Anda di halaman 1dari 3

Resume

SISTEM BAGI HASIL DI JAWA TENGAH


Penelitian Hukum Pemilikan Tanah di Sebuah Daerah Pertanian yang
Penduduknya Sangat Padat.
Oleh : Warner Roell

Sistem bagi hasil atau bagi garap merupakan sebuah salah ‘aktivitas’
pertanian yang memainkan peran penting, seperti halnya di negara-negara Asia
Selatan dan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Dalam perkiraan resmi, jumlah
penggarap bagi hasil di antara petani lebih dari 50% dan hasil yang mereka terima
kebanyakan hanya 30% sampai 40%.
Daerah penelitian yang dikembangkan di bacaan buku Modul Praktikum
Sosiologi Umum adalah terletak antara kota Yogyakarta dan Surakarta yang
termasuk daerah dengan terpadat penduduknya di pulau Jawa. Kepadatan
penduduk ini disebabkan oleh semakin buruknya struktur sosio-ekonomi-usaha
transmigrasi yang dihambat, sehingga tidak berhasil meringankan masalah
tersebut.
Di daerah penelitian tersebut kebetulan dekat dengan gunung berapi Merapi
yang masih aktif (barat laut), dataran Baturagung di Gunung Kidul (selatan). Dan
bentuk pertanian yang terdapat di sana umumnya adalah Persawahan. Namun,
banyak sekali beberapa masalah atau kendalanya-seperti tingkat teknik produksi,
tidak ada mekanisasi, kerja manual yang masih banyak dipakai, kurangnya modal,
dan tawaran berlebihan akan sarana produksi.
Kemudian jika kita menilik kembali sistem garap, ada bermacam-macam
penggarap yang terutama dari kelompok pedesaan bawah :
1. (Pe)tani setengah kenceng, yaitu pemilik rumah dan pekarangan.
2. (Pe)tani ngindung, yaitu pemilik rumah di pekarangan yang dimiliki orang
lain.
3. (Pe)tani templek, yaitu tidak memiliki tanah, menikah dan memiliki rumah
tangga sebdiri, menjalankan rumah tangganya secara mandiri di pekarangan
yang dimiliki orang lain atau disebut pula petani petani penumpang.
4. (Pe)tani tlosor, yaitu orang hidup pada sebuah keluarga, tidak memiliki tanah
ataupun tempat tinggal atau disebut petani penumpang.
Sedangkan untuk sistemnya sendiri adalah : Sistem maro (garap
separuh, agi separuh), sistem mertelu (bagi tiga garapan: bagi tiga hasil), dan
sistem mrapat (bagi empat garapan: bagi empat hasil).
Kemudian, di Asia Tenggara sendiri terkenal sebuah praktek transaksi tebasan
dan ijon yang sebenarnya dilarang. Hal ini mencakup penhurangan bagian hasil
sebelum panen oleh si penghutang kepada si pemberi kredit dengan persyaratan
yang umumnya jauh lebih jarang yang bersangkutan kehilangan sebagian besar
produk hasilnya. Dan kemudian ada pula yang dinamakan pembayaran di muka.
Lalu akhirnya, sistem bagi hasil yang dilakukan di negara yang sudah
disebutkan sebelumnya memang memiliki sebuah problem yang perlu dibenahi.
Seperti, pembagian pemilikan tanah yang tidak seimbang, pembentukan modal
yang terus menerus tidak tercapai, tidak ada cadangan tanah, mobilitas tanah yang
rendah, atau sistem bagi hasil yang tidak pada kaidah yang seharusnya.

Jawaban Analisi :
1. Dalam bacaaan di atas, terdapat 3 sektor, yaitu sektor publik, sektor swasta dan
sektor partisipatori. Dalam sektor swasta terdapat dalam paragraf 4 yang di sana
menyebutkan seperti : pabrik gula, perusahaan perkebunan tembakau, pabrik
pengolahan rosela. Mengapa saya menjawab demikian? Karena Perusahaan atau
pabrik itu dalam upaya mencari keuntungan lewat perdagangan, dan intustri
telah jelas disebutkan merupakan bagian dari Sektor Swasta. Kemudian antara
penggarap dan pemilik tanah (disebutkan pula makelar) itu melakukan semacam
aktivitas yang bergerak dalam bidang jasa, sehingga masuk ke dalam Sektor
Swasta. Untuk Sektor Publiknya adalah Organisasi Desa. Sudah disebutkan di
bacaan terdapat kalimat “...pemimpin-pemimpin desa, seperti lurah (kini kepala
desa), carik, kebayan...” dan terdapat kata “...tanah-tanah mereka yang disebut
kas desa atau bondo desa...” dan Organisasi Desa/Pemerintah Desa itu
memberikan pelayanan kepada masyaraktnya. Kemudian untuk Sektor
Partisipatorinya adalah adanya Komunitas Desa, yang sesuai dengan
orientasinya tumbuh dan berkembang oleh masyarakatnya. Lalu persamannya
adalah, yaitu berada dalam sektor pertanian. Perbedannya adalah, dari segi
orientasi dan definisinya (S.Swasta : lebih pada keuntungan, S.Partisipatori :
lebih pada kesukarelaan, S.Publik : lebih ke organisasi pemerintah).

2. Sektor Publik : Untuk norma dalam Pemerintah Desa tidak disebutkan, tingkatan
normanya yang benar menurut saya yaitu Tata-Kelakuan. Karena sebagai aparat
desa, harusnya menjujung profesionalitas yang jika terdapat sebuah
penyimpangan kerja, maka bisa dihukum.
Sektor Partisipatori : Untuk Komunitas Desa ada sebuah tradisi hak istimewa
pemakaian tanah jabatan. Sehingga, tingkatan Normanya adalah Adat.
Mengapa? Karena disebutkan bahwa itu merupakan tradisi, dan dalam tradisi
lama tersebut ada pembagian tugas serta jumlahnya, yang merupakan bagian
dari harta tanah desa di setiap desa. Yang jika ada sebuah pelanggaran atau
penentangan, maka bisa saja penentang tersebutr dikeluarkan dari desa karena
tidak mengikuti adat setempat (tradisi lama)
Sektor Swasta : Untuk Pabrik, pengelola, perusahaan yang disebutkan
sebelumnya tadi tidak ada penyebutan mengenai normanya. Namun untuk antara
penggarap-pemilik tanah, itu memiliki norma tertentu yang sesuai dengan
sistemnya (sistem sudah disebutkan dalam resume). Saya ambil contoh sistem
Maro. Sebelum menyerahkan tanahnya kepada penggarap dalam sistem ini
disebut pemaro, pemilik mendapat sejumlah uang tertentu (uang muka). Inilah
merupakan salah satu normanya. Dalam tingkatannya, termasuk kedalam Cara.

2. Jawabannya adalah terdapat Kontrol Sosial. Karena ada sebuah mekanisme


untuk mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan
masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai-nilai yang
berlaku. Seperti tradisi-tradisi yang terdapat dalam desa yang dijunjung dalam
Komunitas Desa (maksudnya yang memiliki hubungan dengan sektor
Pertanian) memiliki sebuah norma tertentu dalam pembagian tugas tertentu
maupun harta tanah desa (Pengendalian Lisan). Dan dalam penggarap-pemilik
tanah, adanya sebuah sistem-sistem yang memiliki aturan atau cara main yang
diterapkan dalam Lisan atau Simbolik. Dan dalam sektor Organisasi
Desa/Pemerintah Desa sudah barang tentu terdapat aturan tertulis atau
Simbolik sebagai aparat desa.

Anda mungkin juga menyukai