Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH SISTEM KONTROL KENDARAAN

SISTEM PENERANGAN KENDARAAN BERMOTOR JENIS MULTI


PURPOSE VEHICLE (MPV)

oleh

Muammar Khadafi
NIM B43140370

PROGRAM STUDI MESIN OTOMOTIF


JURUSAN TEKNIK
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh sebuah
mekanisme kerja mesin, dan digunakan untuk transportasi darat. Umumnya
kendaraan bermotor menggunakan mesin pembakaran dalam. Kendaraan
bermotor pada umumnya terdiri dari tiga bagian besar, yaitu bagian rangka,
bagian kelistrikan, dan bagian mesin.
Lampu pada dasarnya diciptakan sebagai alat penerang untuk menbantu
penglihatan pada saat kondisi malam hari. Namun, lampu-lampu yang terpasang
pada kendaraan mempunyai fungsi lebih dari sekedar alat penerang di saat gelap.
Secara umum, orang akan berpendapat lampu hanya berfungsi sebagai alat
penerang. Pendapat itu benar, tetapi hanya untuk fungsi lampu utama (headlights)
di bagian depan kendaraan. Sementara lampu yang dipasang di mobil atau motor
tidak hanya lampu utama.
Lampu bukan hanya sekedar alat penerang. Lampu adalah alat komunikasi
antar sesama pemakai jalan. Sebenarnya, sebagian besar lampu yang dipasang di
mobil atau motor lebih banyak berfungsi sebagai alat komunikasi daripada untuk
penerang. Bagian depan dan belakang kendaraan bermotor wajib dilengkapi
dengan beberapa jenis lampu. Pada bagian depan, terdapat tiga set lampu yang
wajib dipasang dan berfungsi dengan baik, yakni lampu utama (berwarna putih),
lampu senja atau lampu kota (putih), dan lampu sein (kuning).
Lampu-lampu ini sudah menjadi perlengkapan standar saat mobil/motor
keluar dari pabrik. Pada beberapa mobil keluaran terbaru, lampu kabut (foglamp)
juga menjadi perlengkapan standar yang dipasang di bagian depan mobil.
Sementara di bagian belakang mobil terdapat lima set lampu yang menjadi
perlengkapan standar wajib. Yakni, lampu penanda belakang (taillight) warna
merah), lampu rem (merah), lampu sein (kuning), lampu mundur (putih). Dan
lampu penerang plat nomor (putih). Untuk kendaraan yang beroperasi di areal
tambang ada lampu tambahan yang dipasang pada bagian atas kendaraan (rotary
lamp). Semua lampu tersebut kecuali lampu rem dapat diaktifkan dari tuas dan
tombol yang terletak di dekat roda atau setang kemudi. Posisi dan penggunaan
tuas-tuas ini dapat dibaca pada buku petunjuk pemakaian (buku manual)
kendaraan masing-masing.
Secara umum, tuas pengaktif lampu utama pada mobil-mobil buatan
jepang terletak disebelah kiri roda kemudi. Bentuknya tuas putar yang terdiri atas
dua tingkat putaran. Sementara tuas pengaktif lampu sein dan lampu dim (pass
lights) terletak disebelah kanan roda kemudi. Saat tuas pengaktif lampu utama
diputar sekali, lampu-lampu yang akan aktif adalah lampu senja (lampu kota),
lampu penanda belakang, dan lampu penerang plat nomor. Aktifkan lampu-lampu
ini saat cahaya matahari mulai redup, biasanya pada senja atau menjelang
matahari terbit.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan beberapa rumusan masalah
antara lain:
1. Menjelaskan fungsi komponen sistem penerangan ?
2. Mengidentifikasi komponen sistem penerangan ?
3. Macam-macam lampu penerangan dan fungsinya pada kendaraan jenis
multi purpose vehicle (MPV)?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas didapatkan beberapa tujuan penelitian,
yaitu:
1. Mengetahui fungsi komponen sistem penerangan.
2. Mengetahui macam-macam lampu penerangan dan fungsi pada
kendaraan bermotor jenis multi purpose vehicle (MPV).
1.4 Manfaat
1. Sebagai informasi kepada pembaca tentang macam-macam sistem
penerangan pada kendaraan bermotor jenis multi purpose vehicle (MPV).
2. Dapat mengetahui macam-macam lampu penerangan dan fungsi pada
kendaraan bermotor jenis multi purpose vehicle (MPV).
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Kontrol Kendaraan


Sistem kontrol atau sistem kendali atau system pengaturan merupakan
suatu sistem yang terdiri dari beberapa elemen sistem yang bertujuan untuk
melakukan pengaturan atau pengendalian suatu proses untuk mendapatkan suatu
besaran yang diinginkan. Sistem kontrol terdiri dari komponen-komponen fisik
dan non fisik yang disusun sedemikian hingga mampu berfungsi sesuai dengan
tujuan yang diinginkan. Sistem kontrol berkaitan dengan proses pengaturan atau
pengendalian terhadap satu atau lebih besaran (variabel, parameter) sehingga
berada pada suatu nilai pada range tertentu sesuai dengan yang diinginkan.
Sistem pengendalian atau teknik pengaturan dapat juga didefinisikan
sebagai suatu usaha atau perlakuan terhadap suatu sistem dengan masukan
tertentu guna mendapatkan keluaran sesuai dengan yang diinginkan. Sistem
pengaturan berkaitan dengan hubungan timbal balik antara komponen-komponen
yang membentuk suatu konfigurasi sistem yang memberikan suatu hasil yang
dikehendaki berupa respon.Industri atau pabrik merupakan kumpulan dari unit-
unit proses produksi (pemilihan bahan baku, pemrosesan awal, pemrosesan lanjut,
pemrosesan akhir) yang terintegrasi satu sama lain secara sistematik dan rasional.
Tujuan keseluruhan dari pabrik tersebut adalah untuk mengubah sekumpulan
bahan baku tertentu (input) menjadi produk yang diinginkan dengan
menggunakan sumber daya energi yang tersedia, dengan cara yang efektif dan
efisien. Agar proses-proses produksi berjalan sesuai dengan target-target yang
ditentukan, maka proses itu harus dikontrol secara otomatis.

2.2 Pengertian Sistem Penerangan


Sistem penerangan adalah suatu sistem yang tersusun dari berbagai macam
komponen kelistrikan dan kabel - kabel penghantar yang saling berhubungan
antara komponen satu dengan yang lainnya yang membentuk suatu sistem dengan
fungsi yang berbeda-beda. Sistem penerangan tersebut meliputi: lampu kepala,
lampu kota, lampu tanda belok, lampu hazzard,lampu rem, dan lampu
mundur. Sistem penerangan pada kendaraaan merupakan suatu sistem yang sangat
penting untuk keamanan dan kenyamanan dalam berkendara, oleh sebab itu
sistem kelistrikan harus dapat bekerja dengan baik dan harusmengikuti peraturan
perundang-undangan yang berlaku secara internasional, terutama menyangkut
kode warna dari lampu sistem penerangan tersebut. Berikut merupakan aturan
sistem penerangan di Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 44
Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi.

3.3 Mobil Multi Purpose Vehicle (MPV)


Mobil keluarga atau Multi Purpose Vehicle (MPV) telah menjadi
kendaraan favorit di Tanah Air. Hal ini lumrah mengingat rata-rata keluarga di
Indonesia memiliki anak lebih dari dua dan hanya mampu membeli satu mobil.
Karena itu, MPV lewat daya angkut penumpangnya yang tinggi menjadi pilihan
utama. klasifikasi mobil "multi-fungsi" yang dapat digunakan sebagai pengangkut
penumpang sekaligus kendaraan pembawa barang. Kendaraan bertipe ini
cenderung memiliki klasifikasi "mini-bus" (bus kecil) dilihat dari bentuknya.
Produksi kendaraan yang bertipe MPV ini biasanya terdapat dua varian yaitu
untuk membawa penumpang (dengan kursi penumpang belakang) dan untuk
membawa kargo (tanpa jendela dan kursi penumpang belakang) yang hanya
dikhususkan untuk membawa barang.

