Anda di halaman 1dari 26

IMPLEMENTASI FUNGSI LEMBAGA ADAT DESA LEOSANIK

MENURUT PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 18


TAHUN 2018 DI DESA OENGGAE
Oleh:

Ardhes Blandhivay Leuanan

1902010442

Jurusan Ilmu Hukum

Fakultas Hukum

Universitas Nusa Cendana

Responden: ardhesleuanan@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Fungsi Lembaga Adat

Desa Leosanik menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018

Tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa di Desa Oenggae

Kecamatan Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao, dengan rumusan masalah yang

diajukan yaitu bagaimanakah implementasi fungsi lembaga adat Leosanik menurut

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018 serta apakah yang menjadi

hambatan dalam implementasi fungsi Lembaga Adat Desa Leosanik. Jenis penelitian

yang dilakukan dalam Penelitian ini yaitu penelitian yuridis empiris, dimana cara

untuk mengungkapkan masalah dilakukan pengumpulan, penyusunan, penjelasan

serta analisis data dari Objek yang diteliti dengan cara wawancara dan kuesioner.

Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa implementasi dari fungsi Lembaga Adat Desa

Leosanik di Desa Oenggae tidak sesuai dengan peraturan yang ada, hal-hal Tersebut

terjadi akibat tidak adanya peraturan Desa yang mengatur khusus mengenai tugas dan
fungsi lembaga adat di Desa Oenggae. Faktor ketidak tahuan serta konflik internal

menjadi penghambat dari implementasi fungsi Lembaga Adat itu sendiri.

Kata Kunci: Implementasi, Fungsi, dan Lembaga Adat Desa

Abstract

This study aims to determine the implementation of the functions of Leosanik Village

customary institutions according to Minister of Home Affairs Regulation Number 18 of 2018

concerning Village community institutions and Village customary institutions in Oenggae

Village, Pantai Baru district, Rote Ndao Regency, with the formulation of the proposed

problem, namely how is the implementation of the functions of Leosanik traditional

institutions according to Minister of Home Affairs Regulation Number 18 of 2018 and what

are the obstacles in the implementation of the functions of Leosanik Village customary

institutions. The type of research conducted in this study is empirical juridical research,

where the way to reveal the problem is collecting, preparing, explaining and analyzing data

from the object under study by interview and questionnaire. The results of this study indicate

that the implementation of the functions of traditional institutions Leosanik village in

Oenggae Village is not in accordance with existing regulations, these things occur due to the

absence of Village regulations governing the specific duties and functions of traditional

institutions in Oenggae Village. The factor of ignorance and internal conflict is an obstacle

to the implementation of the functions of Indigenous institutions themselves.

Keywords: implementation, function, and Village customary institution

2|Page
1. PENDAHULUAN adalah Desa atau Kelurahan. Dalam hal

Latar Belakang ini Pemerintah Desa adalah merupakan

Sebagai salah satu Lembaga Adat Sub Sistem dari sistem penyelenggaraan

Desa mitra Pemerintah Desa, maka Pemerintahan.untuk menhidupkan sistem

Lembaga Adat Desa memiliki peran yang nilai dan budaya yang ada dalam

sangat penting dalam perencanaan Masyarakat. Sistem nilai dan budaya

pembangunan desa dan dalam tersebut harus terakomodasi dalam bentuk

menggerakkan partisipasi masyarakat peraturan Desa atau suatu produk hukum

desa. Yang bertujuan untuk mengetahui sebagai sebuah prinsip dasar dan pedoman

sejauh mana peran lembaga adat dalam bagi pemerintah desa untuk menjalankan

perencanaa pembangunan masyarakat di urusan dan kewenangan desa sebagaimana

Desa Oenggae, Kecamatan Pantai Baru, seharusnya sebagaimana terdapat dalam

Kabupaten Rote Ndao. di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

pelaksanaan perencanaan pembangunan 18 Tahun 2018 Bab 1 (pasal 3)

Desa Oenggae seharusnya Lembaga Adat Menyatakan bahwa Lembaga Adat Desa

Desa Oenggae menjalankan fungsinya adalah Lembaga yang menyelenggarakan

dengan cara berkoordinasi, bekerjasama, fungsi adat istiadat dan menjadi bagian

dan menjalin hubungan baik dengan dari susunan asli Desa yang tumbuh dan

aparatur desa sesuai dengan adat dan berkembang atas prakarsa masyarakat

ketentuan yang berlaku dalam konteks Desa. Karena partisipasi masyarakat dalam

sistem pemerintahan Negara Republik pelaksanaan pembangunan merupakan

Indonesia yang membagi daerah Indonesia Syarat mutlak dalam Era kebebasan dan

atas daerah-daerah besar dan daerah- keterbukaan saat ini. serta masih banyak

daerah kecil, dengan bentuk dan susunan lagi kewenangan lembaga adat seperti

tingkatan pemerintahan terendahnya pemberdayaan dan peningkatan

3|Page
kesejahteraan keluarga dan pemberdayaan pembangunan hanya selesai pada tahap

Hak Politik Masyarakat. perencanaan yang pada tahap itu pun

Tolok ukur keberhasilan pembangunan masih banyak langkah-langkah yang

Nasional, tidak terlepas dari keberhasilan belum terlaksana dengan baik, sehingga

pembangunan di tingkat desa atau implementasi pola tersebut dapat dikritisi

kelurahan, untuk itu, maka seluruh elemen mengandung banyak kelemahan.

baik pemerintah desa/kelurahan maupun Misalnya, partisipasi masyarakat selaku

lembaga kemasyarakatan dituntut harus penerima manfaat yang sangat lemah, hasil

mampu meningkatkan kemampuan dan dari berbagai forum koordinasi di tingkat

kemandiriannya dalam penyelenggaraan lebih rendah desa kadang tidak melibatkan

pemerintahan. Namun jika kita melihat Lembaga Adat Desa, mekanisme

yang terdahulu bahwa mulai dari tahap perencanaan mulai dari musyawarah

perencanaan pembangunan yang perencanaan pembangunan desa hanya

menggunakan pola berjenjang dari bawah bersifat mencatat daftar kebutuhan

ke atas (Bottom-Up) ternyata tidak banyak masyarakat ketimbang sebagai proses

menjanjikan aspirasi murni warga desa perencanaan yang partisipatif. Proses

didengar. Begitu pun halnya dalam tersebut akhirnya menjadi proses birokratis

pelaksanaan pembangunan yang masih yang sangat panjang dan lama, sehingga

menggunakan sistem tender di desa, di masyarakat tidak mendapat kepastian

mana tender yang dimaksud melibatkan kapan kebutuhannya akan terwujud pada

para kontraktor sebagai pihak ketiga. lingkungannya. territorial, dan gabungan

Dalam pelaksanaan pembangunan daerah genealogis dengan territorial. Yang diatur

yang basisnya tentu berada di desa. Hal dalam Undang-undang ini adalah kesatuan

tersebut menunjukkan bahwa, ternyata masyarakat hukum adat yang merupakan

keterlibatan masyarakat dalam proses gabungan antara genealogis dan territorial.

