Anda di halaman 1dari 29

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR( SOP )

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR( SOP )


MENCUCI TANGAN
ASUHAN PERSALINAN NORMAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
No. Dokumen
UPT PKM SUKAHURIP No. Revisi
00 Halaman
1/2
UPT PKM SUKAHURIP
Tgl Terbit : 24 November 2017 00 Disetujui oleh, 1
Tgl Terbit : 24 November 2017 Disetujui Oleh,
Kepala Puskesmas Sukahurip
Kepala Puskesmas Sukahurip

PUSKESMAS
PUSKESMAS SUKAHURIP
SUKAHURIP

Dedih Sugiarto,SKM
Dedih Sugiarto,SKM ,, M.Si
M.Si
NIP 19660704
NIP 19660704 198703
198703 11 002
002
Pengertian
Pengertian Mencegah terjadinya
Tindakan yang komplikasi
dilakukan untuk pencegahan infeksi yang ditularkan melalui
Tujuan Mengupayakan
tangan dengan menyingkirkanhidup
kelangsungan dandan
kotoran mencapai tujuan
debu serta derajat kesehatan
menghambat atau
yang tinggi bagi
membunuh ibu dan bayinya
mikroorganisme pada kulit
Kebijakan
Tujuan Persalinan tanpakotoran
Menghilangkan intervensi,
dan penerapan
debu secara58mekanis
langkahdari
APNpermukaan kulit dan
mengurangi jumlah mokroorganisme sementara
Prosedur 1. Penolong persalinan mencuci tangan
Kebijakan Cuci tangan sesuai standar sama efektifnya dengan dengan cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan steril/DTT
dengan sabun antimicrobial
3. Bersihkan perineum ibu dengan menggunakan air DTT
Uraian Kegiatan Indikasi mencuci tangan
4. Pimpin ibu untuk memulai proses persalinan (meneran), pada saat
1. Sebelum dan sesudah kontak dengan ibu bersalin
kontraksi hilang, anjurkan ibu untuk berhenti meneran
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik
5. Tidak perlu mendorong fundus untuk membantu melahirkan bayi
3. Setelah kontak dengan peralatan yang kotor
ataupun melakukan episiotomi, dilakukan jika terdapat tanda-tanda
4. Setelah kontak dengan zat/alat yang berpotensi terkontaminasi
gawat janin atau indikasi lain
mikroorganisme
6. Pada saat akan melahirkan kepala, tahan perineum dengan tangan
5. Setelah melepaskan sarung tangan
kanan untuk mencegah robekan pada vagina dan jalan lahir saat
kepala dilahirkan
Langkah – langkah mencuci tangan :
7. Tahan kepala bayi setelah melalui perineum dengan menggunakan
1. Lepas semua perhiasan
tangan kiri
2. 8.BukaPeriksa
keranapakah ada tanda-tanda
dan atur lilitan tali pusat
aliran air sedemikian rupa sehingga air tidak
9. Bila ada lilitan tali pusat, lepaskan lilitan tersebut, kemudian tunggu
memercik keluar dari wastafel
putaran paksi luar
3. 10. Lahirkan
Posisi tanganbayi dengan
berada sanggah
dibawah sikususur
11. Lakukan penilaian bayi
4. Basahi tangan dengan air, gunakan sabun atau desinfektan kulit
12. Letakkan bayi pada perut ibu
5. 13. Lakukan
Gosok keduapenilaian, apakahdengan
telapak tangan ada bayi kedua atu tidak
kuat
14. Ikat dan potong tali pusat
6. Gosok salah satu punggung telapak tangan, balikkan dan gosok bagian
15. Upayakan ibu dapat melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD),
upayakan
telapak tanganIMD dapat berhasil dalam waktu 30-60 menit, setelah bayi
lahir lakukan manajemen aktif kala III (pemberian oksitosin,
7. Gosok sampai ke bagian ujung jari dan teruskan sampai pada bagian
peregangan tali pusat terkendali dan massase uterus)
16. Setelah plasenta
pergelangan tangan lahir, periksa apakah lengkap atau tidak
17. Bila plasenta tidak lengkap, lakukan eksplorasi plasenta
8. Lakukan hal yang sama pada tangan yang satu lagi
18. Bila plasenta tidak lahir dalam 30 menit, lakukan prosedur
9. Cucipenatalaksanaan retensio
jari jemari dengan plasenta gosok maju dan mundur
cara menjalinnya,
19. Periksa adakah perdarahan setelah plasenta lahir atau adakah
10. Pastikan bahwa kedua sisi tangan sudah saling menggosok
robekan jalan lahir
11. 20.
CuciPeriksa
ujungkontraksi
jari satuuterus,
tanganlakukan
denganmassase uterus selama
menggosokkannya 15 menit
pada telapak
21. Observasi ketat ibu dan bayi, lengkapi partograf dan catatan lain
tangan lainnya
Dokumen Terkait Bagian kebidanan (Ruang Persalinan)
12. Lakukan hal yang sama pada ujung jari tangan lainnya
13. Gosok salah satu ibu jari dengan gerakan memutar menggunakan jari-
jari tangan yang lain dengan melingkarinya
14. Lakukan hal yang sama pada ibu jari tangan yang lain
15. Pegang pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan, gosok sekeliling
pergelangan tangan
16. Lakukan hal yang sama untuk pergelangan tangan kanan
17. Bilas seluruh permukaan tangan, dari pergelangan sampai ke ujung jari.
Pertahankan posisi tangan tetap berada rendah dari siku
18. Dengan posisi tangan lebih tinggi dari siku, matikan keran dengan
menggunakan siku
19. Keringkan setiap tangan secara terpisah, dimulai dari ujung jari sampai
pada pergelangan tangan

