Anda di halaman 1dari 32

Kode.

Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal


............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam mewujudkan bentuk keinginaan pada pekerjaan beton diperlukan suatu
pekerjaan Bantu yang dikenal sebagai Pekerjaan Acuan dan Pekerjaan Perancah.Baik buruknya
pekerjaan acuan dari perancah dapat mempengaruhi pula mutu beton yang dikerjakan. Pekerjaan
acuan dan perancah yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian seperti : Kehilangan air
semen, Perubahan dimensi, Perubahan geometric dari bangunan dan lain-lain.

Pekerjaan acuan dan perancah harus sederhana, mudah dibongkar tanpa menimbulkan
kerusakan pada betonnya sendiri. Walaupun harus bersifat sederhana dan mudah dibongkar,
acuan perancah harus kaku menerima beban beton dalam keadaan basah dan beratnya sendiri
sebelum beton mengeras dan berfungsi sebagai penahan beban. Kaku dan kuat dengan maksud
tidak terjadi perubahan-perubahan seperti yang telah disebutkan di atas.

Dalam penulisan laporan ini akan diuraikan pekerjaan perancah yang terbuat dari bahan
kayu dan bambu. Konstruksi-konstruksi acuan dan perancah yang dibahas diantaranya :

- Papan duga
- Cetakan pondasi beton tak bertulang
- Cetakan kolom cetakan lantai
- Cetakan tangga
- Cara pembongkaran acuan dan perancah

1.1. Defenisi Acuan Dan Perancah


Cetakan beton (bekisting), adalah suatu konstruksi pembantu yang merupakan mal atau
cetakan pada bagian sisi dan bawah dari betuk beton yang dikehendaki. Dapat dikatakan juga
adalah suatu konstruksi sementera dari suatu bangunan yang fungsinya untuk mendapatkan
konstruksi beton yang dikehendaki.
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA

1.2. Bagian Konstruksi


Bagian-bagian pada acuan :
- Papan cetakan
- Penaku cetakan
Bagian-bagian pada perancah :
- Tiang acuan
- Pengaku/penyokong
- Gelagar
- Pasak/baji
1.3.Syarat-Syarat Umum Acuan Dan Perancah
1) Kuat.
Cetakan harus kuat memikul beban vertical, antara lain : Beton, AP (Acuan dan Perancah)
itu sendiri, pekerja dan alat-alat, agar tidak terjadi perubahan dimensi dan beton dan
bentuknya.

2) Kaku/Kokoh.
Cetakan harus mampu menahan gaya horizontal yang dipasang skor atau penyokong.

3) Mudah Dibongkar.
Tidak merusak beton yang sudah jadi.

4) Ekonomis Dan Efisien.


Material uat sebagai acuan dan perancah juga bisa dipakai berkali-kali

5) Rapat/Tidak Bocor.
Agar dapat menahan air semen yang keluar sehingga apat menjaga mutu beton.

6) Bersih.
Untuk mejaga beton agar tetap baik.
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA
Acuan dan Perancah terbagi menjadi tiga kelompok :
1) Tradisioanal.
Bahan yang dipakai adalah bahan lokal dan merupakan konstruksi yang turun temurun
(kovensional).

2) Semi System.
Gabumgan dari tradisional dan full system.

3) Full System.
Alat yang dipakai merupakan buatan pabrik yang digunakan pada pekerjaan besar seperti bangunan
pencakar langit, gedung-gedung berlantai banyak, dll.

1.4.Sambungan-Sambungan
a) Sambungan Papan Dengan Papan.
Sambungan harus dibuat sedemikian rupa agar benar-benar rapat. Ujung\ujung papan
dibuat berselang seling agar papan tidak mudah pecah dan kuat.

Untuk balok, papan-papan dirangkaikan dengan klam-klam dipasang melintang arah serat
papan dengan jarak 50 – 60 cm sesuai dengan jarak tiang yang dipakai.

Untuk kolom papan-papan dirangkaikan dengan klam dengan jarak 40 – 55 cm.

Klam
Sambungan
Ujung Papan
Paku

Pemakuan papan dengan klam


Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA
a) Sambungan Gelagar Dengan Tiang.
Pada konstruksi yang labil biasanya untuk gelagar dipakai papan dan sambungannya
dengan tiang cukup dipakukan saja tanpa adanya sambungan.

Gelagar
Paku

Tiang

Sambungan gelagar dengan tiang

Tapi untuk konstruksi cetakan yang memikul beban berat dan menumpang diatas tiang juga
untuk menjaga tergulingnya gelagar dari atas tiang pada tiap sambungan diberi klam yang
dipaku pada tiang dan gelagar.

Gelagar

Klam

Tiang
Perancah

Sambungan gelagar dengan Tiang

b) Sambungan Tiang.
Karena ketingian lantai yang tidak terjangkau oleh tiang, atau untuk memanfaatkan
potongan-potongan tiang, maka perlu dibuat sambuangan. Konstruksi bangunan tadi
tidaklah terlalu sukar, cukup menyambungan dua potongan penampang kayu dan
sekeliling sambungan diperkuat dengan klam.
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA
Syaratnya adalah :

- Usahakan sambumgan jangan diletakkan ditengah-tengah tinggi tiang,karena pada


tempat ini akan terjadi tekuk yang besar.
- Perletakan sambungan pada tiang perancah untuk satu dan lainnya jangan diletakan
dalam satu garis lirus.
- Tidak boleh memiliki lebih dari satu sambungan yang tidak disokong kearah
samping.

Klam

Paku

Tiang Perancah

Sambungan Tiang
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA
1.5 Akibat Acuan dan Perancah Yang Kurang Baik

Dalam pelaksanaannya jika pekerjaan acuan dan perancah ini kurang baik, maka akan
mendatangkan kerugian-kerugian seperti :
1. Perubahan Dimensi

Terjadinya perubahan ukuran dari dimensi yang kita rencanakan akibatnya jika terjadi
perubahan ini maka akan memperbesar dan memperkecil volumenya. Sedangkan untuk
melakukan perbaikan akan membutuhkan waktu dan biaya lagi, hal ini akan menghambat
pekerjaan yang lainnya.
2. Perubahan Geometrik

Perubahan ini mengakibatkan bentuk yang kita harapkan tidak sesuai dengan rencana,
misalkan : suatu konstruksi yang menyiku menjadi tidak siku, akibatnya akan mengadakan
perbaikan lagi atau misalkan perlu ditambahkan pekerjaan finishing lagi.
3. Penurunan Mutu Beton

Seperti halnya terjadi kebocoran pada acuannya, hal ini akan mengakibatkan air yang
diikuti semen tadi keluar sehingga mutu / kekuatan beton menjadi berkurang.

……….. Beton

::::::::::::::::::::

:::::::::::::::::::: Cetakan

Celah :::::::::::::::::::: Klam Perangkai

Pada saat ini, sudah ada beton jadi atau beton siap pakai ( ready mix ), maka kontraktor
pada umumnya telah menyiapkan acuan dan perancahnya untuk kemudian dituangkan beton yg
telah dipesan sebelumnya. Kemudian dalam perkembangannya cetakan atau acuan dan perancah
ini memiliki variasi dalam hal harga baik persiapan maupun bahan dengan mempertimbangkan
syarat - syarat acuan dan perancah yang harus dipenuhi serta efesiensi dalam hal pemakaian
berulang kali.
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA

BAB II
BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN

Bahan - bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan acuan dan perancah antara lain adalah
sebagai berikut :
- Papan - Dolken/Gelam
- Kasau - Hek
- Paku - Multiplek
- Baja
2.1. Kayu Lokal
Dalam pekerjaan acuan dan perancah banyak dipergunakan kayu lokal, kayu-kayu
tersebut harus cukup baik dan jangan terlalu basah bila kayu tersebut berkadar air tinggi dan
mutu kayu sangat rendah maka cetakan akan mudah mengalami perubahan bentuk dan akan
mudah melengkung sehingga hasil cetakan beton tidak memuaskan. Kayu yang biasanya
digunakan untuk peranca dan acuan antara lain kayu kelas III dan kelas IV, yang mempunyai
//45-60 kg/cm2.

Macam-macam kayu yang digunakan untuk acuan :

- Terentang, termasuk kelas kuat III-IV dan kelas awet V.


Mengenai ukuran-ukuran kayu terentang ini didalam perdagangan biasanya dengan
ketebalan 2-3 cm,lebar kurang lebih 17,5 cm dengan panjang 4 meter atau (2-
3
/17,5x400)cm.

- Kayu Kamper/Kapur
Termasuk kelas kuat I-II dan kelas awet III dan macam-macam ukuran yang ada di
perdagangan dan dipergunakan untuk bekisting, ialah 3/20 x 400 cm, 6/12 x 400 cm, 5/7 x
400 cm dan sebagainya.

- Kayu Kruing
Jenis kayu kruing sama dengan kayu 7 kamfer.
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA
- Kayu Meranti
Termasuk dalam kelas kuat II-IV, dan kelas awet II-IV.

Adapun ukuran-ukuran yang diperdagangkan dan sering digunakan untuk bekisting


adalah dengan ukuran 3/20 x 400 cm, 6/12 x 400 cm, 5/7 x 400 cm dan sebagainya.

- Kayu Albasia, Mutu Kayu Kelas IV.


Ukuran yang ada diperdagangan dan sering digunakan untuk bekisting antara lain : 2/20 x
250 cm, 4/10 x 250 cm dan lain-lain.

