Anda di halaman 1dari 16

PERKEMBANGAN DI BEKAS NEGARA YUGOSLAVIA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran sejarah

Kelompok 6

Anggota:

Aulia Ikshan Reynaldi

M. Prahas Tomi M. S.

M. Rezanda

Teuku Ghassan

Reynaldo Z.

XI IPA 7

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 BOGOR

Sekolah Nasional Bertaraf Internasional

Jl. Ir. H. Juanda 16 Kota Bogor

2009
Perkembangan di Bekas Negara Yugoslavia

Yugoslavia adalah Negara federasi yang terdiri atas enam Negara bagian, yaitu Serbia, Kroasia,
Slovenia, Bosnia–Herzegovina, Macedonia, dan Montenegro. Mayoritas wilayah Negara Yugoslavia
didiami etnis slavia selatan. Namun sejak restruksi politik (demokratisasi) melanda Yugoslavia,
Negara bagiannya seperti Kroasia, Macedonia, Bosnia Herzegovina, dan Slovenia menjadi Negara
merdeka.

a. Latarbelakang

Selama berabad-abad, hamper seluruh Slavia selatan terbagi-bagi dan dikuasai oleh
kekuatan asing, khususnya Austria, Hongaria, dan Turki. Menjelang akhir abad ke-18, hanya Serbia
dan Montenegro yang merdeka. Pada saat itu muncul ide pembentukan federasi Negara di
Yugoslavia (tanah orang Slavia Selatan) untuk menyatukan orang Slavia yang bebas dan memerintah
negara sendiri.

Pada tahun 1918, berdiri federasi Yugoslavia, namun pada tahun 1941 Jerman menginvasi
Yugoslavia dan memecahnya selama Perang Dunia II. Pada tahun 1945, Yugoslavia dibangun
kembali, Namun konflik etnis dan politik menimbulkan disintegrasi untuk kedua kalinya.

Masalah utama dalam mendirikan Negara federasi Yugoslavia adalah konflik antar etnis yang
banyak memiliki perbedaan. Sebelumnya mereka tidak pernah tergabung dalam system politik yang
sama. Keinginan untuk bersatu hanya dilandasi kemiripan asal-usul dan kesamaan nasib sebagai
bangsa terjajah selama berabad-abad. Perbedaan sejarah dan pengalaman itu telah menimbulkan
berbagai konflik. Misalnya bangsa Kroasia dan Slovenia beragama Katolik Roma dan menggunakan
huruf latin. B angsa Serbia, Montenegro dan Macedonia beragam Kristen ortodoks dan
menggunakan huruf Cyrilic. Bangsa Bosnia-herzegovina beragam islam. Setiap bangsa mendiami
wilayah sendiri-sendiri yang berbentuk republic otonom dalam Negara Federasi Yugoslavia.

Walapun terjadi konflik antarnegara bagian, tetapi tidak pernah terjadi konflik militer secara
terbuka. Pada masa Josip Broz Tito membentuk pemerintah pusat yang kuat, tetapi di setiap Negara
bagian diberikan kebebasan mengatur pemerintahan sendiri. Setiap republic mempunyai perwakilan
dalam dewan kepresidenan yang bersifat kolektif sehingga tercipta keseimbangan kekuatan
antarnegara bagian.
Tindakan Tito yang lain adalah menciptakan system politik satu partai dan system ekonomi
sentralistik. Sistem pemerintahan seperti itu didukung oleh kekuatan militer nasional. Dengan
kebijakan itu, semua gerakan yang ingin melepaskan diri dari Yugoslavia dapat ditumpas.

b. Konflik di Yugoslavia

Langkah yang diambil Tito itu ternyata menimbulkan masalah di kemudian hari. Kebijakan
satu partai diprotes oleh rakyat. Kebijakan ekonomi sentralistik membuat Kroasia dan Slovenia
merasa diekspolitasi oleh pemerintah pusat karena kedua Negara bagian itu adalah yang terkaya
diantara dengan yang lain.

Guna mengatasi masalah itu, dibuat konstitusi baru pada tahun 1974. Konstitusi itu
merupakan kompromi antara pemerintah pusat dan pemerintah bagian yang menuntut
desentralisasi kekuasaan. Berdasarkan konstitusi tahun 1974, kekuasaan mulai beralih kepada setiap
Negara bagian. Akhirnya, pemerintah pusat hanya memegang kekuasaan dalam bidang pertahanan,
ekonomi, dan hubungan luar negeri.

Setelah Tito meninggal pada bulan Mei 1980, Yugoslavia menghadapi masalah ekonomi yang
cukup serius, sehingga melemahkan pemerintah pusat. Kewibawaan pemerintah pusat merosot.
Lebih-lebih karena jabatan presiden diatur bergiliran dari keenam Negara bagian. Ddengan demikian
tidak muncul tokoh nasional yang kuat dan mampu menanggulangi masalah dalam negeri. Setiap
Negara bagian saling berebut kekuasaan.

Saat memasuki tahun 1980-an, perbedaan rasial mulai mencuat kembali di Yugoslavia.
Ketegangan etnis dan kekerasan mewarnai kehidupan politik Yugoslavia. Slobodan Milosevic dari
Serbia yang menggantikan Josip Broz Tito tidak berhasil menyelesaikan konflik dengan baik.

Pada tanggal 25 Juni 1991, Kroasia dan Slovenia mengumumkan kemerdekaannya. Tentara
Yugoslavia tidak berhasil mempertahankan keutuhan Slovenia dan Kroasia. Pada bulan Juli 1991,
European Community mencoba untuk mempertahankan Yugoslavia tapi tidak berhasil. Akhirnya
tahun 1992 European Community mengakui kemerdekaan Kroasia dan Slovenia.
Setelah Kroasia dan Slovenia memerdekakan diri, Serbia berusaha mendominasi kekuatan di
Yugoslavia. Selain itu Serbia merasa bertanggungjawab atas keamanan orang Serbia di kroasia yang
tidak diperlakukan tidak adil di Kroasia.

Akan tetapi, Macedonia dan Bosnia-Herzegovina tidak bersedia berada di bawah kekuasaan
Serbia. Oleh karena itu, kedua Negara bagian tersebut juga memerdekakan diri dan meminta
pengakuan dari European Community atas kemerdekaan mereka. Nasib Bosnia-Herzegovina tidak
seberuntung Macedonia. Pada bulan april terjadi perang saudara di Bosnia-Herzegovina. Pada saat
yang sama Amerika dan dan Masyarakat Eropa mengakui kemerdekaan Negara baru itu. Konflik
antar Serbia, Kroasia, dan Bosnia-Herzegovina ditandai dengan peristiwa genosida yang
mengejutkan dunia.

Pada tanggal 27 april 1992, Serbia dan Montenegro menyatak diri sebagai republic federasi
Yugoslavia dengan mengakui kemerdekaan empat Negara yang lain. Pada pertengahan tahun 1992,
komunitas internasional mengakui kemerdekaan Negara-negara bagian itu kecuali Macedonia.
Sedangkan kedudukan Negara republic Federasi Yugoslavia ditolak. Perang yang terjadi di bekas
Yugoslavia merupakan perang yang mengeksploitasi sentiment agama dan etnis.

Usaha mencari jalan damai untuk menyelesaikan konflik Balkan terus dilakukan. Pada
tanggal 1 November 1995, diadakan perundingan perdamaian di Dayton, Amerika Serikat.
Perundingan perdamaian diprakarsai oleh NATO dan Amerika Serikat itu bertujuan merumuskan
perjanjian perdamaian yang menyeluruh di Bosnia-Herzegovina. Setelah berunding selama beberapa
hari, ketiga utusan dari etnis tiga etnis itu menandatangani perjanjian perdamaian mengenai Bosnia-
Herzegovina dengan membagi wilayah bekas Yugoslavia itu sesuai dengan garis etnis. Kesepakatan
ini ditandatangani pada tanggal 21 November 1995 di Paris, Perancis.

Kronologis pembentukan Negara Yugoslavia hingga perjanjian perdamaian etnis di Bosnia-


Herzegovina.

1. Bangsa slavia selatan masih dijajah oleh bangsa Austria, Turki, dan Hongaria.
2. Serbia dan Montenegro dapat memerdekakan diri dari penjajah tersebut
3. Terbentuknya Yugoslavia (termasuk Serbia dan Montenegro di dalamnya)
4. Invasi Jerman ke Yugoslavia dan memecah Negara tersebut menjadi beberapa bagian
5. Yugoslavia bersatu kembali
6. Terjadi konflik etnis dan politik, Broz Tito berhasil meredam itu dengan kebijakannya
7. Kebijakan ekonomi sentralistik menuai protes rakyat, terutama mengeksploitasi Slovenia
dan Kroasia
8. Lahir konstitusi yang mengacu pada desentralisasi kekuasaan
9. Presiden Tito meninggal, terjadi Konflik ekonomi kembali, pemerintah pusat kehilangan
kewibawaan
10. Isu Perbedaan rasial mencuat, terjadi ketegangan tetapi Presiden Slobodan (pengganti Broz
Tito) tidak dapat menanggulangi dengan baik
11. Kroasia dan Slovenia melepaskan diri dari Yugoslavia
12. Kroasia dan Slovenia secara resmi diakui sebagai negara merdeka oleh European Community
13. Serbia mendominasi kekuasaan pada federasi Yugoslavia
14. Bosnia-Herzegovina dengan Macedonia meminta pengakuan juga sebagai negara merdeka
pada European Community
15. European community dan Amerika Serikat mengakui keberadaan Bosnia Herzegovina
sebagai Negara merdeka dan menolak untuk Macedonia
16. Perang saudara di Bosnia-Herzegovina
17. Genosida yang terjadi pada konflik Bosnia Herzegovina, Kroasia, dan Serbia
18. Serbia dan Montenegro menyatakan diri sebagai Negara Federasi Yugoslavia dan mengakui
kemerdekaan 4 negara Negara bekas Yugoslavia
19. European Community menolak adanya pembentukan Federasi Yugoslavia kembali, dan tetap
mengakui Bosnia-Herzegovina, Kroasia, Slovenia, tetapi tidak mengakui Macedonia sebagai
Negara merdeka
20. Perundingan di Dayton Amerika Serikat mengenai konflik Balkan
21. Ditandatangani perjanjian damai konflik Balkan di Paris, Perancis. Dengan pembagian
wilayah di Bosnia-Herzegovina sesuai garis daerah 3 etnis.

Artikel-artikel yang berhubungan dengan perkembangan bekas Negara Yugoslavia


Artikel 1

Genosida

Genosida atau genosid adalah sebuah pembantaian besar-besaran sistematis terhadap satu
suku bangsa atau kelompok dengan maksud memunahkan (membuat punah) bangsa
tersebut. Kata ini pertama kali digunakan oleh seorang ahli hukum Polandia, Raphael
Lemkin, pada tahun 1944 dalam bukunya Axis Rule in Occupied Europe yang diterbitkan di
Amerika Serikat. Kata ini diambil dari bahasa Yunani γένος genos ('ras', 'bangsa' atau
'rakyat') dan bahasa Latin caedere ('pembunuhan').

Genosida ialah salah satu dari empat Pelanggaran HAM berat yang berada dalam yurisdiksi
International Criminal Court. Pelanggaran HAM berat lainnya ialah Kejahatan terhadap
kemanusiaan , Kejahatan perang, dan kejahatan Agresi.

Menurut Statuta Roma dan Undang-Undang no. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM,
genosida ialah Perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau
memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok
agama dengan cara membunuh anggota kelompk; mengakibatkan penderitaan fisik atau
mental yang berat terhadap anggota kelompok; menciptakan kondisi kehidupan kelompok
yang menciptakan kemusnahan secara fisik sebagian atau seluruhnya; melakukan tindakan
mencegah kelahiran dalam kelompok; memindahkan secra paksa anak-anak dalam
kelompok ke kelompok lain.

Ada pula istilah genosida budaya yang berarti pembunuhan peradaban dengan melarang
penggunaan bahasa dari suatu kelompok atau suku, mengubah atau menghancurkan
sejarahnya atau menghancurkan simbol-simbol peradabannya.

Contoh genosida
Pembantaian bangsa Kanaan oleh bangsa Yahudi pada milenium pertama sebelum Masehi.
Pembantaian bangsa Helvetia oleh Julius Caesar pada abad ke-1 SM.
Pembantaian suku bangsa Keltik oleh bangsa Anglo-Saxon di Britania dan Irlandia sejak
abad ke-7.
Pembantaian bangsa-bangsa Indian di benua Amerika oleh para penjajah Eropa semenjak
tahun 1492
Pembantaian bangsa Aborijin Australia oleh Britania Raya semenjak tahun 1788
Pembantaian Bangsa Armenia oleh beberapa kelompok Turki pada akhir Perang Dunia I
Pembantaian Orang Yahudi, orang Gipsi (Sinti dan Roma) dan suku bangsa Slavia oleh
kaum Nazi Jerman pada Perang Dunia II.
Pembantaian suku bangsa Jerman di Eropa Timur pada akhir Perang Dunia II oleh suku-
suku bangsa Ceko, Polandia dan Uni Soviet di sebelah timur garis perbatasan Oder-Neisse.
Pembantaian lebih dari dua juta jiwa rakyat oleh rezim Khmer Merah pada akhir tahun 1970-
an.
Pembantaian bangsa Kurdi oleh rezim Saddam Hussein Irak pada tahun 1980-an.
Efraín Rios Montt, diktator Guatemala dari 1982 sampai 1983 telah membunuh 75.000
Indian Maya.
Pembantaian suku Hutu dan Tutsi di Rwanda pada tahun 1994 oleh terutama kaum Hutu.
Pembantaian suku bangsa Bosnia dan Kroasia di Yugoslavia oleh Serbia antara 1991 -
1996. Salah satunya adalah Pembantaian Srebrenica, kasus pertama di Eropa yang
dinyatakan genosida oleh suatu keputusan hukum.
Pembantaian kaum berkulit hitam di Darfur oleh milisi Janjaweed di Sudan pada 2004.

Kesimpulan:

1. genosid adalah sebuah pembantaian besar-besaran sistematis terhadap satu suku


bangsa atau kelompok dengan maksud memunahkan (membuat punah) bangsa
tersebut.
2. Pembantaian suku bangsa Bosnia dan Kroasia di Yugoslavia oleh Serbia antara
1991 - 1996.

Artikel 2

Bosnia-Herzegovina merupakan sebuah wilayah perbatasan antara Kebudayaan Barat dan


Timur. Pada Abad Pertengahan, wilayah tersebut menjadi ajang pertikaian dan perebutan
pengaruh antara Romawi Barat yang Katolik dan Romawi Timur yang Ortodoks. Di tengah-
tengah pergulatan tersebut, ikut pula sebuah kelompok bid'ah Kristen yang disebut Bogomil.
Sekte ini terutama beranggotakan masyarakat kelas atas Bosnia.

Kekuatan ketiga yang berpengaruh dalam sejarah negeri itu muncul pada akhir abad ke-13,
ketika wilayah tersebut ditaklukkan oleh Turki Usmani yang beragama Islam. Pengikut
Bogomil berbondong-bondong pindah ke agama Islam sehingga agama tersebut lenyap.
Perpindahan agama tersebut kebanyakan terjadi karena dorongan ekonomi, di mana
apabila mereka memeluk Islam maka mereka tidak akan dibebani jizyah yang diterapkan
terhadap penduduk non-Muslim.

Dalam perkembangannya, kaum Muslim Bosnia mendapatkan status sama dengan orang
Turki asli. Mereka menjadi tangan kanan orang Turki untuk memerintah penduduk Bosnia
yang tetap memeluk agama leluhurnya. Oleh karena itu mereka menjadi pembela fanatik
Kesultanan Usmani untuk menjaga hak-hak istimewa mereka.

Masuknya pemikiran nasionalisme membawa perubahan besar dan tajam di Bosnia. Apabila
sebelumnya secara umum penduduk wilayah itu disebut orang Bosnia dan hanya dibedakan
menurut agamanya, kini mereka mengidentifikasikan diri dengan tetangganya. Orang Bosnia
yang menganut Kristen Ortodoks mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Serbia
sementara penganut Katolik menjadi orang Kroasia.

Ketika Turki melemah, negara-negara jajahannya di Balkan memerdekakan diri. Salah satu
di antaranya adalah Serbia. Negara yang baru merdeka ini berusaha menggabungkan
Bosnia namun ambisinya digagalkan oleh Kekaisaran Austria-Hongaria, yang mencaplok
wilayah tersebut pada tahun 1908. Hal tersebut kemudian mendorong kaum nasionalis
Serbia membunuh putera mahkota kekaisaran tersebut di Sarajevo pada tahun 1914, yang
kemudian menyebabkan pecahnya Perang Dunia I.

Setelah PD I usai, Bosnia-Herzegovina, bersama-sama dengan Kroasia, Slovenia, dan


Vojvodina, diserahkan oleh Austria kepada Kerajaan Serbia-Montenegro. Dari
penggabungan ini muncullah Kerajaan Yugoslavia (Slavia Selatan).

Akan tetapi perpecahan segera melanda negeri itu akibat pertentangan dua etnis utamanya.
Orang Serbia berusaha membangun negara kesatuan sementara orang Kroasia
menginginkan federasi yang longgar. Kaum Muslim Bosnia terjebak dalam pertikaian
tersebut karena kedua pihak memperebutkan wilayah tersebut. Beberapa kaum Muslim
mendukung klaim Serbia dan menyebut dirinya sebagai Muslim Serbia. Namun lebih banyak
lagi yang pro -Kroasia dan menyebut dirinya sebagai orang Muslim Kroasia. Pertentangan
tersebut kemudian meledak menjadi kekerasan setelah Jerman Nazi menguasai Yugoslavia
tahun 1941.
Negeri yang terkoyak

Setelah menaklukkan Yugoslavia, Hitler menggabungkan bekas propinsi Kroasia, Bosnia,


dan Herzegovina ke dalam negara boneka yang disebut sebagai Negara Kroasia Merdeka
(lebih dikenal dengan inisial Kroasianya, NDH). Negara tersebut dipimpin oleh Ante Pavelic,
pemimpin organisasi nasionalis ekstrim Kroasia, Ustasa (pemberontak). Rezim NDH ini
berusaha membersihkan wilayahnya dari orang Serbia, Yahudi, dan Gipsi.

Oleh karena besarnya jumlah penduduk Serbia di NDH, kaum Ustasa bersekutu dengan
kaum Muslim guna mengimbanginya. Banyak orang Muslim yang bergabung dengan rezim
tersebut, di mana bahkan wakil presiden dan menlu NDH adalah tokoh-tokoh Muslim.

Kaum Muslim juga bergabung dengan Jerman dalam memerangi gerilyawan, baik Chetnik
maupun Partisan. Dua divisi SS (Schutzstaffel, pengawal elit Hitler yang ditakuti) dibentuk
dari kalangan kaum Muslim Bosnia, yaitu Divisi 'Handzar' dan 'Kama'.

Banyak orang Serbia yang selamat bergabung dengan gerilyawan Chetnik yang pro-raja
dan kemudian melancarkan pembantaian balasan terhadap orang Kroasia dan Muslim.
Konflik etnis berdarah ini memberikan keuntungan bagi kelompok Partisan pimpinan Tito.
Oleh karena berhaluan komunis yang tidak membeda-bedakan latar belakang etnis dan
agama, kelompok ini menarik pendukung dari berbagai latar belakang yang tidak menyukai
pertumpahan darah di antara sesama warga Yugoslavia. Dengan demikian, kaum Partisan
berhasil merebut kekuasaan di seluruh Yugoslavia setelah usainya perang.

Zaman Tito
Setelah meraih kekuasaan atas Yugoslavia, Josip Broz Tito berusaha membangun kembali
persaudaran negeri itu di bawah bendera komunisme. Dalam upayanya untuk mengatasi
perselisihan antar kelompok etnis dan agama, dia membentuk negeri itu menurut sistem
federal yang ditarik berdasarkan etnisitas.

Bosnia, yang karena memiliki penduduk yang plural, merupakan ujian berat bagi Tito. Orang
Serbia menuntut penggabungan wilayah tersebut karena penduduk Serbia yang hampir
mencapai setengah dari total penduduk di sana pada masa itu. Akan tetapi Tito menolaknya.
Dia tidak ingin membuat Serbia menjadi kuat seperti sebelumnya. Oleh karena itu, dia
memutuskan untuk memecah belah orang Serbia. Wilayah Serbia diperkecil dengan
membentuk dua republik federal (yaitu Montenegro dan Makedonia) serta dua provinsi
otonom (Vojvodina dan Kosovo). Tito, sebagai seorang Kroasia-Bosnia, memutuskan bahwa
wilayah Bosnia-Herzegovina harus menjadi sebuah republik federal. Dengan demikian,
orang Serbia dapat diimbangi oleh gabungan Muslim-Kroasia di wilayah tersebut.

Dalam menghadapi ketidakpuasan atas keputusan tersebut, rezim Tito memakai tangan
besi untuk menghadapinya. Cara tersebut memang efektif tapi hanya untuk sementara
waktu. Ketika Tito meninggal, pertikaian antar etnik dan agama kembali meletus di
Yugoslavia, yang kemudian meruntuhkan negara tersebut.

Kemerdekaan Bosnia-Herzegovina

Peta pembagian entitas politik di Bosnia-Herzegovina


Yugoslavia terpecah-belah pada tahun 1991 setelah runtuhnya rezim-rezim Komunis di
Eropa Timur. Mengikuti contoh Kroasia dan Slovenia, pada bulan Maret 1992 Bosnia-
Herzegovina menyatakan kemerdekaannya melalui referendum yang diikuti oleh masyarakat
Muslim dan Kroasia Bosnia. Hal tersebut ditentang oleh penduduk Serbia yang ingin
menguasai seluruh wilayah eks Yugoslavia.

Di bawah pimpinan Radovan Karadzic, orang Serbia Bosnia memproklamasikan Republik


Srpska. Dengan bantuan pasukan federal pimpinan Jenderal Ratko Mladic, orang Serbia
Bosnia berhasil menguasai 70 persen wilayah negeri itu. Dalam konflik ini, etnis Serbia yang
mayoritas berusaha melenyapkan etnis Muslim dan Kroasia. Terjadilah pembantaian
terbesar dalam sejarah yang jumlah korbannya hanya kalah oleh Perang Dunia.
Pembunuhan, penyiksaan dan pemerkosaan olah Kaum Serbia kemudian menyebabkan
pemimpin-pemimpin Serbia dituduh sebagai penjahat perang oleh PBB.

Akhirnya, setelah perang berdarah yang berlarut-larut, perdamaian di antara ketiga


kelompok tersebut berhasil dipaksakan oleh NATO. Sesuai dengan Kesepakatan Dayton
tahun 1995, keutuhan wilayah Bosnia-Herzegovina ditegakkan namun negara tersebut
dibagi dalam dua bagian: 51% wilayah gabungan Muslim-Kroasia (Federasi Bosnia dan
Herzegovina) dan 49% Serbia (Republik Srpska).

Kini negeri tersebut mulai menghirup perdamaian dan ketiga belah pihak berusaha
membangun saling percaya. Akan tetapi memang perlu waktu lama untuk menghapuskan
permusuhan berabad-abad itu. Salah satu hal yang diusahakan untuk membangun saling
percaya tersebut adalah mengadili para penjahat perang. Mantan Presiden Republik Srpska
Radovan Karadžić berhasil ditangkap pada 21 Juli 2008, sementara mantan Panglima
Tentara Federal Jenderal Ratko Mladic belum tertangkap.

Artikel 3

Pada 2002, Serbia dan Montenegro mencapai kesepakatan mengenai kelanjutan kerja
sama keduanya yang, antara lain, berjanji mengakhiri penggunaan nama Yugoslavia. Pada
4 Februari 2003, parlemen federal Yugoslavia menciptakan sebuah persemakmuran yang
tidak begitu mengikat antara Serbia dan Montenegro yang disebut Uni Negara Serbia dan
Montenegro. Sebuah Dokumen Konstitusional disetujui untuk dijadikan kerangka
pemerintahan negara itu.

Pada hari Minggu, 21 Mei 2006, bangsa Montenegro memberikan suara dalam sebuah
referendum kemerdekaan, dengan 55,5% mendukung kemerdekaan. Lima puluh lima
persen atau lebih suara sah dibutuhkan untuk membubarkan Uni Negara Serbia dan
Montenegro. Tingkat partisipasi pemilih sebesar 86,3%, dan 99,73% dari 477.000 lebih surat
suara dinyatakan sah.

Proklamasi kemerdekaan Montenegro pada 3 Juni 2006 dan proklamasi kemerdekaan


Serbia pada 5 Juni mengakhiri Uni Negara Serbia dan Montenegro yang merupakan
peninggalan terakhir bekas negara Yugoslavia.

Artikel 4

Definisi Umum Terkini

Dalam kebanyakan penuturan bahasa Inggris, dunia barat, negeri-negeri yang umumnya
termasuk daerah Balkan termasuk:

Albania
Bosnia dan Herzegovina
Bulgaria
Kroasia
Yunani
Republik Macedonia
Serbia dan Montenegro
Turki, namun hanya bagian Eropa darinya termasuk Istanbul (secara tradisional
disebut Rumelia atau Thrace Timur)

Rumania dan Slovenia terkadang masuk daftar ini juga.

Banyak daerah di negara ini yang didaftarkan sebagai negara Balkan dapat menjadi dalam
banyak hal cukup jelas dari sisa daerah, maka negeri yang tempat garis batasnya (sering
jauh sekali dari pegunungan Balkan sendiri) biasanya dirujuk tidak untuk disebut negara
Balkan. Contoh utamanya ialah Rumania dan Slovenia, terkadang juga Kroasia dan Yunani.
Artikel 5

1918: Setelah dibubarkannya Kekaisaran Austria-Hongaria setelah Perang Dunia I


maka “Kerajaan Bangsa Serbia, Kroasia, dan Slovenia” didirikan dengan Peter I dari
Serbia sebagai raja. Bibit untuk konflik di masa datang sudah ditaburkan mulai saat
ini. Serbia menginginkan sebuah negara kesatuan padahal Kroasia menginginkan
sebuah federasi. Pada tahun 1928, Kroasia mencoba melepaskan diri setelah
seorang anggota parlemen dari Kroasia dibunuh. Raja Alexander, sejak 1921,
berreaksi keras dengan membubarkan parlemen dan mencanangkan diktatorialisme.

Yugoslavia sekitar 1990.


1: Slovenia; 2: Kroasia; 3: Bosnia-Herzegovina; 4: Serbia; 4a: Vojvodina; 4b: Kosovo; 5:
Montenegro; 6:Republik Yugoslavia Makedonia; A: Laut Adria

1929: Nama negara dirubah menjadi Kerajaan Yugoslavia. Raja Yugoslavia,


Alexander, dibunuh di Paris, Prancis, oleh kelompok nasionalis ekstrim Makedonia-
Kroasia.

1939: Kroasia mendapatkan lebih banyak otonomi.

1941-1945: Wali Raja Yugoslavia, Pangeran Paul, terpaksa menandatangani


persetujuan kerja sama dengan Poros Jerman-Italia-Jepang. Akan tetapi para
perwira Serbia yang anti-Jerman berontak dan menggulingkan pemerintahannya.
Hitler marah dan menyerang Yugoslavia. Negara Balkan tersebut jatuh dengan
cepat, terutama karena etnis-etnik non Serbia banyak yang bergabung dengan para
penyerbu.
Setelah menaklukkan negeri itu, Hitler memecah-belah negeri tersebut di bawah
pendudukan Poros dan rezim boneka lokal. Atas perintah Hitler, bekas propinsi Kroasia,
Bosnia, dan Hercegovina digabungkan ke dalam negara boneka Kroasia sementara wilayah
sebagian besar Kosovo, Montenegro Selatan dan Makedonia Barat digabungkan ke dalam
Negara Albania Raya. Penduduk Yugoslavia kemudian bangkit melawan pasukan
pendudukan dan bergabung dengan dua kekuatan gerilya utama: kaum Chetnik yang
didominasi orang Serbia pendukung raja dan kaum Partisan pimpinan Tito yang komunis.
Yugoslavia pada masa ini menjadi medan pertempuran berdarah, di mana penduduknya
bukan hanya memerangi pasukan pendudukan Poros namun juga saling membantai antara
sesama warga--suatu preseden bagi perang antaretnis tahun 1990-an. Di Negara Kroasia
Merdeka, kaum nasionalis ekstrim Kroasia bekerja sama dengan kaum Muslim Bosnia
berusaha membersihkan negara boneka tersebut dari orang-orang Serbia, Yahudi dan Jipsi.
Antara tahun 1941-45, kaum Ustasa-Muslim telah membantai 750.000 orang Serbia, 60.000
Yahudi dan 25.000 Jipsi. Pembersihan etnis juga terjadi di Negara Albania Raya, di mana
kaum militan Albania mengusir dan membunuh puluhan ribu orang Serbia dan orang Slavia
Ortodoks lainnya, terutama di Kosovo dan Makedonia Barat, dan menggantikannya dengan
para pendatang Albania dari wilayah Albania. Tragedi ini membuat trauma yang mendalam
terhadap bangsa Serbia.

1943: Federal Demokratik Yugoslavia diproklamasikan oleh para partizan komunis.


Negosiasi dengan pemerintahan Kerajaan Yugoslavia dalam pengasingan terus
dilakukan, sementara wilayah Kerajaan Yugoslavia masih diduki oleh sekutu.

1944: Para partizan komunis dipimpin oleh Tito membebaskan Beograd pada bulan
Oktober dengan bantuan tentara Uni Soviet.

1945: Nazi Jerman menyerah, para partizan mengambil alih kekuasaan di seluruh
bagian negara. Pada tanggal 29 November, Raja Petar II dimakzulkan oleh Majelis
Konstituante Komunis Yugoslavia saat masih dalam pengasingan. Pada tanggal 2
Desember, pemerintah komunis menyatakan keseluruhan wilayah ini sebagai bagian
Federal Demokratik Yugoslavia.

1946: Pada tanggal 31 Januari, Federal Demokratik Yugoslavia berganti nama


menjadi Republik Rakyat Federal Yugoslavia. Negara ini terdiri dari: Serbia, Kroasia,
Slovenia, Bosnia-Herzegovina, Montenegro dan Republik Makedonia serta dua
daerah otonom yang menjadi bagian Serbia: Kosovo dan Vojvodina.
1948: Melepaskan diri dari pengaruh Uni Soviet. Yugoslavia ingin berjalan sendiri
dalam melaksanakan paham komunisme.

1961: Kekuatan vokal dalam pembentukan KTT Negara Non Blok.

1963: Pada tanggal 7 April, Republik Rakyat Federal Yugoslavia berganti nama
menjadi Republik Federal Sosialis Yugoslavia dan Tito diangkat menjadi presiden
seumur hidup.

1980: Tito meninggal, perbedaan antaretnis mulai nampak, terutama ketika pada
akhir tahun 1980an terjadi krisis ekonomi. Diskriminasi terhadap penduduk Serbia
dan non Albania lainnya di Kosovo menyebabkan ribuan orang mengungsi dari
propinsi tersebut. Hal tersebut membuka kembali luka lama orang Serbia dan
mendorong terpilihnya Slobodan Milosevic yang mengajukan program-program
nasionalis Serbia sebagai presiden Serbia: status otonom Kosovo dan Vojvodina
ditiadakan. Nasionalisme berdasarkan etnisitas menjadi marak.

1990: April pemilu di negara-negara bagian. Di Slovenia dan Kroasia, daerah


terkaya, partai pro kemerdekaan menang. Di Serbia dan Montenegro, partai komunis
menang.

1991: Pada tanggal 25 Juni, Slovenia dan Kroasia memproklamasikan kemerdekaan.


Tentara Federal (terutama beranggotakan orang Serbia) mengintervensi. Akan tetapi
perang di Slovenia hanya berlangsung 7 hari karena penduduk di sana nyaris
homogen sehingga tidak ada kepentingan warga Serbia yang terancam.
Dibandingkan dengan Slovenia yang memiliki penduduk homogen, perang di Kroasia
berlangsung sengit dan lama serta kejam karena ingatan sejarah Perang Dunia II
maupun besarnya komunitas Serbia di wilayah tersebut. Ketika Republik Makedonia,
negara bagian termiskin, memerdekakan diri pada tanggal 8 September, Tentara
Federal diam saja.

1992: Penduduk Muslim dan Kroasia di Bosnia-Herzegovina memilih untuk merdeka


dan mendeklarasikan negara Bosnia-Herzegovina. Penduduk Serbia Bosnia
menolak hasil tersebut dan berusaha membentuk negara terpisah dengan bantuan
Tentara Federal, yaitu Republik Serbia Bosnia dan Herzegovina yang kemudian
menjadi Republik Srpska. Sekali lagi, perang di Bosnia-Herzegovina berlangsung
sengit dan kejam karena alasan trauma sejarah. Dari enam negara bagian hanya
Serbia dan Montenegro yang tertinggal, yang kemudian membentuk Republik
Federal Yugoslavia pada tanggal 28 April 1992.

1995: Perjanjian Dayton mengakhiri perang di Bosnia-Herzegovina.

1999: Pecah pemberontakan orang Albania di Kosovo. Upaya memadamkan


pemberontakan tersebut oleh Serbia menyebabkan banjirnya kaum pengungsi
Albania ke wilayah tetangga. NATO tanpa mandat PBB menyerang Serbia. Milosevic
menyerah dan Kosovo diberikan di bawah pengawasan internasional. Giliran
penduduk Serbia yang dibersihkan secara etnis oleh KLA. Kelompok gerilyawan
Albania ini juga menghancurkan banyak peninggalan budaya Serbia di Kosovo
sebagai jalan menghapuskan jejak orang Serbia di sana. Tujuan utama KLA sendiri
adalah menggabungkan Kosovo dan berbagai wilayah Balkan lainnya yang dihuni
orang Albania ke dalam suatu Negara Albania Raya, seperti yang terjadi pada masa
Perang Dunia II. Pemberontakan orang Albania meluas ke Makedonia, yang
sebelumnya dengan tangan terbuka menerima pengungsi Albania dari Kosovo.

2000: Pada bulan Oktober, Milosevic mundur setelah Vojislav Kostunica menang
pemilu. Milosevic pada bulan Juni 2001 diserahkan kepada Pengadilan Internasional
untuk Bekas Yugoslavia.

2002: Pada bula Maret, pemerintah Serbia dan Montenegro sepakat untuk membuat
uni yang lebih bebas.

2003: Pada tanggal 4 Februari, Republik Federal Yugoslavia dibentuk ulang


sehingga menjadi Uni Negara Serbia dan Montenegro. Dengan ini, berakhirlah
perjalanan panjang negara Yugoslavia.

Anda mungkin juga menyukai