Dokumen Terkait Ruang PI (Pencegahan Infeksi)


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP )
DESINFEKSI TINGKAT TINGGI / DTT
No. Dokumen No. Revisi Halaman
UPT PKM SUKAHURIP 00 1/2
Tgl Terbit : 24 November 2017 Disetujui Oleh,
Kepala Puskesmas Sukahurip

PUSKESMAS SUKAHURIP

Dedih Sugiarto,SKM , M.Si


NIP 19660704 198703 1 002
Pengertian Tindakan yang dilakukan untuk membunuh mikroorganisme (bakteri,
jamur, parasit dan virus)dengan cara mengukus, merebus dan kimiawi
Tujuan Untuk mencegah infeksi silang dalam prosedur klinik, menurunkan resiko
transmisi penyakit HIV/AIDS, menjamin kualitas pelayanan
Kebijakan Cara yang paling efektif adalah DTT dengan cara perebusan dan pengukusan

Uraian Kegiatan Instruksi untuk DTT dengan Perebusan :


1. Dekontaminasi dan bersihkan semua alat – alat yang akan di DTT
2. Semua alat harus terendam air, atur permukaan sekurang nya 2,5
cm (1 inci) air di atas alat atau mangkok/ wadah
3. Tutup rapat dan biarkan air mendidih serta berputar, kurangi panas
setelah mendidih, air mendidih terlalu keras dapat dapat merusak
alat
4. Mulai mencatat waktu. Proses DTT waktu dicatat setelah air
mendidih
5. Rebus alat – alat selama 20 menit, jangan tambahkan sesuatu
setelah mulai mencatat waktu
6. Setelah merebus 20 menit, pindahkan alat – alat dengan
cunam/korentang ke tempat yang sudah disiapkan, jangan biarkan
alat terus direndam, karena air mulai dingin kuman/partikel akan
masuk ke dalam tempat DTT
7. Pakailah alat – alat dan benda lain segera, atau simpan dalam
container tertutup yang sudah di DTT, jika container basah ganti
dengan container kering dan tertutup
8. Simpan dalam wadah kering dan tertutup
9. Beri label waktu DTT pada container
Intruksi DTT dengan Pengukusan :
1. Tempatkan instrument, kanula AVM plastic dan alat – alat lain di
salah satu panci yang ada lubang di dasarnya,isi panci jangan terlalu
penuh
2. Ulangi proses ini sampai ketiga panci terisi, letakkan semua panci
diatas panci bawah yang berisi air untuk dididihkan, panci kosong
lain tanpa lubang disiapkan di samping sumber panas
3. Tutup panci dan didihkan air, jika tidak mendidih tidak akan
menghasilkan suhu untuk membunuh mikroorganisme
4. Waktu uap mulai keluar diantara panci dan tutup, mulai mencatat
waktu atau menulis waktu mulainya DTT
5. Kukus selama 20 menit
6. Angkat panci atas dan tutup panci berikutnya, goyangkan dengan
memutar agar air turun dari panci yang baru di angkat
7. Tempatkan panci yang baru diangkat ke atas panci kosong , ulangi
sampai semua panci ditempatkan di panci kosong sampai tutup
panci paling atas, langlah ini membuat semua alat kering, dingin
tanpa terkontaminasi
8. Biarkan alat – alat kering dalam panci ( 1 – 2 jam )sebelum dipakai
9. Dengan menggunakan penjepit DTT, pindahkan alat – alat kering ke
dalam container yang kering dan DTT, ditutup rapat
10. Beri label waktu DTT pada container
Dokumen Terkait Ruang PI (Pencegahan Infeksi)
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR( SOP )
PEMERIKSAAN PERVAGINAM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
UPT PKM SUKAHURIP 00 1/2
Tgl Terbit : 24 November 2017 Disetujui Oleh,
Kepala Puskesmas Sukahurip

PUSKESMAS SUKAHURIP

Dedih Sugiarto,SKM , M.Si


NIP 19660704 198703 1 002
Pengertian Pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan selama proses persalinan
berdasarkan indikasi kebidanan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Tujuan Memastikan ibu dalam keadaan inpartu atau belum, mengkaji kemajuan
persalinan, menentukan letak presentasi bayi,melakukan pemecahan
ketuban.
Kebijakan Dilakukan sesuai dengan indikasi, dan harus memperhatikan kontraindikasi
seperti adanya perdarahan pervaginam, hamil pre term dengan KPD
Uraian Kegiatan 1. Adanya persetujuan dari pihak ibu bersalin.
2. Seluruh peralatan yang dibutuhkan telah dipersiapkan dengan baik.
Adapun peralatan yang dibutuhkan adalah :
 Celemek.
 Sarung tangan steril.
 Kapas pembersih dan tempat penampungan.
 Kain untuk digunakan sebagai alas.
3. Ibu diminta untuk BAK.
4. Lakukan palpasi abdomen untuk menentukan letak janin, presentasi,
penurunan bayi.
5. Minta ibu untuk berada pada posisi kedua lutut ditekuk, kedua tumit
dirapatkan dan lutut dibuka. Letakkan kain di atas bokong ibu.
6. Buka pembalut atau pakaian dalam ibu dan tutupi area genitalia ibu.
7. Lakukan cuci tangan.
8. Sementara asisten membukakan peralatan steril, letakkan sarung
tangan steril pada area steril.
9. Setelah tangan dicuci, keringkan dan pakai sarung tangan.
10. Buka penutup area genitalia ibu bersalin, bersihkan daerah
perineum dari arah depan ke belakang dengan menggunakan kapas
/ kasa pembersih dan air hangat.
11. Kapas / kasa pembersih hanya boleh digunakan untuk satu kali
apusan.
12. Dua jari yang akandigunakan untuk memeriksa, dibasahi terlebih
dahulu oleh lubrikan.
13. Buka labia ibu dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk dari
tangan yang tidak digunakan untuk pemeriksaan dalam. Observasi
keadaan vulva.
14. Masukan kedua jari ke dalam vagina secara perlahan-lahan, ke
bawah dan ke belakang menelusuri dinding vagina.
15. Pastikan ibu jari pemeriksa tidak menyentuh klitoris ataupun anus
ibu.
16. Raba serviks dan tentukan posisi, tonus, besarnya pembukaan dan
bagian terendah janin.
17. Geser jari ke ostium servikal untuk memeriksa adanya ketuban,
presentasi janin, posisi, bagian terendah janin. Perhatikan pula
adanya kemungkinan kaput susedanium dan tingkat moulase.
18. Tarik jari pemeriksa secara perlahan-lahan.
19. Bantu ibu untuk mendapatkan posisi yang nyaman setelah
pemeriksaan dalam selesai dilakukan.
20. Bereskan semua peralatan dan cuci tangan.
21. Dokumentasikan seluruh hasil pemeriksaan.
Dokumen Terkait Ruang Persalinan /Kebidanan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR( SOP )
EPISIOTOMI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
UPT PKM SUKAHURIP 00 1/2
Tgl Terbit : 24 November 2017 Disetujui Oleh,
Kepala Puskesmas Sukahurip

PUSKESMAS SUKAHURIP

Dedih Sugiarto,SKM , M.Si


NIP 19660704 198703 1 002
Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan untuk mempercepat proses persalinan
dengan cara memperlebar jalan lahir
Tujuan 1. Mempercepat persalinan dengan memperlebar jalan lahir lunak
2. Mengendalikan robekan perineum untuk memudahkan menjahit
3. Menghindari robekan perineum spontan
4. Memperlebar jalan lahir pada operasi persalinan pervaginam
Kebijakan Tindakan episiotomi dilakukan atas indikasi

Uraian Kegiatan 1. Ibu harus menyetujui tindakan episiotomi


2. Berikan lignokain di antara dua kontraksi dengan menggunakan
jarum steril
3. Usap perineum dengan air
4. Masukkan dua jari ke dalam vagina, letakkan di belakang perineum
untuk melindungi bagian terendah bayi
5. Suntikkan jarum ke bagian tengah introitus, aspirasi untuk
mengetahui apakah jarum berada pada pembuluh darah atau tidak
6. Bila tidak, masukkan 1/3 dosis lignokain, smbil menarik jarum ke
arah luar secara perlahan. Jangan sampai keluar jaringan
7. Bila jarum mencpai introitus, arahkan kembali jarum pada arah
mediolateral, masukkan 1/3 dosis lignokain sambil menarik jarum ke
araha luar secara perlahan. Jangan sampai keluar jaringan
8. Ulangi sekali lagi pada arah lebih ke medial, sehingga bentuk
infiltrasi pada perineum menyerupai kipas
9. Tunggu beberapa saat, agar lignokain mulai bekerja
10. Masukkan kembali dua jari ke dalam perineum untuk melindungi
bagian terendah bayi
11. Pada saat bayi diperkirakan akan lahir, saat terjadi kontraksi yang
sangat kuat, buatlah insisi mediolateral kanan sepanjang 4-5 cm
dengan menggunakan gunting mayo lurus
12. Segera sisihkan gunting dari daerah vagina
13. Bila memungkinkan topang perineum, evaluasi kepala janin, bantu
ibu untuk melahirkan bagian kepala bayi. Proses episiotomi,
menopang perineum dan melahirkan bagian kepala bayi terjadi pada
saat yang hampir bersamaan
14. Lanjutkan dengan proses persalinan bayi dan pengeluaran plasenta\
15. Segera setelah proses persalinan selesai, lakukan penjahitan luka
episiotomi
16. Dokumentasikan seluruh proses yang berlangsung

Dokumen Terkait Ruang Persalinan/Kebidanan


STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO )
PENJAHITAN PERINEUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
UPT PKM SUKAHURIP 00 1/2
Tgl Terbit : 24 November 2017 Di setujui Oleh,
Kepala Puskesmas Sukahurip

PUSKESMAS SUKAHURIP

Dedih Sugiarto,SKM , M.Si


NIP 19660704 198703 1 002
Pengertian Prosedur yang paling penting dari pencegahan perdarahan postpartum dan
pencegahan infeksi akibat robekan jalan lahir.
Tujuan Mencegah perdarahan postpartum dan penyebaran infeksi yang bisa
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir
Kebijakan Penjahitan perineum dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah
perdarahan postpartum
Uraian Kegiatan 1. Dapatkan persetujuan dari ibu
2. Siapkan peralatan yang diletakkan di atas troli / meja
3. Bantu ibu untuk berada dalam posisi litotomi
4. Letakkan lampu sorot dengan benar
5. Tenaga kesehatan menggunakan apron dan sarung tangan steril
6. Ambil lignokain, ke dalam spuit
7. Bersihkan daerah vulva dengan kasa yang dipegang forsep, dari atas
ke bawah. Satu kali apusan
8. Buat daerah steril pada bagian bokong ibu, diatas tungkai dan perut
ibu
9. Periksa saluran genitalia, untuk menentukan besarnya luka
10. Lakukan infiltrasi lignokain seperti saat melakukan episiotomi
11. Tunggu beberapa saat
12. Masukkan tampon vagina
13. Tentukan bagian puncak dari luka episiotomi. Buat jahitan pertama
dengan membuat simpul 1 cm diatas puncak
14. Lanjutkan dengan jahitan kontinu ke arah bawah dinding vagina.
Kencangkan dengan membuat simpul
15. Letakkan simpul pada daerah fourchette
16. Buat 3-4 jahitan interuptus di lapisan otot
17. Bila diperlukan dapat dilakukan penjahitan kulit dengan jahitan
subkutikular. Jahitan dimulai dari luka di bagian anal
18. Periksa vagina, untuk memastikan penjahitan jaringan dilakukan
dengan baik dan tidak ada perdarahan lagi
19. Keluarkan tampon vaginal
20. Periksa ulang jahitan dan pastikan mukosa rektal tidak ikut terjahit
21. Perikas kasa, instrumen, jarum dan benda-benda yang sudah
terpakai berada seluruhnya pada tempatnya
22. Lepaskan dukbolong, bantu ibu untuk mengganti posisi litotomi
menjadi posisi yan g nyaman untuk ibu
23. Nasihatkan ibu untuk melakukan perawatan perineum
24. Bereskan seluruh peralatan
25. Cuci tangan
Dokumentasikan seluruh proses yang berlangsung
Dokumen Terkait Ruang Persalinan/Kebidanan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR( SOP )
AMNIOTOMI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
UPT PKM SUKAHURIP 00 1/2
Tgl Terbit : 24 November 2017 Disetujui Oleh,
Kepala Puskesmas Sukahurip

PUSKESMAS SUKAHURIP

Dedih Sugiarto,SKM , M.Si


NIP 19660704 198703 1 002

Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya tekanan pada
fleksus frankenhauser yang terletak pada pertemuan ligamentum utero-
sacralis, dan akan merangsang terjadinya refleks mengejan
Tujuan 1. Mendorong terjadinya refleks mengejan
2. Memperkecil bahaya infeksi
3. Mengurangi kemungkinan prolapsus fonikull atau bagian kecil
lainnya
4. Dapat mempercepat mengambil tindakan menyelesaikan persalinan
Kebijakan Tindakan amniotomi dilakukan atas indikasi

Uraian Kegiatan 1. Pastikan ibu menyetujui prosedur yang akan dilakukan


2. Dengarkan Denyut Jantung Janin dan catat partograf
3. Cuci kedua tangan
4. Pakai sarung tangan DTT atau steril
5. Diantara kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati,
raba selaput ketuban untuk memastikan bahwa kepala telah masuk
dengan baik (kedalam panggul) dan tali pusat, bagian terkecil, tidak
bisa dipalpasi, jika tali pusat atau bagian terkecil dari bayi bisa
dipalpasi jangan pecahkan selaput ketuban
6. Dengan menggunakan tangan yang lain, tempatkan klem setengah
kocher atau setengah kelly disinfeksi tingkat tinggi atau steril dengan
lembut kedalam vagina dan pandu klem dengan jari-jari tangan yang
digunakan untuk pemeriksaan hingga mencapai selaput ketuban
7. Pegang ujung klem diantara ujung jari pemeriksaan, gerakkan jari
dan dengan lembut gosokkan klem pada selaput dan pecahkan
8. Biarkan air ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk
pemeriksaan
9. Gunakan tangan yang lain untuk mengambil klem dan
menempatkan pada larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi.
Biarkan jari tangan pemeriksa tetap didalam vagina untuk
mengetahui penurunan kepala janin dan memastikan bahwa tali
pusat atau bagian kecil dari bayi tidak teraba. Setelah memastikan
penurunan kepala dan tidak ada tali pusat atau bagian kecil dari
bayi, keluarkan tangan pemeriksaan secara lembut dari dalam
vagina
10. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau
darah
11. Celupkan tangan, buka sarung tangan dan biarkan terendam
dilarutan klorin 0,5% selama 10 menit
12. Cuci kedua tangan, keringkan dengan lap
13. Segera periksa ulang DJJ
14. Catat pada partograf waktu dilakukannya pemecahannya selaput
ketuban, warna air ketuban dan DJJ.
Dokumen Terkait Ruang Persalianan /Kebidanan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR( SOP )
KOMPRESI BIMANUAL INTERNA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
UPT PKM SUKAHURIP 00 1/2
Tgl Terbit : 24 November 2017 Disetujui Oleh,
Kepala Puskesmas Sukahurip

PUSKESMAS SUKAHURIP
Dedih Sugiarto,SKM , M.Si
NIP 19660704 198703 1 002
Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan pada keadaan atonia uteri ,Miometrium tidak
berkontraksi (uterus teraba lunak)
Tujuan Upaya untuk mencegah dan mengatasi perdarahan postpartum

Kebijakan Penolong persalinan harus terampil melakukan KBI, untuk mempersiapkan


diri terhadap masalah yang mungkin terjadi selama proses persalinan
Uraian Kegiatan A. PERSIAPAN KOMPRESI BIMANUAL INTERNA ( KBI )
1. Jelaskan pada ibu tindakan yang akan dilakukan
2. Dapatkan persetujuan ibu terhadap tindakan kompresi bimanual
dan resiko yang akan terjadi akibat tindakan tersebut
3. Jelaskan pada suami dan keluarga tentang tindakan kompresi
bimanual yang akan dilakukan terhadap ibu
4. Lakukan tindakan pencegahan infeksi sebelum tindakan kompresi
bimanual akan dikerjakan
5. Kosongkan kandung kemih
6. Setelah kosong, cabut kateter dan letakkan kateter pada cairan
yang mengandung klorin 0,5%
7. Pastikan bahwa perdarahan yang terjadi bukan karena laserasi atau
robekan jalan lahir. Pastikan bahwa perdarahan keluar dari ostium
serviks
8. Cuci tangan dan lengan, keringkan dengan handuk
9. Pakai sarung tangan yang sesuai untuk tindakan
10. Pastikan uterotonika sudah diberikan
B. TINDAKAN KOMPRESI BIMANUAL INTERNA ( KBI )
1. Penolong berdiri di depan vulva. Oleskan larutan antiseptik pada
sarung tangan
2. Ibu jari dan telunjuk tangan kiri menyisihkan labia mayora ke
lateral, masukkan tangan kanan secara obstetrik ke dalam serviks
3. Kepalkan tangan kanan dan letakkan dataran punggung jari telunjuk
hingga kelingking pada forniks anterior, dorong uterus ke arah
kranio anterior
4. Tapak tangan kiri menekan bagian belakang korpus uteri
5. Lakukan kompresi dengan jalan mendekatkan telapak tangan kiri
dengan kepalan tangan kanan pada forniks anterior
6. Perhatikan perdarahan yang terjadi
7. Setelah dilakukan kompresi selama 5 menit, evaluasi perdarahan
dan kontraksi uterus
8. Bila hasilnya baik, kompresi dapat dilanjutkan 2 menit lagi
9. Bila perdarahan belum berhenti, keluarkan tangan kanan, bersihkan
sarung tangan, lepaskan dan rendam dalam cairan klorin 0,5%
10. Lakukan pemasangan infus RL
11. Tambahkan oksitosin 20 IU ke dalam 500 ml cairan infus dan
berikan dalam waktu 10 menit
12. Lanjutkan dengan kecepatan pemberian cairan infus 500 ml/jam.
Kemudian 125 ml/jam
13. Suntikan ergometrin 0,2 mg IM, bila belum diberikan
14. Lakukan kompresi bimanual interna
15. Persiapan rujukan
Dokumen Terkait Ruang Persalinan /Kebidanan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR( SOP )
MANUAL PLASENTA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
UPT PKM SUKAHURIP 00 1/2
Tgl Terbit : 24 November 2017 Disetujui Oleh,
Kepala Puskesmas Sukahurip

PUSKESMAS SUKAHURIP
Dedih Sugiarto,SKM , M.Si
NIP 19660704 198703 1 002
Pengertian Plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir
Tujuan Mengeluarkan plasenta yang tertahan didalam cavum uteri

Kebijakan Manual plasenta duilakukan bila 30 menit plasenta belum lahir

Uraian Kegiatan 1. Jelaskan pada ibu kondisi plasenta saat ini dan komplikasi yang
dapat terjadi sebagai akibat dari retensio plasenta
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan risikonya
3. Jelaskan juga hal-hal tersebut diatas pada suami dan keluarga ibu
bersalin
4. Dapatkan persetujuan dari ibu
5. Pasang infus
6. Cuci tangan hingga sikut dengan menggunakan sabun dan air
mengalir
7. Keringkan tangan dengan handuk
8. Pakai baju, celemek, alas kaki, masker dan kaca mata pelindung
9. Bersihkan vulva secara obstetrik
10. Berikan sedativa dan analgetika
11. Kosongkan kandung kemih
12. Jepit tali pusat dengan kocher, tegangkan tali pusat sejajar dengan
lantai dengan menggunakan tangan kiri
13. Masukkan tangan kanan secara obstetric kedalam introitus vagin,
menulusuri tali pusat sampai ke bagian serviks
14. Tangan kiri menahan fundus, tali pusat dipegang oleh asisten
15. Lanjutkan penetrasi tangan menuju kavum uteri, cari dan temukan
implantasi dan tepi plasenta yang telah lepas
16. Sisipkan ujung jari diantara plasenta dan dinding uterus
17. Gerakkan tangan ke kiri dan kekanan agar plasenta lepas secara
bertahap dengan menggunakan bagian tepi luar jari-jari tangan
secara bertahap
18. Pastikan tidak ada plasenta yang tersisa
19. Lahirkan plasenta dengan menarik tali pusat atau dengan
memegang pangkal tali pusat
20. Letakkan plasenta pada tempat yang telah disiapkan
21. Perhatikan kontraksi uterus dan kemungkinan terjadinya
perdarahan
22. Masukkan instrumen kedalam wadah berisi larutan klorin 0,5%
23. Masukkan sampah ketempat yang tersedia
24. Cuci tangan
25. Periksa tanda-tanda vital ibu
26. Dokumentasikan seluruh proses yang telh dilaksanakan
27. Beritahukan pada suami dan keluarga bahwa tindakan sudah selesai
Dokumen Terkait Ruang Persalinan/Kebidanan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR( SOP )
PENGISIAN PARTOGRAF
No. Dokumen No. Revisi Halaman
UPT PKM SUKAHURIP 00 1/2
Tgl Terbit : 24 November Disetujui Oleh,
2017 Kepala Puskesmas Sukahurip

PUSKESMAS SUKAHURIP

Dedih Sugiarto,SKM , M.Si


NIP 19660704 198703 1 002
Pengertian Alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan kala I dan informasi
untuk membuat keputusan klinik
Tujuan Mencatat kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin, asuhan yang
diberikan selama persalinan dan kelahiran, identifikasi dini penyulit
persalinan dan untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat
Kebijakan Secara rutin oleh semua penolong persalinan

Uraian Kegiatan 1. Informasi awal saat datang ke tempat persalinan


- Nama, umur, GPA
- No Catatan medik /PKM
- Tanggal dan waktu mulai dirawat
- Waktu pecahnya selaput
2. Mencatat temuan pada partograf
a. Denyut jantung janin setiap setengah jam
b. Warna dan adanya air ketuban (U=Utuh, J=Jernih,
M=Mekonium, D=-Darah, K=Kering)
c. Penyusupan (molase) :
0 = tulang-tulang kepala janin terpisah
1 = tulang-tulang kepala janin hanya bersentuhan
2 = tulang-tulang kepala janin saling tumpang-tindih tetapi
masih dapat dipisahkan
3 = tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan
tidak dapat dipisahkan
d. Pembukaan serviks, catat pembukaan serviks setiap 4 jam
e. Penurunan bagian terbawah janin, skala turunnya kepala dan
janin tidak terputus dari 0-5
f. Garis waspada, dimulai dari pembukaan serviks 4 cm dan
berakhir dimana pembukaan lengkap (10 cm)
g. Kontraksi uterus dimulai setiap setengah jam, kontraksi
per 10 menit
h. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
- Oksitosin
- Cairan IV
i. Kondisi ibu
- Catat nadi setiap 30 menit
- Tekanan darah setiap 4 jam
- Temperatur setiap 2 jam
- Produksi urin setiap 2 jam
j. Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya
- Jumlah cairan peroral
- Keluhan, sakit kepala
- Persiapan sebelum melakukan rujukan
- Upaya, jenis-jenis lokasi fasilitas rujukan
k. Pencatatan pada lembar belakang partograf.
Mencatat proses persalinan, kelahiran bayi dan tindakan-
tindakan sejak kala I-IV dan bayi baru lahir
Dokumen Terkait Ruang Persalinan/Kebidanan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR( SOP )
PENCEGAHAN INFEKSI (KEWASPADAAN UNIVERSAL)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
UPT PKM SUKAHURIP 00 1/2
Tgl Terbit : 24 November Disetujui Oleh,
2017 Kepala Puskesmas Sukahurip

PUSKESMAS SUKAHURIP

Dedih Sugiarto,SKM , M.Si


NIP 19660704 198703 1 002
Pengertian
Tujuan Suatu tindakan oleh semua petugas pelayanan kesehatan untuk
memahami prinsip- prinsip dasar pencegahan infeksi, termasuk siklus
penyebaran penyakit dan konsep lainnya yang terkait dengan tindakan
aseptic pencegahan infeksi
Kebijakan Cuci tangan, pemakaian sarung tangan, proses dekontaminasi, pencucian
alat – alat medis dan non medis, sterilisasi, desinfeksi tingkat tinggi,
meningkatkan keamanan yang berisiko, dan paparan terhadap infeksi
yang sering terjadi
Uraian Kegiatan Prinsip kewaspadaan universal
1. Kulit lecet/teriris, harus ditutupi oleh balutan tahan air
2. Setiap melakukan tindakan yang memiliki kemungkinan tangan
akan terkontaminasi maka harus menggunakan sarung tangan,
sarung tangan steril digunakan untuk prosedur tindakan yang
sifatnya steril
3. Mencuci tangan harus dilakukan secara rutin dan benar, baik
indikasi maupun prosedurnya
4. Bila tindakan yang akan dilakukan memiliki kemungkinan bagian
tubuh penolong akan terpercik, gunakan apron plastik
5. Bila perlu gunakan kacamata pelindung
6. Benda tajam harus dibuang pada tempat yang telah ditetapkan
Tindakan pada persalinan yang menuntut penerapan prinsip
kewaspadaan universal
1. Pemeriksaan pervaginam
2. Proses pertolongan persalinan
3. Penjahitan perineum
4. Observasi/pemeriksaan perineum dan lokia pasca persalinan
5. Tindakan injeksi
6. Pembuangan alat-alat injeksi, infus dan transfusi
Dokumen Terkait Ruang PI (Pencegahan Infeksi)
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR( SOP )
PEMASANGAN INFUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
UPT PKM SUKAHURIP 00 1/2
Tgl Terbit : 24 November Disetujui Oleh,
2017 Kepala Puskesmas Sukahurip

PUSKESMAS SUKAHURIP

Dedih Sugiarto,SKM , M.Si


NIP 19660704 198703 1 002
Pengertian Untuk memasukkan cairan (cairan obat dan makanan) dalam jumlah yang
banyak dan waktu yang lama kedalam vena dengan menggunakan
perangkat infus (infus secara tetesan)
Tujuan Sebagai pengobatan, mencukupi kebutuhan akan cairan dan elektrolit,
sebagai makanan untuk pasien yang tidak dapat/tidak boleh makan
melalui mulut
Kebijakan Dilakukan pada pasien dehidrasi, syok, intoksikasi akut, pra dan pasca
bedah, sebelum transfusi darah, yang tidak bisa/tidak boleh makan
minum melalui mulut yang memerlukan pengobatan tertentu
Uraian Kegiatan 1. Beritahu pasien atau keluarga tindakan yang akan dilakukan
2. Siapkan alat dan bahan secara ergonomis
3. Pasang sampiran atau penutup tirai
4. Atur posisi pasien senyaman mungkin, pasien yang gelisah/tidak
tenang sebaiknya diikat kaki dan tangannya
5. Pasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan
dipasang infus
6. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
7. Pakai sarung tangan
8. Gantungkan flatboat pada tiang infus
9. Buka kemasan steril infus set
10. Atur klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip dan tutup klem
yang ada pada saluran infus
11. Tusukkan pipa saluran infus kedalam botol cairan dan tabung
tetesan diisi setengah dengan cara memencet tabung tetesan
infus
12. Buka klem dan aliran cairan keluar sehingga tidak ada udara pada
selang infus lalu tutup kembali klem
13. Cari dan pilih vena yang akan dipasang infus
14. Letakkan tourniquet 10-12 cm diatas tempat yang akan ditusuk
(bila pemasangan infus pada daerah ekstremitas)
15. Disinfeksi daerah pemasangan dengan kapas alkohol 70% secara
sirkular
16. Tusukkan jarum abochath ke vena dengan lubang jarum
menghadap ke atas (bila berhasil darah akan keluar dari vena
dapat dilihat pada pipa abochath)
17. Dorong pelan-pelan abochath masuk kedalam vena sambil
menarik pelan-pelan jarum abochath hingga semua plastik
abochath masuk ke dalam vena
18. Sambungkan segera abochath dengan selang infus
19. Lepaskan tourniquet dan longgarkan klem untuk melihat
kelancaran tetesan
20. Bila tetesan sudah lancar, pangkal jarum dilkatkan pada kulit
dengan plester
21. Atur tetesan sesuai kebutuhan
22. Tutup tempat jarum atau tempat tusukan dengan kasa steril
23. Atur letak anggota badan yang dipasang infus supaya tidak
digerak-gerakkan agar jarum infus tidak bergeser, dan bila perlu
pasang spalk
24. Bereskan alat-alat dan rapihkan pasien
25. Lepaskan sarung tangan
26. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan keringkan
dengan handuk bersih
27. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Dokumen Terkait Ruang Persalinan/Kebidanan
STANDAR OPERSIONAL PROSEDUR (SOP)
PERAWATAN LUKA PERINEUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
UPT PKM SUKAHURIP 00 1/2
Tgl Terbit : 24 November 2017 Disetujui Oleh,
Kepala Puskesmas Sukahurip

PUSKESMAS SUKAHURIP

Dedih Sugiarto,SKM , M.Si


NIP 19660704 198703 1 002
Pengertian Tindakan untuk membersihkan daerah vulva, bagi pasien yang tidak
mampu memberihkannya sendiri, dan merupakan tindakan pencegahan
infeksi terutama pada luka dan setiap pemeriksaan atau pemberian obat
pada daerah vulva / vagina.
Tujuan Mencegah terjadinya infeksi dan menjaga kebersihan pada vulva dan
vagina.
Kebijakan Dilakukan pada semua pasien atas indikasi dan dilaksanakan oleh bidan.

Uraian Kegiatan 1. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
2. Mencuci tangan.
3. Atur posisi pasien dengan dorsal recumbent.
4. Pasang pengalas dan pispot, kemudaian letakan pada daerah
glutea pasien ( dilakukan pada pasien dengan luka atau vulva
yang terinfeksi / sangat kotor dengan cara menyiram air DTT /
NaCl 0,9 % ).
5. Gunakan celemek dan sarung tangan.
6. Lakukan perawatan kebersihan vulva dengan tangan kiri
membuka vulva (labia mayora) tangan kanan membersihkan
dengan kapas DTT, dengan urutan labia mayora yang terjauh dari
posisi bidan satu kali usap/sesuai kebutuhan, lanjut untuk labia
mayora bagian terdekat(jika di perlukan siram terlebih dahulu
dengan air DTT/NaCl 0,9%)
7. Usap dengan kapas DTT kedua labia minora pasien dengan arah
atas ke bawah.
8. Kemudian usap daerah klitoris dari arah atas ke bawah sampai
ke daerah anus dengan kapas DTT.
9. Setelah itu miringkan pasien kemudian ambil kasa yang telah di
beri anti septic lalu kompreskan atau beri zalp tertentu sesuai
indikasi.
10. Setelah selesai, ambil pispot dan atur posisi pasien.
11. Pasang pembalut dan pakaian dalam pasien.
12. Rapihkan pasien, bereskan alat.
13. Cuci tangan.
14. Dokumentasikan tindakan
Dokumen Terkait Ruang Persalinan /Kebidanan
ALUR RUJUKAN

PASIEN GAWAT DARURAT

KADER
BIDAN/BPS

RUJUKAN BALIK
PUSKESMAS

YA RSU
PERLU PEMERIKSAAN/

TINDAKAN SPESIALIS

PASIEN
PULANG
A. INDIKASI RUJUKAN GAWAT DARURAT KEBIDANAN

GAWAT DARURAT BATAS WAKTU MAKSIMAL


SAMPAI DI TEMPAT RUJUKAN
1. Perdarahan post partum Sesegera mungkin
2. Eklampsia Segera setelah serangan
kejang pertama
3. Persalinan macet 2 jam
4. Ruptura uteri Sesegera mungkin
5. Perdarahan pasca Sesegera mungkin
persalinan primer
6. Infeksi pasca persalinan 3 x 24 jam segera setelah
7. KETERANGAN: adanya keluhan
8. Solusio plasenta Segera setelah adanya
keluhan
9. Placenta previa Segera setelah adanya
keluhan
PERSIAPAN RUJUKAN PERDARAHAN POSTPARTUM

Tentukan penyebab perdarahan


(robekan jalan lahir, atonia uteri)

Ibu bersalin diletakkan dalam posisi


trendelenburg (posisi kaki lebih
tinggi 30 derajat dari kepala)

Pasang infus Selama perjalanan merujuk :

- Periksa TTV setiap 15 menit


- Perkirakan jumlah
rujuk ke RS perdarahan yang keluar
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR( SOP )
POS NATAL CARE ( PNC )
No. Dokumen : 14/PKM/2017 No. Revisi : 1 Halaman : 1
Tgl Terbit : 2 Januari 2017 Ditetapkan Tgl :2 Januari 2017
Kepala Puskesmas Sukahurip

PUSKESMAS SUKAHURIP

Dedih Sugiarto, M.Si


NIP 19660704 198703 1 002
Pengertian Pemeriksaan yang dilakukan pada ibu Nifas untuk mengetahui kondisi ibu
dan bayi selama masa nifas serta menditeksi secara dini resiko paska
melahirkan pada ibu dan bayi
Tujuan Agar kondisi masa nifas ibu dan bayi terpantau serta resiko paska
melahirkan dan byi dapat di detiksi secara dini
Kebijakan Pemeriksaan nifas sesuai standar dapat menurunkan kesakitan dan
kematian ibu dan bayi
Uraian Kegiatan 1. Anamnesa
2. Cuci tangan
3. Pemeriksaan TTU= Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, Suhu
4. Pemeriksaan BB ibu dan bayi
5. Pemeriksaan Head to toe
a. Ibu
- Kepala : Rambut, mata, gigi dan mulut, bibir
- Leher : kelenjar tyroid, vena juguralis, pernafasan
- Dada : puting, payudara, ASI
- Perut : Tinggi fundus uteri
- Extremitas : atas, bawah
- Genetalia : luka perinevu, lochea, tanda-tanda infeksi BAB,
BAK
b. Bayi
- Kepala : rambut,mata, mulut,sutura, ubun-ubun kecil, ubun-
ubun besar, telinga, hidung
- Dada : denyut jantung
- Perut : tali pusat, pernafasan
- Extremitas : kesimetrisan, kelengkapan
- Reflek : moro, sucking,swallowin, rooting
- Genetalia : kelamin, anus, BAB, BAK
- Punggung : Spina Gifida.
6. Therafy
7. Konseling
Dokumen Terkait
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR( SOP )
ANTE NATAL CARE ( ANC )
No. Dokumen : 15 /PKM/2017 No. Revisi : 1 Halaman : 1
Tgl Terbit : 2 Januari 2017 Ditetapkan Tgl :2 Januari 2017
Kepala Puskesmas Sukahurip

PUSKESMAS SUKAHURIP

Dedih Sugiarto, M.Si


NIP 19660704 198703 1 002
Pengertian Pemeriksaan yang dilakukan pada Ibu hamil untuk mengetahui
perkembangan janin dan kesehatan ibu serta mendeteksi secara dini
resiko pada Ibu hamil dan Janin.
Tujuan Agar kehamilan ib dan kesehatan bayi terpantau serta resijko pada ibu
hamil dan janin dapat diditeksi dan ditangani secara dini.
Kebijakan Pemeriksaan kehamilan ( ANC )sesuai standar dapat menurunkan
kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
Uraian Kegiatan 1. Anamnesa
2. Cuci tangan
3. Pemeriksaan TTU= Tekanan Darah, Nadi, Respirasi, Suhu
4. Pemeriksaan BB ibu dan bayi
5. Pemeriksaan Head to toeTTV (tekanan darah,nadi,respirasi,suhu)
- Kepala : rambut,mata,gigi dan mulut, bibir, telinga, hidung
- Leher : kelenjar tyroid, vena juguralis
- Dada : penfasan, payudara, puting susu
- Perut : leopold, Mc.Donald, dtt
- Extremitas : atas, bawah, reflek
- Genetalia : bila ada indikasi
6. Laboratorium : G0, HB, Albumen, Reduksi
7. Imunisasi : bila diperlukan
8. Therafy : tablet Fe, Roborantia
9. Konseling

Dokumen Terkait
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR( SOP )
IMUNISASI
No. Dokumen : 16 /PKM/2017 No. Revisi : 1 Halaman : 1
Tgl Terbit : 2 Januari 2017 Ditetapkan Tgl :2 Januari 2017
Kepala Puskesmas Sukahurip

PUSKESMAS SUKAHURIP
Dedih Sugiarto, M.Si
NIP 19660704 198703 1 002
Pengertian Pemberian vaksin pada bayi sehingga tubuh bayi mendapat kekebalan
Tujuan Menurunkan angka kematian bayi, kesakitan dan kecacatan yang
disebabkan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi
(PD3I).
Kebijakan Modul 1,2,3,4,5 dan 6 safe injectin UNICEF

Uraian Kegiatan 1. Menyiapkan Pelayanan Imunisasi


 Logistik
 Mengeluarkan vaksin dan pelarut dari lemari es
 Memeriksa apakah vaksin aman diberikan
2. Menyiapkan tempat kerja
 Dalam gedung
 Luar gedung
3. Pelaksanaan Imunisasi
a. Penyuluhan sebelum dan sesudah pelayanan imunisasi
b. Pemeriksaan sasaran dan pengisian buku register
 Pemeriksaan bayi
- Menentukan usia bayi
- Menentukan vaksin-vaksin mana yang telah diterima oleh
bayi
- Menentukan semua vaksin yang cocok untuk bayi
- Kontra indikasi terhadap imunisasi
 Pemeriksaan sasaran WUS
 Pengisian buku register
c. Memberikan vaksin secara tepan dan aman
 Mencampur vaksin dengan pelarut
 Menggunakan alat suntik Auto Disible ( AD )
 Memberikan vvaksin kepada Bayi

4. Pencatatan dan pelaporan

Dokumen Terkait

Anda mungkin juga menyukai