2.4 Identifikasi Sistem Penerangan Pada Kendaraan

a. Jaringan Kabel (Wiring Harness)


Jaringan kabel merupakan sejumlah kabel yang terisolasi yang
dihubungkan ke komponen-komponen. Kabel-kabel ini disatukan dalam satu unit
untuk memudahkan penyambungannya pada komponen-komponen kelistrikan.
Gambar 1. Jaringan kabel (Wiring Harness)
b. Kode Warna
Kabel-kabel otomotif mempunyai kode warna. Artinya, masing-masing
rangkaian memberikan warna spesifik atau jumlah warna untuk membantu
pekerja menelusuri rangkaian. Pada diagram kelistrikan yang dicetak dengan
warna hitam biasanya dilengkapi dengan abjad untuk memudahkan
pengidentifikasian. Sebagai contoh R atau red (merah), G untuk green (hijau) dan
RG untuk merah dengan strip hijau.
Gambar di bawah ini menunjukkan bagaimana keadaan kabel dengan kode
dan menginterpretasikannya. Diameter kawat juga tercetak pada kabel. Pada
rangkaian lain terdapat juga pengkodean dengan menggunakan angka untuk
mengidentifikasi kabel.
Kode Warna :
Hurup pertama merupakan warna utama kabel dan hurup lainnya merupakan
warna strip.

Gambar 2. Kode warna kabel


Bl - Black (Hitam) O- Orange (Oranye)
Bu - Blue (Biru) P- Pink (Merah Muda)
G - Green (Hijau) Gr- Grey (Abu-abu)
R - Red (Merah) V- Violet (Violet)
Y - Yellow (Kuning) P- Purple (Ungu)
W - White (Putih) Lg- Light Green (Hijau Muda)
Br- Brown (Coklat) Lb- Light Blue (Biru Muda)

c. Diagram Pengawatan (Wiring Diagram)


Diagram pengawatan adalah gambar garis yang menunjukkan unit-unit
kelistrikan dan kabel-kabel penghubungnya. Diagram pengawatan sangat
membantu orang-orang yang mengerjakan sistem kelistrikan pada kendaraan.
Pada kendaraan-kendaraan masa kini sistem kelistrikannya lebih kompleks karena
setiap tahunnya selalu ada tambahan komponen yang dipasang.

2. Sikring dan Fusible Link


Sikring dipasang pada rangkaian kelistrikan yang bertujuan untuk menjaga
rangkaian atau komponen dari kerusakan. Sikring umumnya dipasang pada
sebuah kotak sikring dan diletakkan dalam kendaraan dekat panel instrumen. Ada
juga sikring yang dipasang secara terpisah pada rangkaian.
Sikring ditentukan menurut kapasitas arus yang melewati, seperti 10A dan
15A. Ukuran sikring biasanya berkisar antara 2 amper (digunakan untuk radio),
sampai 30 amper (digunakan untuk sistem penyejuk udara atau kipas pemanas
(heater fans).

Gambar 3. Jenis-jenis sikring


Sebuah sikring pada dasarnya terdiri dari elemen dalam bentuk kawat
halus atau plat logam yang meleleh bila dialiri arus listik yang berlebihan.
Terbakarnya sikring akan membuka/memutuskan rangkaian dan mencegah
mengalirnya arus.
Terdapat tiga jenis sikring yang biasa digunakan pada kendaraan, yakni jenis
cartridge, keramik , dan blade.
Fusible links adalah sikring heavy duty yang ditempatkan di kompartemen
engine dekat baterai. Sikring ini menghubungkan antara baterai dengan berbagai
sistem kelistrikan dan memproteksi seluruh rangkaian pada kendaraan kecuali
rangkaian motor starter.
Sebuah kendaraan bisa mempunyai satu fusible link atau fusible link yang
terpisah untuk rangkaian yang berbeda. Gambar berikut menunjukkan fusible link
yang berbentuk kabel khusus yang dihubungkan ke rangkaian dan dirancang
untuk mengalirkan arus normal dari sistem kelistrikan, tetapi dapat meleleh bila
arus (dan panas dari arus) yang ditimbulkan berlebihan.

Gambar 4. Fusible link dihubungkan pada sistem kelistrikan.


Kemampuan fusible link dapat diidentifikasi dari warnanya. Sebagai
contoh, fusible link berwarna hitam akan meleleh bila dialiri arus sampai 180
amper, walaupun demikian pengaliran arus yang diijinkan hanya 45 amper.
Sedangkan fusible link berwarna merah akan meleleh pada pengaliran arus sampai
150 amper dan yang berwarna hijau akan meleleh pada pengaliran arus 100
amper.
3. Saklar
Saklar umumnya digunakan untuk mengoperasikan berbagai komponen
kelistrikan. Sebagian saklar dioperasikan secara manual. Sebagian dioperasikan
secara otomatis dan yang lainnya menggunakan remote control. Kerja saklar
adalah menghubungkan dan memutuskan rangkaian yang sudah dipasang.
Pada kendaraan penumpang, dua saklar utamanya adalah kunci kontak dan
saklar kombinasi pada streering colums. Kunci kontak mempunyai hubungan ke
posisi start, ignition (pengapian), dan accessories (kelengkapan).
Saklar kombinasi seperti diperlihatkan di bawah ini termasuk saklar
pengontrol dan saklar untuk penerangan, penghapus kaca dan lampu belok.

Gambar 5. Saklar kombinasi pada steering column.


Saklar-saklar dioperasikan secara manual, tetapi pada berbagai kondisi
saklar ini digunakan untuk mengoperasikan relay pada kompartemen engine dekat
ke komponen. Relay inilah yang menghubungkan dan memutuskan arus ke
komponen.
Beberapa saklar lainnya ditempatkan pada instrumen (dashboard).
Meskipun demikian terdapat juga saklar yang dipasang pada pedal rem, kopling,
transmisi otomatis dan komponen-komponen lainnya.
Selain saklar manual dan saklar elektronik (relay), saklar elektronik
(transistor) juga digunakan pada komponen-komponen elektronik.
4. Relay
Relay dipasang pada berbagai komponen sistem kelistrikan dan dikenal
juga sebagai saklar elektromagnetik atau saklar elektromekanik. Gambar berikut
menunjukkan beberapa relay dan penempatannya pada kendaraan. Walaupun
demikian pengaturannya akan bervariasi tergantung pada merek dan model
kendaraan. Seperti diperlihatkan pada gambar, relay digunakan untuk penerangan,
klakson, instrument, sistem pengisian, sistem pengapian dan sebagainya.

Gambar 6. Penempatan relay pada kendaraan.


Secara umum relay dibedakan menjadi dua jenis menurut fungsi dasarnya,
yakni relay normally open dan normally closed.

Gambar 7. Relay

Relay dapat digunakan untuk bemacam-macam keperluan. Relay normally


open akan menghubungkan kontak apabila kumparan dialiri arus (a), sedangkan
relay normally closed akan membuka kontaknya jika kumparan dialiri arus (b).
Relay juga dapat bekerja secara kombinasi dari kedua jenis relay sebelumnya (c).
Dalam hal ini, satu set kontak merupakan jenis normally open dan satu set lainnya
jenis normally closed.
Pembangkitan magnet pada kumparan akan menghubungkan komponen
dalam rangkaian ke komponen lainnya.
Diagram (d) menunjukkan variasi lain, pada relay ini, bila kumparan dialiri
arus menyebabkan terputusnya satu komponen dalam rangkaian dan
menghubungkan komponen lainnya.
Ada beberapa keuntungan dari penggunaan relay pada sebuah rangkaian,
antara lain:
a. Adanya jalur langsung antara baterai dan beban.
b. Penurunan/kehilangan tegangan sangat kecil.
c. Kemungkinan daya yang besar pada beban.

5. Bola Lampu
Sebuah bola lampu terdiri dari sebuah filamen halus kawat tungsten yang
keadaannya dipertahankan memijar saat dialiri arus listrik. Pijaran filamen inilah
yang menghasilkan cahaya. Filamen ini ditempatkan pada tabung kaca yang
hampa udara. Walaupun demikian di dalamnya diisi sedikit gas inert. Filamen
harus bekerja dalam daerah bebas oksigen untuk mencegah dari pengoksidasian
atau terbakar.
Terdapat berbagai macam bola lampu yang dipasang pada kendaraan,
seperti dipelihatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 9. Jenis bola lmpu (a) dua filament dengan offset pins, (b) single
filament, (c) quartz halogen, (d) festoon, (e) panel, (f) capless panel, (g) ulir
(screw base)
a. Bola Lampu Festoon
Bola lampu ini terdiri dari tabung gelas dengan sebuah filament yang
dihubungkan pada metal penutup di kedua ujungnya. Bola lampu festoon
digunakan untuk penerangan interior, lampu plat nomor dan pamakaian yang
sejenis.

b. Bola Lampu Panel


Bola lampu ini bentuknya kecil, umumnya digunakan untuk penerangan
instrument dan lampu indikator. Beberapa jenis bola lampu ini mempunya fitting
bayonet kecil. Kawat kecil yang berada di bawahnya berguna sebagai kotak.

c. Bola Lampu Jenis Seaaled Beam


Bola lampu ini digunakan umumnya untuk lampu kepala. Bola lampu ini
mempunyai reflektor, lensa dan filament yang diisolasi sebagai satu unit. Ini
merupakan kelebihan, karena dapat menjaga permukaan reflektor dari
kemungkinan lembab atau kotor. Filament dipersiapkan dengan volume gas yang
lebih banyak daripada bola lampu normal.

Gambar 10. Bola lampu sealed beam, (a) sealed beam untuk dua lampu
kepala, (sealed beam yang lebih besar untuk lampu kepala tunggal.

d. Bola Lampu Halogen Quartz


Bola lampu halogen biasanya digunakan untuk lampu kepala yang
didalamnya terdapat gas khusus halogen. Bola lampu ini dikonstruksi dalam
bentuk sealed beam atau semi sealed hausing yang memungkinkan bola lampu ini
biasa dipasang dan dilepas.
Gambar 10. Lampu kepala halogen/quartz

Bola lampu halogen sangat efisien dan menambah output sekitar 25 persen
di atas lampu kepala biasa tanpa menaikkan arus pemakaian. Ukuran kemampuan
lampu-lampu ini biasanya tertera pada lampu-lampu tersebut. Dengan demikian
apabila lampu rusak, mudah menggantinya dengan lampu yang sejenis.

Gambar 11. lampu halogen dalam bentuk sealed beam.

Gambar 12. Lampu halogen jenis sealed beam dan bola lampu biasa.
Saklar dim digunakan untuk mengontrol kerja lampu jarak jauh dan lampu
dekat pada lampu kepala. Saklar ini biasanya dipasang pada asembly steering
column. Pada mobil tua, saklar ini biasanya dipasang pada lantai (floor board)
Gambar 13. Saklar dim

e. Daya Lampu
Tenaga listrik diukur dalam watt. Satu watt sama dengan 1 volt x 1 amper.
Dengan demikian daya suatu lampu dapat diperoleh dengan mengalikan tegangan
dan arus yang mengalir pada lampu tersebut. Sebagai contoh pada sebuah lampu
terdapat data 12 V/42 W. Data ini menunjukkan bahwa lampu tersebut
diaplikasikan pada sistem 12 volt dan dapat dialiri arus sebesar 3,5 amper.

f. Reflektor
Reflektor yang terdapat pada lampu kepala dilapisi alumunium untuk
memantulkan cahaya. Filamen pada bola lampu ditempatkan sedemikian rupa di
depan reflektor, sehingga fokus yang tepat bisa diperoleh. Gambar di bawah ini
menunjukkan sebuah lampu kepala yang mempunyai dua filamen.

Gambar 15. Arah pantulan sinar dari lampu kepala


Lampu jarak jauh (100 m)
 F merupakan titik api.
 Pemancaran sinar dipantulkan secara parallel terhadap poros reflektor,
oleh karena itu jangkauannya luas.
 Melalui lensa, penyebaran cahaya menjadi merata.
Lampu jarak dekat (25 m)
 Filament (A) didepan titik api, dengan demikian arah cahaya tertuju pada
arah menurun.
 Penutup (K) memungkinkan tidak adanya sinar pada setengah cermin
bagian bawah, oleh karena itu hanya cahaya pada cermin bagian atas yang
bisa dipantulkan.

g. Lensa Lampu
Terdapat dua jenis lensa yang digunakan untuk lampu kepala jarak dekat,
yakni simetris dan asimetris.
Penutup (K) pada bola lampu membatasi cahaya tepat pada bagian poros,
hal ini mengakibatkan timbulnya kondisi pembatas terang dan gelap.

Gambar 15. Lensa lampu simetris Gambar 17. Lensa lampu asimetris
Posisi penutup (K) miring sebesar 15o. Hal ini menyebabkan cahaya
melebar ke bawah (s). Akibatnya cahaya akan jatuh melebar pada bagian kanan
jalan (sistem eropa). Untuk penggunaan di negara kita, kendaraan berjalan di
sebelah kiri, maka konstruksi miringnya berada pada bagian kiri.

h. Rangkaian Sistem Penerangan


1) Rangkaian lampu kepala dan blitz/pass
Sistem lampu kepala biasanya terdiri dari baterai, saklar penerangan,
saklar dim, sikring dan lampu kepala. Walaupun demikian terdapat juga rangkaian
sistem lampu kepala yang dilengkapi dengan relay.

Gambar 17. Rangkaian sistem lampu kepala tanpa relay.


Cara kerjanya sebagai berikut :
Apabila saklar penerangan diarahkan pada lampu kepala, arus dari baterai
akan engalir ke saklar dim. Dari sini arus akan mengalir ke slah satu rangkaian
lampu kepala (lampu jarak jauh atau jarak dekat) tergantung posisi saklar.
Selanjutnya arus listrik mengalir ke lampu kepala melalui sikring. Rangkaian
sistem lampu kepala yang menggunakan relay diperlihatkan pada gambar di
bawah ini.

Gambar 18. Sistem lampu kepala menggunakan relay.


Keterangan: 1. Lampu kepala kiri 6. Saklar utama 2. Lampu kepala kanan 7.
Sikring 3. Relay lampu kepala jarak dekat 8. Fusible link 4. Relay lampu jarak
jauh 9. Baterai 5. Saklar lampu jarak dekat dan jarak jauh

Cara kerjanya :
Saat saklar penerangan diarahkan pada lampu kepala maka arus listrik dari
baterai akan mengalir ke saklar dim dan diteruskan ke relay. Akibatnya pada
kumparan relay timbul magnet. Kemagnetan ini menyebabkan terhubungnya
kontak pada relay. Dengan demikian arus listrik dsari baterai akan mengalir ke
lampu kepala.
2) Rangkaian Lampu Kabut
Lampu kabut digunakan pada saat cuaca berkabut, jalanan berdebu atau
hujan lebat. Penggunaan lampu harus mengikuti aturan yang berlaku yakni :

1. Pemasangan kedua lampu harus berjarak sama, baik yang kiri maupun
yang kanan dari titik tengah kendaraan.
2. Lampu kabut dihubungkan bersama-sama dengan lampu jarak dekat (pada
saklar dim).
3. Lampu kabut tidak dihidupkan bersama-sama lampu jarak dan hanya
dihidupkan bersama lampu kota.
4. Lampu kabut boleh menggunakan lensa warna putih atau warna kuning.

Gambar 19. Rangkaian lampu kabut


Bila lampu kabut akan diaktifkan maka saklar lampu kepala harus pada
posisi lampu jarak dekat. Saat saklar lampu kabut diaktifkan, arus listrik dari
saklar lampu kepala akan mengalir ke relay melalui saklar lampu kabut. Dengan
aktifnya relay maka arus listrik dari baterai akan mengalir ke lampu kabut melalui
sikring dan relay.

3) Rangkaian lampu belok dan hazzard


Lampu tanda belok dipasang di bagian depan dan bagian belakang
kendaraan. Lampu ini digunakan untuk memberi isyarat pada pengemudi lain
bahwa kendaraan akan belok atau pindah jalur. Saklar lampu tanda belok
umumnya dipasang pada assembly steering column. Pada kendaraan modern
biasanya saklar ini merupakan saklar multifungsi yang juga difungsikan sebagai
saklar dim (kadang-kadang juga untuk saklar klakson). Lampu tanda belok yang
normal berkedip (nyala-mati) sebanyak 90 ±30 kali permenit. Lampu tanda
bahaya (hazard) biasanya merupakan satu kesatuan dengan lampu tanda belok
tetapi dalam operasinya menggunakan saklar lain. Bila saklar ini diarahkan pada
posisi kerja maka seluruh lampu tanda belok (kiri dan kanan) akan berkedip
serempak. Lampu tanda bahaya dihidupkan hanya dalam keadaan darurat.
Berkedipnya lampu tanda bahaya diatur oleh flasher, baik jenis thermomagnetic
maupun jenis elektronik.

Gambar 20. Rangkaian flasher thermomagnetic sederhana


Gambar 21. Flasher elektronik

Sistem lampu belok dengan flasher bimetal

Sistem lampu belok dan hazzard dengan flasher dan dua dioda

Gambar 22. Rangkaian dasar sistem lampu belok dan lampu tanda bahaya.

Cara kerja sistem lampu belok dan lampu tanda bahaya :


Apabila saklar lampu belok diarahkan ke arah kiri atau kanan maka arus
listrik dari baterai akan mengalir ke kunci kontak, flasher, saklar lampu belok dan
lampu belok. Dengan bekerjanya flasher maka lampu belok akan mulai berkedip.
Sedangkan untuk lampu tanda bahaya, aliran listrik dari baterai mengalir ke
flasher, saklar hazard dan lampu hazard (keempat lampu tanda belok). Dengan
demikian lampu hazard ini akan mulai bekerja (nyala-mati secara periodik).

4) Rangkaian lampu jarak (clereance) dan tanda nomor


Pada kendaraan biasanya terdapat beberapa lampu jarak, pemasangan
lampu jarak ini minimal dua buah di depan kendaraan. Lampu ini berfungsi
sebagai tanda keberadaan dan lebarnya kendaraan (lampu jarak), sedangkan
lampu yang dipasang di belakang kendaraan biasa disebut lampu belakang,
dengan fungsi sama seperti lampu yang dipasang di depan. Lampu plat nomor
digunakan sebagai penerang plat nomor saat kendaraan digunakan pada malam
hari. Karena kegunaannya untuk mengetahui lebar dan tinggi kendaraan, posisi
lampu kota harus berada di bagian ujung dari bagian yang terlebar dan tertinggi
dari kendaraan.

Gambar 23. Rangkaian sistem lampu jarak dan lampu plat nomor.
Cara kerja lampu-lampu ini sebagai berikut :
Apabila saklar penerangan diarahkan pada posisi lampu jarak, maka arus listrik
akan mengalir dari baterai, saklar penerangan, sikring, lampu jarak dan lampu plat
nomor.
5) Rangkaian lampu mundur
Lampu mundur dipasang di bagian belakang kendaraan untuk memberikan
penerangan di bagian belakang kendaraan saat kendaraan mundur pada malam
hari. Selain itu juga berfungsi untuk memberi tanda pada pengendara lain bahwa
kendaraan bermaksud mundur. Sistem lampu mundur terdiri dari sikring, saklar
yang dipasang pada transmisi, dan dua buah lampu. Apabila transmisi diarahkan
pada posisi mundur, saklar akan menghubungkan rangkaian dan menyalakan
lampu.

Gambar 25. Rangkaian lampu mundur


6) Rangkaian lampu rem
Lampu rem digunakan sebagai tanda bagi pengendara yang ada di
belakangnya. Lampu rem memberi tanda bahwa kendaraan sedang diperlambat
atau akan berhenti. Sistem, lampu rem terdiri dari sikring, saklar lampu rem,
lampu belakang dan kabel penghubung. Saklar lampu rem terdapat dua jenis yakni
jenis mekanik dan hidrolik. Pada mobil-mobil modern umumnya digunakan saklar
lampu rem jenis mekanik yang dipasang pada pedal rem. Seperti ditunjukkan pada
gambar di bawah ini, apabila pedal rem diinjak maka saklar akan terhubung.

Gambar 26. Rangkaian lampu rem


Gambar 27. Pedal rem dalam posisi bebas dan pedal rem dalam posisi
bekerja-saklar terbuka saklar tertutup.
BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Jenis Penerangan Pada Mobil Jenis MPV


3.1.1 Sistem Penerangan Dalam (Indoor Lighting)
Pada penerangan luar ini cahaya yang diterima pada bidang kerja terdiri
dari cahaya yang langsung dan cahaya yang berasal dari pantulan dinding serta
langit-
langit
3.1.2 Sistem Penerangan Luar (outdoor Lighting)
Pada penerangan luar ini cahaya yang diterima oleh suatu permukaan
tertentu merupakan cahaya langsung yang berasal dari luminasi. Sistem
peneranagan luar dibagi menjadi dua yaitu sistem penerangan terpusat dan sistem
penerangan jalan.

3.2 Macam-Macam Lampu dan Fungsi Pada Mobil MPV


No Nama Gambar Fungsi
Untuk menerangi
jalan dibagian

1 Head Lamp depan kendaraan.

Untuk keamanan
dan mengurangi
Day Light angka kecelakaan
2
Running Lamp di jalan raya.
Untuk
Memberikan
Cleareance isyarat adanya
3
Light serta lebarnya
suatu kendaraan.

Sebagai tanda atau


isyarat kepada
pengendara yang
ada di
Brake/Stop
4 belakangnya
light
bahwa mobil
tersebut akan
memperlambat
laju kendaraan.
Sebagai tanda atau
isyarat kepada
pengendara yang
Turn Signal ada di
5
Light belakangnya
bahwa mobil
tersebut akan
berbelok.
Memiliki bnyak
fungsi sesuai
pemakaian slah
6 Hazart Light satu contohnya
member tanda
lurus saat di
persimpangan.
Memberi
penerangan pada
plat nomor
License Plates
7 kendaraan saat
Light
malam hari.

Sebagai lampu
yang menerangi
jalan bagian
8 Reverse Light belakang saat
mundur.

Menambah daya
penglihatan saat
hujan.
9 Fog Lamp

Memberikan
isyarat jarak
kendaraan lain
yang berada di
10 Tail Light
belakangnya
ketika malam hari.
Menerangi interior
atau menerangi
ruang penumpang
11 Cabin Light
pada saat malah
hari.

Untuk
memudahkan
pengemudi
melihat kondisi
Panel
12 bahan bahar,
Instrument
tekanan oli, suhu
pendingin, minyak
rem, dan output
system linnya.
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sistem penerangan pada kendaraan merupakan sebuah sistem yang
penting, pada saat kondisi gelap kendaraan membutuhkan penerangan pada saat
berjalan selain itu ada juga lampu sein ( lampu tanda ) sebagai tanda kendaraan
akan berbelok kekanan dan kekiri, serta lampu hazard yang memiliki fungsi
sebagai lampu tanda ketika kendaraan mengalami masalah.

4.2 Saran
Untuk lebih jelasnya diharapkan mahasiswa nanti dapat merangkai sistem
penerangan kendaraan pada saat praktikum nanti tidak hanya teori saja yang
didapat dan menerapkan pada saat praktikum nanti.
DAFTAR PUSTAKA

Amiarja, Rifqi wirya. 2016. Analisis RangkaianSistem Kelistrikan Bodi Yamaha


Mio-J. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
http://macantua.com/2015/10/18/headlamp-dan-aturan-hukumnya/ (Diakses pada
Tanggal 06 November 2017).
http://masahyat32.blogspot.co.id/2012/10/sistem-penerangan-kendaraan.html
(Diaksespada Tanggal 06 November 2017).
https://id.wikipedia.org/wiki/Mobil_MPV (Diakses Pada Tanggal 14 November
2017)
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56c2bef304a9e/pengaturan-daya-
pancar-lampu-utama-kendaran (Diakses Pada Tanggal 06 November 2017).
Muslihati, Atqiya. 2016. Pengaruh Jumlah Kendaraan Bermotor Terhadap
Kualitas Udara Dan Pertumbuhan Tanaman Rhoeo Discolor Di
Yogyakarta. Skripsi. Universitas Islam Negeri Kalijaga Yogyakarta.
Setiawan, Chandra Aan. 2007. Sistem Kendali Perangkat Listrik menggunakan Pc
Melalui Port Paralel.Tugas Akhir. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Utama, Didi Widya, Kennard Dhammabhakti, dan Asrul Aziz.2014. Sistem
Kontrol Pada Kendaraan Roda Dua Berpenggerak Hibrida. Jurnal Poros.
Vol.12. No. 2. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Yusventius. 2016. Media Pembelajaran Sistem Kelistrikan Sepeda Motor Yamaha
Mio Untuk Smk Muhammadiyah Cangkringan. Proyek Akhir. Universitas
Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai