Kesatuan bangsa Indonesia yang kita rasakan saat ini, itu terjadi dalam
proses yang dinamis dan berlangsung lama, karena persatuan dan kesatuan
bangsa terbentuk dari proses yang tumbuh dari unsur-unsur sosial budaya
masyarakat Indonesia sendiri, yang ditempa dalam jangkauan waktu yang
lama sekali.
Unsur-unsur sosial budaya itu antara lain seperti sifat kekeluargaan dan jiwa
gotong-royong. Kedua unsur itu merupakan sifat-sifat pokok bangsa
Indonesia yang dituntun oleh asas kemanusiaan dan kebudayaan. Karena
masuknya kebudayaan dari luar, maka terjadi proses akulturasi
(percampuran kebudayaan). Kebudayaan dari luar itu adalah kebudayaan
Hindu, Islam, Kristen dan unsur-unsur kebudayaan lain yang beraneka
ragam. Semua unsur-unsur kebudayaan dari luar yang masuk diseleksi oleh
bangsa Indonesia. Kemudian sifat-sifat lain terlihat dalam setiap pengambilan
keputusan yang menyangkut kehidupan bersama yang senantiasa dilakukan
dengan jalan musyawarah dan mufakat. Hal itulah yang mendorong
terwujudnya persatuan bangsa Indonesia. Jadi makna dan pentingnya
persatuan dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat kekeluargaan, jiwa
gotong-royong, musyawarah dan lain sebagainya.
1. Perasaan senasib
2. Kebangkitan Nasional
3. Sumpah Pemuda
4. Proklamasi Kemerdekaan
a. Egoisme
b. Ekstrimisme
c. Sukuisme
d. Profinsialisme
Arti Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetapi satu jua yang berasal
dari buku atau kitab sutasoma karangan Empu Tantular. Secara mendalam
Bhineka Tunggal Ika memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat
banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya namun
tetap satu kesatuan yang sebangsa dan setanah air. Dipersatukan dengan
bendera, lagu kebangsaan, mata uang, bahasa dan lain-lain yang sama.Kata-
kata Bhinneka Tunggal Ika juga terdapat pada lambang negara Republik
Indonesia yaitu Burung Garuda Pancasila. Di kaki Burung Garuda Pancasila
mencengkram sebuah pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika. Kata-kata
tersebut dapat pula diartikan : Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Bhinneka Tunggal Ika adalah motto atau semboyan Indonesia. Frasa ini
berasal dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat
“Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Kalimat ini merupakan kutipan dari
sebuah kakawin Jawa Kuna yaitu kakawin Sutasoma, karangan Mpu
Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Kakawin ini
istimewa karena mengajarkan toleransi antara umat Hindu Siwadengan umat
Buddha.
Padahal salah satu misi utama kedatangan Islam di muka bumi ini adalah
menyebarluaskan rasa kasih sayang, kerukunan, kedamaian , persatuan dan
kesatuan. Tak hanya antar-sesama manusia, tetapi juga pada makhluk-
makhluk Allah lainnya, seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, air, bumi,
hutan, dan lain sebagainya. Karena itu sulit dipahami jika manusia yang satu
dengan yang lainnya tidak berusaha mewujudkan perdamaian. Misi
perdamaian Islam juga tercermin dalam kata ‘Islam’ itu sendiri yang berarti
selamat, sejahtera, aman, dan damai. Tetapi menyatakan Islam berarti
“salam” damai saja tak cukup. Setiap individu Muslim harus membuktikan
tak hanya dengan perkataan, tetapi lebih penting lagi dengan amal
perbuatan, bahwa Islam dan kaum Muslimin adalah cinta damai dan betul-
betul mengorientasikan diri menuju ke “Dar al-Salam” dengan cara damai
pula. Menegakkan amar ma’ruf nahyi munkar merupakan perintah Islam;
tetapi nahyi munkar harus dilakukan dengan cara-cara ma’ruf, yakni cara-
cara yang baik, damai, persuasif, hikmah, kebijaksanaan dan pengajaran
yang baik; bukan dengan cara yang justru mengandung kemungkaran,
seperti pemaksaan, kekerasan, apalagi terorisme.
H. Hakikat Multikulural
Terlepas dari konteks wilayah dan zaman yang memang sangat berpengaruh
munculnya sebuah konsep, namun kecenderungan adanya penyeragaman
terhadap bermacam-macam suku bangsa. Kecenderungan ini akan
menempatkan suku bangsa tertentu yang mayoritas sebagai unsur yang
berhak mengatasnama dirinya “mewakili masyarakat”. Walau-pun pada
kenyataannya dapat menimbulkan sikap primodial yang menguta-makan
kepentingan suatu kelompok atau komunitas masyarakat tertentu.
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok manusia tertentu (Dedi
Mulyana,2001). Budaya merupakan pengetahuan yang dapat
dikomunikasikan, sifat-sifat perilaku dipelajari yang juga ada pada anggota-
anggota dalam suatu kelompok sosial dan berwujud dalam lembaga-lembaga
artefak-artefak mereka. E.B.Taylor, pakar Antropologi menyebutkan budaya
sebagai keseluruhan dimensi meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan atau kebiasaan-
kebiasaan lain yang diperoleh angggota-anggota suatu masyarakat. Dalam hal
ini setiap kelompok budaya menghasilkan jawaban-jawaban khususnya
sendiri terhadap tantangan-tantangan hidup seperti kelahiran, pertumbuhan,
hubungan-hubungan sosial, dan bahkan kematian.
I. Multikulturalisme di Indonesia