Anda di halaman 1dari 3

NAMA : BELINA AYU PUSPA ARDHINI

NIM : 155060600111007
KELAS : PANCASILA KELAS D

TUGAS PANCASILA: REVIEW PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

 Filsafat berasal dari kata Yunani philos atau philein yang berarti cinta atau teman dan
sophos atau sophia yang berarti kebijaksanaan. Filsafat diartikan sebagai cinta kepada
kebijaksanaan atau teman kebijaksanaan (wisdom) atau terkait ajaran-ajaran
kebijaksanaan.
 Menurut Slamet Soetrisno, terdapat tujuh konteks bagaimana filsafat dipahami:
1. Jiwa dan pikiran sebuah zaman atau era;
2. Kearifan hidup personan maupun kolektif;
3. Refleksi kritis dan mendasar atas perkembangan ilmu;
4. Mengacu pada aliran filsafat;
5. Ilmu filsafat;
6. Pandangan hidup;
7. Pandangan dunia.
 Ilmu filsafat dipandang sebagai disiplin umum dengan percabangan yang spesifik yang
mencakup disiplin umum dan disiplin khusus. Disiplin umum filsafat mencakup
metafisika, epistemology dan aksiologi. Sedangkan disiplin khusus filsafat mencakup
filsafat politik, filsafat hukum dan filsafat sosial.
 Filsafat Pancasila adalah penyelidikan filsafati yang menjadikan Pancasila sebagai
objeknya. Pancasila sebagai sistem filsafat mengandung pengertian yang berbeda, yaitu
Pancasila sebagai objek material bagi kajian filsafat (genetivus-objektivus) dan Pancasila
sebagai model berpikir atau sudut pandang untuk melihat dan memikirkan kenyataan
(genetivus-subjektivus). Dalam perspektif itu, kita memahami Pancasila sebagai
pandangan hidup.
 Menurut Kaelan (2002: 40-42), terdapat empat tingkat dengan karakter masing-masing
pada pengetahuan ilmiah tentang Pancasila, yaitu:
1. Pertanyaan “bagaimana” menghasilkan pengetahuan deskriptif;
2. Pertanyaan “mengapa” menghasilkan pengetahuan kausal;
3. Pertanyaan “ke mana” menghasilkan pengetahuan normatif; dan
4. Pertanyaan “apa” menghasilkan pengetahuan esensial.
 Terdapat beberapa pemikir yang menorehkan pemikirannya dalam bidang filsafat
Pancasila dengan pertimbangan filosofis sesuai refleksinya sendiri, antara lain:
NAMA : BELINA AYU PUSPA ARDHINI
NIM : 155060600111007
KELAS : PANCASILA KELAS D

1. Dr. Soekarno: Pancasila sebagai philosofisch grondslag (fundamen, filsafat, pikiran,


jiwa, hasrat sedalam-dalamnya)
2. Dr. Mohammad Hatta: Pancasila sebagai jalan lurus dan fundamen moral dan politik
3. Prof. Dr. Muhammad Yamin: Pancasila sebagai sintesa pikiran
4. Dr. Roeslan Abdulani: Pancasila sebagai jiwa revolusi
5. Prof. Dr. Soediman Kartohardiprodjo: Pancasila sebagai pandangan hidup
kekeluargaan
6. Prof. Dr. Notonagoro: Pancasila sebagai dasar filsafah negara sekaligus hasil
permenungan yang mendalam
7. Prof. Dr. Nicolaus Drijarkara; Pancasila sebagai dalil filsafati
8. Dr. Prostasius Hardono Hadi: Pancasila sebagai pernyataan jati diri bangsa
9. Prof. Dr. Damardjati Supadjar: Pancasila sebagai candra jiwa bangsa Indonesia
berintikan gotong-royong
10. Yudi Latif, Ph. D.: Pancasila sebagai karya bersama milik bangsa.
 Pancasila menjadi objek kajian filsafat secara mendalam sebagai penjabaran dari status
dasarnya sebagai dasar negara yang bercorak filosofis dan sekaligus dianggap sebagai
sebuah sistem filsafat yang sistematis.
 Dalam pandangan Notonagoro, Pancasila bisa dikatakan memiliki justifikasi logis
(logical justification) sebagai sistem filsafat yang lahir dari bangsa Indonesia, dengan
karakter spesifiknya antara lain adanya kesatuan sila-sila Pancasila baik secara kuantitatif
maupun kualitatif serta mengandung pola hubungan saling mengisi dan mengkualifikasi.
 Sistem filsafat Pancasila mempunyai kedudukan yang sentral dan interdisipliner serta
mengandung nilai kefilsafatan yang lebih lengkap dan lebih sempurna jika dibandingkan
dengan sistem kefilsafatan lainnya. Di antaranya, filsafat Pancasila mengandung nilai
pragmatis, tetapi bukan pragmatisme; mengandung nilai ideal tetapi bukan idealisme;
mengandung nilai positif tetapi bukan positifisme; filsafat Pancasila lebih sempurna
daripada sistem kefilsafatan yang lain misalnya aliran pragmatisme, positivisme,
materialisme, komunisme, realisme, eksistensialisme dan aliran-aliran filsafat lainnya
(Zusihadi, tth: 9).
 Filsafat Pancasila tidak hanya mengabstraksikan “apa” hakikat pancasila dan menjawab
“apa” esensi kenyataan serta “mengapa” kenyataan itu terjadi, tetapi juga “bagaimana”
mengubah kenyataan itu dan “ke mana” arah kebaikan bagi kenyataan tersebut. Dengan
demikian, filsafat Pancasila bukan hanya bersifat teoritis, menjadi abstraksi yang
NAMA : BELINA AYU PUSPA ARDHINI
NIM : 155060600111007
KELAS : PANCASILA KELAS D

menjangkau menara gading dan tidak membumi, melainkan bersifat praksis, yang
senantiasa aktual, kontekstual dan responsif terhadap kenyataan sejarah, serta
mengupayakan perubahan sosial.

Anda mungkin juga menyukai