Tabel I

Daftar Kelas Kuat Kayu

Jati
I II III IV V tectona/grandis

Kg/cm2 150 100 75 50 - 130

Kg/cm2 130 85 60 45 - 110

Kg/cm2 40 25 45 10 - 30

Kg/cm2 20 12 8 5 - 15

2.2. Ply Wood / Multiplex


Plywood juga banyak digunakan sebagai bahan papan acuan, plywood biasanya
digunakan pada pekerjaan yang cukup besar dan untuk permukaan beton yang tidak diplaster
lagi tidak memerlukan finishing (exposed concret). Pada acuan yang menggunakan plywood
diusahakan agar tidak banyak pemakuan, agar pembongkaran dapat mudah dilakukan dan
kemungkinan plywood rusak sangat kecil, sehingga dapat digunakan berkali-kali (yang baik
dapat digunakan 10 kali). Untuk plywood berkualitas baik, penggunaan paku yang sedit pada
plywood dapat dilaksanakan kalau kestabilan konstruksi perencanaan nya dilaksanakan
dengan baik. Ukuran plywood yang sering kali digunakan untuk acuan adalah dengan
ketebalan 1,8-2,4 cm dan lebar 122 cm x panjang 244 cm. Adapun plywood yang sering
diperginakan di Indonesia khusus untuk acuan termasuk kelas II dan tebal 1,8 cm.
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA
2.3. Paku
- Bentuk penampang paku yang digunakan dalam acuan dan perancah ialah yang
berpenampang bulat. Hal ini untuk mempermudah didalam pembongkarannya.
- Panjang paku yang digunakan tergantung dari tebal sambungan yang dibuat atau maximal
sepanjang tebal sambungan. Paku tidak boleh melebihi tebal sambungan karena bagian
ujung paku yang dibengkokkan akan menyuklitkan pekerjaan pembongkaran.
- Kekuatan paku berpenampang bulat dapat dilihat dalam daftar A yang berlaku pula untuk
tebal kayu yang akan di sambung.
- Jarak minimum pemakuan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
a. Dalam arah gaya
12.d. untuk tepi kayu yang dibebani

5.d. untuk tepi kayu yang tidak dibebani

10.d. untuk jarak antar paku

b. Dalam arah tegak lurus arah gaya


5.d. untuk jarak sampai tepi kayu

5.d. untuk jarak barisan paku

Penggunaan sambungan dengan paku harus memenuhi persyaratan PKKI sebagai berikut :

a) Paku yang dipergunakan dapat mempunyai penampang melintang yang berbentuk bulat
persegi atau berakhir lurus.
b) Kekuatan paku berpenampang bulat diberikan dalam tebal II PKKI dibawah ini dan
berlaku untuk tebal kayu seperti tertera pada daftar tersebut. Kekuatan paku tersebut tidak
tergantung dari besar sudut yaitu sudut antara arah gaya dan arah serat kayu.
c) Untuk sambungan yang menyimpang tebal dari II, dapat dipakai rumus dibawah ini
dengan mengingat syarat-syarat ukuran paku seperti tertera dalam table III.
1. Sambungan berpenampang Satu
S=½bd b 7d

S = 3,5 d2 7d b

2. Sambungan berpenampang dua


S = b d. b 7d

S = 7 d2 7d b
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA
Keterangan :

S = gaya yang diperkenankan /paku

b = tebal paku

D = diameter paku (tebal II )

= kokoh desak kayu

d) Ujung paku yang keluar dari sambungan, sebaiknya dibengkokkan tegaklurus arah serst,
asal pembengkokan tersebut tidak akan merusak kayu
e) Apabila dalam suatu barisan terdapat lebih dari 10 batang paku maka kekuatan paku
harus dikurangi dengan 10% dan jika lebih dari 20 batang harus dikurangi 20%.
f) Pada sambungan dengan paku ,paling sedikit harus digunakan 4 batang paku.
2.4. Bahan-Bahan Pembantu
Bahan-bahan ini digunakan dengan jalan dileburkan pada permukaan acuan ,dan waktu
peleburan ialah setelah acuan selesai dan sebelum penulangan dimulai. Fungsi dari bahan-
bahan ini ialah untuk mempermudah pelepasan atau mengurangi daya lekat antara cetakan
dan beton ,sehingga dapat menambahkan keawetan ataupun mengurangi kerusakan kayu
akubat pembongkaran.

Bahan-bahan yang digunakan :

a) Minyak Pelumas.
Keuntungan dari minyak pelumas ini adalah murah harganya. Sedangkan kerugiannya
ialah apabila didalam pemakaian mengenai tulangan maka tulangan tidak akan melekat
pada beton.

b) Meni.
Bahan ini untuk mecegah peletakan beton pada papan acuan. Meni setelah di leburkan
pada cetakan dan di tunggu sampai kering baru perkerjaan dimulai, jadi tulang tidak akan
kena meni. Tetapi karenanya yang mahal, maka meni jaramg sekali digunakan.

c) Plastik.
Dalam perkerjaan yang kecil biasanya kita cukup menyirami air sebelum pengercoran
beton. Fungsi plastik didalam pengerjaan beton ialah untuk menahan air semen supaya
tidak terserap oleh cetakan atau keluar dari celah-celah atau lubang-lubang juga untuk
menutupi lubang-lubang yang ada pada acuan. Plastik biasanya hanya digunakan untuk
prmukanaan beton yang tidak akan terlihat karena ermukaan yang di hasilkan tidak akan
rata dan bergelombang.
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA
Plastik biasanya dipakai dalam perkerjaan:

 Lantai yang permukaan bawanya akan tertutup, misalnya: plafond, lapangan terbang,
dll.
 Lantai lapangan tenis, basket, dll. Dalam pekerjaan ini tidak digunakan lapisan plastik,
air semen akan meresap kelapisan di bawahnaya ( lapisan pasir, tanah). Hal ini akan
menghasilkan mutu beton lebih rendah dari yang di rencanakan.
d) Ram Bambu.
Selain berfungsi mencegah lekatnya pada papan acuan juga memberih bentuk permukaan
yang baik dari segi keindahan/estetika.
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA

BAB III

PENYIMPANAN BAHAN-BAHAN

3.1. Papan

Papan disimpan dalam gudang dan harus terlindung dari cuaca, peresapan air tanah.
Penumpukan ini tidak boleh diletakan langsung diatas lantai/tanah tetapi harus diberi
tumpuan/ganjal sehingga kadar air dari papan tidak akan bertambah. Untuk penyimpanan
kayu basah, tiap lapisan kayu harus diberi tumpuan, tapi untuk kayu kering tiap lima lapis
baru kita beri tumpuan.

3.2. Plywood

Penyimpanan plywood ini hampir sama dengan penyimpanan kayu-kayu yang lain, tetapi
untuk plywood juga bisa disimpan dalam posisi miring.

3.3. Dolken
Dolken biasa digunakan untuk perancah, jenis pinus, akasiah, kayu manis, kayu laut,
dll.dolken ini harus lebih tinggi dari mutunya papan acuan dan tahan terhadap cuaca. Jadi
untuk keadaan yang memaksa penumpukan bisa diletakan diluar gudang. adapun ukuran
dolken yang biasa digunakan untuk acuan dan perancah diameter 6-10 cm dengan panjang 4
m.

3.4. Kasau
Tidak banyak berbeda dengan penyimpanan papan kasau yang biasa digunakan termasuk
jenis kamper, kruing, meranti, borneo dsb. Ukuran yang ada diperdagangan dan biasa
digunkan 4/6 x 400 cm & 5/7 x 500 cm.
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA

BAB IV

PAPAN DUGA

4.1. Definisi.
Papan duga adalah papan yang dipakai untuk pedoman sememtara dari As bangunan,
ketinggian bangunan, letak bangunan agar sesuai dengan rencana. Sedangankan wujud dari
papan duga sendiri adalah lembar papan yang diratakan salah satu sisinya. Kemudian papan
tersebut dipakukan pada tiang-tiang yang tekah ditancapkan pada tempatnya dengan
ketinggian yang telah ditentukan. Dan sisi papan yang ketam tadi ialah yang dipakai untuk
pedoman ketinggian dan peletakan as bangunan.

Papan duga arah panjang


Papan duga arah pendek
Tiang papan duga
Papan-papan duga
Sisi yang diketam
As bangunan
15

+ 0,25

150

Bentuk papan duga


Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA
4.2. Kegunaan Papan Duga
Seperti diterangkan pada definisi diatas bahwah guna papan duga ialah sebagai pedoman
sementara dari as bangunan, ketinggian bangunan, dan letak bangunan sesuai dengan gambar
dena, jadi papan duga ini setelah dipandng tidak perlu, maka sewaktu-waktu bisa dibongkar.
Tetapi selama papan duga masih diperlukan papan duga ini harus dijaga keamanannya, jangan
sampai berubah posisinya sedikitpun. Sedang papan duga ini dipergunakan pada hampir
seluruh bangunan, misalnya bagunan-bangunan gedung, saluran, jalan KA, dan dam, dll.

4.3. Penempatan Papan Duga


Papan duga ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menggangu dan tidak
terganggu oleh kegiatan selama bangunan dikerjakan. Pada pekerjaan bangunan gedung,
papan duga ini diletakan pada sudut-sudut bangunan dengan jarak ± 1,5 m diluar as bangunan.
Ini dimaksudkan agar papan duga tidak tergangu oleh tanah galian yang menumpuk disekitar
lubang galian. Juga agar papan duga ini tidak menggangu pekerjaan bangunan itu sendiri.

4.4. Prinsip-Prinsip Papan Duga


Yang harus diperhatikan dalam pembuatan papan duga adalah sebagai berikut:

 Posisi bangunan terhadap garis ini, tetapi biasanya sudah direncanakan dalam
pengambaran denah-denah, dan pembuatannya tinggal menurut gambar tadi.

 Ketinggian dari papan duga terhadap lantai (± 0,00). Ini biasanya dibuat + 0,25 diatas
lantai. Hal ini dimaksudkan agar didalam kita bekerja, misalnya menarik benang dari
papan duga yang satu ke yang lainnya tidak terggangu oleh pekerjaan yang telah selasai
(misalnya sloof). Juga ketinggian papan duga arah memanjang dan lebih rendah ± 15
cm terhadap arah pendeknya. Ini dimaksudkan agar benang yang kita tarik antara papan
duga memanjang dan pendek tidak saling menyentuh, maka akan kita dapatkan hasil
yang lebih teliti.
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA

 Pemancangan tiang papan duga. Pada tanah yang cukup kekerasannya, tiangnya ini
dibuat runcing bagian bawahnya dan memancang hingga masuk ketanah keras, tapi
untuk tanah yang terlalu keras atau banyak batu, maka tanah ini harus kita gali dahulu
dengan kadalaman yang cukup kemudian tiang kita tanam pada galian tersebut dan kita
urug dengan tanah dan batu-batu kecil. Pada tanah lembek kita juga hrus bekerja hati-
hati. Kita tidak cukup meruncingkan satu ujngnya kemudian ditancapkan ketanah,
karena dikhawatirkan tiang ini masih akan masuk kedalam karena tanahnya lembek.
Untuk mengatasi hal ini, maka tanah harus kita gali dahulu dengan kedalaman yang
cukup. Kemudian sebelum tiang ditanam, terlebih dahulu bagian bawahnya kita beri
papan alas agar kemungkinan penurunan tiang setelah di tanam biasa kecil bahkan tidak
turun sama sekali.

Tiang Perancah

Batu

Papan

Pemancangan Tiang Pada Pemancangan Tiang Pada


Tanah Keras Tanah Lembek

Pemasangan papan duga pada tiang, setelah tiang-tiang terpasang pada posisi yang direncanakan,
maka papan duga tersebut kita pakukan pada tiang-tiang tadi. Sebelumnya papan-papan duga harus
kita ketam salah satu sisisnya. Ketinggian papan duga dipindahkan pada tiang dengan cara
melevelkan dengan selang dan pada ketinggian yang kita timbang diberi tandah dengan pensil.
kemudian setelah selesai semua, tanda-tanda tadi kita hubungkan dengan papan yang telah diketam.
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA
4.5. Pembuatan Sudut Siku Dilapangan
Dengan mengunakan dalil phytagoras, yaitu perbandingan sisi segi tiga 3:4:5, kita bisa
membuat sudut siku dilapangan. Prinsip dari pembuatan sudut siku ini sebenarnya mudah,
tapi dalam pelaksaannya membutuhkan ketelitian. Salah satu cara pembuatan sudut siku di
lapangan ialah:

 Setelah As terdepan diketahui dan telah kita pindah pada papan du selanjutnya kita
hubungakan as tadi dengan benang. Kemudian titik sudut bangunan kita pindan pada
benang tadi dan kita beri patok yang di atasnya kita pasang paku. Dari paku patok kita
ukur 4 bagian pada benang tadi dan juga kita beri patok beserta pakunya. Kemudian
kita tari benang dari paku pertama kurang lebih tegak lurus terhadap benang As dan kita
ukur batas 3 bagian dengan batas 4 bagian. Kalau ternyata jarak tadi besarnya 5 bagian,
maka sudut yang di bentuk oleh benang-benang tadi sudah berbentuk siku-siku. Dan
apabila jarak tidak tepat 5 bagian kita geser benang kedua kekanan atau kekiri sehingga
perbandingan sisi segi tiga sikku-siku tadi benar-benar 3:4:5.

Paku
3

Patok
2
1

1 2 3 4

Sudut Bangunan

Pembuatan Sudut Siku-siku

Setelah papan duga terpasang, langkah yang kita ambil selanjutnya ialah mengontrol apakah sudut
tadi sudah benar-benar tegak lurus atau belum. Cara pangontrolanya adalah dengan mengukur
panjang kedua diagonalnya. Apabila panjang diagonalnya sama, maka pembuatan sudut siku-siku
sudah sempurna.
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA
4.6. Pemberian Tanda-tanda Pada Papan duga
Untuk memberi tanda As bangunan pada papan duga kita cukup memberi tanda panah
pada As bangunan dan tanda panah tadi kita beri warna menyolok .

Apabila jumlah As bangunan lebih dari satu dan letaknya saling berdekatan, sebaiknya
As-As tadi kita beri nomor supaya dalam menghubungkannya dengan benang tidak akan
tertukar satu sama lain.

Paku

1 3
+ 0,25 + 0,25

Tiang Papan duga

Pemberian nomor pada As

Untuk mengikat benang pada As, dipasang dua paku yang ujungnya saling bertemu pada
As tadi, tapi ketinggiannya harus tetap diperhatikan

Papan Duga

Batu

Pengikatan Benang Pada As


Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA

BAB V

ACUAN PONDASI

5.1. Acuan Pondasi Beton Tak Bertulang


Bentuk pondasi tak bertulang biasanya seperti gambar.

30

35
60

25

60

Bentuk pondasi beton tak bertulang

Pembuatan cetakan untuk bentuk ini cukup sederhana. Untuk papan acuan tepi cukup dengan
menyambung papan sesuai dengan ukuran-ukuran pondasi tersebut. Cara penambung papan ini
seperti terlihat pada gambar dibelakang, jarak klam ± 80 cm, begitu juga jarak tiang-tiang penjepit
acuan sehingga klam dan tiang penjempit saling berimpit dan dipakukan bersama-sama. Ukuran
lebar bagian bawah kita perhitungkan dalam pemancangan tiag-tiang penjepit, ukuran pondasi akan
sesuai dengan yang direncanakan. Penyetelan posisi atau tinggi rendahnya posisi ini tidak boleh
lepas dari papa duga yang sebelumnya sudah dibuat.
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA
5.2. Cetakan Pondasi Beton Bertulang

30

50
15
15
60

Pondasi Beton Bertulang

Pondasi ini langsung bersatu dengan sloop. Pemasangan papan acuan hanya untuk sisi
tegaknya saja, sedangkan sisi miringnya apabila tidak teralu curam tidak perlu dipasang.

Pemasangan cetakan dilakukan sesudah pekerjaan pemasangan tulang selesai. Jarak


klam, tiang-tiang tidak banyak berbeda dengan cetaka pondasi beton tak bertolang. Baik beton
tak bertulang maupun pondasi beton pondasi beton bertulang selalu terletak diatas lantai kerja.
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA

BAB VI

ACUAN KOLOM

6.1. Bentuk Penampang Kolom


- Bujur sangkar
- Empat persegi panjang
- Lingkaran profil I
- Bervariasi menurut perkembangan arsitektur
Disini hanya akan membahas mengenai kolom dengan bentuk penampang empat persegi
panjang atau bujur sangkar. Konstruksi dari acuan kolom ini bermacam bentuk dan
ukurannya. Tergantung dari besar kecilnya ukuran penampang kolom yang akan dibuat.
Untuk kolom yang berpenampang luas, apabila acuan menggunakan papan maka perlu
menyambung papan-papan cetakan tersebut dengan beberapa klam. Penyambungan arah
melebar ini bisa dihilangkan apabila papan-papan acuan yang digunakan adalah plywood
(papan lapis).

6.2. Bagian - Bagian Dari Acuan Kolom


- Papan Acuan
Bisa digunakan papan atau plywood untuk dinding acuan. Apabila digunakan papan
maka penyambungan papan baik dalam arah lebar maupun arah panjang sesuai dengan
ukuran penampang kolom yang dikehendaki. Dalam penyambungan arah lebar harus
benar-benar rapat sehingga air semen tidak bisa keluar melalui celah-celah sambungan.
Sedangkan kalau digunakan pllywood biasanya sambungan arah lebar tidak diperlukan
karena plywood sendiri memiliki bidang yang luas.

- Klam-Klam Perangkai
Penyambungan papan arah melebar ini, cukup menggunakan klam-klam dari
potongan sisa papan yang yang masih cukup panjangnya dengan lebar papan yang akan
disambung. Pemakuan papan-papan dengan klam dapat dilihat dalam, sedangkan jarak
dari klam-klam ini tergantung dari besarnya penampang kolom yang akan dibuat,
biasanya dibuat antara 40-65 cm, lebar dari klam minimum 10 cm.
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA

40 - 65

Min.10

Dinding Dinding
Klam Klam

Dinding Cetakan Arah Dinding Cetakan Arah


Memanjang Melebar

Pemakuan Klam

Panjang klam :

a) Bagian lebar cetakan : b + ( 2 x ½ d)


b) Bagian panjang cetakan : 1 + ( 2 x ½ d)
Dimana :

b = Lebar Kolom

l = Panjang Kolom

d = Tebal Kolom
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA

Klam

Dinding

1/2 d
L

1/2 d

1/2 d 1/2 d
L

Ukuran Panjang Klam

- Papan-Papan Penjepit Dinding


Papan ini dipasang sesuai dengan jarak klam yang dibuat. Papan-papan terpasang
kuat satu dengan yang lainnya pada tiang yang sudah dipasang. Panjang papan ini sesuai
dengan ukuran kolom yang akan kita buat. Fungsi papan penjepit ini untuk menahan
cetakan supaya tidak pecah ketika beton di cor dan dipasang dengan jarak 40-65 cm.

- Tiang-Tiang Cetakan
Tiang yang biasanya digunakan kayu dolken atau kasau ukuran 5/7 cm. Pada umumnya jumlah
tiang untuk satu cetakan kolom 4 buah yang diletakkan diluar sudu-sudut kolom., tiang diletakkan
kira-kira 35 cm diluar dinding cetakan. Dengan maksud agar pemasangan papan penjepit tidak
terganggu dan konstruksi tetap memiliki kekuatan yang cukup. Peletakan tiang pada tanah biasanya
diletakkan diatas papan atau juga ditanam pada tanah. Apabila tiang langsung brhubungan dengan
tanah, sebaiknya tiang tersebu ditanam minimal sedalam 20 cm untuk menjaga agar konstruksi
acuan ini tidak mudah bergeser kekanan atau kekiri. Perlu diperhatikan adalah apabila kondisi tanah
kurang baik, maka kepala tiang sebaiknya diberikan papan alas.
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA

Tiang
Papan Landasan

20
Penanaman tiang pada tanah

Untuk menguatkan tiang –tiang ini agar tidak bergoyang, maka perlu dipasang pangaku
diagonal yang dipakukan pada bagian bawah tiang yang satu ke yang lain.

6.3. Penyetelan Acuan Kolom


Sebelum penyetelan acuan kolom dimulai terlebih dahulu harus diteliti apakah antara tulangan dan
papan acuan sudah dipasang beton deking, atau sambungan pada betonnya suda bersih. Apabila
semua sudah siap maka semua bahan acuan disiapkan ditempat yang akan dipasang cetakan.
Pertama dinding–dinding yang telah di rangkai satu sama lain dipakukan pada ketiga sisinya dan
setelah dipasang diluar papan acuan sisi yang lain dirangkai, sehingga tulangan benar-benar
tertutup. Tiang-tiang dipasang pada tempatnya dan dirangkaikan dengan papan-papan penjepit.
Jarak papan penjepit disesuaikan dengan jarak klam, sehingga keduanya bisa berjepit, penyetelan
dinding kolom agar tegak lurus digunakan dua buah unting-unting. Apabila kedudukanya sudah
benar-benar vertical, maka papan penjepit dipasang semua. Agar tiang acuan tidak mudah goyang
maka pengaku dipasang antara kedua tiang. Perletakan cetakan ini harus teliti sehingga
kedudukannya tidak keluar dari ketentuan yang telah ditentukan. Kedudukan sumbu kolom satu
dengan yang lainnya diperlukan benang dalam satu garis lurus, maka ter lebih dahulu dipasang
kolom kedua tepinya dan kolom tengah dipasang dengan mengambil pedoman mengambil benang
yang ditarik dari kedua tepi kolom tersebut. Cara lain adalah dengan menggunakan profil seperti
yang digunakan dalam pekerjaan pasangan dinding bata.
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA

BAB VII

ACUAN BALOK

Balok adalah salah satu elemen konsruksi bangunan yang berfungsi untuk meneruskan beban
dari lantai atau dinding ke kolom.

Bagian dari acuan balok adalah :

1. Tiang pendukung balok dan penempatannya


2. Dudukaan tiang diatas tanah atau lantai
3. Peyekuran tiang-tiang pendukungan
4. Pembuatan/penyetelan cetakan

7.1. Tiang Pendukung Balok Dan Penempatannya


Biasanya untuk tiang dipergunakan usuk atau dolken. Apabila mempergunakan satu
tiang, maka peletakan tiang ini dipasang di tengah dan apabila menggunakan dua tiang maka
peletakannya pada tepi-tepi cetakan. Jarak tiang itu kita buat antara 40-60 cm.

7.2. Dudukan Tiang Diatas Tanah/Lantai

Tiang

Baji

Landasan

Dudukan Tiang
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA
7.3. Pengaku Tiang Pendukung
. Agar tiang-tiang dapat berdiri tegak dan kaku diperlukan adanya pengaku diagonal
yang dipasang dalam arah sumbu x dan y. Pada sumbu x antar tiang dengan tiang dipasang
pengaku diagonal yang dipasang saling bersilangan.

Balok Balok
Y

Pandangan Atas Balok

Selain pemasangan pengaku diagonal dari tiang ke tiang, maka perlu juga dipasang
pengaku kearah yang lain (sumbu y), dipasang dari kepala tiang kedalam tanah yang telah
diberi pasak. Hal ini diperlukan terutama pad konstruksi acuan dengan tiang tunggal.

Pengaku

Skor Patok

Alternatif lain

Tiang

Patok

Acuan tiang kearah kanan dan kiri


Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA
7.4. Penyetelan Acuan
. Pekerjaan pertama adalah memasang papan pendukung pada bagian atas tiang yang
telah didirikan. Bagian-bagian tepinya dipasang terlebih dahulu menurut ketinggian yang
ditentukan dan apabila kedua bagian tepi sudah selesai maka papan pengaku dipasang dan
dipakukan pada bagian tepi papan pandukung dan bagian tepi ini selanjutnya digunakan
sebagai pedoman pada pemasangan papan-papan pendukung bagian tengah, dengan jalan
menarik benang dari kedua papan pandukung tepi, kemudian benang ini kita buat sebagai
pedoman ketinggian bagi papan–papan pendukung bagian tengah. Pekerjaan dilanjutkan
dengan memasang sisi cetakan yang telah disiapkan diatas papan pendukung. Kedudukan
dari papan cetakan ini harus sesuai dengan yang telah direncanakan. Dengan menarik benang
pada posisi tepi cetakan dari profil yang kita buat sebelumnya, papan sisi dipasang menurut
garis benang yang telah dipasang pada sisi profil. Setelah pekerjaan ini selesai, pemasangan
papan-papan sokong yang menahan sisi cetakan agar sisi cetakan terdesak oleh beton yang
dicor. Pemasangan inin juga dibuat pada bagian bawah dari sisi luar acuan.

40

Plywood
80

Bingkai 5/7

Gelagar 6/12

Klam
Tiang 6/12

Cetakan balok besar dengan plywood


Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA

BAB VIII

ACUAN LANTAI

8.1. Bagian-Bagian Yang Penting Dari Acuan Lantai


1. Tiang Acuan Dan Pengaku
Tiang acuan dipasang diatas papan landsan yang berada diatas tanah. Pemasangan tiang
ini bersamaan dengan sebagian papan–papan pengaku yang berfungsi juga sebagai
perangkai dari tiang–tiang itu sendiri, dan sisanya dipasang setelah gelagar terpasang.

2. Gelagar
Pemasangan dimulai dari gelagar-gelagar bagian tepi, dan kemudian gelagar-gelagar
bagian tengah. Gelagar bagian tepi ini dianggap sebagai papan duga terhadap gelagar
bagian tengah. Didalam pengukuran ketinggian gelagar spabila tinggi tiang belum
sesuai, ketinggian dapat diatur dengan memasang baji pada alas tiang, kemudian
permukaan As gelagar ini kita hibungkan dengan dua atau tiga benang yang fungsinya
untuk pedoman ketinggian bagi gelagar-gelagar bagian tengah. Bila semua gelagar
sudah selesai dipasang, maka papan–papan pengaku dipasang semua..

3. Lantai Cetakan
Setelah pemasangan gelagar selesai, kemudian lantai dipasang diatas gelagar tadi.
Apabila apabila digunakan papan, maka papan–papan itu harus diketam (diratakan) sisi-
sisinya dahulu sehingga apabila dirangkaikan diatas gelagar bisa rapat, sehingga air
semen pada beton tidak bisa keluar. Untuk pekerjaan beton yang tidak memerlukan
finishing, biasanya lantai cetakan mamakai plywood. parmukaan plywood lebih licin
dari permukaan papan, hal ini akan memberikan permukaan beton yang licin dan rata,
dan juga pekerjaan akan memerlukan waktu yang singkat bila dibandingkan dengan
menggunakan papan.
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA

BAB IX

PEMBONGKARAN ACUAN DAN PERANCAH

9.1. Kapan Acuan Dan Perancah Dibongkar

Pembongkaran terpaksa dilakukan karena waktu yang diperlukan oleh pekerjaan lain
yang tergantung dari pekerjaan beton tersebut untuk konstruksi yang menggantung jangan
sekali-kali dilakukan penbongkaran acuan/perancah sebelum beton cukup umur, misal pada
balok, lantai, konsol, luifel dan lain-lain. Apabila hal ini dilakukan maka akan berakibat
buruk, misalnya rusak pada beton, ataupun lepasnya ikatan beton dengan tulangan.

9.2. Cara-Cara Pembongkaran Acuan Dan Perancah

Dalam pembongkaran acuan dan perancah harus diperhatikan beberapa syarat, misalnya
syarat ekonomis, syarat keamanan dan syarat konstruksi.

a) Syarat Ekonomis.
Usahakan bekas bahan bongkaran supaya bisa dipakai lagi.

b) Syarat Keamanan.
Hal ini penting sekali, jangan sam pai pembongkaran dilakukansecara tidak berurutan,
sehingga bagian yang belum ataupun yang sudah terbongkar dapa mencelakakan pekerja
yan sedang bekerja. Misal nya dalam pembongkara acuan dan perancah lantai, pertama
dibongkar dahulu sekor-sekornya kemudian tiang-tiangnya. Dalam pembongkaran tiang
harus hati-hati, karena tiang ini yang menahan seluruh beban diatasnya. Kalau tidak hati-
hati maka apa-apa yang diatasnya bisa rubuh dan menimpa pekerja yang sedang berada
dibawahnya. Gunakan sepatu kerja, pakaian kerja, helm dan lain-lain.

c) Syarat Konstruktif.
Pembongkaran tiang secara teoritis perlu diperhatikan tiang momen yang timbul harus
sama dengan bidang momen yang direncanakan. Jadi pada pembongkaran tiang perancah
lantai/dolok harus dimulai dari arah tengah dan mulai kearah tepi. Hal ini dimaksudkan
agar bidang momen yang timbul akan sama dengan bidang momen yang direncanakan.
Sedang kalau pada pembongkaran konsol (balok kantilever), dimulai dari ujung, hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan bidang momen yang sama.
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA

BAB X

PENUTUP

10.1 Kesimpulan
Setelah mengadakan praktek kerja dan pembahasan materi acuan dan perancah di bengkel
terbuka, penulis dapat menarik suatu kesimpulan yaitu :

1) Acuan perancah/bekisting/formwork adalah suatu konstruksi sementara yang berfungsi


sebagai pembantu yang merupakan mal atau cetakan pada bagian sisi dan bawah dari
suatu bentuk beton yang diinginkan.

2) Bagian-bagian acuan dan perancah


Bagian acuan :

- Papan cetakan

- Pengaku cetakan yang semuanya berfungsi untuk membentuk beton yang diinginkan.

Bagian perancah :

- Tiang acuan
- Pengaku
- Gelagar
- Landasan/pasak.
3) Bahan Yang Digunakan :
- Kayu/papan 2/20
- Paku
- Dolken/gelam
4) Syarat-Syarat Acuan Dan Perancah
- Kuat
- Kaku
- Bersih
- Tidak bocor/rapat
- Mudah dibongkar
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA
10.2 Saran
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan sering terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan,
maka dari itu dalam bekerja kita dituntut untuk :

1. Berkosentrasi baik dalam mendengarkan materi/penjelasan dari instruktur maupun


dalam melaksanakan pekerjaan.
2. Berusaha melakukan yang terbaik dalam melakukan praktek.
3. Kompak dalam team kerja sehingga pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dan
benar,
4. Mengutamakan keselamatan kerja dengan memenuhi peraturan di bengkel seperti
menggunakan baju praktek dan sepatu pengaman.
Kode. Subjek : Praktek Acuan dan Perancah Tanggal
............. Topik : ……………………………………………. .............

LEMBAR KERJA

Anda mungkin juga menyukai