Disusun oleh:
Ahmad Syauqi (1606951153)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Mha Esa karena kami bisa
menyelesaikan Makalah Reverse Osmosis ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Prof. Setjo Bismo selaku dosen mata kuliah
Perpindahan Massa karena telah membantu kami dan memberikan ilmu kepada kami mengenai
praktikum ini, selain itu kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan makalah ini
Makalah ini penulis buat untuk pembaca agar pemabaca dapat menerima informasi yang
ingin penulis sampaikan.
Penulis
November 2017
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Membran merupakan suatu selaput atau film tipis yang bertindak sebagai pembatas selektif
antar dua fasa atau lebih oleh sebab sifat semipermeable yang dimilikinya. Secara fisik membrane
dapat berwujud cair atau gas, fungsinya sebagai agen pemisah dengan selektifitas berdasarkan
perbedaan koefisien difusifitas, potensial listrik atau solubilitas. Gaya dorong proses pemisahan
melalui membrane antara lain perbedaan gaya tekan, konsentrasi temperature atau potensial listrik.
Tabel 1. Proses pemisahan dengan membran berdasarkan gaya dorongnya
Beda Tekanan Beda Konsentrasi Beda Temperatur Beda Potensial Listrik
Mikrofiltrasi Pervaporasi Thermo osmosis Elektrodialisis
Ultrafiltrasi Pemisahan gas Distilasi membran Elektro-osmosis
Nanofiltrasi Permeasi uap Membran elektrolisis
Reverse osmosis Dialisis
Piezodialisis Dialisis –difusi
Carrier- mediated
transport
Membran memfasilitasi zat secara spesifik untuk berpindah dari satu sisi ke sisi yang
lainnya. Gambar 1 memperlihatkan bahwan membrane yang menggunakan beda tekan
sebagai driving force memiliki selektivitas berdasarkan besarnya pori. Reverse osmosis
memiliki pori terkecil sehingga hanya air (molekul dalam ukuran nanometer) yang dapat
melewati membrane tersebut.
Gambar 1. Selektivitas molekul pada membrane dengan beda tekan sebagai driving force
Makalah Perpindahan Massa 2017
6|Page
Pada sistem pengolahan air, kedua fase diantara membran adalah fase cair untuk
memfilter molekul, ion, atau partikel padat terlarut. Air yang akan difilter oleh membran
biasanya disebut “feed-stream” dan air bersih yang sudah difilter disebut “permeate”,
sedangkan air yang mengandung kotoran partikel disebut “retentate” atau “concentrate”.
Membran terdiri atas 2 jenis: membran biologis dan membran sintetis.
Membran sintetis dibuat oleh manusia untuk kepentingan pemisahan (filtration) baik
dilaboratorium atau industri, bisa juga disebut membran artifisial.
Sejak pertengahan abad kedua puluh, membran sintetis banyak digunakan untuk
kepentingan proses industri skala kecil atau besar. Membran diproduksi dari material organik
seperti polimer ataupun material anorganik, dan saat ini yang paling banyak diproduksi dan
digunakan adalah jenis membran polimer, yang dapat dibedakan berdasarkan kimia
permukaan (surface chemistry), struktur bulk (bulk structure), morfologi, dan metode
produksi. Karakteristik kimia dan fisika pada membran sintetis dan partikel yang difilter
menentukan pemilihan gaya dorong (driving force).
Untuk proses pemisahan menggunakan membran umumnya menggunakan gaya
dorong tekanan (pressure driving force) dan perbedaan konsentrasi (concentration gradients
driving force), yang disebut filtrasi membran atau “membrane filtration”. Teknik pemisahan
yang biasa menggunakan filtrasi membran adalah sebagai berikut:Microfiltration,
Ultrafiltration, Nanofiltration, Reverse Osmosis, Electrolysis, Dialysis, Electrodialysis, Gas
Separation, Vapor Permeation, Pervaporation, Membrane Distillation,dan Membrane
Contactors.
Semua teknik pemisahaan diatas tidak terjadi perubahan fase kecuali pada
pervaporation (perubahan fase cair menjadi fase gas). Untuk pengolahan air, yang paling
banyak digunakan adalah teknik pemisahan microfiltration, ultrafiltration, nanofiltration, dan
reverse osmosis. Keempat teknologi filtrasi membran ini menggunakan gaya dorong tekanan
(pressure driven). Perbedaannya adalah kemampuannya dalam memfilter partikel dalam air
berdasarkan ukurannya (lihat gambar dibawah).
Page|7
(a) (b)
Dimana: J = flux
C= konsentrasi
𝑣 = volume molar partial
T= suhu air
P= tekanan
𝜋= tekanan osmotic
z= ketebalan membrane
D= Diffusivitas
S= Solubility
w= water
s= solute
Rumus flux air dan flux padatan digunakan untuk mengetahui jumlah volume air
bersih dan air kotor yang keluar dari alat RO. Dimana setelah mendapatkan flux kita bisa
menhitung nilai dari solute rejection (R) atau air kotor dan solute passage (SP) (mineral pada
air bersih)
𝑠
𝑅 = [1 + (𝐷2𝑚 𝐾2 𝑅𝑇𝐶1𝑙 )/(𝐷1𝑚 𝐶1𝑚 Ṽ1 (𝛥𝑝 − 𝛥𝜋)]−1
𝑆𝑃 = 1 − 𝑅
1.4 Air Sungai Cipinang
Sungai Cipinang merupakan salah satu dari 13 Sungai di DKI Jakarta yang mengalir
melewati Kotamadya Jakarta Timur dengan hulu sungai Situ Jatijajar Kotamadya Depok dan
bermuara di Sungai Sunter. DAS Sungai Cipinang meliputi 5 wilayah kecamatan di Kotamadya
Jakarta Timur Yaitu Kecamatan Pasar Rebo, Kecamatan Ciracas, Kecamatan Kramat Jati,
Kecamatan Makasar dan Kecamatan Jatinegara. Kali Cipinang di Jakarta panjangnya 37,68
kilometer (23,41 mi), dengan Daerah Pengaliran Sungai (DPS) seluas 57,45 km². Curah hujan
harian rata-rata sebesar 136 mm, dan debit puncak 85 m³.
Sungai ini mengalir di wilayah barat laut pulau Jawa yang beriklim hutan hujan
tropis. Suhu rata-rata setahun sekitar 28 °C. Bulan terpanas adalah September, dengan suhu
rata-rata 31 °C, and terdingin Mei, sekitar 26 °C. Curah hujan rata-rata tahunan adalah
3674 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah Desember, dengan rata-rata 456 mm,
dan yang terendah September, rata-rata 87 mm.
Karena Sungai Cipinang melewati 5 wilayah kecamatan dan sesuai dengan rencana
yang ingin diajukan oleh pemerintah kota Jakarta, air sungai cipinang perlu melalui berbagai
proses yang dapat meningkatkan kualitas airnya sehingga layak minum untuk penduduk
sekitar.
BAB II
ISI
Dahulu airnya bersih dan oleh penduduk setempat menjadi tempat mandi. Lebarnya
pernah mencapai enam sampai tujuh meter dengan kedalaman tiga sampai empat meter,
sehingga terlalu dalam untuk diseberangi dengan berjalan kaki.
Namun, kondisinya saat ini berubah. Sepuluh tahun belakangan sisi kiri dan kanan
tepian Kali Cipinang sesak jadi permukiman. Warga mengokupasi tepian kali untuk jadi
tempat tinggal sampai membangun kontrakan-kontrakan dan jadi permukiman padat. Kali
Cipinang akhirnya jadi sempit dan tidak diperhatikan lagi. Air kali tersebut tidak bersih seperti
dulu, berubah jadi hitam tercemar berbagai limbah. Menurut warga banjir paling parah terjadi
pada tahun 2015. Pada bulan Januari 2017 sesudah dimulainya proses normalisasi, sudah lebih
baik, tapi masih banjir.
Table hasil kajian BR PAM pada tahun 2012 mengenai kualitas air kali Cipinang
1.
2.
3.
4.
5.
P a g e | 11
Untuk menjadikan suatu air layak konsumsi, terdapat beberapa persyaratan dari
berbagai aspek. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan
untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.
Parameter kualitas air bersih yang ditetapkan dalam PERMENKES 416/1990 terdiri atas
persyaratan fisik, persyaratan kimiawi, persyaratan mikrobiologis.
Persyaratan Fisik
Persyaratan fisik yang harus dipenuhi pada air minum yaitu harus jernih, tidak berbau,
tidak berasa dan tidak berwarna. Sementara suhunya sebaiknya sejuk dan tidak panas. Selain
itu, air minum tidak menimbulkan endapan. Jika air yang kita konsumsi menyimpang dari hal
ini, maka sangat mungkin air telah tercemar.
Persyaratan Kimia
Dari aspek kimiawi, bahan air minum tidak boleh mengandung partikel terlarut dalam
jumlah tinggi serta logam berat (misalnya Hg, Ni, Pb, Zn,dan Ag) ataupun zat beracun seperti
senyawa hidrokarbon dan detergen. Ion logam berat dapat mendenaturasi protein, disamping
itu logam berat dapat bereaksi dengan gugus fungsi lainnya dalam biomolekul. Karena
sebagian akan tertimbun di berbagai organ terutama saluran cerna, hati dan ginjal, maka
organ-organ inilah yang terutama dirusak
Persyaratan Mikrobiologis
Bakteri patogen yang tercantum dalam Kepmenkes yaitu Escherichia Colli, Clostridium
Perfringens, Salmonella. Bakteri patogen tersebut dapat membentuk toksin (racun) setelah
periode laten yang singkat yaitu beberapa jam. Keberadaan bakteri Coliform (E.Coli tergolong
jenis bakteri ini) yang banyak ditemui di kotoran manusia dan hewan menunjukkan kualitas
sanitasi yang rendah dalam proses pengadaan air. Makin tinggi tingkat kontaminasi bakteri
Makalah Perpindahan Massa 2017
12 | P a g e
coliform, makin tinggi pula risiko kehadiran bakteri patogen, seperti bakteri Shigella
(penyebab muntaber), S. Typhii (penyebab Typhus), Kolera, dan Disentri.
Dari persyaratan tersebut, terdapat parameter untuk mengukur kelayakan suatu air minum
3. Parameter tambahan
Jika dibandingkan dengan parameter air layak minum yang telah ditetapkan, hasil
uji sample air suga cipinang masih tergolong kurang layak. Maka perlu dilakukan
treatment untuk menjadikan air sungai cipinang menjadi air layak konsumsi.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa spesifikasi membrane RO memiliki spesifikai
ukuran pori sebesar 0.0001 mikron, sehingga diperlukan perlakuan terhadap air sungai yang
masih mengandung partikulat – partikulat besar yang dapat mempengaruhi umur dan
membran membran. Metode perlakuan atau treatment air sangat beragam metodenya sehingga
pemilihannya dapat disesuaikan berdasarkan kondisi lingkungan. Perlakuan atau treatment
yang kami pilih ini diharapkan dapat diaplikasikan di skala rumah tangga.
Tujuan utama perlakuan air sungai ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar
di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa
organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam dan
membantuu kerja alat system RO dalam pemurnian air.
P a g e | 15
1. Pre-Treatment
Pre-Treatment adalah pengolahan sebelum pengolahan utama yang bertujuan
untuk meringankan bebean pengolahan utama agar, pada pengolahan menggunakan
membran, membran tidak cepat rusak dan dapat bekerja secara baik. Pre-treatment
mengurangi material-material yang berukuran besar seperti lumpur, padatan-padatan ,
pasir, dll
Gambar 7 Membran RO
3. Post-Treatment
Post-Treatment adalah pengolahan setelah membran hal ini berfungsi yntuk
meningkagtkan kualitas air minum yang sudah melewati proses membran, seperti
misalkan untuk membunuh virus dengan menggunkan UV atau menghilangkan bau
dengan karbon aktif dan lain sebagainya
Pemilihan desian sistem yang diusulkan adalah seperti diatas yaitu ada 3 pre-
treatment yang digunakan apabila air sudah memiliki kandungan yang wajar, seperti
Makalah Perpindahan Massa 2017
20 | P a g e
tidak ada lagi lumpur dan padatan besar lainnya, ketiga pre-treatment itu adalah pre-
sediment filter, dan 2 pre-Carbon filter. Lalu air memasuki membra RO hingga
kualitas air yang dihasilkan dapat dikonsumsi lalu air masuk ke post-carbon filter
setelah itu apabil keran air untuk minum belum dibuka air akan mengalir ke
tanki.pada top tanki dipasang LSH (Level sewitch High) hal ini ditujukan untuk
meniadakan kemungkinan terjadinya overflow pada tanki, LSH bekerja pada rentang
1,5 - 2 bar(a) LSH akan mematikan pompa booster sehingga aliran air masuk ke
sistem RO akan terhenti.
P a g e | 21
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan studi kasus terhadap air Sungai Cipinang menjadi air minum dengan
dengan Reverse Osmosis agar layak untuk diminum harus memiliki nilai TDS sebesar <
50 ppm .
DAFTAR PUSTAKA
http://lpt.lanxess.de/uploads/tx_lxsmatrix/01_lewabrane_manual_ro_theory_0 1.pdf,
dikases pada tanggal 1 November 2017
https://www.dow.com/webapps/lit/litorder.asp?filepath=liquidseps/pdfs/noreg/ 609-
02003.pdf, dikases pada tanggal 29 Oktober 2017
http://yukiwaterfilter.com/en/detail-berita-117-kriteria-air-minum-yang-layak-untuk-
dikonsumsi.html, diakses pada tanggal 29 November 2017
https://lingkunganhidup.jakarta.go.id/Docs/Lap_SLHD/Lap_2C-1.htm, diakses pada
tanggal 28 November 2017.
Suhendar, I Sachoemar dan Heru Dwi Wahyono. Status Perairan Umum dan Air Tanah di
Wilayah Jakarta. Penelitian BPPT. JAI Vol. 3 No 2 tahun 2007.