TEORI RALAT
mempunyai arti nilai itu berada dalam rentang antara x minimum yakni
1
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
2) Pengamat
Misalnya karena ketidakcermatan pengamat dalam membaca skala.
Hal ini bisa disebabkan selama pembacaan, mata pengamat terlalu
ke bawah atau ke atas terhadap objek yang diamati sehingga nilai
yang terbaca tergeser dari nilai sebenarnya (paralaks).
3) Kondisi fisis pengamatan
Misalnya kondisi fisis saat pengamatan tidak sama dengan kondisi
fisis saat peneraan alat, sehingga mempengaruhi penunjukkan alat.
4) Metode pengamatan
Ketidaktepatan dalam pemilihan metode akan mempengaruhi hasil
pengamatan, misalnya sering terjadi kebocoran besaran fisis seperti
panas, cahaya, dsb.
b. Ralat rambang (random error)
Setiap pengukuran yang dilakukan berulang atau pengamatan berulang
untuk besaran fisis yang tetap, ternyata nilai setiap pengukuran itu
berbeda. Ralat yang terjadi pada pengukuran berulang ini disebut ralat
rambang, atau ralat kebetulan atau ralat random.
Faktor-faktor penyebab ralat rambang antara lain sebagai berikut.
1) Ketepatan penaksiran
Misalnya penaksiran terhadap penunjukkan skala oleh pengamat
yang berbeda dari waktu ke waktu.
2) Kondisi fisis yang berubah (berfluktuasi)
Misalnya karena suhu atau tegangan listrik yang digunakan tidak
stabil (berfluktuasi).
3) Gangguan
Misalnya adanya medan magnet yang kuat disekitar alat-alat ukur
listrik sehingga dapat mempengaruhi penunjukkan meter-meter
listrik.
4) Definisi
Misalnya karena penampang pipa tidak berbentuk lingkaran
sempurna maka penentuan diameternya pun akan menimbulkan
ralat.
c. Ralat kekeliruan tindakan
Kekeliruan tindakan oleh pengamat atau pengukur dapat terjadi dalam
bentuk sebagai berikut.
1) Salah berbuat
Misalnya salah membaca, salah pengaturan situasi/ kondisi, salah
membilang (misalnya jumlah ayunan 11 kali terbilang 10 kali).
2) Salah hitung
Terutama terjadi pada hitungan dengan pembulatan.
2
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
a. Ralat Pengamatan
Telah diuraikan diatas, bila pengukuran atau pengamatan dilakukan
beberapa kali pada besaran yang diukur secara langsung, hasilnya
berbeda-beda. Misalnya dilakukan pengukuran sebanyak n kali dengan
hasil pengukuran yang ke i adalah (i = 1,2,3,...n). nilai terbaik terboleh
3
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
̅,dapat
jasi betul adalah nilai rerata dari hasil ukur itu, dilambangkan
ditentukan dengan persamaan: (1.1)
n
x
i x1 x 2 x3 xn
i
x
n n
Selisih atau penyimpangan antara nilai ukur ke i dengan nilai ukur
rerata dinamakan deviasi (misal berlambang δ), maka:
xi xi x (1.2)
Deviasi pada persamaan 1.2 merupakan penyimpangan terhadap nilai
terbaik dari nilai terukur yang bersangkutan ( ).
Dikenal istilah deviasi standar, yang didefinisikan sebagai akar rerata
kuadrat deviasinya ( ) atau:
√
∑
√
∑ ̅
(1.3)
sedangkan standar deviasi relatifnya ditulis:
atau x 100% (1.4)
x r x
x
r
x pengukuran
Selanjutnya harga atau nilai dari x(x)dapat ditulis:
x x x (1.5) Nilai pengukuran, seringkali
̅̅ dinyatakan
̅̅
dengan kesaksamaan atau ketelitian, atau disebut pula kecermatan, yaitu: 1 atau 100% .
Kesaksamaan dapat dianggap sebagai jaminan akan kebenaran hasil pengukuran. Perhatikan contoh
berikut ini.
Tabel 1. Data
pengukuran panjang sebuah batang
Pengukuran Nilai terukur Deviasi Kuadrat deviasi
ke (xi) cm xi xi x (cm) xi 2 (cm2)
1 35,62 +0,03 0,0009
2 35,59 0,00 0,0000
3 35,60 +0,01 0,0001
4 35,61 +0,02 0,0004
5 35,56 -0,03 0,0009
6 35,58 -0,01 0,0001
7 35,57 -0,02 0,0004
8 35,58 -0,01 0,0001
9 35,59 0,00 0,0001
10 35,60 +0,01 0,0001
4
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
n 10 xi 355, 90 xi 2 0,
0030
i i
Jadi nilai terbaiknya:
n
x
i 35,590
i
x
n
sedangkan deviasi standarnya
∑
√ √
dengan ketepatan:
( )
b. Ralat Perambatan
Seringkali besaran fisis tidak diukur secara langsung, tetapi dihitung
dari pengukuran unsur-unsurnya. Misal volume sebuah balok dihitung
dari perkalian antara panjang, lebar dan tebal balok yang diukur,
kelajuan dihitung dari jarak tempuh dengan waktu tempuhnya, dsb.
Pada pengukuran panjang, panjang, lebar dan tebal balok masing-
masing pengukurannya memberikan ralat, maka dalam perhitungan
volume balokpun akan menimbulkan ralat sebagai hasil perpaduan
ralat dari tiap sisi yang diukur langsung. Ralat yang ditimbulkan
sebagai hasil perhitungan ini dinamakan ralat perhitungan atau ralat
rambatan. Nilai terbaik sangat bergantung pada nilai terbaik variabel
unsurnya.
Secara matematis bilangan V variabelnya adalah (x,y,z), sehingga
V=V(x,y,z), maka nilai terbaiknya adalah ̅ ̅, sedangkan
5
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
x x x
y y y
z z z
dimana:
V
merupakan turunan parsial peubah V terhadap peubah x,
x
V
merupakan turunan parsial peubah V terhadap peubah y ,
y
V
merupakan turunan parsial peubah V terhadap peubah z .
z
6
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
PERCOBAAN M1
BANDUL MATEMATIS
I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum bandul matematis sesuai
prosedur dan standar keselamatan kerja.
III. TUJUAN
1. Mempelajari prinsip kerja bandul matematis.
2. Menghitung percepatan gravitasi.
7
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
8
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
f
2 (1.6)
1 g
2 L
T 1
f
1 (1.7)
1 g
2 L
L
2 g
Percobaan bandul matematis ini memberikan manfaat dapat kehidupan
sehari-hari. Aplikasi dari percobaan ini dapat dilihat pada prinsip kerja jam
dinding, ayunan anak dan shock absorber.
9
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
VIII. PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan simpangan, amplitudo, frekuensi dan
periode dari sistem bandul matematis?
2. Bagaimana harga g terhadap ketinggian dari permukaan bumi?
3. Apa yang harus anda lakukan terhadap panjang tali bandul matematis
untuk
a. menggandakan frekuensinya
b. menggandakan periodenya
10
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN M1
BANDUL MATEMATIS
Hasil Pengamatan
Pembimbing Praktikum
(………………………..)
11
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
PERCOBAAN M3
KONSTATA GAYA PEGAS
I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum konstata gaya pegas sesuai
prosedur dan standar keselamatan kerja.
I. INDIKATOR CAPAIAN
Mahasiswa dapat melakukan praktikum konstata gaya pegas seuai
prosedur dan standar keselamatan kerja dengan benar.
II. TUJUAN
Mengetahui karakteristik respon pegas terhadap gaya dengan cara
menentukan konstata gaya pegas.
(1)
Satuan stress ialah
Jika panjang batang mula-mula L0, sedang panjang batang setelah
mengalami gaya adalah L, perubahan panjang batang yang terjadi sebesar
. Pertambahan panjang yang terjadi tersebut sebenarnya tidak
hanya terjadi pada ujung-ujung batang saja, melainkan pada setiap unsur
pada batang tersebut terjadi pertambahan yang proporsinya sama dengan
yang terjadi pada seluruh batang secara keseluruhan. Perbandingan antara
perubahan panjang dengan panjang mula-mula sebelum gaya bekerja
disebut strain. Besarnya strain ditunjukkan oleh persamaan 2.
(2)
Modulus kelentingan adalah perbandingan antara stress dengan strain
yang ditimbulkannya. Berdasarkan eksperimen, bila batas kelentingan
bahan tidak dilampui akan diperoleh perbandingan (modulus kelentingan)
yang konstan dan merupakan sifat khas atau karakteristik dari suatu bahan.
Dapat dikatakan bahwa stress berbanding langsung dengan strain atau
stress merupakan fungsi linier dari strain. Perbandingan ini disebut
modulus kelentingan linier atau modulus young (Y) suatu bahan.
Persamaan untuk menentukan modulus young ditunjukkan oleh persamaan
3.
(3)
2 2
Satuan dari modulus young biasa dinyatakan dalam dyne/cm atau lb/m .
Modulus kelentingan merupakan besaran yang melukiskan sifat-sifat
kelentingan suatu bahan tertentu, tetapi tidak menunjukkan secara
langsung pengaruh gaya terhadap perubahan bentuk yang dialami oleh
suatu batang, kabel atau pegas yang dibuat dari bahan tertentu. Bertambah
panjangnya sebuah benda terenggang berbanding lurus dengan besar gaya
yang menariknya. Pernyataan ini merupakan Hukum Hooke. Persamaan
hokum Hooke ditunjukkan oleh persamaan 4.
13
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
(4)
Persamaan 4 menyatakan bahwa apabila pegas yang berbentuk sulur
direnggang, perubahan bentuk kawat tersebut merupakan gabungan antara
tarikan, lenturan dan puntiran, tetapi pertambahan panjang pegas secara
keseluruhan berbanding lurus dengan gaya yang menariknya. Artinya
persamaan tetap berlaku dengan konstata perbandingan k bukan
merupakan fungsi dari modulus kelentingan. Konstata k disebut dengan
konstata gaya pegas atau koefisien kekauan pegas. Satuan k adalah
newton/meter; dyne/cm; lb/ft.
Hukum hooke menyatakan besarnya gaya yang mengakibatkan
perubahan bentuk (panjang) pegas sebanding dengan perubahan panjang
yang terjadi, asalkan batas kelentingannya tidak terlampui. Gaya
pemulihan merupakan gaya yang akan mengembalikan pegas (benda) ke
bentuk semula, ditentukan oleh persamaan 5.
(5)
Dalam hal ini tanda minus (-) menyatakan bahwa arah gaya dengan arah
simpangan (x) berlawanan arah. Ilustrasi sebuah benda yang digantungkan
pada pegas, pegas bertambah panjang sejauh x posisi kesetimbangannya
ditunjukkan oleh gambar 1.
14
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
3. Stopwatch
4. Beban
5. Neraca
6. Statip
V.PROSEDUR KERJA
1. Susunlah seperti gambar
VII. PERTANYAAN
Apakah terdapat perbedaan hasil modulus young dengan metode grafik
dan metode matematis?
15
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN M3
KONSTATA GAYA PEGAS
Hasil Pengamatan
Pembimbing Praktikum
(………………………..)
16
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
PERCOBAAN M4
RESONANSI
I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum penentuan kecepatan bunyi di
udara sesuai prosedur dan standar keselamatan kerja.
III. TUJUAN
1. Memahami gejala resonansi dan gelombang bunyi.
2. Memahami kerja tabung resonansi.
3. Menentukan kecepatan bunyi di udara.
17
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
L k 1 k 1 L (1.1)
1 1
4 4
Kolom Udara
Kolom Udara
2( L2 L1 )
Apabila k pada persamaan (1.2) disubtitusikan ke persamaan (1.3), maka
diperoleh persamaan panjang gelombang sebagai berikut.
2( L3 L2 ) (1.7)
18
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
VI. PERCOBAAN
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan!
2. Ukur dan catat suhu ruang pada saat percobaan!
3. Posisikan permukaan air pada tabung resonansi pada skala 2 cm
dengan cara menggerakkan naik/turun botol!
4. Nyalakan audio generator/ sumber bunyi dengan frekuensi 1000 Hz!
(minta petunjuk asisten).
19
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
IX. REFERENSI
David Halliday & Robert resnick, 1993, Fisika Jilid 2, Erlangga,
Jakarta.
Tipler,2001, Fisika Untuk sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 2,
Erlangga, Jakarta.
20
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN M4
RESONANSI
Hasil Pengamatan
4
Rata – rata
5
6 2000
7
8
Rata – rata
9
10 3000
11
12
Rata - rata
Pembimbing Praktikum
(………………………..)
21
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
PERCOBAAN K1
PENERAAN TERMOMETER
I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum peneraan termometer sesuai
prosedur dan standar keselamatan kerja.
III. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat membaca skala termometer secara teliti
2. Mahasiswa dapat melakukan peneraan termometer
t = temperatur kamar
Dengan menganggap di laboratorium = 978 cm/ . Jika titik didih
menurut tabel adalah T sedang pembacaan termometer batang di dalam
bejana air yang sedang mendidih = b , sedangkan pembacaan di dalam
bejana es yang sedang mencair = a , maka harga skala termometer
batang adalah . Sehingga jika termometer batang dimasukkan ke
dalam air hangat menunjukkan t , maka sesungguhnya diperoleh dari
persamaan:
T o
Xta C (1.2)
ba
Koreksi termometer batang adalah selisih antara suhu
sesungguhnya dengan suhu terbaca, jadi X-t, jika termometer badan
menunjukkan t’ maka koreksi termometer badan adalah X-t’. Percobaan
peneraan termometer berguna untuk memvalidasi pembacaan alat.
Peneraan termometer juga dilakukan pada laboratorium pengujian suhu
baik di rumah sakit ataupun perusahaan-perusahaan.
VIII. PERTANYAAN
1. Jelaskan fungsi peneraan termometer dalam segala aspek kehidupan!
2. Sebutkan skala lainnya selain Celcius serta nilai minimum, maksimum
dan konversinya dalam Celcius!
24
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN K1
PENERAAN TERMOMETER
Hasil Pengamatan
Pembimbing Praktikum
(………………………..)
25
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
PERCOBAAN K2
PANAS JENIS ZAT PADAT
I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum penentuan panas jenis zat
padat sesuai prosedur dan standar keselamatan kerja.
III. TUJUAN
1. Mengetahui prinsip kerja dan fungsi kalorimeter.
2. Menentukan nilai dari panas jenis zat padat.
3. Memprediksikan kenaikan suhu zat padat pada saat menerima panas.
Jika panas jenis suatu zat ternyata hasilnya tidak tetap, tergantung
pada suhunya. Panas jenis biasanya disebutkan untuk interval suhu
tertentu. Panas jenis dalam hal ini adalah panas jenis rata-rata didalam
daerah suhu tertentu dan panas yang ditambahkan pada suatu benda, Q
bertanda positif dan jika dilepaskan dari suatu benda, Q bertanda negatif.
Penentuan panas jenis suatu zat dapat dilakukan dengan
memanfaatkan kalorimeter. Yaitu, suatu alat yang digunakan untuk
mengukur jumlah kalor yang terlibat dalam suatu sistem. Prinsip dasar
kalorimeter berasal dari konservasi energi. Pada sistem terisolasi dimana
bagian-bagiannya saling bertukar panas, jumlah dari Q seluruh bagian dari
sistem harus sama dengan nol. Panas jenis yang dapat ditemukan dengan
kalorimeter yang akan menerima/memberikan panas dari sekelilingnya
(tidak ada panas yang hilang), kecuali kalau dilakukan pencegahan, maka
berlaku persamaan :
Q Q (1.2)
lepas terima
Melalui persamaan dasar di atas, penentuan panas jenis zat padat yang
diukur dengan bantuan kalorimeter, dapat dilakukan dengan persamaan
berikut:
Qb Qa Qc (1.3)
27
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
V. ALAT
1. Kalorimeter dengan pengaduk
2. Timbangan/Neraca
3. Termometer
4. Bejana didih
5. Stopwatch
6. Pipet
7. Pendingin/Kulkas
VI. BAHAN
1. Air
2. Zat Padat (Logam)
28
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
IX. PERTANYAAN
1. Jelaskan hukum Azas Black serta persamaannya?
2. Sebutkan macam-macam perpindahan panas serta rumus yang
digunakan?
3. Jelaskan perbedaan kalor lebur es dan kalor jenis zat padat?
4. Sebutkan manfaat mempelajari penentuan panas jenis zat padat sesuai
dengan program studi/jurusan kalian?
X. DAFTAR PUSTAKA
1. Abbas, A., dan Nur, N., 2000, Penuntun Praktikum Fisika Dasar II,
Laboratorium Dasar Universitas Andalas, Padang.
2. Sandra dan Sabhan, 2013, Penuntun Praktikum Fisika Dasar II, Unit
Pelaksana Teknis Laboratorium Dasar Universitas Tadulako, Palu.
3. Halliday, D., Resnick, R, Walker, J., 1997, Fundamentals of Physics,
John Wiley & Sons, New York.
4. Tipler. 1998. FISIKA Untuk Sains dan Teknologi Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
29
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN K2
PANAS JENIS ZAT PADAT
Hasil Pengamatan
Pembimbing Praktikum
(………………………..)
30
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
PERCOBAAN K3
TARA KALOR LISTRIK
I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum penentuan tara kalor listrik
sesuai prosedur dan standar keselamatan kerja.
III. TUJUAN
1. Memperagakan adanya hubungan energi listrik dan energi panas.
2. Menentukan angka kesetaraan antara Joule dan Kalori.
31
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
W V .i .t (1.1)
H ( N A m .c ).T (1.2)
Keterangan : H = panas (harga kalorimeter dan isinya)
NA = nilai air kalorimeter (kal/g.°C)
m = massa air (gram)
c = kalor jenis air (kal/kg.°C)
ΔT = perubahan temperatur kalorimeter = TA - TB
o
TA = suhu akhir sistem dalam kalorimeter ( C) TB
o
= suhu awal sistem dalam calorimeter ( C)
o
T1 = suhu mula-mula ( C)
ma = massa air (gram)
mk = massa calorimeter (gram)
o
ca = panas jenis air (kal/g. C)
o
ck = panas jenis kalorimeter + pengaduk (kal/g. C)
Panas yang keluar dari kalorimeter dapat dihindarkan atau dikurangi jika
selisih antara suhu akhir dengan suhu kamar sama dengan selisih antara
suhu mula-mula dengan suhu kamar.
Energi listrik yang diberikan biasanya dinyatakan dalam satuan joule,
sedangkan energi kalor atau panas dinyatakan dalam satuan kalori. Agar
W dan Q dapat menjadi setara (sama nilainya), maka nilai W yang masih
dalam Joule harus diubah kedalam kalori, dimana 1 kalori = 4,186 joule.
Bilangan 4,186 yaitu kesetaraan kalor mekanik, sedangkan untuk besarnya
tara kalor listrik dapat ditentukan melalui persamaan sebagai berikut.
Q a W
(H W ).T a (V .i .t ) (1.5)
( m a .ca m k .c k ).T a (V .i .t )
sehingga,
a ( m a .ca m k .c k ). joule )
T ( kalori (1.6)
(V .i .t )
Keterangan :
α adalah nilai keseteraan antara energi listrik yang
diberikan terhadap panas yang dihasilkan.
33
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
VI.PROSEDUR KERJA
Keterangan :
1) Kalorimeter dan pemanas
2) Voltmeter AC
3) Amperemeter AC
4) Termometer
5) Transformator step down
6) Pemutus arus
34
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
VIII. PERTANYAAN
1. Jelaskan yang dimaksud dengan tara kalor listrik!
2. Sebutkan satuan tara kalor listrik!
3. Sebutkan 2 teori dasar pada penentuan tara kalor listrik!
4. Berapakah nilai tara kalor listrik pada literatur? Bandingkan dengan
hasil percobaan ini! Jelaskan!
IX. REFERENSI
1. Abbas, A., dan Nur, N., 2000, Penuntun Praktikum Fisika Dasar II,
Laboratorium Dasar Universitas Andalas, Padang.
1. Sandra dan Sabhan, 2013, Penuntun Praktikum Fisika Dasar II, Unit
Pelaksana Teknis Laboratorium Dasar Universitas Tadulako, Palu.
35
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN K3
TARA KALOR LISTRIK
Hasil Pengamatan
No Berat Kalorimeter Berat Air Suhu Mula- Suhu Arus Tiap Tegangan
+ pengaduk (gr) (gr) mula (tm) Akhir 2 menit (A) Tiap
1 110
2 110
3 120
4 120
5 130
6 130
7 140
8 140
9 150
10 150
Suhu Kamar : ………… oC
Pembimbing Praktikum
(………………………..)
36
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
PERCOBAAN L1
HANTARAN LISTRIK DALAM KAWAT
I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum penentuan hantaran
listrik dalam kawat sesuai prosedur dan standar keselamatan kerja.
III. TUJUAN
1. Memahami hukum Ohm.
2. Memperagakan untaian bagan listrik dalam pengukuran arus dan
tegangan.
3. Membuat interpretasi grafik antara V vs I dan antara V vs P.
37
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
2. Hukum Ohm
Pada tahun 1827, George Simon Ohm (German, 1787-1854)
melakukan percobaan untuk menentukan hubungan antara kuat arus
listrik I dan tegangan (beda potensial) V.
6
Tegangan V (Volt) 5
4
3 α
2
1
0
0.5 1 1.5 2 2.5
Kuat Arus Listrik I (Ampere)
R tan (1.2)
Dimana α adalah sudut antara sumbu kuat arus dan garis kemiringan
grafik.
V I .R Hukum Ohm (1.3)
dengan: I = Arus (A)
V = Tegangan (V)
R = Tahanan (Ω)
Persamaan (1.3) dinyatakan oleh Simon Ohm, sehingga
dinamakan hukum ohm, yang berbunyi: tegangan V pada komponen
yang memenuhi hukum ohm adalah sebanding dengan kuat arus I
yang melalui komponen tersebut, jika suhu dijaga konstan. Penghantar
yang mengikuti Hukum Ohm dinamakan penghantar linear. Pada
umumnya tahanan berubah dengan berubahnya suhu. Untuk
penghantar dari logam besarnya tahanan bertambah besar bila suhunya
makin tinggi.
38
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
P V .I (1.4)
dimana,
P = tenaga yang terdissipasi atau daya listrik (Watt atau Joule/sekon)
V = tegangan listrik atau beda potensial (volt)
I = arus listrik (ampere)
Daya listrik adalah tenaga listrik persatuan waktu. Jika satuan
tenaga dinyatakan dalam joule dan waktu dalam detik, maka besarnya
daya dinyatakan dalam watt. Daya pada arus bolak-balik merupakan
fungsi waktu, sehingga daya pada arus ini bisa dinyatakan nilai daya
renta selama 1 periode. Secara matematis dirumuskan:
P 1 T
t 0V .I dt (1.5)
T
Dimana V dan I merupakan tegangan dan arus sesaat, sedangkan
T periode dari arus bolak-balik. Jika diketahui besarnya V = Vsin t
dan I = Im sin , maka besarnya daya rerata P = V I cos . Dengan V dan
I merupakan nilai efektifnya sedangkan merupakan beda fase antara V
dan I. pada percobaan ini dianggap tidak ada beda fase antara V dan I (
= 0), sehingga P = V I.
39
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
Bagan I
Pada bagan ini terdapat kesalahan pembacaan amperemeter,
karena yang terukur adalah jumlah arus yang melewati lampu dan
voltmeter. Arus terbaca berkelebihan sebesar: x 100 %, dimana r
merupakan tahanan lampu dan R tahanan voltmeter. Jika kesalahan
yang kita kehendaki maksimal sebesar a % maka: x 100 % a %.
Bagan II
Dengan bagan ini terdapat kesalahan pembacaan voltmeter, sebab
yang terukur adalah jumlah dari tegangan pada lampu dan
amperemeter. Tegangan terbaca berkelebihan x 100 % dimana
merupakan tahanan amperemeter. Jika kesalahan yang kita kehendaki
maksimum sebesar a % maka: x 100 % a % . Jika maka
dipilih bagan I dan sebaliknya bila dipilih bagan II.
Nilai a
a V' 100% untuk bagan I (1.6)
V
V
a I ' 100% untuk bagan II (1.7)
I
I
V.ALAT DAN BAHAN
1. Voltmeter
2. Amperemeter
3. Lampu pijar
4. Regulator (variak)
40
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
5. Kabel jumper
VIII. PERTANYAAN
1. Apa perbedaan dari bagan I dan bagan II? Mengapa nilai a kedua
bagan ini berbeda?
2. Bagaimana watak lampu pijar menurut pengamatan yang telah
dilakukan?
41
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
IX. REFERENSI
Abbas, A., dan Nur, N., 2000, Penuntun Praktikum Fisika Dasar II,
Laboratorium Dasar Universitas Andalas, Padang.
Giancoli, 2001, FISIKA Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Sandra dan Sabhan, 2013, Penuntun Praktikum Fisika Dasar II, Unit
Pelaksana Teknis Laboratorium Dasar Universitas Tadulako, Palu. Sutrisno,
1983, Seri Fisika Dasar, Gelombang dan Optik, ITB, Bandung.
42
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN L1
HANTARAN LISTRIK DALAM KAWAT
Hasil Pengamatan
Pembimbing Praktikum
(………………………..)
43
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
PERCOBAAN L4
JEMBATAN WHEATSTONE
I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum penentuan nilai resistor sesuai
prosedur dan standar keselamatan kerja.
III. TUJUAN
1. Memahami pengukuran dengan metode nol dengan jembatan
wheatstone.
2. Menentukan harga harga tahanan (resistor) yang belum diketahui.
I x .R x I 3 .R3 (1.2)
I I 3 .R3
x
R
x
Perhitungan dari titik BCD :
V V (1.3)
R1 R2
I1 . R1 I 2 .R2
Selanjutnya I2 = I3, Ix = I1 sehingga,
I 3 .R3 . R I .R
1 2 2
Rx
R
3 R2 (1.4)
Rx R
1
R .R
R 1 3
x R 2
Kalau sumber listriknya diganti dengan sumber arus bolak balik , maka
jembatan wheatstone tersebut dapat dipakai untuk menghitung reaktansi.
45
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
2. Multimeter
3. Kabel jumper
VIII. EVALUASI
1. Bagaimana prinsip jembatan wheatstone?
2. Apa kegunaan jembatan wheatstone?
IX. REFERENSI
1. Sutrisno, 1986, Elektronika Teori Dasar dan Penerapannya, Jilid 1, ITB,
Bandung.
46
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN L4
JEMBATAN WHEATSTONE
Hasil Pengamatan
(………………………..)
47
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
PERCOBAAN L6
MEDAN MAGNET SOLENOIDA
I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum medan magnet solenoida
sesuai prosedur dan standar keselamatan kerja.
III. TUJUAN
1. Mengimplementasikan hubungan antara arus listrik dengan medan magnet
berdasarkan Hukum Biot Savat , Gaya Lorentz dan Hukum Ampere .
2. Mengukur dan mangamati medan magnet yang timbul dengan variasi jarak
dua solenoida.
3. Mengamati pengaruh arus listrik pada solenoida kedua.
Gambar 1. Solenoida
48
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
Gaya Lorentz
Adalah gaya (F) pada arus listrik di dalam medan magnet (B) atau
gaya pada muatan listrik yang tengah bergerak di dalam medag magnet
yang dirumuskan sebagai berikut :
49
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
Hukum Ampere
Berdasarkan hukum ampere, maka besarnya rapat medan magnet B
sebanding dengan arus yang mengalir ( i ) x 0 x n atau
B 0 .n.i (1.6)
atau
B . N .i (1.7)
0
L
dimana N = jumlah lilitan .
Hubungan Biot Savart dengan Gaya Lorentz :
B = H dan F = B i L sehingga F = H i L
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menjumpai aplikasi dari
prinsip medan magnet solenoida. Di antaranya adalah generator yang di
dalamnya mengandung medan magnet dalam bentuk kumparan yang
terinduksi sehingga menghasilkan arus listrik.
50
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
VIII. PERTANYAAN
1. Sebutkan tiga penerapan prinsip percobaan L6!
2. Bagaimana pengaruh jarak terhadap besar kuat medan dan kerapatan
medan magnet?
51
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN L6
MEDAN MAGNET SOLENOIDA
Hasil Pengamatan
(………………………..)
52
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro