putiih, agak menimbul, tampak di konjungtiva dekat limbus pada jam 3 atau
jam 9, tetapi terutama di temporal. Lesi putih ini terdiri dari keratin yang dibentuk konjungtiva

2
akibat terjadinya metaplasia skwamous. Bercak ini dapat dihapus dari permukaan konjungtiva, tetapi
tidak sama sekali hilang, walaupun dengan terapi vitamin A. Adanya tanda ini pada seorang anak
tidak selalu berarti bahwa saat itu si anak sedang mengalami vitamin A defisiensi.

Xerosis kornea: Merupakan pengeringan kornea yang terjadi akibat deficiency yang mendadak,
akut. Kornea kering akibat tidak berfungsinya kelenjar-kelenjar di konjungtiva. Air mata dan mukus
menghilang dan menyebabkan kornea lebih rentan terkena infeksi.

Ulkus kornea: Bila defisiensi akut ini tidak segera diatasi, kornea akan mengalami ulserasi dan
melembek/melunak. Bila tak ada infeksi, mata akan tampak tenang, namun dengan adanya infeksi
maka mata akan tampak merah meradang.

Keratomalacia: Adalah bentuk xerophthalmia yang paling berat dimana lebih dari 1/3 kornea
terkena. Kornea akan mengalami edema, menebal, dan melunak karena proses nekrosis. Kornea
dapat hancur dalam beberapa hari. Anak-anak yang menderita kurang gizi sering mengalami
keratomalacia, namun anak-anak yang sebelumnya tampak sehata dapat mengalami kerato malacia
sesudah terserang campak atau diare berulang kali.

Sikatriks kornea: Adalah stadium akhir dari ulserasi kornea dan dapat berbentuk stafiloma kornea,
phthisis bulbi, tergantung derajat beratnya kelainan yang diderita mata.

KADAR VITAMIN A DALAM TUBUH DAN PENGARUHNYA

Status asupan vitamin A seorang anak dan hubungannya dengan gejala dan tanda VAD dapat
dilihat dibawah ini.

Status gizi cukup:

 Pemasukan vit. A: cukup

 Kadar vit. A serum: cukup

 Kadar vit. A hati (depot): cukup

 Kebutuhan normal: tampak tak ada gejala penyakit

 Kebutuhan meningkat (pertumbuhan badan, penyakit): gejala ringan, teratasi oleh depot,
suplemen sedikit dibutuhkan)

Status gizi marginal:

 Pemasukan vit. A/ Gizi: Kurang


 Kadar vit. A serum: cukup
 Kadar vit.A hati (depot): kurang
 Kebutuhan normal: tampak sehat, tak ada tanda klinik
 Kebutuhan meningkat: Infeksi lebih berat, dapat timbul tanda klinik kurang vit. A

Status gizi buruk:

3
 Pemasukan vit. A: Sangat kurang
 Kadar vit. A serum: sangat kurang
 Kadar vit. A hati (depot): sangat kurang atau habis
 Kebutuhan biasa: sudah tampak tanda klinik kurang vit. A, buta senja, gizi buruk
 Kebutuhan meningkat: sakit berat, dapat meninggal dunia

FAKTOR RISIKO

1. Kenali yang berisiko:

a. Individu dari lingkungan kurang kepedulian keluarga, masyarakat, pemerintah dan


petugas/ profesi kesehatan

b. Individu yang berasal dari komunitas yang berisiko.

c. Ketahui indikator sosio-ekologik : miskin, korban bencana, wilayah tandus,


pendidikan kurang

d. Individu berisiko secara rutin harus diperiksa matanya bila datang berobat untuk
kelainan apapun

2. Keadaan Non Klinik

a. Kwantitas dan kwalitas ASI, lama pemberian ASI

Kebiasaan makan dan pemberian makanan kepada anak: Berapa sering, jumlah,
kwalitas, pantangan yang dianut, dll

b. Pola asuh anak, pendidikan orang tua/pengasuh

Pendidikan Ibu dan kemampuannya merawat anak

Perhatian bapak kepada anak/ keluarga

Pola asuh anak: diasuh keluarga lain, diasuh nenek/ kakek, orang tua cerai/ TKI/
meninggal dunia

c. Pekerjaan dan penghasilan keluarga

3. Keadaan Klinik

a. Riwayat buta senja : Riwayat kurang melihat dipencahayaan kurang, sore, malam

b. Sering sakit: infeksi saluran pernafasan, diarrhea, campak, varicella, kecacingan

c. Pertumbuhan badan: berat badan, tinggi badan, stunting, berat badan lahir rendah

d. Tidak pernah diimunisasi

Pengobatan

4
1. Pemberian vitamin A

 Hari I: pada saat ditemukan pasien

 Vit. A 200.000 IU (usia 12 – 59 bln.)

 Vit. A 100.000 IU (usia 6 – 11 bulan)

 Hari II: dosis sama


 2 – 4 minggu: dosis sama

2. Atasi masalah gizi

3. Obati penyakit yang menyertai

Pencegahan

1. Ikuti program distribusi vitamin A dua kali setahun

2. Menjaga gizi yang baik

 Pemberian makanan dengan nutrien baik

 Memenuhi kebutuhan vitamin A yang semestinya

 Promosi gizi baik,

3. Mencegah terkena penyakit dengan perbaikan sikap dan kebiasaan yang mendukung
kehidupan sehat

4. jaga kesehatan secara umum dan jaga lingkungan

5. Atasi kemiskinan dan kebodohan

REFERENSI

1. Gilbert, Clare, (2013), The eye signs of vitamin A deficiency, Comm Eye Health, vol.26, 84: 66
– 67
2. Gilbert, Clare, (2013), How to manage children with the eye signs of vitamin A deficiency,
Comm Eye Health, vol 26: 84: 68
3. Kraemer, K.; Gilbert, C.; Do vitamin A deficiency and undernutrition still matter?, Comm Eye
Health, vol 26, 84: 61 – 63
4. McLaren, D.S.; Frigg, M.; (2001), Sight and Life Manual on Vitamin A Deficiency Disorders
(VADD), ed 2, Basel, Task Force SIGHT AND LIFE
5. Sommer, A.; (1995), Vitamin A Deficiency and Its Consequencea: A field guide to detection
and control, ed 3, Geneva, World Health Organization

Anda mungkin juga menyukai