4|Page
Dalam kaitan itu, Negara mengakui dan Oleh karenanya, keberadaan lembaga adat

menghormati kesatuan masyarakat hukum dalam setiap masyarakat pada prinsipnya

adat beserta hak tradisionalnya sepanjang selalu dijaga dan diberdayakan, agar

masih hidup dan sesuai dengan dengan khasanah budaya setiap masyarakat serta

perkembangan masyarakat dan prinsip nilai-nilai yang dikandungnya tetap terjaga

Negara Kesatuan Republik Indonesia. dan lestari. Hal tersebut di atas kemudian

Fungsi dari kesatuan masyarakat hukum memunculkan pertanyaan khususnya di

adat tersebut telah ada dan hidup di Desa Oenggae bahwa apakah partisipasi

wilayah Negara Kesatuan Republik Lembaga Adat di dalam pelaksanaan

Indonesia. di dalam Undang-undang ini pembangunan telah terlaksana dengan

juga diatur mengenai kelembagaan Desa baik, di mana masyarakat tidak lagi

Adat, yaitu lembaga Pemerintahan Desa menjadi objek dari pembangunan itu

atau Desa Adat yang terdiri atas sendiri, akan tetapi telah menjadi subyek

pemerintah Desa atau Desa Adat dan pembangunan. Dengan maksud bahwa

Badan Permusyarawatan Desa, Lembaga partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan

Kemasyarakatan dan Lembaga Adat Desa. pembangunan bukan hanya sekedar dilihat

Keberadaan lembaga adat pada dasarnya dari antusiasme masyarakat dalam

tidak bisa dilepaskan dari kebudayaan menghadiri Musyawarah Pembangunan

suatu masyarakat desa, dan fungsi adat Desa, akan tetapi, bagaimana kepentingan

adalah untuk menjaga, melaksanakan dan mereka telah direspon oleh pemerintah,

melestarikan perilaku yang berlaku pada serta bagaimana proses pelibatan mereka

masyarakatnya secara turun temurun. baik dalam tahap perencanaan sampai

Peran lembaga adat dalam pewarisan tahap pelaksanaan sampai pada tahap

budaya adalah men Sosialisasikan norma pembangunannya. Sebagai Implementasi

dan adat yang berlaku dalam masyarakat. dari kewenangan Lembaga Adat itu

5|Page
sendiri. ketika substansi dari proses lokal yang sudah lama tertanam sebagai

pembangunan itu telah tercipta. Melalui daya hidup masyarakat desa. Keberadaan

observasi ditemukan bahwa meski dalam Lembaga Adat di Desa Oenggae menjadi

pelaksanaan pembangunan yang telah sebuah opsi strategis untuk menjaga dan

terlaksana di Desa Oenggae masih belum mempertahankan pentingnya nilai-nilai

mencapai substansi pembangunan baik itu pembangunan kearifan lokal dan gotong

dalam tahap perencanaan sampai pada royong masyatakat desa di tengah stimulan

tahap pelaksanaan, namun di harapkan besar pemerintah yang kini sedang

dengan adanya Lembaga Adat pada mendongkrak pembangunan desa melalui

masyarakat di Desa Oenggae, Salah dana desa dan sebagainya. Sehingga

satunya Seperti Lembaga Adat Desa diperlukan kesadaran masyarakat desa

Leosanik sehingga Semangat partisipasi untuk tetap menjaga nilai-nilai kearifan

masyarakat dapat ditumbuhkan serta telah lokal di desa tentu dalam hal ini lembaga

memunculkan kembali semangat gotong adat dibutuhkan untuk berpartisipasi.

royong masyarakat, terutama program


Lembaga Adat Desa Oenggae
Mandiri pedesaan, menghidupkan tradisi
dibentuk berdasarkan Teori Persekutuan
lama yang ada di masyarakat.
hukum dan Kekerabatan yang di bagi

Peran lembaga adat dalam menjadi dua golongan menurut dasar

perencanaan pembangunan desa dengan susunannya yaitu Persekutuan yang

berbagai kearifan lokalnya kini menjadi berdasarkan suatu Keturunan (geneologi)

penting, terutama menghadapi benturan dan Persekutuan yang berdasarkan

“budaya” yang dibawa oleh anggota pertalian daerah (territorial). Yang

masyarakat yang pergi ke luar desa atau ke cenderung masuk dalam suatu turunan

kota untuk mencari nafkah. Perlahan tapi yang sama dan biasanya mengikuti

pasti terjadi akulturasi terhadap budaya pertalian darah menurut garis bapak (

6|Page
patrineal). Sebagai mitra pemerintahan di h.204) lembaga dibentuk berdasarkan hal

desa dalam memelihara dan memanfaatkan sebagai berikut: a) cara; b) kebiasaan; c)

kekayaan desa dalam pembangunan dan adat istiadat. Menurut (ROUCEK, 1984)

untuk kesejahteraan masyarakat desa. terdapat banyak jenis lembaga, salah

Dapat merencanakan dengan lembaga lain satunya adalah Lembaga Adat.

yang ada di desa untuk mengenalkan


Lembaga adat merupakan
budaya yang ada di desa setempat
organisasi kemasyarakatan baik sengaja
terutama di sektor yang menuju kearah
dibentuk maupun secara wajar telah
pembangunan yang lebih baik. Bertitik
tumbuh dan berkembang didalam sejarah
tolak dari hal diatas, dirasakan perlu
masyarakat bersangkutan atau dalam suatu
diketahui dan menarik untuk melihat lebih
masyarakat hukum adat tertentu dengan
jauh bagaimana peran lembaga adat
wilayah hukum dan hak atas harta
sekarang ini, khususnya dalam
kekayaan di dalam wilayah hukum adat
perencanaan pembangunan Desa Oenggae.
tersebut. Lembaga Adat Desa adalah
Peran yang dimaksudkan disini tentang
wadah partisipasi masyarakat dan mitra
perihal apa yang dapat dilakukan lembaga
Pemerintahan di Desa, ikut serta dalam
adat sebagai organisasi kemasyarakatan
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
dalam perencanaan pembangunan.
pembangunan, serta meningkatkan
Pengertian Lembaga adalah pola
pelayanan masyarakat Desa. Berdasarkan
organisasi untuk memenuhi berbagai
peraturan (Permendagri No. 18 Tahun
keperluan manusia, yang lahir dengan
2018), Lembaga Adat Desa (LAD) adalah
adanya berbagai budaya sebagai suatu
lembaga yang menyelenggarakan fungsi
ketetapan. yang telah menunjukkan bahwa
adat istiadat dan menjadi bagian dari
lembaga adalah suatu konsep yang terpadu
susunan asli Desa yang tumbuh dan
dengan struktur. Menurut Mooney (2000,
berkembang atas prakarsa masyarakat

7|Page
desa. Lembaga adat desa merupakan masyarakat terhadap tingkah laku anggota

sebuah lembaga kemasyarakatan yang masyarakat. Menurut Permendagri No. 18

dibentuk dalam suatu masyarakat hukum Tahun 2018, tujuan pengaturan Lembaga

adat tertentu dengan wilayah hukum dan Adat Desa meliputi: a) mendudukkan

hak atas harta kekayaan di dalam wilayah fungsi Lembaga Adat Desa sebagai mitra

hukum adat tersebut, serta berhak dan Pemerintah Desa dalam meningkatkan

berwenang untuk mengatur, mengurus, partisipasi masyarakat; b)

dan menyelesaikan mendayagunakan Lembaga Adat Desa

dalam proses pembangunan Desa; dan c)


berbagai permasalahan kehidupan
menjamin kelancaran pelayanan
masyarakat desa berkaitan dengan adat
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
istiadat dan hukum adat yang berlaku
Masyarakat Desa Oenggae, sejak dahulu
(Firman, 2014).
dikenal sebagai masyarakat yang kuat
Menurut Soekanto dalam buku
memegang adat yang diwarisi turun
(Anwar & Adang, 2013), lembaga
temurun di desa tersebut. dalam kehidupan
kemasyarakat mempunyai beberapa
masyarakat Desa Oenggae dahulu,
fungsi: (1) Memberi pedoman pada
sekarang dan akan datang.
anggota masyarakat bagaimana mereka
Rumusan Masalah
harus bertingkah laku atau bersikap di
1. Bagaimanakah Implementasi Fungsi
dalam menghadapai masalah dalam
lembaga adat Leosanik menurut
masyarakat yang terutama mengenai
PERMENDAGRI No. 18 Tahun
kebutuhan masyarakat: (2) Menjaga
2018?
keutuhan masyarakat; dan (3) Memberikan
2. Apakah yang menjadi Hambatan dalam
pegangan kepada masyarakat untuk
Implementasi Fungsi Lembaga Adat
mengadakan sistem pengendalian sosial
Leosanik?
(social control), sistem pengawasan dari

8|Page
2. TINJAUAN PUSTAKA pertarungan kekuasaan demi ambisi dan

Konsep Demokrasi Deliberatif keuntungan pribadi dan atau kelompok.

Secara etimologis kata Delibirasi berasal


Demokrasi deliberatif sebagai
dari bahasa latin deliberatio yang berarti
model demokrasi yang melahirkan aturan
konsultasi, menimbang-nimbang atau
hukum yang legitimasinya bersumber dari
Musyawarah. Gagasan deliberasi dapat
kualitas prosedur deliberasi, bukan saja
ditarik dari pemikiran beberapa filsuf dan
dalam lembaga-lembaga formal Negara
pemikir politik sejak abad 18 seperti,
(seperti parlemen), tapi juga yang
Rouessau, de Tocquevile, J.S.Mill, Dewey
terpenting dalam masyarakat secara
dan Koch. Penggunaan istilah deliberatif
keseluruhan. Artinya , keputusan-
menegaskan sebuah pendekatan politik
keputusan politik hanya bisa diterima dan
yang berbeda dalam memahami
mengikat semua anggota masyarakat jika
demokrasi. Perbedaan tersebut berkaitan
ia merupakan produk dari sebuah proses
erat dengan upaya meningkatkan kualitas
dialog yang berawal di wilayah, yang
praktik demokrasi yang ada selama ini
bergerak menuju parlemen melalui
dengan memperbaiki karakter dan bentuk
prosedur-prosedur demokratik dan
partisipasi. Bagi pendukung model
konstitusional.
demokrasi ini, demokrasi kontemporer
Pengertian Lembaga Adat Desa
sedang mengalami degradasi serius,
Leosanik
semakin terperangkap dalam konflik

kepentingan (conflict of interest) yang Lembaga adat merupakan

bersifat pribadi, perilaku politik yang lebih Organisasi yang berkedudukan sebagai

mengutamakan pencitraan daripada lembaga Kemasyarakatan yang

substansi, debat kusir di ruang publik dan menjadi mitra pemerintah Desa dalam

memberdayakan, melestarikan dan

9|Page
mengembangkan adat istiadat lokal termasuk kelahiran, kematian, perkawinan,

yang menunjang penyelenggaraan dan unsur kekerabatan lainnya

pemerintahan, kemasyarakatan dan b. Mengembangkan musyawarah

pembangunan. Sedangkan Lembaga mufakat untuk pengambilan keputusan

Adat Desa merupakan suatu kesatuan dalam musyawarah di Desa.

bagi lembaga adat itu sendiri dalam c. Bertugas membantu Pemerintah

ruang lingkup Desa. Lembaga Adat Desa dan sebagai mitra dalam

Leosanik adalah sebuah lembaga memberdayakan, melestarikan, dan

Kemasyarakatan yang ada berdasarkan mengembangkan adat istiadat sebagai

budaya dan sejarah Masyarakat wujud pengakuan terhadap adat istiadat

Kabupaten Rote Ndao, khususnya masyarakat Desa.

Kecamatan Pantai Baru, Desa d. Melestarikan hak ulayat, tanah

Oenggae yang di pimpin oleh seorang ulayat, hutan adat, dan harta atau kekayaan

ketua Adat yang di sebut “manaleo” adat lainnya untuk sumber penghidupan

yakni berarti seorang kepala adat yang warga, kelestarian lingkungan hidup, dan

bertanggung jawab atas beberapa mengatasi kemiskinan di Desa;

perkumpulan Marga atau “Leo” yang e. Mengembangkan nilai adat istiadat

biasanya di sebut dengan “Leosanik”. dalam penyelesaian sengketa pemilikan

waris, tanah dan konflik dalam interaksi


Berdasarkan Peraturan Menteri
manusia;
Dalam Negeri No.18 Tahun 2018 Bab III
f. Pengembangan nilai adat istiadat
Pasal 10 ayat (2) Menyatakan bahwa
untuk perdamaian, Ketentraman dan
Lembaga Adat Desa mempunyai Tugas
ketertiban masyarakat Desa; dan
dan Fungsi yaitu:
Mengembangkan kerja sama dengan
a. Melindungi identitas budaya dan
Lembaga Adat Desa lainnya
hak tradisional masyarakat hukum adat

10 | P a g e
Konsep Teori Persekutuan Hukum atau hidup di atas suatu wilayah tertentu.

Secara Teori, terdapat beberapa Secara yuridis formal, pengertian

ahli yang memberikan pengertian terhadap masyarakat hukum adat tercantum dalam

istilah masyarakat hukum adat, namun Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala

tidak ada keseragaman pemakaian istilah Badan Pertanahan Nasional Nomor 5

di antara para ahli tersebut. Ada yang Tahun 1999 Tentang Pedoman

mengistilahkannya dengan “masyarakat Penyelesaian Masalah Hak Ulayat

hukum”, “masyarakat hukum adat”, Masyarakat Hukum Adat, yakni

“Persekutuan hukum”. Dalam penelitian sekelompok orang yang terikat oleh

ini digunakan istilah “Persekutuan tatanan hukum adatnya sebagai warga

hukum”. Menurut Ter Haar (dalam bersama suatu persekutuan hukum karena

Muhhamad, 1988:30) memberi istilah kesamaan tempat tinggal ataupun atas

dengan masyarakat hukum atau dasar keturunan (pasal 1 angka 3).

persekutuan hukum, yakni kesatuan Konsep Partisipasi Lembaga Adat Desa

manusia yang teratur, menetap di suatu Partisipasi berasal dari

daerah tertentu, mempunyai penguasa- bahasa inggris yaitu

penguasa, dan mempunyai kekayaan yang “participation” adalah

berwujud ataupun tidak berwujud. Saragih pengambilan bagian atau

(1984: 67) Menyebut dengan istilah pengikutsertaan. Menurut Keith

persekutuan hukum , yakni sekelompok Davis, partisipasi adalah suatu

orang-orang yang terikat sebagai satu keterlibatan mental dan emosi

kesatuan dalam suatu susunan yang teratur seseorang kepada pencapaian

dan bersifat pribadi, dan memiliki tujuan dan ikut bertanggungjawab

pimpinan serta kekayaan baik berwujud di dalamnya. Prinsip partisipasi

maupun tidak berwujud dan mendiami menuntut masyarakat harus

11 | P a g e
diberdayakan, diberikan implementasi program serta

kesempatan dan diikutsertakan menikmati bersama keuntungan-

untuk berperan dalam proses- keuntungan dari program

proses birokrasi mulai dari tahap pembangunan. Keterlibatan

perencanaan, pelaksanaanan dan masyarakat dalam mengevaluasi

pengawasan atau kebijakan publik. program, suatu proses aktif,

Partisipasi masyarakat merupakan dimana rakyat dari suatu komunitas

kontrol adanya kekuasaan yang mengambil inisiatif dan

berlebih agar lebih efektif menyatakan dengan tegas otonomi

ditujukan sebesar besarnya untuk mereka.

masyarakat dalam konsep good Pengertian Fungsi Lembaga Adat

governance. Adanya ruang Implementasi sendiri

keterlibatan warga dan kerangka adalah tindakan-tindakan yang di

kelembagaan yang sesuai dalam lakukan oleh individu atau pejabat,

partisipasi turut mendorong kelompok-kelompok pemerintah

pembangunan dan pemerataan. atau swasta yang di arahkan pada

Cohen dan Uphoff dalam Siregar terciptanya tujuan yang telah

menyatakan bahwa partisipasi digariskan dalam keputusan suatu

dapat dilihat dalam berbagai kebijakan.Sedangkan Kewenangan

pandangan. Pertama, kontribusi adalah hak untuk melakukan

secara sukarela dari komunitas sesuatu atau memerintah orang lain

terhadap suatu program untuk untuk melakukan atau tidak

masyarakat, keterlibatan melakukan sesuatu agar tercapai

masyarakat dalam proses tujuan tertentu. Kewenangan

pembuatan keputusan dan dalam biasanya di hubungkan dengan

12 | P a g e
kekuasaan, oleh karna itu di lakukan oleh warga Negara, Institusi,

penggunaan kewenangan secara maupun aparatur pemerintahan yang di

bijaksana merupakan faktor kritis landasi oleh etika individual, etika

bagi efektifitas dari suatu Lembaga sosial, dan etika institusional. Adanya

atau Organisasi. Asas Proporsionalitas, di harapkan

Pengertian Desa dapat mewujudkan suatu perjanjian

yang berkeadilan, serta kesetaraan


Secara etimologi kata Desa berasal
dalam hubungan kontraktual.
dari bahasa Sansekerta, deca yang berarti
Pertemuan kepentingan para pihak juga
tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran.
membentuk suatu kesepakatan
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum
diharapkan juga dapat memberikan
yang memiliki kewenangan untuk
kondisi yang kondusif dan Adil. Dalam
mengurus rumah tangganya sendiri
penerapan nya asas ini sangat di
berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat
perlukan dalam pemerintahan Desa di
yang diakui dalam Pemerintahan Nasional
mana setiap keputusan untuk tujuan
dan berada di Daerah Kabupaten.
bersama sejatinya harus bersama-sama
Asas Proporsionalitas
dengan lembaga Adat menuju mufakat.
Asas Proporsionalitas adalah
Relevansi dari Asas
sebuah asas hukum yang berupaya
Proporsionalitas terhadap Implementasi
menyeimbangkan tindakan yang di
fungsi dari Lembaga Adat Desa adalah
ambil dengan tujuan yang ingin di
bagaimana upaya hukum dalam
capai. Dengan kata lain asas yang
pengaturan tugas dan fungsi Lembaga
mengutamakan keseimbangan antara
Adat Desa menurut Peraturan Menteri
hak dan kewajiban Penyelenggara
Dalam Negeri No. 18 Tahun 2018
Negara.yakni meletakan segala kegiatan
sejalan serta seimbang dengan tujuan
sesuai konteks dan tujuan kegiatan yang

13 | P a g e
yang akan dicapai yakni Pembangunan pendekatan yuridis empiris dalam

menuju kesejahteraan masyarakat Desa. penelitian ini maksudnya adalah bahwa

Yang dengan adanya Asas ini dengan dalam menganalisis permasalahan

mampu menunjukan kekerabatan dilakukan dengan cara memadukan bahan-

Lembaga Adat Desa dalam tugas nya bahan hukum (yang merupakan data

sebagai mitra Pemerintah Desa dalam sekunder) dengan data primer yang

menjalankan tugas dan fungsinya diperoleh di lapangan yaitu tentang

menurut peraturan yang berlaku Implementasi kewenangan Lembaga Adat

sehingga tindakan yang di ambil sesuai Leosanik Menurut Peraturan Menteri

dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam Negeri No. 18 Tahun 2018 di Desa

3. METODE PENELITIAN Oenggae, Kecamatan Pantai Baru,

Jenis Penelitian Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa

Penelitian ini menggunakan Tenggara Timur.

metode pendekatan yuridis empiris.


Aspek Penelitian
Pendekatan yuridis (hukum dilihat sebagai
Aspek penelitian dalam analisis
norma atau das sollen), karena dalam
penelitian ini yakni menjabarkan Fungsi
membahas permasalahan penelitian ini
Lembaga Adat Desa Leosanik dalam
menggunakan bahan-bahan hukum (baik
partisipasi Musyawarah Perencanaan
hukum yang tertulis maupun hukum yang
Pembangunan dan segala bentuk kebijakan
tidak tertulis atau baik bahan hukum
serta keputusan yang bersifat musyawarah
primer maupun bahan hukum sekunder).
mufakat di Desa yang tidak melibatkan
Pendekatan empiris (hukum sebagai
Lembaga Adat baik secara informasi
kenyataan sosial, kultural atau das sein),
maupun pelaksanaan musyawarah
karena dalam penelitian ini digunakan data
perencanaan pembangunan Desa.
primer yang diperoleh dari lapangan. Jadi,
Populasi dan Sampel

14 | P a g e
1) Populasi Peneliti menetapkan Usia informan

Yang menjadi Populasi dalam dimulai dari usia Tiga puluh lima tahun

penelitian ini adalah Pengurus Lembaga karena dianggap pada usia ini masa

Adat Leosanik di Desa Oenggae yang dimana seseorang di pandang sebagai

Berjumlah 5 (Lima) Orang terkait tokoh masyarakat yang memberikan

Partisipasi Lembaga Adat Desa dalam konstribusi kepada Desa lewat Lembaga

Musyawarah dan Proses Perencanaan Adat yang melekat sebagai suatu

Pembangunan Desa serta proses budaya dimana apa yang dirasakan,

penetapan kebijakan yang bersifat gagasan dan fikiran dalam

partisipatif. permasalahan yang terjadi di Desa

2) Sampel Oenggae dapat tersalurkan lewat

Penetapan sampel dilakukan Lembaga Adat yang ada, Oleh karena

dengan ditentukan 60% dari jumlah itu Responden dalam Penelitian ini

Pengurus Lembaga Adat Desa Leosanik adalah :

di Desa Oenggae yang berumur 35 (Tiga a. Ketua Manulanga Desa Oenggae

puluh lima) Tahun Ke atas dan yang tergabung dalam Lembaga

menghasilkan jumlah sampel dalam Adat Leosanik Desa Oenggae

penelitian ini adalah 3 (Tiga) Orang Kecamatan Pantai Baru Kabupaten

terkait Partisipasi Lembaga Adat Desa Rote Ndao

Leosanik dalam Penerapan Musyawarah b. Ketua Badan Permusyawaratan

Perencanaan Pembangunan Desa serta Desa Lembaga Kemasyarakatan

proses penetapan suatu kebijakan dalam Desa Oenggae Kecamatan Pantai

Desa. Baru Kabupaten Rote Ndao

3) Responden

15 | P a g e
c. Pengurus Lembaga Adat Leosanik Teknik Pengumpulan

di Desa Oenggae Kecamatan Untuk memperoleh data dan

Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao. informasi dalam penelitian ini, dilakukan

dengan dua cara yaitu:

Jenis dan Sumber Data


a. Studi Kepustakaan (Library Study),
Jenis dan sumber data yang diperoleh
yaitu metode pengumpulan data
dalam mendukung tulisan ini adalah:
dengan cara mengkaji berbagai

a.) Data primer adalah data yang informasi dan data melalui tulisan-

dikumpulkan langsung dari berbagai tulisan ilmiah, seperti buku-buku,

sumber yakni data yang diperoleh dari jurnal, dan beberapa literatur lainnya

subyek penelitian atau informan yang yang erat kaitannya dengan masalah

berkenaan dengan variabel yang diteliti yang diteliti.

atau data yang diperoleh dari narasumber b. Penelitian Lapangan (Field

secara langsung melalui wawancara. Research), yaitu metode

pengumpulan data secara langsung


b.) Data sekunder adalah data yang
pada obyek atau lokasi penelitian.
dikumpulkan untuk mendukung dan
Untuk memperoleh data dilapangan
melengkapi data primer yang berkenaan
digunakan teknik-teknik sebagai
dengan penelitian. Data sekunder
berikut:
diperoleh melalui pemanfaatan sumber
1. Wawancara yaitu dengan
data yang tersedia seperti dokumen, arsip,
mengadakan tanya jawab secara
dan buku pedoman serta literatur yang
terstruktur kepada informan
terkait dengan penelitian ini.
terpilih.

2. Dokumentasi yaitu menelaah dan

mempelajari berbagai laporan

16 | P a g e
pelaksanaan tertulis yang relevan yang telah direduksi akan memberikan

dengan penelitian ini. gambaran yang lebih jelas dan

Pengamatan lapangan (observasi), mempermudah peneliti dalam

guna memperoleh data dan informasi pengumpulan data selanjutnya.

melalui pengamatan secara langsung b. Penyajian data

terhadap obyek penelitian. Setelah data direduksi, maka langkah

Analisis Data selanjutnya adalah menyajikan data baik

Data atau informasi yang diperoleh dalam bentuk uraian singkat, bagan,

baik itu data primer maupun data sekunder hubungan antar ketegori flowchart dan

yang diperoleh akan dianalisis secara sejenisnya. Penyajian data yang

deskriptif kualitatif yaitu dengan cara dimaksudkan untuk menghimpun,

memberikan gambaran informasi masalah menyusun sekumpulan informasi yang

secara sistematis, jelas dan mendalam memberikan kemungkinan adanya

untuk mendapatkan data kualitatif yang penarikan kesimpulan dan pengambilan

baru. Hasil dari gambaran informasi akan tindakan penyajian data.

diinterprestasikan sesuai dengan hasil b. Penarikan kesimpulan

penelitian yang dilakukan berdasarkan Penarikan kesimpulan dan

dukungan teori yang berkaitan dengan verifikasi yang didukung oleh bukti-

objek yang diteliti untuk menarik bukti yang valid dan konsisten

kesimpulan. sehingga dapat menjawab rumusan

masalah yang telah dirumuskan


a. Reduksi data
sebelumnya.
Reduksi data berarti merangkum,
4. HASIL PENELITIAN DAN
memilih hal-hal yang pokok,
PEMBAHASAN
memfokuskan pada hal-hal yang penting,
Implementasi Fungsi Lembaga Adat
dicari tema dan polanya sehingga data

17 | P a g e
Desa Dalam Musyawarah Perencanaan permasalahan sosial yang terjadi di dalam

Pembangunan Desa dan segala bentuk Masyarakat. Sehingga jika Lembaga Adat

kebijakan serta keputusan bersifat Desa Leosanik ikut serta dalam

Musyawarah Mufakat di Desa Oenggae Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Kecamatan Pantai Baru Kabupaten Rote Desa dan segala bentuk kebijakan serta

Ndao. keputusan yang bersifat Musyawarah

Partisipasi Lembaga Adat Desa mufakat maka mereka dapat

sangat dibutuhkan dalam Perencanaan dan merencanakan, melaksanakan, mengawasi

Musyawarah Pembangunan di desa serta mengevaluasi setiap tahap proses

Oenggae, karena tanpa Partisipasi dari Pelaksanaan Pembangunan di Desa

Lembaga Adat Desa Leosanik, maka Oenggae. Namun yang terjadi di Desa

Perencanaan Pembangunan di Desa Oenggae Partisipasi Lembaga Adat baik

Oenggae hanya sebagai formalitas tanpa yang terhimpun dalam Lembaga Adat

menerapkan Peraturan yang ada serta tidak Desa.

sesuai dengan Peraturan yang berlaku. Partisipasi Lembaga Adat Desa

Partisipasi Lembaga Adat Desa Leosanik Leosanik dalam Perencanaan

dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa harusnya tersalurkan

Pembangunan di desa Oenggae sangat melalui Musyawarah Desa yang

dibutuhkan mengingat bahwa yang paham diselenggarakan Badan Permusyawarah

dan mengerti mengenai Masalah dan Desa yang diatur pada Peraturan Menteri

kendala yang dihadapi di daerahnya yakni Dalam Negeri Tentang Lembaga

Lembaga Adat Desa sebagai Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat

yang ada dan sangat dekat dengan Desa pada pasal 10 Ayat (2) C, dijelaskan

Masyarakat sehingga lebih paham dan bahwa “Lembaga Adat Desa Berfungsi

melihat serta merasakan dinamika serta Mengembangkan Musyawarah mufakat

18 | P a g e
untuk pengambilan keputusan dalam dijalankan di Desa Oenggae. Hal tersebut

musyawarah Desa”. Berkaitan dengan terjadi karena belum adanya Peraturan

penyelenggaraan dalam pemerintahan di Desa (PERDES) yang mengatur tentang

Desa, Lembaga Adat Desa sebagai mitra Lembaga Adat sesuai dengan Peraturan

Pemerintah Desa untuk dapat Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun

berpartisipasi dalam Pembangunan fisik 2018 Tentang Lembaga Kemasyarakatan

Desa dan Penyelenggaraan administrasi Desa dan Lembaga Adat Desa Pasal 11

desa, maka setiap keputusan yang diambil Ayat (1) yang berbunyi: “Jenis dan

harus didasarkan atas musyawarah Desa Kepengurusan LAD yang

untuk mencapai keputusan bersama. menyelenggarakan fungsi sebagaimana

Pada hasil observasi yang dilakukan dimaksud dalam pasal 10 ayat (2)

di Desa Oenggae Kecamatan Pantai Baru ditetapkan dengan Peraturan Desa”.

Kabupaten Rote Ndao, Lembaga Adat Penetapan Pengurus Lembaga Adat

Desa sebagai mitra Pemerintah Desa, Desa Leosanik dilakukan dengan

Partisipasinya dalam Musyawarah pemilihan pada tingkat kecamatan di mana

perencanaan pembangunan di Desa akan di dilakukan Musyawarah yang di

Oenggae belum di atur dalam Peraturan pimpin oleh ketua Leosanik di kecamatan

Desa sebagaimana di atur dalam Pasal 11 sekaligus sebagai penyelenggara tugas nya

Ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri sebagai sebuah Lembaga Adat di Desa

Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Lembaga yang menjadi ruang bagi masyarakat untuk

Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat mempertahankan nilai dan budaya yang

Desa, sehingga Tugas dan Fungsi ada di dalam Desa. Partisipasi Lembaga

Lembaga Adat Desa Leosanik sebagai Adat Desa Leosanik di Desa Oenggae

mitra kerja yang bersifat partisipatif yang dalam Proses perencanaan, pelaksanaan,

di maksudkan dalam Peraturan ini tidak pengawasan sampai evaluasi yang sebagai

19 | P a g e
mitra kerja menjdi landasan pacu untuk terlebih lagi dengan adanya sarana

mengetahui Partisipasi Lembaga Adat pendidikan seperti SD/sederajat,

Desa Leosanik dalam Musyawarah SLTP/sederajat, SLTA/sederajat, naiknya

Perencanaan Pembangunan Desa. oleh antusias masyarakat di bidang pendidikan

karena itu, faktor penghambat partisipasi terlihat dari keinginan untuk melanjutkan

Lembaga Adat Desa Leosanik di Desa menimba ilmu sampai pada jenjang

Oenggae dalam penelitian ini haruslah Perguruan Tinggi, ini satu hal yang sangat

digali sampai keakar-akarnya. Untuk dapat patut diberi apresiasi positif bagi

mengetahui Faktor penyebab tingkat kelangsungan pembangunan pendidikan di

Partisipasi Lembaga Adat Desa Leosanik Kabupaten Rote Ndao.

sampai tidak diterapkannya Tugas dan


5. KESIMPULAN DAN SARAN
fungsi nya menurut Peraturan Menteri
Kesimpulan
Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2018 Bab
Berdasarkan hasil penelitian yang
3 Pasal 10. Maka Peneliti melalukan
dilakukan di Desa Oenggae Kecamatan
pendataan untuk mengetahui Faktor-faktor
Pantai Baru Kabupaten Rote Ndao,
Penyebab tidak adanya Partisipasi
Tentang Lembaga Adat Desa Leosanik,
Lembaga Adat Desa Leosanik di Desa
maka peneliti menarik Simpulan sebagai
Oenggae. Peneliti menemukan beberapa
berikut :
faktor, yaitu:
a) Partisipasi Lembaga Adat Desa

a) Faktor Tingkat Pendidikan Masyarakat Leosanik Dalam Musyawarah

Desa Oenggae Perencanaan Pembangunan Desa

sebagaimana seharusnya sebagai


Jika ditilik dari segi pendidikan,
Corong partisipasi Masyarakat
Masyarakat Desa Oenggae sekarang ini
sesuai konteks kebutuhan
secara keseluruhan tampak adanya
Masyarakat. sehingga dengan
perkembangan dalam bidang pendidikan,

20 | P a g e
mempertimbangkan c) Faktor eksternal Penyebab

penyelenggaraan pemerintahan belum diaturnya Peraturan Desa

yang akan dilakukan juga dengan tentang Lembaga Adat Desa

pelaksanaan pembangunan, Leosanik di Desa Oenggae karena

pelayanan kemasyarakatan, dan minimnya sosialisasi yang di

pemberdayaan masyarakat. berikan Pemerintah Kabupaten

b) Faktor-faktor penyebab yang Rote Ndao kepada Pemerintah

ada baik internal dan eksternal Desa serta terbatasnya akses

yang membuat Implementasi kepada produk-produk hukum yang

Fungsi Lembaga Adat Desa, seperti ada di Kabupaten Rote Ndao,

tidak pahamnya Pemerintah Desa seperti website resmi JDIH

Oenggae mengenai fungsi Kabupaten Rote Ndao yang tidak

Partisipasi dari Lembaga Adat bisa diakses sampai saat ini tetapi

Desa sebagai Mitra Kerja Menurut tidak pernah dibenahi oleh dinas

Peraturan Menteri Dalam Negeri terkait.

Nomor 18 Tahun 2018 Tentang d) salah satu Faktor nya adalah

Lembaga Kemasyarakatan Desa penyelenggaraan administrasi di

dan Lembaga Adat Desa, serta kabupaten Rote Ndao yang tidak

tidak adanya Peraturan Desa yang berjalan baik yang berdampak pada

Mengatur tentang Lembaga Adat implementasi dari sebuah produk

Desa sebagaimana yang telah di hukum yang ingin diterapkan

tetapkan dalam Peraturan yang ada sehingga hal tersebut bertentangan

yang seharusnya ditetapkan oleh denga prinsip Demokrasi

Pemerintah Desa Oenggae. deliberatif. Elemen penting dari

model Demokrasi deliberatif terdiri

21 | P a g e
dari: (1) adanya partisipasi warga kegiatan sesuai konteks dan tujuan

Negara, (2) ketersediaan ruang kegiatan yang di lakukan

untuk terlibat dalam proses (ruang Pemerintah Desa Oenggae dan

publik), dan (3) adanya komunikasi Lembaga Adat Desa Leosanik yang

diantara warga negara maupun di landasi oleh etika individual,

antar warga dan pembentuk etika sosial, etika dan budaya yang

kebijakan (Negara). Jika elemen melekat.

penting dari model demokrasi SARAN

deliberatif bisa diterapkan, Adapun saran dari peneliti kepada

khususnya pada proses Pemerintah Desa Oenggae berkaitan

Musyawarah perencanaan dengan penelitian ini adalah sebagai

pembangunan dan pengambilan berikut :

kebijakan atau produk hukum di


a) Partisipasi Lembaga Adat Desa
Desa Oenggae dengan hadirnya
dalam Musyawarah Perencanaan
Lembaga Adat Desa sebagai mitra
Pembangunan dan Proses
kerja yang bersifat partisipatif
pembentukan kebijakan Desa di
maka yang dihasilkan pasti
Desa Oenggae haruslah segera
berkarakter hukum responsif agar
diterapkan Pemerintah Desa
terciptanya sebuah asas hukum
Oenggae serta melibatkan
yang berupaya menyeimbangkan
Partisipasi Masyarakat seperti
tindakan yang di ambil dengan
tokoh-tokoh masyarakat serta
tujuan yang ingin di capai. Dengan
lapisan-lapisan lain masyarakat
kata lain asas yang mengutamakan
seperti Petani dan Nelayan agar
keseimbangan antara hak dan
terwujudnya program-program
kewajiban yakni meletakan segala
Desa yang efektif sesuai konteks

22 | P a g e
kebutuhan masyarakat dan tidak peraturan yang sama mengatur

terbentur dengan nilai-nilai adat ketentuan untuk hadirnya Peraturan

istiadat dan budaya yang sudah ada Desa yang dimaksud.sehingga

dan melekat dalam Masyarakat. implementasi fungsi dari Lembaga

b) Pemerintah Desa Oenggae Adat Desa Leosanik dapat

haruslah secermat mungkin dilaksanakan sebagaimana

memantau perkembangan di dalam mestinya sesuai dengan peraturan

Desa, terkhususnya pada yang ada.

Penyelenggaran administrasi dan

implementasi dari produk hukum DAFTAR PUSTAKA


yang berlaku. Agar sesegera Buku:
mungkin Pemerintah Desa Yulianto Sg. Dan Rozaki Abdur ,
Oenggae melalui kepala Desa dan Pelembagaan Demokrasi
seluruh aparatur Desa bersama melalui Musyawarah Desa
Masyarakat dan Tokoh Adat dan (Yogyakarta 2015)
pengurus Lembaga Adat Desa Anwar Y dan Adang , Sosiologi unuk
Leosanik untuk bermusyawarah Universitas CV. Refika Aditama,
membuat suatu Peraturan Desa Bandung 2013.
yang mengatur Jenis dan Yunus Ahsan dan Irwansyah, 2021,
kepengurusan Lembaga Adat Desa Penelitian Hukum pilihan
Leosanik dalam menyelenggarakan metode dan praktik penulisan
fungsinya sebagaimana dimaksud Artikel Edisi Revisi, Mirra
dalam Pasal 10 Ayat (2) Peraturan Buana Media, Yogyakarta.
Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Muzzaqi Fahrul. Diskursus Demokrasi
Tahun 2018 yang juga dalam Deliberatif di Indonesia.Surabaya. 2019.

23 | P a g e
Ahsan Yunus, Irwansyah, 2021, Op.cit hukum edisi pertama, PT. Fajar

Samadhi Purna Willy,Longgina Novadona Interpratama Mandiri, Jakarta,

Bayo,dan Purwo Santoso , Rezim 2012.

Lokal di Indonesia: memaknai Yunus Ahsan dan Irwansyah , 2021,

ulang Demokrasi kita. YP Obor Penelitian Hukum pilihan metode

Indonesia, Jakarta 2018. dan praktik penulisan Artikel,Mirra

Irawan Nata , Tata Kelola Pemerintahan Buana Media, Yogyakarta.

Desa Era UU Desa. YP Obor Ali H.Zainuddin , Metode Penelitian

Indonesia, Jakarta 2017. Hukum, (Palu 2009)

Hadjon M Philipus dkk, 2015, Pengantar Jurnal Ilmiah:

Hukum Administrasi Indonesia, Indah maulidiyah MSK, 2014, Fiat

Cetakan IIX, PT Gadjah Mada justisia jurnal Ilmu Hukum

University Press, Yogyakarta. volume S, ISSN 1978-5186,

Dalima Susanti Maria dan Yohanes Jakarta.

Saryono , Hukum Pemerintahan Samsudin, Santi Hendrayani dan

Daerah,2021. Suryawahyuni Latief, 2021,

Doel Mark and Sardlow Steven, The new Jurnal Tanah Pilih VOL. 1

social work practice edisi terjemahan NO.1, E-ISSN 2777-1113,

(1998:45) Jambi.

Hernoko Yudha Agus, 2010, Hukum Suyanto dan B mujayadi, Pemberdayaan

Perjanjian Asas Proporsional komunitas Adat terpencil

dalam Kontrak komersial, melalui pelayanan terpadu ,

Prenada Media Group, Jakarta. Kementrian sosial RI, seri-

Santoso Agus H.M, Hukum, Moral, dan 52983, Jakarta, 2015.

Keadilan: sebuah kajian filsafat Arifin Abdullah, Teori Terbentuknya

24 | P a g e
Lembaga Adat (Aceh 2020) (MUSRENBANG) DI DESA

Cohen dan Uphoff dalam Siregar DONGKALAEA

(2001:19) KECAMATAN WAWONII

Menurut Club du Sahel dalam Mikkelsen UTARA KABUPATEN

(2001:69-70) KONAWE KEPUALAUAN ,

Cohen dan Uphoff (dalam Supriatna, (Konawe 2018)

2000:61-63) Peraturan Perundang-Undangan:

Ter Haar (dalam Muhhamad, 1988:30) Indonesia, Peraturan Menteri Dalam

Fathurrahman Fadil, “Ilmu Politik dan Negeri Tentang Lembaga

Pemerintahan Lokal” Kemasyarakatan Desa dan

PARTISIPASI MASYARAKAT Lembaga Adat Desa,

DALAM MUSYAWARAH PERMENDAGRI No. 18

PERENCANAAN Tahun 2018

PEMBANGUNAN DI Indonesia, tentang Lembaga

KELURAHAN KOTA BARU Kemasyarakatan Desa

TENGAH. 2 (Juli-Desember dan Lembaga Adat Desa,

2013) PERMENDAGRI No.18

Tahun 2018, ps 1
Fathurrahman Fadil, 2013, Op. Cit,
Indonesia, Undang-
Cohen dan Uphoff (1977). Dalam Mulyadi
undang tentang pedoman
(2011:34)
penyelesaian masalah hak
Gunawan dan Mustakim, EFEKTIVITAS
ulayat masyarakat hukum
PELAKSANAAN
adat, PERMEN ATR/BPN
MUSYAWARAH
No.5 Tahun 1999 ps.1 ayat
PERENCANAAN
(3)
PEMBANGUNAN

25 | P a g e
Indonesia, undang-undang Tentang dan Lembaga Adat

Lembaga Desa, PERMENDAGRI

kemasyarakatan desa No. 18 Tahun 2018

dan Lembaga adat desa , ps.10 ayat (2)

PERMENDAGRI No. Internet:

18 Tahun 2018 Wikipedia. Diakses dari

Indonesia, undang-undang Tentang https://id.wikipedia.org/wiki/Pengertian

Pemerintahan Daerah, Lembaga Adat.

UU No. 32 Tahun 2004, https://id.wikipedia.org/bogorkota.bawaslu

LN No. 125 Tahun 2004, .go.id.

TLN No 4437. https://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga

Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Adat Leosanik di Rote Ndao .

Negeri Tentang https://id.wikipedia.org/MIH202098.Pdf

Lembaga https://rotendaokab.go.id/info.

Kemasyarakatan Desa

26 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai