Anda di halaman 1dari 3

2. Prinsip-prinsip Membangun Otonomi dan Kemandirian Desa.

otonomi desa merupakan otonomi asli, bulat, dan utuh serta bukan merupakan
pemberian dari pemerintah. Otonomi desa berarti juga memberi ruang yang luas bagi inisiatif
dari bawah (desa). Kebebasan untuk menentukan dirinya sendiri dan keterlibatan masyarakat
dalam semua proses baik dalam pengambilan keputusan berskala desa, perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan maupun kegiatan-kegiatan lain yang dampaknya akan dirasakan
oleh masyarakat desa sendiri.

Dengan adanya konsep otonomi Des aini diharapakan akan terciptaya sebuah konsep
Kemandirian Desa. Kemandirian desa bukanlah kesendirian desa dalam menghidupi dirinya
sendiri. Kemandirian desa tentu tidak berdiri di ruang yang hampa politik, tetapi juga terkait
dengan dimensi keadilan yang berada dalam konteks relasi antara desa (sebagai entitas lokal)
dengan kekuatan supra desa (pusat dan daerah) yang lebih besar Secara Sederhana
Kemandirian Desa diartikan sebagai masyarakat desa yang mampu memenuhi kepentingan
dan kebutuhan masyarakat des aitu sendiri.

Melalui pengertian tersebut, prinsip utama otonomi desa adalah kewenangan


membuat keputusan-keputusan sendiri melalui semangat keswadayaan yang telah lama
dimiliki oleh desa, dalam satu kesatuan wilayah pedesaan. Selayaknya desa dipercaya untuk
mengurus dirinya dalam unit wilayah kelola desa melalui peraturan yang dibuat secara
mandiri. Selain prinsip tersebut terdapat 3 prinsip lain untuk membangun otonomi dan
kemandirian desa, antara lain sebagai berikut:

1. Partisipasi
Dalam usaha mencapai tujuan membangun otonomi dan kemandirian desa tidak
mungkin dapat dicapai apabila dalam proses pembangunan tidak melibatkan satu
elemen penting ialah partisipasi. Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan
masyarakat desa baik dalam perencanaan, melaksanakan, serta mengevaluasi sebuah
kebijakan yang diambil oleh pemerintah Desa. Partispasi bukan hanya seorang
masyarakat desa ikut serta dalam melaksanakan kebijakan yang diambil oleh
pemerintah desa, melainkan ikut serta dalam pengawasan dan juga evaluasi kebijakan
tersebut. Dengan adanya partisipasi masyarakat desa, pemerintah desa secara bahu-
membahu untuk melihat potensi yang dimiliki oleh desa tersebut agar nanti dapat
dikelola dan hasilnya untuk keejahteraan desa tersebut dan terwujudnya kemandirian
desa.
2. Transparansi
Transparansi berarti setiap proses dan hasil kegiatan harus dapat diakses oleh
setiap publik tanpa ada yang ditutupi. Transparansi merupakan keterbukaan
pemerintah kepada masyarakat untuk mengakses informasi berdasarkan pertimbangan
bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh
atas pertanggung jawaban pemerintah tersebut.
Transparansi dapat mempersempit peluang korupsi dalam lingkup pemerintah
kampung dengan masyarakat ikut berpartisipasi dalam setiap tahap peroses
pengambilan keputusan tersebut. Terdapat beberapa indikatoruntuk mengukur
transparansi seperti yang telah dijelaskan oleh Kristianten (2006) yaitu penyediaan
dan akses informasi yang jelas tentang perencanaan, prosedur pelaksanaan,
pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan Desa, adanya musyawarah yang melibatkan masyarakat Desa,
Keterbukaan proses pengelolaan keuangan Desa dan keterbukaan informasi tentang
dokumen pengelolaan keuangan Desa
3. Akuntabilitas

Akuntabilitas dikenal juga dengan istilah pertanggungjawaban. Akuntabilitas


merupakan kewajiban individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola
sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal
yang menyangkut pertanggungjawaban fiskal, manajerial dan program. Akuntabiltas
publik wajib dijalankan oleh organisasi pemerintahan yang menggunakan dana dan
fasilitas publik untuk melayani kepentingan masyarakat,akuntabilitas publik adalah
kewajiban seseorang pejabat dari organisasi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan kinerja tindakannya kepada pejabat yg berwenang
dan/atau kepada warga negara sebagai pemilik kedaulatan.

Salah satu perwujud dari Otonomi dan kemandirian Desa ialah adanya Badan Usaha
Milik Desa. BUMDes diharapkan dapat meningkatkan perekonomian desa dan
memberdayakan masyarakat melalui pengelolaan sumber daya secara mandiri dan adaptif
Selain itu, pengelolaan BUMDes yang akuntabel juga menjadi salah satu bentuk
pertanggungjawaban dalam pengelolaan keuangan desaBUMDes diharapkan dapat
meningkatkan perekonomian desa dan memberdayakan masyarakat melalui pengelolaan
sumber daya secara mandiri dan adaptif.
Menurut Joko Purnomo (2016..9) terdapat 6 prinsip yang harus diperhatikan dalam
BUMdes,antara lain:

1. Kooperatif: Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus mampu


melakukan kerjasama yang baik demi pengembangan dan kelangsungan hidup
usahanya
2. Partisipatif: Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus bersedia secara
sukarela atau diminta memberikan dukungan dan kontribusi yang dapat mendorong
kemajuan usaha BUMDes.
3. Emansipatif: Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus diperlakukan
sama tanpa memandang golongan, suku dan agama.
4. Transparansi: Aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat umum
harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan mudah dan terbuka
5. Akuntable: Seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggung jawabkan secara
teknis maupun adminstratif
6. Sustainable: Kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan oleh
masyarakat dalam wadah BUMDesa

Anda mungkin juga menyukai