Mata Kuliah : Pemerintahan Desa Dosen Pengampuh : Dr.M.Nur Alamsyah.S.IP,M.Si
REVIEW MODEL TATA KELOLA PEMERINTAH DESA YANG DEMOKRATIS
Perkembangan tata kelola pemerintah desa
a. Jenis dan tipologi desa di Indonesia,Istilah yang merujuk pada desa sebenarnya tidaklah seragam. Di beberapa tempat,istilah itu didefinisika denagn berbagai arti tergantung pada istilah yang dikenal oleh masyarakatnya. Secara umum desa diartikan sebagai suatu pemukiman manusia yang tersususn oleh dua faktor yaituketurunan dan territorial yang terletak diluar kota dan penduduknya mengelol bidang pertanian. Secara khusus,desa dipahami secara administratif yaitu sebagai suatu kesatuan hokum dari suatu masyarakat yang berhak untuk melaksanakan pemerintahan sendiri. Disamping desa pertanian,beberapa jenis desa lainnya juga dijumopai seperti desa pantai atau pesisir dengan pola perikanan atau komunitas usaha jasanya,desa pariwisata dengan pola usaha jasa pariwisata dan komunitas jasa usahanya,atau desa perkebunan dengan pla perkebunan dan komuntas perkebunannya seperti terdapat pada daerah perkebunan the di daerah jawa barat,kelapa sawit didaerah sumatera,dan perkebunan cokelat di daerah Sulawesi. Dengan demikian,desa di Indonesia tidak hanya terdapat satu tipe saja mengenai apa yang di sebut desa. b. Praktik demikeasi desa atau yang biasa disebut demokrasi asli tercermin pada lima aspek seperi rapat,mufakat,gotong royong,hak mengadakan protes bersama,dan hak menyingkir dari dari kekuasaan raja. Kelima nilai demikrasi asli ini merupaka sesuatu yang khas,baik dijawa maupun diluar jawa dengan sebutan dan mekanisme yang berlainan. Praktik demokrasi asli itupun menjadi unik pada masing-masing desa secara individual. Artinya,desa-desa di Indonesia sudah menumbuh kembangkan nilai-nilai demokrasinya sendiri,dengan variasi-variasi yang justru saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Satu nilai yang utama dalam praktik demikrasi adalah musyawarah sebagaiman diwujudka dalam rapat desa atau rembug desa sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di desa. c. Kelemaha dan kekuatan praktik demokrasi desa,dari ketiga tipologi desa yang didasarkan pada perkembangan tata kelola pemerintahaan diatas dan prakti-praktik demokrasi yang pernah ada,terdapat persamaan yang hampir dapat ditemukan dri ketiga jenis tipologi desa yang dimaksud. Persamaan itu ialah kuatnya pengaruh implementasi kuatnya peraturan perundng undangan yang tekah disebutkan 1. Alternatif 1 : model tata kelola pemerintahan desa rasional dan demokratis a. Prinsip pembagian kekuasaan,secara ilmiah dalam setiap masyarakat memang terbagi atas dua jenis kelompok yaitu yang memerintah dan diperintah. Ada dua jenis kekuasaan yang diterapkan ditingkat desa yaitu kekuasaan menjalankan fungsi-fungsi pemerintaha dan kekuasaan untuk menjalankan fungsi pengawasan. Pembagian kekuasaan ditingkat desa semacam ini bukan trias politica,tetapi lebih pada dual politica sebagaimana pernah dianut dalam UU No 22/1999 tentang pemerintahan daerah menyebabkan dua mainstream kekuatan yang dalam praktiknya memperlihatkan dua pola atau kecenderungan. b. Kelembagaan,peran dan fngsi,dari sisi kelembagaan,peran dan fungsi unsur demokrasi terletak pada beberapa hal yaitu yang pertama adalah proses pemilihan pemimpin,yang kedua yaitu pelibatan warga dalam pengamblan keputusan di tingkat desa yang ketiga adanya keterlibatan warga dalam penyusunan struktur kelembagaan di tingkat desa dan yang ke empat adanya relasi-relasi yang transparan atau satu lembaga dengan lembaga lainnya. c. Rekruitmen,cara memilih kepala desa,lembaga perwakilan,dan lembaga mediator politik didasarkan pada dua cara. Untuk kepal desa,model demokrasi langsung yang diterapkan melalui cara warga memilih secara langsung dan dapat diterapkan. Sementara untuk lembaga perwakilan desa,pemilihan langsung oleh warga dilakukan secara terbata,atas dasar dusun-dusun sebagai basis daerah pemilihan,dan lembaga mediator politik unsur-unsur dri desa proses pemilihannya ditentukan melalui musyawarah warga ditingkat desa. d. Proses pembuatan keputusan desa dan mekanisme pertanggung jawaban,proses pembuatan keputusan,partisipasi warga dan tanggugat ini adalah suatu proses yang prinsip-prisipnya di dasarka pada beberapa hal berikut: Pembuatan keputusan tidak ditentukan semata-mata oleh kepala desa dan palemen desa tetapi melibatkan warga desa. Komunitas memiliki hak veto atas keputusan desa yang merugikan kepentingan bersama Pelibatan warga amat penting dalam setiap pembuatan keputusan ditingkat desa Aspek akuntabilitas dan pertanggung jawaban. e. Anggaran dan akuntabilitas,sebagai konsekuensi dari upaya untuk mendorong perubahan desa rasional agar lebih demokratis dan memiliki kemampuan minimal dalam tata kelola pemerintaha yang modern maka tidak semestinya anggaran untuk penguatan tersebut diserahkan sepenuhnya pada desa untuk memenuhinya. f. Partisipasi dan kontrol warga,pentingnya keterlibatan warga dalam setiap proses pembuatan keputusan dan implementasi program-program ditingkat desa berkaitan dengan empath al,yang pertama yaitu agar kepentingan warga tidak dirugikan oleh kebijakan ditingkat desa,kedua yaitu agar pemerintah desa memiliki tangguggugat terhadap warga dan mendorong pemerintahan desa untuk transparan,ketiga adalah agar ada pengawasan warga sejak awal atas perencanaan hingga implementasi,dan keempat yaitu agar tidak ada niat ddari para penguasa di tingkat desa untuk melakuka prakto-praktik pemerintaha yang korup dan tidak bersih dan berwibawa. 2. Alternatif 2 : model tata kelola pemerintahan desa genealogis yang demokratis Desa geologis yakni desa yang secara alamiah terbentuk atas dasar ikatan darah(keturunan),yaitu masyarakat hokum yang terjadi dari orang-orang yang berasal dari turuna hasil perkawinan yang merujuk pada orang sebangsa,sesuku,family,sanak- saudara,dan keluarga. Di dalam model ini ciri-ciri model desa genealogis mengacu pada ciri dan karakteristik yang telah disebutkan sebelumnya. Dalam konteks itu,desa Geanalogis lebih mendasarkan pengaturan tata kelola pemerintaha pada nilai-nilai adat-istiadat yang berlakulama sebagai suatu nilai yang memang sejak awal diakui dalam seiap peraturan perundang undangan sebagai suatu bentuk pengaturan kehidupan bersama atas dasar adat-istiadat yang berlaku bagi masyarakat desa. Dengan demikian desa-desa adat yang tidak menggunakan nilai-nilai adatnya untuk mengatur birokrasi dan pelayanan pablik bagi masyarakatnya,dan menjadi prinsip dalam penyelenggaraan pemerintahan desa tidak termasuk dalam kategori ini. Sebagai contoh desa adat yang dikenal dibali,yang hanya mengurus urusan keagamaan dan budaya tidak termasuk dalam cakupan desa genealogis ini. 3. Alternatif 3 : model tata kelola pemrintahan desa hybrid atau campuran yang demokratis Desa eklektik atau campuran (hybrid) adalah sebuah desa yang dalam perkembangan pengelolaan tata pemerintahan desanya mengadopsi nilai-nilai adat-istiadat yang dahulu digunakan untuk mengatir kehidupan bersama dalam pengertian mengelola pemerintahan di tingkat desa. Contoh-contoh pengaturan demikian dapat dilihat dari beberapa praktik pemerintahan desa yang umumnya ada diluar jawa yang sampai hari ini masih dipetahankan,seperti di Sumatera barat,Aceh,Kalimantan,dan Maliku dan sebagainya. Masyarakat sebelumnya telah mengenal tata kelola pemerintahan yang didasarkan pada adat-isdiatat yang berlaku,yang khas dikenal diwilayah tersebut. Setelah orde aru melakukan penyeragaman dengan berlakunya UU No. 5/1979,praksis tata pemerintahan di tingkat desa yang khas tersebut,tercabut dan hilang digantikan oleh model pemerintahan yang diseragamkan yang condong diadopsi dari model desa jawa. Kini setelah reformasi bergulir ada semangat untuk merevitalisasi tatanan yang khas tersebut sebagai basis pengaturan pemerintahan ditingkat desa dengan sejumlah modifikasi,baik dari segi prinsip maupun bentuknya. Dalam praktiknya,setelah terjdi perubahan dari UU No 5/1979 ke UU No 22/1999 dan kemudian ke UU No 32/2004 tentang pemrintah daerah,semangat untuk menghidupkan pemerintahan desa yang berbasis pada cara-cara lama disebuah temopat tampak kuat sekali. Sayang,tidak terlalu tampak perbedaan dengan struktur pemerintahan yang sifatnya umum. Padahal dilihat dari semangatnya,tata kelola untuk desa jenis ini adalah sedapat mungkin mengadopsi tata cara asli yang dikenal oleh masyarakatnya dalam struktur pemerintahan ditingkat desa. Meski disadari disejumlah tempat seperti di Sumatera Barat,Maluku,Kalimantan referensi masyarakat masih cukup kuat untuk dapat kembali membangun praktik-praktik pemerintahan desa yang dulu pernah diterakan. Upaya pembentukan kembali kesatuan masyarakat hokum dimana desa diatas berbasis pada adat menjadi struktur tunggal di tingkat local merupakan suatu kemajuan. Model ini memberi peluang atas pembentukan model pemerintaha desa yang sesuai dengan sejarah adat dan regulasi negara. Model ini juga memiliki basis kultural yang kuat dimana terdapat upaya pemulihan identitas local dan modal sosial dalam mengatur hidup secara bersama. Dalam kasus pembentukan kembali Nagari di Sumatera barat,misalnya dapat pula menjadi instrument untuk menyudahi benturan antara agama,adat dan hokum negara. Model demokrasi desa elektik ini dicoba untuk disusun berdasarkan asumsi bahwa daerah-daerah tersebut tidak sepenuhnya dapat menerapkan tata kelola pemerintahan berdasarkan adat murni.tetapi dikombinsikan dengan prinsip tata kelola birokrasi yang modern,dengan sejumlaj prinsip yang ada pada desa rasional disatu sisi dan disisi lain dengan prinsip-psrinsip yang berlaku didesa genealogis di sisi lain. Peluang bagi kombinasi-kombinasi tersebut sangat terbuka setelah adanya perubahan peraturan perundang-undangan,dimana desa semacam ini merupakan jenis desa transisional dan dimana prinsip-prinsip pemerintahan berdasarkan aturan perundangan dikombinasikan dengan nilai-nlai tradisional(adat). Tata kelola pemerintahan desa yang mengadopsi nilai-nlai adat disatu sisi dengan tetap mengikuti logika model pemerintahan modern di sisi lain sudah barang tentu layak dijadikan sebagai bahan pertimbangan kebujakan. Hal ini setidaknya didasarkan atas dua asumsi dasar. Pertama, terdapat semangat yang cukup kuat di masyarakat untuk kembali mempraktikkan pemerintahan desa berdasarkan nilai adat yang pernah di praktikkan pada masa lalu. Kedua, terdapat tuntutan yang juga semakin meluas di kalangan masyarakat dewasa ini agar tata kelola pemerintahan desa juga mempertimbangkan asas-asas pemerintahan modern dan demokratis yang menjunjung tinggi akuntabilitas dan transparan. Dengan demikian antara keinginan untuk merevitalisasi adat dari sebagian tata kelola pemerintahan desa disatu sisi dengan keinginan untuk menumbuhkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang modern dan demokratis di sisi lain tidak perlu dipandang sebagai keinginan (aspirasi) yang saling bertentangan atau bertolak belakang, melainkan sebagai dua sisi yang justru saling melengkapi (sinergis). Yang pertama mengandaikan adanya basis legitimasi kultural, sementara yang disebut terakhir mengandaikan adanya pertanggungjawaban publik.
METODE PENELITIAN SOSIAL Hubungan Antara Kemampuan Manajerial Aparat Pemerintahan Desa Dengan Pembangunan Di Desa Krueng Juli Barat Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen