Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Geomorfologi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang


mendeskripsikan, mengklasifikasikan, mengelompokkan bentang alam permukaan
bumi dan proses-proses yang menyebabkan bentang alam terbentuk.
Materi tentang geomorfologi sebelumnya telah diperkenalkan baik secara
lisan, audio maupun visual oleh dosen pengajar, namun dirasakan sangat perlu
dilaksanakannya praktikum ini agar terpenuhinya skill di lapangan nantinya.
Kegiatan praktikum geomorfologi ini merupakan syarat kelulusan mahasiswa
atas mata kuliah geomorfologi dalam Prodi Teknik Geologi Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Tadulako.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dilakukannya praktikum ini, yaitu sebagai syarat kelulusan dalam


mata kuliah geomorfologi Prodi Teknik Geologi Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitsas Tadulako.
Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu :
1. Praktikan mengetahui komponen-komponen dasar yang penting dalam peta
topografi
2. Praktikan mengetahui cara membuat peta topografi
3. Praktikan dapat mengetahui gejala-gejala bentang alam.

1.3 Letak dan Kesampaian Daerah

Letak daerah pengamatan Pemetaan Geomorfologi ini berada di daerah Tondo


dan sekitar nya, kecamatan Mantikulore Kota Palu Provinsi Sulawaesi Tengah.
Dengan jarak kira-kira 13 km dari kota Palu. Lokasi tersebut dapat ditempuh
dengan menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua. Dibeberapa lokasi
hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

BAB II

1
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Geomorfologi

Geomorfologi adalah ilmu yang mendeskripsikan, mendefinisikan, serta


menjabarkan bentuk lahan dan proses-proses yang mengakibatkan terbentuknya
lahan tersebut, serta mencari hubungan antara proses-proses dalam susunan ke
ruangan.
Geomorfologi adalah sebuah studi ilmiah terhadap permukaan Bumi dan
poses yang terjadi terhadapnya. Secara luas, berhubungan dengan landform (bentuk
lahan) tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk konstruksinya dibentuk oleh
runtuhan batuan, dan terkadang oleh perilaku organisme di tempat mereka hidup.
“Surface” (permukaan) jangan diartikan secara sempit, harus termasuk juga bagian
kulit bumi yang paling jauh. Kenampakan subsurface terutama di daerah
batugamping sangat penting dimana sistem gua terbentuk dan merupakan bagian
yang integral dari geomorfologi. Kita dapat menentukan daerah Geomorfologi jika
kita bisa menganalisis daerah tersebut dengan sebagai berikut :

2.1.1 Kemiringan Lereng

Lereng adalah kenampakan permukan alam disebabkan adanya beda tinggi


apabila beda tinggi dua tempat tesebut di bandingkan dengan jarak lurus mendatar
sehingga akan diperoleh besarnya kelerengan.
Bentuk lereng bergantung pada proses erosi juga gerakan tanah dan
pelapukan. Leeng merupakan parameter topografi yang terbagi dalam dua bagian
yaitu kemiringan lereng dan beda tinggi relatif, dimana kedua bagian tersebut besar
pengaruhnya terhadap penilaian suatu bahan kritis. Bila dimana suatu lahan yang
lahan dapat merusak lahan secara fisik, kimia dan biologi, sehingga akan
membahayakan hidrologi produksi pertanian dan pemukiman.
Peta Kemiringan Lereng (Peta Kelas Lereng). Dengan pendekatan rumus
“Went-Worth” yaitu pada peta topografi yang menjaadi dasar pembuatan peta
kemiringan lereng dengan dibuat grid atau jaring-jaring berukuran 1 cm kemudian
masing-masing bujur sangkar dibuat garis horizontal.

2
Kemiringan Lereng merupakan bentuk dari variasi perubahan permukaan bumi
secara global, regional atau dikhususkan dalam bentuk suatu wilayah tertentu
variabel yang digunakan dalam pengidentifikasian kemiringan lereng adalah sudut
kemiringan lereng, titik ketinggian di atas muka laut dan bentang alam berupa
bentukan akibat gaya satuan geomorfologi yang bekerja.
Secara definisi bahasannya lereng merupakan bagian dari bentang alam yang
memiliki sudut miring dan beda ketinggian pada tempat tertentu, sehingga dapat
disimpulkan bahwa dari sudut (kemiringan) lereng merupakan suatu variabel beda
tinggi antara dua tempat, yang dibandingkan dengan daerah yang relatif lebih rata
atau datar
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur sudut kemiringan lereng disebut
clinometer. Alat ini juga dapat dapat digunakan untuk mengukur ketinggian benda.
Beberapa faktor kemiringan lereng yang mempengaruhi terjadinya erosi, yaitu :
1. Panjang lereng dengan faktor pendukung : intensitas hujan. Jika
intensitas hujan tinggi, panjang lereng meningkat disertai dengan
meningkatnya erosi.
2. Arah lereng. Erosi lebih besar pada lereng yang menghadap ke arah
selatan karena tanahnya mudah terdispersi secara langsung terkena sinar
matahari.
3. Konfigurasi lereng (cembung → erosi lembar, cekung → erosi alur dan parit).
4. Keseragaman lereng (bentuk kecuraman). Erosi akan lebih besar pada
lereng yang seragam.
Derajat kemiringan lereng dan panjang lereng merupakan sifat tofografi yang
dapat mempengaruhi besarnya erosi tanah. Semakin curam dan semakin panjang
lereng maka makin besar pula aliran permukaan dan bahaya erosi semakin tinggi.

2.1.2 Moerfometri

3
Morfometri merupakan penilaian kuantitatif terhadap bentuk lahan, sebagai

aspek pendukung morfografi dan morfogenetik, sehingga klasifikasi semakin tegas

dengan angka-angka yang jelas.

Tabel 2.1. Pembagian Kemiringan Lereng Berdasarkan Klasifikasi


USSSM dan USLE
Klasifika
Kemiringan Kemiringan si Klasifikasi
Keterangan
lereng (°) lereng (%) USSSM* USLE* (%)
(%)
Datar – hampir
<1 0-2 0-2 1-2
datar
1-3 3-7 Sangat landai 2-6 2-7
3-6 8 - 13 Landai 6 - 13 7 - 12
6-9 14 - 20 Agak curam 13 - 25 12 - 18
9 - 25 21 - 55 Curam 25 - 55 18 - 24
25 - 26 56 - 140 Sangat curam > 55 > 24
> 65 > 140 Terjal

*USSSM = United Stated Soil System Management


USLE = Universal Soil Loss Equation

Tabel 2.2. Ukuran Panjang Lereng

4
PANJANG LERENG
KLASIFIKASI
(M)
< 15 Lereng sangat pendek
15 - 50 Lereng pendek
50 - 250 Lereng sedang
250 - 500 Lereng panjang
> 500 Lereng sangat panjang

Terlihat di atas pembagian kemiringan lereng dan bentuk lahan secara


kuantitatif, melalui perhitungan dikelompokkan berdasarkan jumlah persen
dan besar sudut lereng, untuk mengetahui jumlah tersebut melalui
perhitungan dari perbandingan perbedaan ketinggian dengan jarak datar
yang terbentuk. Perhitungan ini dapat dilihat pada rumus di bawah ini :
Rumus kemiringan lereng dari peta topografi dan foto udara :
S = ( h / D ) X 100 % (sumber Van Djuidam, 1988)
Keterangan:
S = Kemiringan lereng (%)
h = Perbedaan ketinggian (m)
D = Jarak titik tertinggi dengan terendah (m)

Tabel 2.3. Hubungan Ketinggian Absolut Dengan Morfografi

5
(sumber : Van Zuidam, 1985)

KETINGGIAN ABSOLUT UNSUR MORFOGRAFI

< 50 meter Dataran rendah

50 meter - 100 meter Dataran rendah pedalaman

100 meter - 200 meter Perbukitan rendah

200 meter - 500 meter Perbukitan

500 meter - 1.500 meter Perbukitan tinggi

1.500 meter - 3.000 meter Pegunungan

> 3.000 meter Pegunungan tinggi

Tabel 2.4. Hubungan Kelas Relief - Kemiringan Lereng dan Perbedaan


Ketinggian. (sumber: Van Zuidam,1985)

KEMIRING PERBEDAAN
KELAS RELIEF AN LERENG KETINGGIAN
(%) (m)
Datar - Hampir datar 0 - 2 <5
Berombak 3 - 7 5 - 50
Berombak - Bergelombang 8 - 13 25 - 75
Bergelombang - Berbukit 14 - 20 75 - 200
Berbukit - Pegunungan 21 - 55 200 - 500
Pegunungan curam 55 - 140 500 - 1.000

pegunungan sangat curam > 140 > 1.000

6
Tabel 2.5. Kerapatan Aliran (rata - rata jarak percabangan dengan Ordo pertama
aliran, Van Zuidam, 1985)

PADA SKALA 1:
JENIS 25.000
KERAPATAN KARAKTERISTIK
MEMILIKI
KERAPATAN
Tingkat limpasan air
permukaan tinggi, batuan
HALUS Kurang dari 0,5 cm
memiliki porositas buruk
Tingkat limpasan air
permukaan sedang, batuan
SEDANG 0,5 cm - 5 cm
memiliki porositas sedang
Tingkat limpasan air
permukaan rendah, batuan
KASAR Lebih besar dari 5 cm
memiliki porositas baik
dan tahan terhadap erosi.

2.2 Peta

Pada umumnya peta adalah sarana guna memperoleh gambaran data


ilmiah yang terdapat di atas permukaan bumi dengan cara menggambarkan
berbagai tanda-tanda dan keterangan-keterangan, sehingga mudah dibaca dan
dimengerti. Jadi peta adalah hasil pengukuran dan penyidikan yang
dilaksanakan baik langsung maupun tidak langsung mengenai hal-hal yang
bersangkutan dengan permukaan bumi dan didasarkan pada landasan ilmiah.
Peta dapat memberikan gambaran mengenai kondisi atmosfer, mengenai
kondisi permukaan tanah, mengenai keadaan lautan, mengenai bahan yang
membentuk lapisan tanah dan lain-lain. Adapun peta-peta yang memberikan
gambaran mengenai hal-hal tersebut di atas, berturut-turut disebut peta
meteorologi, peta permukaan tanah, peta hidrografi, peta geologi dan lain-lain.
Akan tetapi dalam bab ini hanya akan diuraikan mengenai pembuatan
peta dalam arti yang sempit yaitu peta topografi, suatu tipe peta yang akan

7
memberikan gambaran keadaan suatu areal tertentu pada permukaan bumi.
Adapun peta topografi adalah gambaran mengenai permukaan bumi yang
dinyatakan dengan simbol-simbol, tanda-tanda serta keterangan dalam skala
tertentu. Jadi secara umum peta topografi seperti yang diuraikan di atas dapat
dimasukkan dalam tipe peta mengenai kondisi permukaan tanah.
Peta yang baik biasanya dilengkapi dengan komponen-komponen peta, agar
peta mudah dibaca, ditafsirkan dan tidak membingungkan. Adapun komponen-
komponen yang harus dipenuhi dalam suatu peta antara lain:
1. Judul peta
2. Skala peta
3. Legenda atau keterangan.
4. Tanda arah atau orientasi
5. Simbol dan warna
6. Sumber dan tahun pembuatan peta
7. Proyeksi peta

2.3 Bentang Alam

2.3.1 Bentang Alam Fluvial


Bentang alam fluvial merupakan bentang alam yang terdiri di dalamnya
berhubungan dengan proses adanya air yang membentuk suatu morfologi di suatu
daerah tertentu.
contoh – contoh bentang alam fluvial antara lain :

 Meander
Belokan tajam pada sungai, biasanya terjadi pada dalam suatu rangkaian,
yang disebabkan karekteristik dari aliran air. Meander terbentuk pada aliran
endapan sedimen dan berhenti diatas aliran karena terhalang.

8
Gambar 0.1 Meander

 Stream divide
Stream divide merupakan pembagian arus sungai berdasarkan dasar sungai
dan arah alirannya tersebut. Pembagian tersebut, yaitu branch, beck, burn, creek,
kill, lick, rill, river syke, bayou, rivulet, run.

Gambar 0.2 Stream divide

 River terrace
River terrace merupakan teras sungai yang tampak sepanjang sisi lembah,
biasanya sejajar dengan tembok lembah. Kebanyakan terraces terbentuk ketika
erosi pada sungai meningkat dan melewati flood plain.

9
Gambar 0.3 River terrace

 Channel Bar dan Point Bar


Channel Bar adalah endapan sungai yang terdapat pada tengah alur sungai,
sedangkan Point Bar adalah endapan sungai yang terdapat pada tepi alur
sungai.

Gambar 0.4 Channel Bar & Point Bar

 Braided stream
Braided stream adalah arus yang mengalir pada beberapa terusan yang terbagi
dan yang bersatu. Braided stream terbentuk pada bagian hilir sungai yang
memiliki slope hampir datar-datar, alurnya luas, dan dangkal.

10
Gambar 0.5 Braided stream

 Alluvial fan
Alluvial fan berbentuk seperti kipas, merupakan akumulasi dari endapan
alluvial pada mulut jurang atau aliran anak sungai dengan arus utama.

Gambar 0.6 Alluvial fan

2.3.2 Bentang Alam Karst

11
Pengertian tentang topografi kars yaitu suatu topografi yang terbentuk pada
daerah dengan litologi berupa batuan yang mudah larut, menunjukkan relief yang
khas, penyaluran tidak teratur, aliran sungai secara tiba-tiba masuk ke dalam tanah
dan meninggalkan lembah kering dan muncul kembali di tempat lain sebagai mata air
yang besar.

Gambar 0.7 Bentang Alam kars

Faktor-faktor yang mempengaruhi Bentang Alam Karst :


1. Faktor Fisik
Faktor-faktor fisik yang mempengaruhi pembentukan topografi karst meliputi :
a. Ketebalan batugamping, yang baik untuk perkembangan karst adalah batu
gamping yang tebal, dapat masif atau yang terdiri dari beberapa lapisan dan
membentuk unit batuan yang tebal, sehingga mampu menampilkan topografi karst
sebelum habis terlarutkan.Namun yang paling baik adalah batuan yang masif, karena
pada batugamping berlapis biasanya terdapat lempung yang terkonsentrasi pada
bidang perlapisan, sehingga mengurangi kebebasan sirkulasi air untuk menembus
seluruh lapisan.
b. Porositas dan permeabilitas, berpengaruh dalam sirkulari air dalam batuan.
Semakin besar porositas sirkulasi air akan semakin lancar sehingga proses
karstifikasi akan semakin intensif.

12
c. Intensitas struktur (kekar),zona kekar adlah zona lemah yang mudah mengalami
pelarutan dan erosi sehingga dengan adanya kekar dalam batuan, proses pelarutan
berlangsung intensif. Kekar yang baik untuk proses karstifikasi adalah kekar
berpasangan (kekar gerus), karena kekar tsb berpasangan sehingga mempertinggi
porositas dan permeabilitas.Namun apabila intensitas kekar sangat tinggi batuan akan
mudah tererosi atau hancur sehingga proses karstifikasi terhambat.

2. Faktor Kimiawi
a. Kondisi kimia batuan, dalam pembentukan topografi kars diperlukan sedikitnya
60% kalsit dalam batuan dan yang paling baik diperlukan 90% kalsit.
b. Kondisi kimia media pelarut, dalam proses karstifikasi media pelarutnya adalah
air, kondisi kimia air ini sangat berpengaruh terhadap proses karstifikasi. Kalsit sulit
larut dalam air murni, tetapi mudah larut dalam air yang mengandung asam. Air
hujan mengikat CO2di udara dan dari tanah membentuk larutan yang bersifat asam
yaitu asam karbonat (H2CO3). Larutan inilah yang sangat baik untuk melarutkan
batugamping.

3. Faktor Biologi
Kalsit sulit larut dalam air murni, tetapi mudah larut dalam air yang
mengandung asam. Air hujan mengikat CO2di udara dan dari tanah membentuk
larutan yang bersifat asam yaitu asam karbonat (H 2CO3).Larutan inilah yang sangat
baik untuk melarutkan batugamping.

4. Faktor Iklim dan Lingkungan


Kondisi lingkungan yang mendukung adalah adanya lembah besar yang
mengelilingi tempat yang tinggi yang terdiri dari batuan yang mudah larut
(batugamping) yang terkekarkan intensif. Kondisi lingkungan di sekitar batugamping
harus lebih rendah sehingga sirkulasi air berjalan dengan baik, sehingga proses
karstifikasi berjalan dengan intensif.
Proses Pembentukan Topografi Karst
Kondisi batuan yang menunjang terbentuknya topografi karst ada 4, yaitu:

13
a. Mudah larut dan berada di atau dekat permukaan.
b. Masif, tebal dan terkekarkan.
c. Berada pada daerah dengan curah hujan yang tinggi.
d. Dikelilingi lembah

2.3.3 Bentang Alam Marine

Gambar 0.8 Bentang Alam Marine

1. Pengertian Bentuk Lahan Asal Proses Marine


Bentuk lahan asal proses marine dihasilkan oleh aktivitas/ gerakan air laut,
baik pada tebing, pantai berpasir, pantai berkarang, maupun pantai berlumpur.
Gerakan tersebut meliputi :
 Pasang surut, naik turunnya permukaan laut setiap 6 jam 12,5 menit sehingga
interval naik turun memerlukan waktu 12 jam 25 menit. Pasang surut ini
dapat mengerosi pantai apalagi kalu bersama – sama dengan gelombang /
ombak.
 Arus, aliran air laut yang disebabkan oleh angin, perbedaan suhu air laut dll.
 Ombak sesuai dengan arah angin dapat mengerosi pantai. (abrasi).

2. Pengertian Daerah Pantai


Berdasarkan tahap-tahap perkembangannya, karakteristik garis pantai dapat
dibedakan menjadi beberapa pengertian, yaitu:

 Pantai (Shore)

14
Shore adalah daerah peralihan antara permukaan air tertinggi dan terendah. Shore
line (garis pantai), jalur pemisah yang relatif berbentuk baris dan merupakan batas
antara daerah yang dicapai air laut dan yang tidak bisa dicapai.

 Garis Pantai (Shoreline)


Shoreline adalah garis yang membatasi permukaan daratan dan permukaan air.Garis
batas ini selalu berubah-ubah sesuai dengan permukaan air laut.Garis pantai tertinggi
terjadi pada saat terjadi pasang naik setinggi-tingginya, sedangkan garis pantai
terendah terjadi pada saat terjadi pasang surut serendah-rendahnya.

 Pantai Depan (Foreshore)


Foreshore adalah daerah sempit yang terdapat pada pantai yang terletak di antara
garis pasang naik tertinggi dengan garis pasang surut terendah.
 Pantai Belakang (Backshore)
Backshore adalah bagian dari pantai yang terletak di antara pantai depan (foreshore)
dengan garis batas laut tetap (coastline). Daerah ini hanya akan tergenang air apabila
terjadi gelombang pasang yang besar. Dengan demikian daerah ini akankering
apabila tidak terjadi gelombang pasang yang intensitasnya besar. Bentang alam
seperti ini biasanya terdapat pada daerah pantai yang terjal, misalnya di pantai selatan
Pulau Jawa.

3. Klasifikasi Pantai
Antara pantai yang satu dengan garis pantai yang lainnya mempunyai
perbedaan.Perbedaan dari masing-masing jenis pantai tersebut umumnya disebabkan
oleh kegiatan gelombang dan arus laut.
Menurut Johnson, pantai dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
1. Pantai yang Tenggelam (Shoreline of submergence)
Shoreline of submergence merupakan jenis pantai yang terjadi apabila
permukaan air mencapai atau menggenangi permukaan daratan yang mengalami

15
penenggelaman.Disebut pantai tenggelam karena permukaan air berada jauh di
bawah permukaan air yang sekarang.Untuk mengetahui apakah laut mengalami
penenggelaman atau tidak dapat dilihat dari keadaan pantainya.Naik turunnya
permukaan air laut selama periode glasial pada jaman pleistosin menyebabkan maju
mundurnya permukaan air laut yang sangat besar.Selain itu, penenggelaman pantai
juga bisa terjadi akibat penenggelaman daratan.Hal ini terjadi karena permukaan
bumi pada daerah tertentu dapat mengalami pengangkatan atau penurunan yang juga
dapat mempengaruhi keadaan permukaan air laut.Pengaruh ini sangat terlihat di
daerah pantai dan pesisir.
Pada bentang lahan yang disebabkan oleh proses geomorfologi, pantai yang
tenggelam dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Hal ini dapat dilihat dari bentuk
pantai yang berbeda sebagai akibat dari pengaruh gelombang dan arus laut.

4. Bentukan Lahan Asal Proses Marine


 Cliff
Pantai Cliff sering disebut dengan pantai yang menggantung. Terjadi karena
proses erosi oleh ombak air laut atau abrasi. Ombak yang terbentuk karena hembusan
angin menyebabkan air laut beriak dalam ukuran besar dan bergulung-gulung menuju
tepi pantai yang berbatasan langsung dengan pantai yang curam. Ombak ini
menghantam pantai yang curam setiap saat dan membuat pantai tersebut hancur
sedikit demi

 Pantai Compound
Pantai ini terjadi akibat dari terjadinya proses yang berulang kali mengalami
perubahan relatif muka air laut (naik dan turun). Pantai ini juga disebut sebagai
pantai majemuk.
Berdasarkan morfologinya daerah pesisir pantai dapat dikelompokkan menjadi
sebagai berikut :
 Pantai bertebing terjal (cliff)

Pantai bertebing terjal merupakan bentuk lahan hasil bentukan erosi


marin yang paling banyak terdapat. Bentukan dan roman cliff berbeda satu

16
d e n g a n y a n g l a i n n y a , k a r e n a d i p e n g a r u h i oleh struktur batuan, dan
jenis batuan serta sifat batuan. Cliff pada batuan beku akan lain dengan
cliff pada batuan sedimen. Pelapisan batuan sedimen misalnya akan berbeda
dengan pelapisan yang miring dan pelapisan mendatar. Sebatas daerah di
atas ombak, umumnya tertutup oleh vegatasi, sedangkan bagian bawahnya
umumnya berupa singkapan batuan. Aktivitas pasang surut Dan gelombang mengikis
bagian tebing, sehingga membentuk bekas-bekas abrasi seperti:
a. Tebing (cliff )
b. Tebing bergantung (notch)
c. Rataan gelombang pasang surut
d. Pantai bergisik

Pantai bergisik ini pada dasarnya merupakan daerah pasang surut yang
terdapat endapan material h a s i l a b r a s i . M a t e r i a l i n i d a p a t b e r u p a material
halus dan juga bisa berupa material yang kasar. Namun pantai bergisik tidak
saja terdapat pada pantai cliff, tetapi juga bisa terdapat pada daerah pantai yang
landai.Pada pantai yang landai material gisik ini kebanyakan berupa
pasir ,dansebagaian kecil berupa meterial dengan butiran kerikil sampai
yang lebih besar. Pada umumnya material pasir suatu gisik pantai berasal dari
daerah pedalaman yang di bawah air sungai ke laut,kemudian diendapkan oleh
arus laut sepanjang pantai. Gisik seperti ini dapat dijumpai di sekitar Muara sungai

 Pantai berawa payau

Rawa payau juga mencirikan daerah pantai yang tumbuh atau


akresi(accretion). Proses sedimentasi merupakan penyebab bertambahnyamajunya
pantai ke arah laut. Material penyusun umumnya berbutir halusdan medan ini
berkembang pada lokasi yang gelombangnya kecil atau terhalang serta
dengan kondisi air laut yang relatif dangkal. Karena airnya p a y a u , m a k a
d a e r a h i n i kemungkinan untuk pengembangannya sangat terbatas.Rawa
payau ini pada umumnya ditumbuhi oleh tumbuhan rawa payau seperti bakau,

17
nipah, dan tumbuh-tumbuhan rawa lainnya yang hidup di air payau.Tumbuhan bakau
ini dapat berfungsi sebagai pemecah g e l o m b a n g d a n s e b a g a i penghalang
pengikisan di pantai, sebaliknya sedimentasi bisa terjadi.Oleh karena itu
pantai mengalami akresi.Peranan b a k a u di dalam merangsang
p e r t u m b u h a n p a n t a i t e r b u k t i j e l a s j i k a bakaunya hilang/mati, ditebang
habis, maka yang terjadi adalah sebaliknya yaitu pantai mengalami erosi

5. Proses Terbentuknya Pantai


Tenaga yang mempengaruhi proses pembentukan pantai, baik secara langsung
maupun tidak langsung ada beberapa macam, yaitu gelombang laut, arus litoral,
pasang naik dan pasang surut, tenaga es, dan kegiatan organisme laut.
Gelombang Air Laut
Gelombang dapat terjadi dengan beberapa cara, misalnya longsoran tanah laut,
batu yang jatuh dari pantai curam, perahu atau kapal yang sedang lewat, gempa bumi
di dasar laut, dan lain sebagainya. Diantaranya adalah gelombang yang disebabkan
oleh angin. Angin akan berhembus dengan kencang apabila terjadi
ketidakseimbangan tekanan udara. Karena tekanan yang tidak sama di permukaan air
itulah yang menyebabkan permukaan air berombak. Adanya gelombang ini sangat
penting dalam perkembangan garis pantai.
Arus Litoral
Selain gelombang air laut, arus litoral juga merupakan tenaga air yang sangat
penting pengaruhnya dalam pembentuka garis pantai.Pengaruh arus litoral terhadap
perkembangan garis pantai dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tekanan atau
kekuatan angin, kekuatan gelombang laut, kedalaman air, dan bentuk pantainya.
Apabila bentuk pantainya landai dan proses pengendapannya cukup besar, maka arus
litoral mempunyai pengaruh yang sangat penting sebagai tenaga pengangkut. Pada
daerah pantai yang tersusun dari batuan yang tidak kompak, proses erosi akan
bekerja sangat intensif. Jika hasil pengendapan terangkut dari permukaan air yang
dangkal menuju permukaan air yang lebih dalam, maka arus litoral merupakan
tenaga yang sangat efektif dalam proses pengendapan di pantai.
Pasang Naik dan Pasang Surut

18
Pengaruh pasang-surut yang terpenting terhadap pembentukan pantai adalah
naik-turunnya permukaan air laut dan kekuatan gelombangnya. Apabila gelombang
besar terjadi pada saat pasang naik akan merupakan tenaga perusak yang sangat
hebat di pantai. Arus air yang ditimbulkan oleh pasang naik dan pasang surut akan
bergerak melalui permukaan terbuka dan sempit serta merupakan tenaga pengangkut
endapan daratan yang sangat intensif.
Tenaga Es
Pengaruh tenaga es yang terpenting yaitu adanya pengkerutan es dan pemecahan
atau pencairan es. Air yang berasal dari bawah akan naik dan mengisi celah-celah
dan akhirnya akan membeku. Apabila terjadi perubahan iklim, maka es akan mencair
sehingga permukaan airnya akan bertambah besar.
Organisme
Jenis binatang laut yang sangat penting dalam proses pembentukan garis pantai
beserta perubahannya salah satunya yaitu binatang karang. Binatang karang yang
paling banyak membentuk batuan karang ialah golongan polyps.Polyps merupakan
jenis binatang karang yang sangat kecil yang hidup dengan subur pada air laut yang
memiliki kedalaman antara 35-45 meter.
Jenis makhluk hidup lain yang berpengaruh pada perkembangan pantai ialah
tumbuh-tumbuhan ganggang (algae). Ganggang merupakan jenis mikro flora yang
dapat membantu pengendapan dari larutan yang mengandung kalsium karbonat
menjadi endapan kapur.

2.3.4 Bentang Alam Struktural

Bentang alam struktural dalah bentang alam yang pembentukkannya


dikontrol oleh struktur geologi daerah yang bersangkutan.Struktur geologi yang
paling banyak berpengaruh terhadap pembentukan morfologi adalah struktur geologi
sekunder, yaitu struktur yang terbentuk setelah batuan itu ada. Biasanya terbentuk
oleh adanya proses endogen yaitu proses tektonik yang mengakibatkan adanya
pengangkatan, patahan, dan lipatan, yang tercermin dalam bentuk topografi dan relief

19
yang khas. Bentuk relief ini akan berubah akibat proses eksternal yang berlangsung
kemudian.
Macam-macam proses eksternal yang terjadi adalah pelapukan (dekomposisi dan
disintegrasi), erosi (air, angin atau glasial) serta gerakan massa
(longsoran,rayapan,slump).
Kenampakan yang dapat digunakan dalam penafsiran bentang alam
structural.Pola pengaliran.Variasinya biasanya dikontrol oleh variasi struktur geologi
dan litologi pada daerah tersebut.Kelurusan-kelurusan (lineament) dari punggungan
(ridge), puncak bukit, lembah, lereng dan lain-lain.Bentuk – bentuk bukit, lembah
dll.Perubahan aliran sungai, misalnya secara tiba-tiba, kemungkinan dikontrol oleh
struktur kekar, sesar atau lipatan.

Gambar 0.9 Bentang Alam Strukturual

Macam-macam Bentang Alam Struktural

1. Bentang Alam dengan Struktur Mendatar (Lapisan Horizontal)

Dataran rendah, adalah dataran yang memiliki elevasi antara 0 – 500 kaki dari
muka air laut. Dataran tinggi (plateau), adalah dataran yang menempati elevasi lebih
dari 500 kaki di atas muka air laut, berlereng sangat landai atau datar berkedudukan
lebih tinggi daripada bentanglahan di sekitarnya

20
2. Bentang Alam dengan Struktur Miring

Cuesta, kemiringan antara kedua sisi lerengnya tidak simetri dengan sudut
lereng yang searah perlapisan batuan kurang dari 30o (Tjia, 1987).

Hogback : sudut antara kedua sisinya relatif sama, dengan sudut lereng yang searah
perlapisan batuan lebih dari 30o (Tjia, 1987). Hogback memiliki kelerengan scarp
slope dan dip slope yang hampir sama sehingga terlihat simetri

1. Bentang Alam Dengan Struktur Lipatan Lipatan terjadi karena adanya


lapisan kulit bumi yang mengalami gaya kompresi (gaya tekan). Pada suatu
lipatan yang sederhana, bagian punggungan disebut dengan antiklin,
sedangkan bagian lembah disebut dengan sinklin. Struktur antiklin dan
sinklin menunjam. Struktur ini merupakan kelanjutan atau perkembangan dari
pegunungan lipatan satu arah (cuesta dan hogback) dan dua arah (sinklin dan
antiklin). Bila tiga fore slope saling berhadapan maka disebut sebagai lembah
antiklin menunjam. Sedangkan bila tiga back slope saling berhadapan maka
disebut sebagai lembah sinklin menunjam. Kubah Bentang alam ini
mempunyai ciri-ciri kenampakan sebagai berikut :

Kedudukan lapisan miring ke arah luar (fore slope ke arah dalam).Mempunyai pola
kontur tertutup.Pola penyaluran radier dan berupa bukit cembung pada stadia muda.
Pada stadia dewasa berbentuk lembah kubah dengan pola penyaluran annular.
Cekungan Bentang alam ini mempunyai kenampakan sebagai berikut :

Kedudukan lapisan miring ke dalam (back slope ke arah dalam). Mempunyai pola
kontur tertutup.

Pada stadia muda pola penyalurannya annular. Bentang Alam dengan Struktur
Patahan
Patahan (sesar) terjadi akibat adanya gaya tekan yang bekerja pada kulit bumi,
sehingga mengakibatkan adanya pergeseran letak kedudukan lapisan batuan. Ada 3
jenis sesar (berdasarkan arah gerak relatifnya ), yaitu sesar geser, sesar naik dan sesar
turun.
Secara umum bentang alam yang dikontrol oleh struktur patahan sulit untuk

21
menentukan jenis patahannya secara langsung. Ciri umum dari kenampakan
morfologi bentang alam struktural patahan, yaitu :

Beda tinggi yang relatif menyolok pada daerah yang sempit. Mempunyai resisitensi
terhadap erosi yang sangat berbeda pada posisi/elevasi yang hampir sama. Adanya
kenampakan dataran / depresi yang sempit memanjang.Dijumpai sistem gawir yang
lurus (pola kontur yang panjang lurus dan rapat).Adanya batas yang curam antara
perbukitan / pegunungan dengan dataran yang rendah.Adanya kelurusan sungai
melalui zona patahan, dan membelok dengan tiba-tiba dan menyimpang dari arah
umum.

Sering dijumpai (kelurusan) mata air pada bagian yang naik / terangkat. Pola
penyaluran yang umum dijumpai berupa rectangular, trellis, dan contorted, serta
modifikasi dari ketiganya.

2.3.5 Bentang Alam Eolian

Bentang alam eolian merupakan bentang alam yang dibentuk karena aktivitas
angin.Bentang alam ini banyak dijumpai pada daerah gurun pasir.Gurun pasir sendiri
lebih diakibatkan adanya pengaruh iklim.Gurun pasir diartikan sebagai daerah yang
mempunyai curah hujan rata-rata kurang dari 26 cm/tahun.Gurun pasir tropik terletak
pada daerah antara 350 LU sampai 350 LS, yaitu pada daerah yang mempunyai
tekanan udara tinggi dengan udara sangat panas dan kering.Gurun pasir lintang
rendah terdapat di tengah-tengah benua yang terletak jauh dari laut atau terlindung

22
oleh gunung-gunung dari tiupan angin laut yang lembab sehingga udar yang
melewati gunung dan sampai pada daerah tersebut adalah udara yang kering.

Gambar 0.10 Bentang Alam Eolian

Proses-Poses Oleh Angin

Angin meskipun bukan sebagai agen geomorfik yang sangat penting (topografi yang
dibentuk oleh angin tidak banyak dijumpai), namun tetap tidak dapat
diabaikan.Proses-proses yang disebabkan oleh angin meliputi erosi, transportasi dan
deposisi.

1.Erosi oleh angin

Erosi oleh angin dibedakan menjadi dua macam, yaitu deflasi dan
abrasi/korasi. Deflasi adalah proses lepasnya tanah dan partikel-partikel kecil dari
batuan yang diangkut dan dibawa oleh angin. Sedangkan abrasi merupakan proses
penggerusan batuan dan permukaan lain oleh partikel-partikel yang terbawa oleh
aliranangin.

23
2.Transportasi olehangin

Cara transportasi oleh angin pada dasarnya sama dengan transportasi oleh air yaitu
secara melayang (suspension) dan menggeser di permukaan (traction). Secara umum
partikel halus (debu) dibawa secara melayang dan yang berukuran pasir dibawa
secara menggeser di permukaan (traction).Pengangkutan secara traction ini meliputi
meloncat(saltation)danmenggelinding(rolling).

3.Pengendapan oleh angin


Jika kekuatan angin yang membawa material berkurang atau jika turun
hujan, maka material-material (pasir dan debu) tersebut akan diendapkan.

Macam-MacamBentang Alam Eolian

Dilihat dari proses pembentukannya, bentang alam eolian dapat dikelompokkan


menjadi 2, yaitu bentang alam akibat proses erosi oleh angin dan bentang alam akibat
prose pengendapan oleh angin :

 Bentang alam Eolian Akibat Proses Erosi


 Bentang Alam Hasil Pengendapan Angin

2.3.6 Bentang Alam Glasial


Gletser merupakan massa es yang mampu bertahan lama dan mapu
bergerakkarena pengaruh gravitasi. Gletser terbentuk karena salju yang mengalami
kompaksi dan rekristalisasi. Gletser dapat berkembang di suatu tempat setelah
melewati beberapa periode tahun dimana es terakumulasi dan tidak melebur atau
hilang.

24
Gambar 0.11 Bentang Alam Glasial

Ada dua tipe bentang alam glasial :


 Alpine Glaciation → terbentuk pada daerah pegunungan.
 Continental Glaciation → bila suatu wilayah yang luas tertutup gletser.
Gletser terbentuk di daerah kutub yang tingkat peleburannya pada musim panas
sangat kecil. Gletser terbentuk oleh akumulasi es dengan faktor-faktor
pendukung sebagai berikut :
 Tingginya tingkat presipitasi
 Suhu lingkungan yang sangat rendah
 Pada musim dingin es terakumulasi dalam jumlah besar
 Pada musim panas tingkat peleburannya rendah
Benua Antartika menyimpan lebih dari 85 % cadangan es dunia, 10 % berada di
Greenland dan 5 % sisanya tersebar di tempat lain di seluruh dunia. Dari fakta ini
dapat disimpulkan bahwa Antartika menyimpan cadangan air dunia dalam jumlah
besar, sehingga bila es di Antartika meleleh maka muka air laut akan meningkat 60
meter (200 feet) yang dapat mngakibatkan banjir dan daratan tenggelam.
a. Proses Pembentukan Glatser
Snowfall terbentuk dari bubuk salju yang warnanya terang, dengan udara
yang terjebak diantara keenam sisinya (snowflakes). Snowflake akan
mengendap pada suatu tempat dan mengalami kompaksi karena berat
jenisnya dan udara keluar. Sisi-sisi snowflakes yang jumlahnya enam akan
hancur dan berkonsolidasi menjadi salju yang berbentuk granular (granular
snow) lalu mengalami sementasi membentuk es geltser (glacier ice). Transisi
dari bentuk salju menjadi gletser dinamakn firn.
glacial budget :
1. Positive budgetbila dalam periode waktu tertentu, jumlah gletser > es
yang meleleh/hilang.
2. Negative budget → bila terjadi penurunan volume gletser (menyusut).
b. Bentang alam karena proses erosi.
Bentang Alam Karena proses erosi yang berasosiasi dengan Alpine
Glaciation.

25
Glacier valley → berbentuk U karena proses glasial→ berbentuk V karena
erosi sungai
Lembah terbentuk karena sungai mengalami pelurusan oleh aliran air akibat
hantaman massa es yang tidak fleksibel.
c. Bentang Alam Karena Proses Pengendapan Gletser
1. Till
Merupakan batuan yang hancur dari dinding lembah yang terendapkan
mengisi valley glacier, berasal dari ice sheet membawa fragmen batuan
yang terkikis (fragmennya lancip) karena bertabrakan dan saling
bergesek dengan batuan lain. Berukuran clay-boulder, unsorted.
2. Erratic
Merupakan es berukuran boulder yang tertransport oleh es yang berasal
dari lapisan batuan yang jauh letaknya.
3. Moraines
Merupakan till yang terbawa jauh glacier dan tertinggal / mengendap
setelah glacier menyusut. Material-material lepas yang jatuh dari lereng
yang terjal sepanjang valley glacierterakumulasi pada sepanjang sisi es.
Lateral Moraines → Moraines yang tertimbun sepanjang sisi gletser
Medial Moraines → Gabungan anak-anak sungai yang dekat Lateral
Moraines membawa gletser turun sepanjang sisi till, dari atas tampak
seperti multilane highway (lintasan-lintasan pada daerah tinggi).
End Moraines → Tepi till yang tertimbun sepanjang sisi es, merupakan
terminus yang tersisa yang tetap selama beberapa tahun, mudah dilihat.
Valley glacier membentuk end moraines yang berbentuk seperti bulan
sabit.
Bentuk-bentuk End Moraines :
 Terminal Moraines → End Moraines yang terbentuk karena terminus
bergerak maju jauh dari es.
 Recessional Moraines → End Moraines yang terbentuk karena
terminus tidak mengalami perubahan (tetap).
 Ground Moraines → Till yang tipis, seperti lapisan-lapisan karena
batuan yang terseret aleh gletser lalu mengendap.
4. Drumlin
Merupakan ground moraines yang terbentuk kembali seperti alur-alur
sungai lembah till, bentuknya seperti sendok terbalik. Porosnya sejajar

26
dengan arah gerakan es. Dihasilkan oleh ice sheet yang tertransport jauh
dan terbentuk kembali menjadi endapan till setelah melalui lereng yang
dangkal.

2.3.7 Bentang Alam Denudasional


Denudasi adalah kumpulan proses yang mana, jika dilanjutkan cukup jauh,
akan mengurangi semua ketidaksamaan permukaan bumi menjadi tingkat dasar
seragam. Dalam hal ini, proses yang utama adalah degradasi, pelapukan, dan
pelepasan material, pelapukan material permukaan bumi yang disebabkan oleh
berbagai proses erosi dan gerakan tanah. Kebalikan dari degradasi adalah agradasi,
yaitu berbagai proses eksogenik yang menyebabkab bertambahnya elevasi
permukaan bumi karena proses pengendapan material hasil proses degradasi.
Proses yang mendorong terjadinya degradasi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Pelapukan, produk dari regolith dan saprolite ( bahan rombakan dan tanah)
2. Transport, yaitu proses perpindahan bahan rombakan terlarut dan tidak terlarut
karena erosi dan gerakan tanah.
a. Pelapukan
Pelapukan merupakan proses perubahan keadaan fisik dan kimia suatu
batuan pada atau dekat dengan permukaan bumi [tidak termasuk erosi dan
pengangkutan hasil perubahan itu]. Ketika batuan tersingkap, mereka akan
menjadi subjek dari semua hasil proses pemisahan / dekomposisi batuan
insitu.
Pemisahan batuan umumnya disebabkan karena pengaruh kimia, fisika,
organisme, ataupun kombinasi dari ketiganya.
Tipe proses pelapukan pada kenyataan dan tingkat aktivitasnya dipengauhi
oleh :
 Sort / pemilahan
 Iklim
 Topografi / morfologi
 Proses geomorfologi
 Vegetasi dan tata guna lahan
Pada iklim lembab dan hangat, yang dominan adalah pelapukan kimia.
Pada kondisi iklim kering pada musim baik kemarau maupun

27
penghujan, akan didominasi pelapukan fisika yang merata. Sedangkan
pada zona iklim dimana temperatur dan kelembaban dapat mendukung
kehidupan organisme, pelapukan biologilah yang mendominasi.
b. Erosi Air Permukaan
Erosi adalah suatu kelompok proses terlepasnya material permukaan bumi
hasil pelapukan yang dipengaruhi tenaga air, angin, dan es. Ini juga
termasuk perpindahan partikel dengan pemisahan karena pengaruh turunnya
hujan dan terbawa sepanjang aliran sebagaiman suatu arus melalui darat.
Ketika arus menjadi seragam secara relatif dan tipis [sempit], partikel
dipindahkan dari permukaan tanpa adanya konsentrasi erosi
Erosi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
 Erosi normal, terjadi secara alamiah dengan laju penghancuran dan
pengangkutan tanahnya sangat lambat sehingga memungkinkan
kesetimbangan antara proses penghancuran dan pengangkutan dengan
proses pembentukan tanah.
 Erosi dipercepat, terjadi akibat pengaruh manusia sehingga laju erosi
jauh lebih besar daripada pembentukan tanah.
Berdasarkan bentukannya, erosi dapat dibedakan menjadi 4 macam, antara
lain :
 Erosi percik, merupakan tahap pertama dari hujan yang menyebabkan
erosi. Erosi ini disebabkan oleh tenaga kinetis jatuhnya butir hujan ke
permukaan tanah. Erosi ini dapat menghancurkan porositas tanah
karena pori – pori tanah menjadi lebih kecil atau terjadi penyumbatan
pori – pori, sehingga daya infiltrasinya berkurang maka terjadilah
pelumpuran yang mengakibatkan penurunan daya infiltrasi lebih drastis
lagi. Dengan demikian akan memperbesar exsess aliran permukaan atau
yang dapat mengakibatkan terjadinya penggenangan pada topografi
datar atau terjadi aliran permukaan pada topografi miring. Selanjutnya
hal ini mengakibatkan terjadinya erosi lembar.
 Erosi lembar, adalah pengangkutan lapisan tanah yang merata tebalnya
dari suatu permukaan bidang tanah. Kekuatan jatuh butir hujan dan
aliran di permukaan merupakan penyebab utama erosi ini. Dari segi
energi, pengaruh butir hujan lebih besar karena kecepatan jatuhnya

28
sekitar 6 sampai 10 m/detik. Kehilangan lapisan atas yang subur
tersebut secara seragam, sehingga tidak kentara dan meliputi areal yang
luas. Proses erosi ini sangat berbahayakarena disadari adanya setelah
erosinya berjalan lanjut.
 Erosi alur, terjadi pada tanah yang tidak rata, maka air akan
terkonsentrasi dan mengalir pada tempat – tempat yang rendah sehingga
pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat – tempat tersebut.
Erosi ini biasa pada tanah – tanah yang biasa ditanami tanaman yang
ditanam berbaris menurut lereng. Apabila erosi alur tidak segera
ditanggulangi maka akan terjadi erosi parit.
 Erosi parit, prosesnya sama dengan erosi alur, tetapi saluran – saluran
yang terbentuk sudah dalam. Erosi parit yang terbentuk berukuran lebar
sekitar 40 cm dan kedalaman 25 cm, sedangkan yang lanjut dapat
mencapai kedalaman > 30 cm. Erosi ini dapat berbentuk V atau U,
tergantung dari kepekaan substratanya. Bentuk V lebih umum terjadi,
tetapi pada daerah yang substratanya mudah lepas akan membentuk
huruf U.
Faktor – faktor yang mempengaruhi erosi antara lain :
 Iklim
 Relief
 Vegetasi
Vegetasi akan berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Aspek
pengaruh tersebut adalah :
o Intersepsi hujan oleh tajuk, sehingga mengurangi jumlah hujan di
permukaan tanah.
o Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air.
o Pengaruj akar dan kegiatan biologi terhadap ketahanan struktur
tanah dan infiltrasi.
o Pengaruh terhadap porositas tanah menjadi lebih besar.
o Peristiwa transpirasi yang dapat mengurangi kandungan air tanah
sehingga yang datang kemudian dapat masuk ke dalam tanah lagi.
 Tanah
 Manusia

c. Gerakan Tanah

29
Gerakan tanah adalah perpindahan massa tanah atau batuan pada arah tegak,
datar, atau miring dari kedudukannya semula, yang terjadi bila ada
gangguan kesetimbangan pada saat itu.
Ada empat jenis utama gerakan massa :
1. Falls [runtuhan]
Ada 3 macam, yaitu :
 Runtuhan batuan
 Runtuhan tanah
 Runtuhan bahan rombakan
2. Lides [longsoran]
Ada 4 macam, yaitu :
 Nendatan [slump]
 Blok glide
 Longsoran batuan
 Longsoran bahan rombakan
3. Flows [aliran]
Ada 6 macam, yaitu :
 Aliran tanah
 Aliran fragmen batuan
 Sand run
 Loess flow [dry]
 Debris avalanche
 Sand flow dan Silt flow
4. Kompleks
Merupakan gabungan dari berbagai macam gerakan tanah, biasanya
satu macam gerakan tanah lalu diikuti oleh macam gerakan tanah yang
lain.
Gerakan tanah yang lain yaitu :
 Creep
 Amblesan \
Dengan demikian penyebab terjadinya gerakan tanah adalah :
o Kemiringan tanah
o Jenis batuan / tanah
o Struktur geologi
o Curah hujan
o Penggunaan tanah dan pembebanan massa
o Getaran
d. Beberapa bentuklahan degradasi
 Footslopes
 Inselberg/ pemandangan bersifat sisa
 Peneplain
e. Beberapa Bentuklahan Agradasi

30
 Kipas
 Lembah Infilled.

2.3.8 Bentang Alam Vulkanik


Bentang alam vulkanik adalah bentang alam yang proses pembentukannya
dikontrol oleh proses vulkanisme, yaitu proses keluarnya magma dari dalam bumi.
Bentang alam vulkanik selalu dihubungkan dengan gerak-gerak tektonik. Gunung-
gunung api biasanya dijumpai di depan zona penunjaman (subduction zone).

Gambar 0.12 Bentang Alam Vulkanik


a. Berdasarkan proses terjadinya ada tiga macam vulkanisme,yaitu :
1. Vulkanisme Letusan, dikontrol oleh magma yang bersifat asam yang
kaya akan gas, bersifat kental dan ledakan kuat. Vulkanisme ini biasanya
menghasilkan material piroklastik dan membentuk gunungapi yang tinggi
dan terjal.
2. Vulkanisme Lelehan, dikontrol oleh magma yang bersifat basa, sedikit
mengandung gas, magma encer dan ledakan lemah. Vulkanisme ini
biasanya menghasilkan gunungapi yang rendah dan berbentuk perisai,
misalnya Dieng, Hawai.
3. Vulkanisme Campuran, dipengaruhi oleh magma intermediet yang agak
kental. Vulkanisme ini menghasilkan gunungapi strato, misalnya Gunung
Merapi dan Merbabu.
b. Berdasarkan lokasi pusat kegiatan, Rittmann (1962) membuat klasifikasi
letusan gunungapi, yaitu :
1. Letusan pusat (terminal eruption), dimana lubang kepundan
merupakan saluran utama bagi peletusan.
2. Letusan samping (subterminal effusion), akan terbentuk apabila
magma yang membentuk sill sempat menerobos ke permukaan, pada
lereng gunungapi.

31
3. Letusan lateral (lateral eruption), dimana korok melingkar (ring dike)
dapat berfungsi sebagai saluran magma ke permukaan.
4. Letusan di luar pusat (excentric eruption), terjadi di bagian kaki
gunungapi, dengan sistem saluran magma tersendiri yang tak ada
kaitannya dengan lubang kepundan utama.

2.4 Pola Aliran Sungai

Dengan berjalannya waktu, suatu sistem jaringan sungai akan membentuk


pola pengaliran tertentu di antara saluran utama dengan cabang-cabangnya dan
pembentukan pola pengaliran ini sangat ditentukan oleh faktor geologinya. Pola
pengaliran sungai dapat diklasifikasikan atas dasar bentuk dan teksturnya. Bentuk
atau pola berkembang dalam merespon terhadap topografi dan struktur geologi
bawah permukaannya. Saluran-saluran sungai berkembang ketika air permukaan
(surface runoff) meningkat dan batuan dasarnya kurang resisten terhadap erosi.
Sistem fluviatil dapat menggambarkan perbedaan pola geometri dari jaringan
pengaliran sungai. Jenis pola pengaliran sungai antara alur sungai utama dengan
cabang-cabangnya di satu wilayah dengan wilayah lainnya sangat bervariasi. Adanya
perbedaan pola pengaliran sungai di satu wilayah dengan wilayah lainnya sangat
ditentukan oleh perbedaan kemiringan topografi, struktur dan litologi batuan
dasarnya. Pola pengaliran yang umum dikenal adalah sebagai berikut :

Gambar 0.12 Jenis-jenis Pola Aliran Sungai

32
2.4.1 Pola Aliran Dendritik

Pola aliran dendritik adalah pola aliran yang cabang-cabang sungainya


menyerupai struktur pohon. Pada umumnya pola aliran sungai dendritik dikontrol
oleh litologi batuan yang homogen. Pola aliran dendritik dapat memiliki
tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh jenis batuannya. Sebagai contoh sungai
yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang resisten terhadap erosi akan
membentuk tekstur sungai yang halus (rapat) sedangkan pada batuan yang resisten
(seperti granit) akan membentuk tekstur kasar (renggang). Tekstur sungai
didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan luas.

2.4.2 Pola Aliran Radial

Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar
secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak gunungapi atau bukir
intrusi. Pola aliran radial juga dijumpai pada bentuk-bentuk bentangalam kubah
(domes) dan laccolith..

2.4.3 Pola Aliran Rectangular

Pola rectangular umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadap


erosinya mendekati seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah
dengan sudut saling tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten terhadap erosi
sehingga memungkinkan air mengalir dan berkembang melalui kekar-kekar
membentuk suatu pola pengaliran dengan saluran salurannya lurus-lurus mengikuti
sistem kekar. Pola aliran rectangular dijumpai di daerah yang wilayahnya
terpatahkan.

2.4.4 Pola Aliran Trellis

33
Geometri dari pola aliran trellis adalah pola aliran yang menyerupai bentuk
pagar yang umum dijumpai di perkebunan anggur. Pola aliran trellis dicirikan oleh
sungai yang mengalir lurus di sepanjang lembah dengan cabang-cabangnya berasal
dari lereng yang curam dari kedua sisinya. Sungai utama dengan cabang-cabangnya
membentuk sudut tegak lurus sehingga menyerupai bentuk pagar. Pola aliran trellis
adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis) dan dikontrol oleh struktur
geologi berupa perlipatan sinklin dan antilin.

2.4.5 Pola Aliran Sentripetal

Pola aliran sentripetal merupakan ola aliran yang berlawanan dengan pola
radial, di mana aliran sungainya mengalir ke satu tempat yang berupa cekungan
(depresi). Pola aliran sentripetal merupakan pola aliran yang umum dijumpai di
bagian barat dan barat laut Amerika, mengingat sungai-sungai yang ada mengalir ke
suatu cekungan, di mana pada musim basah cekungan menjadi danau dan mengering
ketika musin kering. Dataran garam terbentuk ketika air danau mengering.

2.4.6 Pola Aliran Annular

Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya menyebar
secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah hilir aliran kembali
bersatu. Pola aliran annular biasanya dijumpai pada morfologi kubah atau intrusi
loccolith.

2.4.7 Pola Aliran Paralel (Pola Aliran Sejajar)

Sistem pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk oleh
lereng yang curam/terjal. Dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk
aliran-aliran sungainya akan berbentuk lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan

34
cabang-cabang sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran paralel terbentuk pada
morfologi lereng dengan kemiringan lereng yang seragam.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Geomorfologi Regional

Pulau Sulawesi mempunyai luas sekitar 172.000 km2, dan bila digabung
dengan pulau-pulau kecil di sekitarnya kira-kira 188.000 km2. Bentuknya
menyerupai huruf K dengan empat cabang atau lengan yang sempit, dipisahkan oleh
teluk-teluk yang dalam, dan menyatu dibagian tengah pulau.

Pulau Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda dengan pulau lainnya.


Apabila melihat busur-busur disekelilinya Benua Asia, maka bagian concaxnya
mengarah ke Asia tetapi Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang justru concaxnya
yang menghadap ke Asia dan terbuka ke arah Pasifik, oleh karena itu Pola Sulawesi
sering disebut berpola terbalik atau invertedarc.
(Van Bemmenlen, 1949).

35
Pulau Sulawesi terletak pada zone peralihan antara Dangkalan Sunda dan
dangkalan Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagi antara dibatasi oleh
Basin Sulawesi (5000–5500 m). Di bagian Timur dan Tenggara dibatasi oleh laut
Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan kedalaman mencapai 4500–5000 m.
Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh Palung Makasar (2000-2500 m).
Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan dan dataran rendah yang terdapat
secara sporadik, terutama terdapat disepanjang pantai. Dataran rendah yang relatif
lebar dan padat penduduknya adalah dibagian lengan Selatan.
Berdasarkan orogenesenya dapat dibagi kedalam tiga daerah (Van Bemmelen, 1949).
Sebagai berikut :
A. Orogenesa dibagian Sulawesi Utara
Meliputi lengan Sulawesi Utara yang memanjang dari kepulauan Talaud
sampai ke Teluk Palu – Parigi. Daerah ini merupakan kelanjutan kearah
Selatan dari Samar Arc. Termasuk pada daerah ini adalah Kepulauan
Togian, yang secara geomorfologis dikatakan sebagai igir Togian (Tigian
Ridge). Daerah orogenese ini sebagain termasuk pada innerarc, kecuali
kepulauan Talaud sebagai Outer Arc.
B. Orogenese dibagian Sulawesi Sentral Dibagian sentral ini terdapat tiga
struktur yang menjalur Utara – Selatan sebagai berikut :
1. Jalur Timur disebut Zone Kolonodale
Jalur Timur terdiri atas lengan timur dan sebagian yang nantinya
bersambung dengan lengan Tenggara. Sebagai batasnya adalah garis
dari Malili – Teluk Tomori. Daerah ini oleh singkapan-singkapan
batuan beku ultra basa.

2. Jalur Tengah atau disebut Zone Poso


Jalur Tengah atau Zone Poso, batas Barat jalur ini adalah Medianline.
Zona ini merupakan Graben yang memisahkan antara Zona Barat dan
Timur. Dibagian Utara Zone ini terdapat Ledok Tomini dan di
Selatannya terdapat Ledok Bone. Daerah ini ditandai oleh mayoritas
batuan Epi sampai Meso metamorfik crystalline schist yang kaya akan
muscovite.

36
3. Jalur Barat atau disebut Zona Palu
Jalur Barat atau Zona Palu, ditandai oleh terdapat banyaknya batuan
granodiorite, crystalline schist yang kaya akan biotite dan umumnya
banyak ditemui juga endapan pantai. Zona ini dibagian Utara dibatasi
oleh Teluk Palu– Parigi, di Selatan dibatasi garis dari Teluk Mandar–
Palopo. Dari Teluk Mandar–Palopo ke arah selatan sudah termasuk
lengan Selatan Sulawesi. Daerah jalur Barat ini merupakan
perangkaian antara lengan Utara Zone Palu dan lengan selatan
merupakan satuan sebagain Inner Arc.

C. Orogenese dibagian Sulawesi Selatan Secara garis besar tangan selatan


Sulawesi merupakan kelanjutan Zone Palu (Zone bagian barat Sulawesi
Tengah) dan Lengan tenggara merupakan kelanjutan dari Lengan Timur
Sulawesi (Zone Kolonodale). Secara Stratigrafi antara lengan selatan dan
lengan tenggara banyak memiliki kesamaan, begitu juga antara Zone Palu
Lengan Utara dengan Zone Kolonodale Lengan Timur dilain Pihak.
Walaupun demikian diantaranya terdapat perbedaan-perbedaan sebagai
contoh bagian ujung selatan (di Selatan D. Tempe) banyak kesamaannya
dengan Pulau Jawa dan Sumatera sedangkan ujung selatan lengan tenggara
lebih banyak kesamaannya dengan Boton Archipelago dan Group Tukang
Besi.

3.2 Geomorfologi Lokal


Lokasi pemetaan geomorfologi berada di Wilayah Tondo Kecamatan
Mantikulore dengan luas ± 25.000.000 m2. Kota Palu merupakan pusat percabangan
lengan-lengan Sulawesi Tengah. Secara geomorfologi, bukit-bukit pada daerah ini
adalah Perbukitan bakuganda dan bukit guntarano yang awalnya merupakan suatu
bukit yang terisolasi, yang dikelilngi dengan endapan, dimana umur batuan pada
bukit ini lebih tua dari pada bukit di sekelilingnya.
Pada pemetaan geomorfologi di daerah Sulawesi Tengah tepatnya di
Wilayah Tondo Kecamatan Mantikulore, dengan luas pemetaan 5 x 5 km, Dari hasil
pemetaan geomorfologi di Wilayah Tondo, dapat diketahui wilayah ini memiliki tiga
satuan geomorfologi berdasarkan satuan geomorfologi Struktural Gawir

37
bergelombang, satuan geomorfologi denudasional bergelombang, dan satuan
geomorfologi Pedataran fluvial.

3.2.1 Satuan Geomorfologi Perbukitan Struktural Gawir Bergelombang


Di daerah ini banyak ditemukan proses tektonik akibat tenaga endogen,
sehingga membentuk gawir pada perbukitan, proses Struktural nya sangat
dipengaruhi oleh tipe material batuan metamorfik (metamorf), luas daerah
bentang alam Struktural ini ± 16.688,32 m², memiliki beda tinggi 100-400 m,
dan proses Tektonik. Karakteristik bentang alam ini memiliki sudut lereng
sebesar 10% dan beda tingginya 400 m. Puncak pada bentang alam struktural
ini cembung, dan stadia daerahnya muda menjelang dewasa. Kemudian
ketebalan soil pada bentang alam ini sekitar > 2 m, litologi penyusun batuan
dibentang alam ini yaitu batuan metamorf dan struktur geologinya terdapat
kekar buka, kekar gerus, lipatan dan sesar. Setelah itu di daerah ini terdapat
sungai dengan profil lembah menyerupai huruf V-U yang berbentuk lurus,
kemudian stadia sungainya dewasa yang berjenis episodis dengan pola aliran
sungai yaitu sub parallel dan tipe genetik sungai ini yaitu konsekuen. Pada
satuan geomorfologi yang terdapat didaerah ini di manfaatkan untuk lahan
yaitu hutan dan perkebunan.

Gambar 1.1 Satuan Geomorfologi Perbukitan Struktural Gawir Bergelombang

3.2.2 Satuan Geomorfologi Perbukitan Denudasional Bergelombang


Satuan geomorfologi perbukitan di daerah Tondo dengan luas
± 26.792,14 m2 dengan ketinggian tempat 5-100 m, dan proses pelapukan
yang dipengaruhi oleh iklim dan vegetasi, erosi vertikal. Daerah ini beriklim

38
tropis sehingga pada saat datangnya hujan batuan mudah lapuk, vegetasi
masuknya akar pepohohan kedalam batuan mengakibatkan batuan menjadi
retak, erosi oleh air yang mengalir dipermukaan tanah dilereng perbukitan
dan membentuk huruf U erosi ini disebut gully erosi. Karakteristik dari
Perbukitan denudasional ini mempunyai sudut lereng sebesar 7% dengan
beda tinggi 100 m, perbukitan ini mempunyai bentuk puncak tumpul dan
stadia daerah pada perbukitan tersebut yaitu dewasa. Perbukitan denudasional
ini memiliki ketebalan soil < 2 m, litologi penyusun batuannya yaitu batuan
batu pasir, dan pada perbukitan denudasional ini juga terdapat sungai yang
menyerupai huruf U yang berbentuk lurus, stadia sungainya yaitu dewasa,
jenis sungainya periodis karena air yang mengalir pada sungai ini hanya ada
pada saat musin hujan, pola aliran sungai tersebut yaitu sub parallel karena
sungainya berbentuk lurus dan tipe genetik dari sungai ini yaitu konsekuen.
Di daerah tersebut di manfaatkan untuk lahan pemukiman, perkebunan, dan
sawah.

BAB IV

Gambar 1.2 Satuan Geomorfologi Perbukitan Denudasional Bergelombang

3.2.3 Satuan Geomorfologi Pedataran Fluvial


Satuan Geomorfologi Pedataran fluvial yang terdapat di daerah Tondo
memiliki luas sekitar ± 7.124,11 m2 dan tidak memiliki beda tinggi. proses
yang terjadi di daerah ini disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang
merupakan air yang mengalir secara terpadu, maupun air yang tidak

39
terkonsentrasi. Proses fluvial akan menghasilkan suatu satuan geomorfologi
yang khas sebagai akibat tingkah laku air yang mengalir dipermukaan. Satuan
geomorfologi yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi maupun karena
proses sedimentasi yang dilakukan oleh air permukaan. Karakteristik pada
daerah pedataran fluvial ini tidak memiliki sudut lereng (2%), beda tinggi 0 -5
m, bentuk puncak datar dan stadia daerah dewasa, litologi penyusun
batuannya yaitu aluvial dan tidak terdapat struktur geologi. Didaerah ini juga
terdapat sungai yang menyerupai huruf U yang bentuknya lurus, stadia pada
sungai ini yaitu dewasa yang berjenis periodis karena air yang mengalir pada
sungai ini hanya ada pada saat musin hujan, pola aliran sungai tersebut yaitu
sub parallel karena sungainya berbentuk lurus dan tipe genetik dari sungai ini
yaitu konsekuen. Pemanfaatan lahan pada daerah ini yaitu pemukiman irigasi
persawahan dan perkebunan.

Gambar 1.3 Satuan Geomorfologi Pedataran Fluvial

3.2.4 Pola Aliran Sungai


Pada pementaan geomorfologi di Wilayah Tondo Kecamatan
Mantikulore, dari hasil pemetaan di lapangan dapat diketahui pola aliran
sungai di wilayah taipa yaitu Sub Parallel, dimana anak sungai utama saling
sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada sungai-sungai utama dengan sudut
lancip atau langsung bermuara ke laut. Sistem pola aliran sungai sub paralel
adalah suatu sistem aliran yang terbentuk oleh lereng yang curam/terjal,

40
dikarenakan morfologi lereng yang terjal maka bentuk aliran-aliran sungainya
akan berbentuk lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan cabang-cabang
sungainya yang sangat sedikit. Pola aliran paralel terbentuk pada morfologi
lereng dengan kemiringan lereng yang seragam. Pola aliran parallel kadang
kala mengindikasikan adanya suatu patahan besar yang memotong daerah
yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang curam.

Gambar 1.4 Jenis Pola Aliran Sungai Sub Paralel

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

41
Berdasarkan hasil praktikum Pemetaan Geomofologi, maka dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa di wilayah daerah Tondo Kecmatan Mantikulore kota palu
Sulawesi Tengah, memiliki satuan geomorfologi Struktural Gawir bergelombang
dengan luas daerah ± 16.688,32 m² dan memiliki kemiringan 10% sedangkan beda
tingginya 400 m. satuan geomorfologi denudasional bergelombang dengan luas
daerah ± 26.792,14 m2 dan memiliki kemiringan 7% sedangkan beda tingginya 100
m. Dan satuan geomorfologi Pedataran Fluvial dengan luas ± 7.124,11 m2.

Pada lokasi pemetaan geomorfologi ini juga terdapat sungai besar dengan
stadia sungai dewasa dan litologi penyusun batuan di daerah ini di dominasi batuan
metamorf dan sedimen.

4.2. Saran

Untuk pengembangan pembuatan laporan kedepan nya. Saran yang sangat


dapat membantu pembuatan Laporan Pratikum Pemetaan Geomorfologi yang akan
datang, yaitu :

 Perlunya perencanaan yang sangat matang dalam melakukuan Pemtaan


Geomorfologi yang akan di lakukan di daerah tersebut agar data-data yang di
hasilkan efektik pada saat pembutan laporan pratikum.

 Untuk mengoptimalkan pada saat pembuatan laporan partikum di harapkan


sarana dan prasarana yang memadai.

42

Anda mungkin juga menyukai