Anda di halaman 1dari 55

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :1


Jurusan / Program Studi : Teknik Elektro Modul ke :0
Kode Mata Praktikum : STE 292 Jumlah Halaman :6
Nama Mata Praktikum : Fisika II Mulai Berlaku : September ‘17

TEORI RALAT

I. RALAT ATAU KESALAHAN


Fisika mempelajari gejala alam secara kuantitatif, oleh
karenanyapengukuran besaran fisis merupakan hal yang sangat penting.
Mengukur adalah membandingkan suatu besaran fisis dengan besaran fisis
sejenis sebagai standar yang telah diperjanjikan terlebih dahulu. Tujuan
mengukur adalah untuk mengetahui nilai ukur besaran fisis dengan hasil
yang akurat. Suatu benda yang diukur berulang, maka setiap pengukuran
bolehjadi memberikan angka ukur yang berbeda, demikian juga jika
besaran fisis yang sama diukur oleh orang lain. Jadi usaha untuk
memperoleh hasil ukur yang tepat betul tidak pernah tercapai, dan yang
bisa dicapai hanyalah memperoleh hasil terbolehjadi betul, dan nilai
kisaran hasil ukur.
Jika besaran fisis yang diukur (x) maka hasil ukur terboleh jadi betul adalah nilai rerata pengukuran ( ̅), dan kisaran hasil ukur dinamakan

ralat pengukuran dinyatakan ( ). Nilai kisaran hasil ukurnya ( ),

mempunyai arti nilai itu berada dalam rentang antara x minimum yakni

( ) sampai dengan x maksimum yakni ( ). Suatu alat ukur dikatakan presisi


apabila memberikan nilai yang kecil. Setiap alat ukur
mempunyai tingkat kepresisian sendiri-sendiri, misalnya alat ukur
panjang: mikrometer sekrup 0,0001 cm, jangka sorong 0,01 cm dan mistar
0,1 cm. Hasil ukur dikatakan baik apabila diperoleh ralat relatif ( ⁄)

yang bernilai kecil.


II. KLASIFIKASI RALAT ATAU KESALAHAN
Berdasarkan faktor faktor yang menyebabkan timbulnya ralat,
maka ralat atau kesalahan dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
a. Ralat sistematik (systematic error)
Ralat kelompok ini memberikan efek yang tetap nilainya terhadap hasil
ukur, dan dapat dihilangkan apabila diketahui sumber-sumbernya,
antara lain faktor-faktor berikut.
1) Alat
Misalnya, kesalahan kalibrasi, meter arus tidak menunjukkan nol
sebelum digunakan (zero error), ketidak elastisan benda / fatigue.

1
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

2) Pengamat
Misalnya karena ketidakcermatan pengamat dalam membaca skala.
Hal ini bisa disebabkan selama pembacaan, mata pengamat terlalu
ke bawah atau ke atas terhadap objek yang diamati sehingga nilai
yang terbaca tergeser dari nilai sebenarnya (paralaks).
3) Kondisi fisis pengamatan
Misalnya kondisi fisis saat pengamatan tidak sama dengan kondisi
fisis saat peneraan alat, sehingga mempengaruhi penunjukkan alat.
4) Metode pengamatan
Ketidaktepatan dalam pemilihan metode akan mempengaruhi hasil
pengamatan, misalnya sering terjadi kebocoran besaran fisis seperti
panas, cahaya, dsb.
b. Ralat rambang (random error)
Setiap pengukuran yang dilakukan berulang atau pengamatan berulang
untuk besaran fisis yang tetap, ternyata nilai setiap pengukuran itu
berbeda. Ralat yang terjadi pada pengukuran berulang ini disebut ralat
rambang, atau ralat kebetulan atau ralat random.
Faktor-faktor penyebab ralat rambang antara lain sebagai berikut.
1) Ketepatan penaksiran
Misalnya penaksiran terhadap penunjukkan skala oleh pengamat
yang berbeda dari waktu ke waktu.
2) Kondisi fisis yang berubah (berfluktuasi)
Misalnya karena suhu atau tegangan listrik yang digunakan tidak
stabil (berfluktuasi).
3) Gangguan
Misalnya adanya medan magnet yang kuat disekitar alat-alat ukur
listrik sehingga dapat mempengaruhi penunjukkan meter-meter
listrik.
4) Definisi
Misalnya karena penampang pipa tidak berbentuk lingkaran
sempurna maka penentuan diameternya pun akan menimbulkan
ralat.
c. Ralat kekeliruan tindakan
Kekeliruan tindakan oleh pengamat atau pengukur dapat terjadi dalam
bentuk sebagai berikut.
1) Salah berbuat
Misalnya salah membaca, salah pengaturan situasi/ kondisi, salah
membilang (misalnya jumlah ayunan 11 kali terbilang 10 kali).
2) Salah hitung
Terutama terjadi pada hitungan dengan pembulatan.

2
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

III. PERHITUNGAN RALAT


Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa ralat selalu
muncul pada setiap pengukuran, dan iini disebabkan oleh keterbatasan alat
ukur, usaha yang dapat dilakukan hanyalah bagaimana memperkecil ralat
tersebut. Khusus dalam hal pengamatan pada praktikum Fisika Dasar,
peralatan, situasi dan kondisi yang ada harus diterima apa adanya dalam
arti praktikan tidak dapat meniadakan ralat sistematik secara baik. Yang
dapat dilakukan praktikan adalah berusaha bekerja sebaik-baiknya untuk
menghindari atau mengurangi ralat kekeliruan tindakan, ralat sistematik
dan ralat kebetulan.
Setiap pengukuran akan muncul ralat kebetulan, oleh sebab itu
untuk memperkecil ralat ini harus dilakukan dengan pengukuran berulang,
semakin banyak dilakukan pengukuran berulang semakin baik. Namun
demikian tidak semua pengamatan dapat diulangi sehingga praktikan
hanya dapat melakukan pengamatan sekali saja, untuk ini ralat terjadi pada
penaksiran skala. Ralat kebetulan dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu ralat pengamatan langsung dan ralat dari hasil perhitungan.
Pengukuran besaran secara langsung berarti benda tersebut diukur
dan langsung dapat diperoleh hasil ukurnya. Misalnya mengukur diameter
pensil menggunakan jangka sorong. Pengukuran tak langsung berarti hasil
ukur yang dikehendaki diperoleh melalui perhitungan. Sebagai contoh
ingin mengetahui volume sebatang pensil berbentuk silinder, maka yang
dilakukan adalah mengukur diameter pensil deengan jangka sorong
misalnya dan mengukur panjang pensil dengan mistar.
Ralat pengukuran langsung terjadi karena pengamatan dan ini
termasuk ralat rambang. Ralat pengukuran tak langsung disumbang oleh
ralat rambang dari setiap pengukuran besaran secara langsung, dan ini
menyebabkan ralat yang merambat. Semakin banyak parameter yang
diukur langsung maka ralat hasil ukur semakin besar. Ini disebabkan
adanya perambatan masing-masing ralat oleh setiap pengukuran langsung
yang menyumbang ralat hasil pada pengukuran tak langsung. Berikut ini
diperkenalkan penyebab ralat pada setiap pengukuran.

a. Ralat Pengamatan
Telah diuraikan diatas, bila pengukuran atau pengamatan dilakukan
beberapa kali pada besaran yang diukur secara langsung, hasilnya
berbeda-beda. Misalnya dilakukan pengukuran sebanyak n kali dengan
hasil pengukuran yang ke i adalah (i = 1,2,3,...n). nilai terbaik terboleh

3
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0
̅,dapat

jasi betul adalah nilai rerata dari hasil ukur itu, dilambangkan
ditentukan dengan persamaan: (1.1)
n
x
  i  x1  x 2  x3   xn
i
x
n n
Selisih atau penyimpangan antara nilai ukur ke i dengan nilai ukur
rerata dinamakan deviasi (misal berlambang δ), maka:
 xi  xi  x (1.2)
Deviasi pada persamaan 1.2 merupakan penyimpangan terhadap nilai
terbaik dari nilai terukur yang bersangkutan ( ).
Dikenal istilah deviasi standar, yang didefinisikan sebagai akar rerata
kuadrat deviasinya ( ) atau:


∑ ̅
(1.3)
sedangkan standar deviasi relatifnya ditulis:
  atau  x 100% (1.4)
x r x
x
r
x pengukuran
Selanjutnya harga atau nilai dari x(x)dapat ditulis:
x  x  x (1.5) Nilai pengukuran, seringkali
̅̅ dinyatakan
̅̅
dengan kesaksamaan atau ketelitian, atau disebut pula kecermatan, yaitu: 1 atau 100% .
Kesaksamaan dapat dianggap sebagai jaminan akan kebenaran hasil pengukuran. Perhatikan contoh
berikut ini.

Misalnya kita melakukan 10 kali


pengukuran panjang sebuah batang, dimana nilai terukur pada setiap
kali pengukuran seperti terdapat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Data
pengukuran panjang sebuah batang
Pengukuran Nilai terukur Deviasi Kuadrat deviasi
ke (xi) cm  xi  xi  x (cm)   xi  2 (cm2)
1 35,62 +0,03 0,0009
2 35,59 0,00 0,0000
3 35,60 +0,01 0,0001
4 35,61 +0,02 0,0004
5 35,56 -0,03 0,0009
6 35,58 -0,01 0,0001
7 35,57 -0,02 0,0004
8 35,58 -0,01 0,0001
9 35,59 0,00 0,0001
10 35,60 +0,01 0,0001

4
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Dari tabel diperoleh informasi bahwa:


n n

n  10 xi  355, 90    xi  2  0,
0030
i i
Jadi nilai terbaiknya:
n
x
  i  35,590
i
x
n
sedangkan deviasi standarnya


√ √

dengan ketepatan:

( )

b. Ralat Perambatan
Seringkali besaran fisis tidak diukur secara langsung, tetapi dihitung
dari pengukuran unsur-unsurnya. Misal volume sebuah balok dihitung
dari perkalian antara panjang, lebar dan tebal balok yang diukur,
kelajuan dihitung dari jarak tempuh dengan waktu tempuhnya, dsb.
Pada pengukuran panjang, panjang, lebar dan tebal balok masing-
masing pengukurannya memberikan ralat, maka dalam perhitungan
volume balokpun akan menimbulkan ralat sebagai hasil perpaduan
ralat dari tiap sisi yang diukur langsung. Ralat yang ditimbulkan
sebagai hasil perhitungan ini dinamakan ralat perhitungan atau ralat
rambatan. Nilai terbaik sangat bergantung pada nilai terbaik variabel
unsurnya.
Secara matematis bilangan V variabelnya adalah (x,y,z), sehingga
V=V(x,y,z), maka nilai terbaiknya adalah ̅ ̅, sedangkan

deviasi reratanya dirumuskan:


2
 V  2  V   V 
2
2 2 2
V    x    y    z  (1.6)
 
  
x y z 
Penyajian hasil pengukuran langsung terhadap peubah x,y,z
dinyatakan:

5
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

x  x  x
y  y  y
z  z  z
dimana:
V 
  merupakan turunan parsial peubah V terhadap peubah x,
 x 
V 
  merupakan turunan parsial peubah V terhadap peubah y ,
 y 
 V 
  merupakan turunan parsial peubah V terhadap peubah z .
 z 

IV. HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


a. Untuk pengamatan tunggal yaitu pengukuran yang dilakukan hanya
satu kali ( keadaan ini hanya boleh dilakukan jika keadaan memaksa ),
maka untuk ralat mutlaknya diambil setengah dari skala terkecil.
b. Dalam menuliskan ralat nisbi ( relatif ) sebaiknya ditulis cukup dua
angka ( digit ). Kalau dalam perhitungan doperoleh lebih dari dua
angka, maka sebaiknya dibulatkan. Contoh 1,53 % ditulis 1,5 %.
c. Apabila pengukuran langsungnya mempunyai ketelitian sampai n
angka, maka sebaiknya hasil akhir disajikan maksimum sampai ( n+1 )
angka.
d. Apabila harga terbaiknya ( harga rata rata ) mempunyai n angka
desimal, maka jumlah angka desimal untuk ralat sama dengan n.
e. Dalam menggambar grafik harus diperhatikan hal hal sebagai berikut :
0
1) Gambar / grafik digambar kira kira pada posisi sudut 45 dengan
cara menyesuaikan skala untuk vertikal maupun horisontalnya.
2) Perpotongan garis vertikal dengan garis horisontal tidak perlu tepat
sebagai titik pusat ( titik nol ).
3) Titik titik pada grafik dibuat sejelas mungkin, bila perlu diperbesar
panandaanya.
4) Grafik tidak boleh digambar dengan cara menghubungkan garis per
garis antar titik.
5) Grafik digambar sesuai teorinya, maksudnya apabila teori
mengatakan bahwa hubungannya adalah hubungan linear, maka
grafiknya juga harus garis lurus, meskipun titik titik yang didapat
tidak terletak pada satu garis. Demikian juga untuk persamaan
kuadrat.

6
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :2


Jurusan / Program Studi : Teknik Elektro Modul ke :1
Kode Mata Praktikum : STE 292 Jumlah Halaman :5
Nama Mata Praktikum : Fisika II Mulai Berlaku : September ‘17

PERCOBAAN M1
BANDUL MATEMATIS

I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum bandul matematis sesuai
prosedur dan standar keselamatan kerja.

II. INDIKATOR CAPAIAN


Mahasiswa dapat melakukan praktikum bandul matematis seuai prosedur
dan standar keselamatan kerja dengan benar.

III. TUJUAN
1. Mempelajari prinsip kerja bandul matematis.
2. Menghitung percepatan gravitasi.

IV. DASAR TEORI


Sebuah bandul sederhana merupakan model yang disempurnakan
yang terdiri dari sebuah massa titik yang ditahan oleh benang tak
bermassa. Jika massa titik yang ditarik ke salah satu sisi dari posisi
kesetimbangannya dan dilepaskan, massa tersebut akan berosilasi disekitar
posisi kesetimbangannya. Perhatikan gambar dibawah ini.

Gambar 1. Alur gerak ayunan bandul matematis


Pada posisi setimbang, bandul berada pada titik B sedangkan titik
A adalah kedudukan bandul di simpangkan sebesar sudut ( ). Kalau titik A
adalah kedudukan dari simpangan maksimum, maka bandul akan bergerak
dari A-B-C-B-A. Hal ini berarti bandul melakukan gerakan satu ayunan,
sedangkan osilasi yaitu gerak bolak balik disekitar titik kesetimbangan
dalam selang waktu yang sama.
Perhatikan gaya-gaya yang bekerja pada bandul sederhana
berdasarkan gambar 2.

7
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Gambar 2. Gaya yang bekerja pada bandul matematis


Lintasan gerak dari bandul matematis tidak berupa garis lurus
tetapi berupa busur dari suatu lingkaran dengan jari-jari L yang sama
dengan panjang tali. Gaya pemulih F adalah komponen tangensial dari
gaya total:

F  mg sin (1.1)


Jika sudut θ kecil, maka sin θ sangat dekat dengan θ dalam radian.
Dengan pendekatan semacam ini, persamaan (1.1) menjadi:
F   mg sin    x
L (1.2)
x
 mg
L
Kita mengetahui bahwa persamaan hukum hooke,
F  kx (1.3)
sehingga apabila persamaan (1.2) dan (1.3) dihubungkan, menghasilkan:
konstanta pegas k  mg (1.4)
L
Frekuensi sudut dari bandul sederhana dengan amplitudo kecil adalah
 k
 m
mg
 L (1.5)
m
g
 L
Dengan demikian hubungan antara frekuensi dan periode untuk
bantul matematis yaitu:

8
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

f
2 (1.6)

1 g
2 L

T 1
f
 1 (1.7)

1 g
2 L

L
 2 g
Percobaan bandul matematis ini memberikan manfaat dapat kehidupan
sehari-hari. Aplikasi dari percobaan ini dapat dilihat pada prinsip kerja jam
dinding, ayunan anak dan shock absorber.

V. ALAT DAN BAHAN


1. Bandul
2. Statip
3. Tali
4. Mistar
5. Busur derajat
6. Stopwatch

VI. PROSEDUR KERJA


1. Siapkan peralatan yang akan digunakan!
2. Pasang bandul pada salah satu ujung tali yang bebas!
3. Tarik atau simpangkan bandul dari titik kesetimbangan membentuk
0
sudut simpangan 15 !
4. Lepaskan bandul dan nyalakan stopwatch secara bersamaan,
biarkan berayun sampai 10 ayunan!
5. Catat waktu sepuluh ayunan bandul! Lakukan minimal tiga kali
percobaan untuk panjang tali yang sama.
6. Ulangi kegiatan 3 sampai 5 untuk panjang tali yang berbeda!
7. Catat hasil pengamatan anda sebagai data laporan sementara!
8. Jika sudah selesai, rapikan kembali peralatan seperti semula!

VII. ANALISIS DATA


1. Menghitung ralat periode T  T .

9
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

2. Substitusikan nilai periode kedalam persamaan (1.7) sehingga


diperoleg besarnya g   g dan hitunglah kesalahan relatif dan
kesalahan literaturnya ( = 9,80 m/ )!
3. Hitunglah pula dengan metode kuadrat terkecil untuk kedua macam
sudut simpangan tersebut. Hitung kesalahan literatur dan grafiknya!
4. Bandingkan harga g yang didapat antara metode matematis dan
kuadrat terkecil!

VIII. PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan simpangan, amplitudo, frekuensi dan
periode dari sistem bandul matematis?
2. Bagaimana harga g terhadap ketinggian dari permukaan bumi?
3. Apa yang harus anda lakukan terhadap panjang tali bandul matematis
untuk
a. menggandakan frekuensinya
b. menggandakan periodenya

IX. DAFTAR PUSTAKA


1. Abbas, A., dan Nur, N. 2000. Penuntun Praktikum Fisika Dasar II.
Padang: Laboratorium Dasar Universitas Andalas.
2. Halliday, D., Resnick, R, Walker, J. 1997. Fundamentals of Physics.
John Wiley & Sons. New York.
3. Sandra dan Sabhan. 2013. Penuntun Praktikum Fisika Dasar II. Palu:
Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Dasar Universitas Tadulako.
4. Sutrisno. 1982. Seri Fisika Dasar; Mekanika. Bandung: ITB.

10
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN M1
BANDUL MATEMATIS

Hari, Tanggal : ............................................................


Jam/sesi : ............................................................
Asisten : ............................................................

No Nama NIM Tanda Tangan

Hasil Pengamatan

Panjang Waktu untuk 10 Rata-rata Waktu


No Tali 10 untuk
periode (detik) periode satu
(cm)
1 10
2 20
3 30
4 40
5 50
6 60
7 70
8 80
9 90
10 100

Pembimbing Praktikum

(………………………..)

11
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :3


Jurusan / Program Studi : Teknik Elektro Modul ke :2
Kode Mata Praktikum : STE 292 Jumlah Halaman :5
Nama Mata Praktikum : Fisika II Mulai Berlaku : September ‘17

PERCOBAAN M3
KONSTATA GAYA PEGAS

I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum konstata gaya pegas sesuai
prosedur dan standar keselamatan kerja.

I. INDIKATOR CAPAIAN
Mahasiswa dapat melakukan praktikum konstata gaya pegas seuai
prosedur dan standar keselamatan kerja dengan benar.

II. TUJUAN
Mengetahui karakteristik respon pegas terhadap gaya dengan cara
menentukan konstata gaya pegas.

III. DASAR TEORI


Gaya yang bekerja pada suatu benda antara lain menyebabkan
terjadinya perubahan gerak benda atau perubahan bentuk benda.
Berdasarkan sifat kelenturan/elastisitasnya dikenai dua macam benda,
yaitu:
1. Benda plastis: benda yang bisa dikenai gaya akan berubah bentuknya
akan tetapi perubahan bentuk tersebut tetap walaupun gayanya telah
ditiadakan. Contoh benda semacam ini antara lain tanah liat dan
plastisin.
2. Benda elastis: benda yang bila dikenai gaya akan berubah bentuknya,
tetapi bila gayanya ditiadakan benda tersebut akan kembali seperti
semula. Contoh benda semacam ini antara lain karet dan pegas.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai peralatan dengan
menggunakan pegas, misalnya: neraca, shockbekker, tempat tidur, dan
masih banyak lagi. Pada setiap peralatan fungsi/peranan pegas berbeda-
beda, akan tetapi hampir semua peralatan terkait dengan sifat elastisitas
pegas tersebut. Respon pegas terhadap gaya ditunjukkan dengan adanya
perubahan panjang pegas tersebut.
Suatu batang panjang yang kedua ujungnya bekerja gaya yang sama
besar F dengan arah yang berlawanan. Batang dalam keadaan ini
mengalami kesetimbangan karena dua gaya yang mempengaruhi batang
12
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

tersebut, tiap bagian batangpun mengalami kesetimbangan pula. Bila


diandalkan batang tersebut dipotong, maka gaya ini akan terbagi merata
pada seluruh luasan.
Perbandingan antara gaya-gaya dan luas penampang tersebut adalah
stress dalam batang. Besarnya stress ditunjukkan oleh persamaan 1.

(1)
Satuan stress ialah
Jika panjang batang mula-mula L0, sedang panjang batang setelah
mengalami gaya adalah L, perubahan panjang batang yang terjadi sebesar
. Pertambahan panjang yang terjadi tersebut sebenarnya tidak
hanya terjadi pada ujung-ujung batang saja, melainkan pada setiap unsur
pada batang tersebut terjadi pertambahan yang proporsinya sama dengan
yang terjadi pada seluruh batang secara keseluruhan. Perbandingan antara
perubahan panjang dengan panjang mula-mula sebelum gaya bekerja
disebut strain. Besarnya strain ditunjukkan oleh persamaan 2.

(2)
Modulus kelentingan adalah perbandingan antara stress dengan strain
yang ditimbulkannya. Berdasarkan eksperimen, bila batas kelentingan
bahan tidak dilampui akan diperoleh perbandingan (modulus kelentingan)
yang konstan dan merupakan sifat khas atau karakteristik dari suatu bahan.
Dapat dikatakan bahwa stress berbanding langsung dengan strain atau
stress merupakan fungsi linier dari strain. Perbandingan ini disebut
modulus kelentingan linier atau modulus young (Y) suatu bahan.
Persamaan untuk menentukan modulus young ditunjukkan oleh persamaan
3.

(3)
2 2
Satuan dari modulus young biasa dinyatakan dalam dyne/cm atau lb/m .
Modulus kelentingan merupakan besaran yang melukiskan sifat-sifat
kelentingan suatu bahan tertentu, tetapi tidak menunjukkan secara
langsung pengaruh gaya terhadap perubahan bentuk yang dialami oleh
suatu batang, kabel atau pegas yang dibuat dari bahan tertentu. Bertambah
panjangnya sebuah benda terenggang berbanding lurus dengan besar gaya
yang menariknya. Pernyataan ini merupakan Hukum Hooke. Persamaan
hokum Hooke ditunjukkan oleh persamaan 4.

13
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

(4)
Persamaan 4 menyatakan bahwa apabila pegas yang berbentuk sulur
direnggang, perubahan bentuk kawat tersebut merupakan gabungan antara
tarikan, lenturan dan puntiran, tetapi pertambahan panjang pegas secara
keseluruhan berbanding lurus dengan gaya yang menariknya. Artinya
persamaan tetap berlaku dengan konstata perbandingan k bukan
merupakan fungsi dari modulus kelentingan. Konstata k disebut dengan
konstata gaya pegas atau koefisien kekauan pegas. Satuan k adalah
newton/meter; dyne/cm; lb/ft.
Hukum hooke menyatakan besarnya gaya yang mengakibatkan
perubahan bentuk (panjang) pegas sebanding dengan perubahan panjang
yang terjadi, asalkan batas kelentingannya tidak terlampui. Gaya
pemulihan merupakan gaya yang akan mengembalikan pegas (benda) ke
bentuk semula, ditentukan oleh persamaan 5.

(5)
Dalam hal ini tanda minus (-) menyatakan bahwa arah gaya dengan arah
simpangan (x) berlawanan arah. Ilustrasi sebuah benda yang digantungkan
pada pegas, pegas bertambah panjang sejauh x posisi kesetimbangannya
ditunjukkan oleh gambar 1.

Gambar 1. Ilustrasi Pegas


Resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut hanya gaya lenting
pemulihan F=-kx. Berdasarkan hokum Newton F=mg, maka hubungan
hokum Hooke dengan hokum Newton ditunjukkan oleh persamaan 6.

( ) (6) Dalam hal ini m adalah massa benda.

IV. ALAT DAN BAHAN


1. Pegas
2. Penggaris

14
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

3. Stopwatch
4. Beban
5. Neraca
6. Statip

V.PROSEDUR KERJA
1. Susunlah seperti gambar

2. Berikan beban pada pegas!


3. Catatlah pertambahan panjang yang terjadi (x)!
4. Ulangi langkah 2 dan 3 dengan beban yang lain!
5. Ulangi langkah 2, 3, dan 4 dengan pegas yang lain!

VI. ANALISIS DATA


1. Menghitung k menggunakan persamaan secara langsung.
2. Menghitung k menggunakan grafik antara massa m dengan
pertambahan panjang x.

VII. PERTANYAAN
Apakah terdapat perbedaan hasil modulus young dengan metode grafik
dan metode matematis?

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Jati, Bambang Murdakan Eka dan Tri Kuntoro Priyambodo. 2008. Fisika
Dasar untuk Mahasiswa Ilmu-ilmu Eksakta dan Teknik. Yogyakarta:
Penerbit Andi

15
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN M3
KONSTATA GAYA PEGAS

Hari, Tanggal : ............................................................


Jam/sesi : ............................................................
Asisten : ............................................................

No Nama NIM Tanda Tangan

Hasil Pengamatan

No Massa Beban (kg) L0 (m) L (m)

Pembimbing Praktikum

(………………………..)

16
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :4


Jurusan / Program Studi : Teknik Elektro Modul ke :3
Kode Mata Praktikum : STE 292 Jumlah Halaman :5
Nama Mata Praktikum : Fisika II Mulai Berlaku : September ‘17

PERCOBAAN M4
RESONANSI

I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum penentuan kecepatan bunyi di
udara sesuai prosedur dan standar keselamatan kerja.

II. INDIKATOR PENCAPAIAN


Mahasiswa dapat melakukan praktikum dan memahami cara menentukan
kecepatan bunyi di udara sesuai prosedur dan standar keselamatan kerja.

III. TUJUAN
1. Memahami gejala resonansi dan gelombang bunyi.
2. Memahami kerja tabung resonansi.
3. Menentukan kecepatan bunyi di udara.

IV. DASAR TEORI


Resonansi adalah perpaduan frekuensi
gelombang satu dengan frekuensi gelombang
lain. Aplikasi teknologi resonansi ini
dibidang teknologi sangat luas. Suatu sumber
bunyi digetarkan di atas mulut tabung
resonansi. Dengan mengatur panjang kolom
udara dalam tabung resonansi maka dapat
terdengan dengung suara yang sangat keras,
ini berarti terjadi resonansi.
Dalam tabung resonansi terjadi
gelombang longitudinal diam (stasioner),
dengan sasarannya yaitu permukaan air
sebagai simpul gelombang, dan mulut tabung sebagai perut gelombang.
Sesungguhnya letak perut berada sedikit di atas mulut tabung. Jarak dari
mulut tabung kita sebut k dan kira kira 3/10 kali diameter tabung.
Resonansi terjadi bila frekuensi nada dasar atau nada atas dari kolom udara
dalam tabung resonansi sama dengan frekuensi sumber bunyi. Bila yang
beresonansi nada dasar, maka terdapat stu simpul dan satu perut pada saat
kondisi ini berlaku:

17
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

L  k 1  k  1   L (1.1)
1 1
4 4

Kolom Udara

dengan L1 = panjang kolom udara untuk resonansi pertama (meter)


 = panjang gelombang (meter)
Bila yang beresonansi nada atas pertama maka terdapat dua simpul dan
dua perut, akan berlaku :
L  k 3  k  3   L (1.2)
2 2
4 4

Kolom Udara

dengan L2 = panjang kolom udara untuk resonansi kedua.


Bila yang beresonansi nada atas kedua, akan terdapat tiga simpul dan tiga
perut maka berlaku :
L  k 5   k  5   L (1.3)
3 3
4 4
dengan L3= panjang kolom udara untuk resonansi ketiga.
Selanjutnya untuk nada atas yang ke- n, terdapat n simpul dan n perut,
akan memberikan kolom udara Ln dengan (n = 1,2,3,4,...) akan memenuhi
persamaan :
L  k (2n  (1.4)
1)
n
4

Apabila k pada persamaan (1.1) di subtitusikan ke persamaan k


(1.2), maka diperoleh persamaan berikut.
3   L 1   L (1.5)
2 1
4 4
sehingga diperoleh panjang gelombang (λ),
3 1
4   4   L2  L1
1   L L (1.6)
2 2 1

  2( L2  L1 )
Apabila k pada persamaan (1.2) disubtitusikan ke persamaan (1.3), maka
diperoleh persamaan panjang gelombang sebagai berikut.
  2( L3  L2 ) (1.7)

18
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

sehingga persamaan pada umumnya menjadi:


  2( Ln  L( n 1 ) ) (1.8)
Dengan demikian rata rata dapat dihitung jika setiap resonansi panjangnya
kolom udara kita ukur. Kecepatan suara dalam udara dihitung dari
persamaan:
vt .f (1.9)

dengan f = frekuensi bunyi (Hz) dan  = panjang gelombang (m).

Pada percobaan ini f adalah frekuensi sumber bunyi yang sudah


diketahui besarnya. Sebaliknya jika v sudah dihitung atau sudah dapat
diketahui, maka untuk garpu penala yang belum diketahui frekuensinya
dapat dicari. Kecepatan suara yang didapat dalam percobaan ini adalah
kecepatan suara dalam udara pada suhu percobaan (vt). Kecepatan suara
0
dalam udara pada suhu 0 dapat dihitung melalui hubungan :
v t  v 0 T atau v t  v0 1  t (1.10)
273 273
o
sehingga kecepatan bunyi di udara pada suhu 0 adalah sebagai berikut.
v0  vt
1 
t
273 (1.11)
v  v . 273
1t
0 t

V. ALAT DAN BAHAN


1. Tabung resonansi
2. Audio Generator
3. Rangkaian sumber bunyi
4. Mistar
5. Air

VI. PERCOBAAN
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan!
2. Ukur dan catat suhu ruang pada saat percobaan!
3. Posisikan permukaan air pada tabung resonansi pada skala 2 cm
dengan cara menggerakkan naik/turun botol!
4. Nyalakan audio generator/ sumber bunyi dengan frekuensi 1000 Hz!
(minta petunjuk asisten).

19
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

5. Tempatkan sumber suara di atas mulut tabung resonansi, kemudian


turunkan secara perlahan botolnya sampai terdengar dengung keras.
Amatilah tinggi permukaan air pada saat dengung pertama pada
mistar, dan tuliskan tinggi hasil pengamatan anda pada kolom L1!
6. Amati kembali skala tinggi permukaan pada dengung yang kedua!
Dan tuliskan hasil pengamatan skalanya pada kolom L 2! Lanjutkan
untuk dengung keras ketiga dan keempat!
7. Ulangi langkah 5-6 sebanyak empat kali untuk frekuensi yang sama!
8. Lakukan kegiatan 3-7 untuk frekuensi 2000 Hz dan 3000 Hz!
9. Setelah data selesai terkumpul, matikan audio generator dan rapikan
kembali alat dan bahan seperti kondisi semula!

VII. ANALISIS DATA PERCOBAAN

1. Menghitung ralat panjang kolom udara pada masing-masing frekuensi


L  L L  L L  L L  L
sehingga diperoleh 1 1; 2 2; 3 3 ;dan 4 4.

2. Menghitung panjang gelombang menggunakan persamaan (1.8)


  
sehingga diperoleh untuk setiap variasi frekuensi.

3. Menentukan nilai kecepatan bunyi diudara saat percobaan dan saat


suhu 0o C menggunakan persamaan matematis (1.9) dan (1.10).
Bandingkan v0 hitung dengan literaturnya.

4. Membuat grafik hubungan n vs Ln untuk masing-masing frekuensi.


VIII. PERTANYAAN
1. Bagaimana peristiwa resonansi yang terjadi pada tabung resonansi?
2. Berapakah tetapan secara teori kecepatan bunyi di udara pada saat
suhu 0o C? Bandingkan hasil perhitungan anda dengan teorinya!
Sama atau tidak? Berikan alasan jawaban anda!

IX. REFERENSI
David Halliday & Robert resnick, 1993, Fisika Jilid 2, Erlangga,
Jakarta.
Tipler,2001, Fisika Untuk sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 2,
Erlangga, Jakarta.

20
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN M4
RESONANSI

Hari, Tanggal : ............................................................


Jam/sesi : ............................................................
Asisten : ............................................................

No Nama NIM Tanda Tangan

Hasil Pengamatan

Panjang Kolom Udara (cm)


No Frekuensi (Hz)
L1 L2 L3 L4
1
2 1000
3

4
Rata – rata
5
6 2000
7

8
Rata – rata
9
10 3000
11

12
Rata - rata

Pembimbing Praktikum

(………………………..)

21
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :5


Jurusan / Program Studi : Teknik Elektro Modul ke :4
Kode Mata Praktikum : STE 292 Jumlah Halaman :4
Nama Mata Praktikum : Fisika II Mulai Berlaku : September ‘17

PERCOBAAN K1
PENERAAN TERMOMETER

I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum peneraan termometer sesuai
prosedur dan standar keselamatan kerja.

II. INDIKATOR CAPAIAN


Mahasiswa dapat melakukan praktikum peneraan termometer sesuai
prosedur dan standar keselamatan kerja dengan benar.

III. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat membaca skala termometer secara teliti
2. Mahasiswa dapat melakukan peneraan termometer

IV. DASAR TEORI


Termometer badan mempunyai skala dari 35 sampai 42 sehingga
tidak dapat ditera secara langsung, dengan es yang sudah mencair dan air
yang sedang mendidih. Jadi, termometer badan harus ditera dengan batang
yang mempunyai skala sedikit di bawah 0 dan sedikit di atas
100 , yang ditera lebih dahulu pada titik beku dan titik didih air secara
langsung.
Pada percobaan ini akan dipilih dua suhu referensi atau dua titik
tetap, yang mana titik-titik tersebut adalah titik beku air yaitu suhu es yang
sedang mencair pada tekanan udara 1 atm dan titik didih air yaitu suhu air
murni yang mendidih pada tekanan 1 atm, yang masing-masing
didefinisikan sebagai 0 dan 100 . Jarak antara ujung air raksa dalam pipa
kapiler termometer air raksa pada titik beku air dan pada titik didih air
dibagi menjadi 110 bagian yang sama dimana tiap-tiap bagiannya 1 .
Untuk mendapatkan titik didih air kita perlu melihat barometer dan
tabel titik didih. Pada percobaan ini barometer yang ada di laboratorium
harus dilakukan koreksi sebagai berikut:

h  ht( 1  0.000163t )978 981 (1.1)


dimana, h = tekanan barometer terkoreksi (sesungguhnya)
ht = tekanan barometer terbaca
22
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

t = temperatur kamar
Dengan menganggap di laboratorium = 978 cm/ . Jika titik didih
menurut tabel adalah T sedang pembacaan termometer batang di dalam
bejana air yang sedang mendidih = b , sedangkan pembacaan di dalam
bejana es yang sedang mencair = a , maka harga skala termometer
batang adalah . Sehingga jika termometer batang dimasukkan ke
dalam air hangat menunjukkan t , maka sesungguhnya diperoleh dari
persamaan:
 T o
Xta  C (1.2)

 ba
Koreksi termometer batang adalah selisih antara suhu
sesungguhnya dengan suhu terbaca, jadi X-t, jika termometer badan
menunjukkan t’ maka koreksi termometer badan adalah X-t’. Percobaan
peneraan termometer berguna untuk memvalidasi pembacaan alat.
Peneraan termometer juga dilakukan pada laboratorium pengujian suhu
baik di rumah sakit ataupun perusahaan-perusahaan.

V. ALAT DAN BAHAN


1. Gelas beker
2. Stopwatch
3. Termometer batang
4. Termometer badan
5. Aquades
6. Es batu

VI. PROSEDUR KERJA


1. Siapkan alat dan bahan!
2. Ambil air sebanyak 150 mL dan didihkan! Kemudian masukkan
termometer batang ke dalam bejana air, setelah kenaikkan suhunya
cukup lambat, amati setiap 1 menit sebanyak 8 kali!
3. Ambil es dan ditunggu sampai mencair!
4. Setelah pengamatan suhu air medidih selesai masukkan termometer
batang tersebut ke dalam bajana air es. Bila penurunan suhunya sudah
cukup lambat amati setiap 1 menit sebanyak 8 kali!
5. Masukkan kembali termometer batang ke dalam air hangat dan
ditunggu sampai suhu air 40 .
6. Catatlah pembacaan termometer badan pada waktu termometer batang
menunjukkan 40 , 39 , 38 , 37 , 36 , dan 35 !
Catatan: jangan masukkan termometer badan di luar batas kemampuan
ukur dari termometer tersebut yakni 35 - 42 , jika sampai melebihi
temperatur 42 dapat mengakibatkan rusaknya alat tersebut.
23
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

7. Rapikan alat bahan seperti kondisi semula!

VII. ANALISIS DATA


Hitung nilai X menggunakan persamaan matematis yang telah dipaparkan
di dasar teori.

VIII. PERTANYAAN
1. Jelaskan fungsi peneraan termometer dalam segala aspek kehidupan!
2. Sebutkan skala lainnya selain Celcius serta nilai minimum, maksimum
dan konversinya dalam Celcius!

IX. DAFTAR PUSTAKA


1. Abbas, A., dan Nur, N., 2000, Penuntun Praktikum Fisika Dasar II,
Laboratorium Dasar Universitas Andalas, Padang.
2. Sandra dan Sabhan, 2013, Penuntun Praktikum Fisika Dasar II, Unit
Pelaksana Teknis Laboratorium Dasar Universitas Tadulako, Palu.

24
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN K1
PENERAAN TERMOMETER

Hari, Tanggal : ............................................................


Jam/sesi : ............................................................
Asisten : ............................................................

No Nama NIM Tanda Tangan

Hasil Pengamatan

Tabel 1. Titik didih air


Suhu Es Suhu Air Termometer Termometer Badan
Mendidih Batang 1 2 3
35
36
37
38
39
40
41

Suhu Kamar : ………..

Pembimbing Praktikum

(………………………..)

25
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :6


Jurusan / Program Studi : Teknik Elektro Modul ke :5
Kode Mata Praktikum : STE 292 Jumlah Halaman :5
Nama Mata Praktikum : Fisika II Mulai Berlaku : September ‘17

PERCOBAAN K2
PANAS JENIS ZAT PADAT

I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum penentuan panas jenis zat
padat sesuai prosedur dan standar keselamatan kerja.

II. INDIKATOR CAPAIAN


Mahasiswa dapat melakukan praktikum dan memahami cara penentuan
panas jenis zat padat sesuai prosedur dan standar keselamatan kerja
dengan benar.

III. TUJUAN
1. Mengetahui prinsip kerja dan fungsi kalorimeter.
2. Menentukan nilai dari panas jenis zat padat.
3. Memprediksikan kenaikan suhu zat padat pada saat menerima panas.

IV. DASAR TEORI


Panas adalah energi yang ditransfer dari satu benda dari benda lain
karena beda temperatur. Bila energi panas ditambahkan pada suatu zat,
maka temperatur zat itu biasanya akan naik. Jumlah energi panas Q yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu zat adalah sebanding
dengan perubahan temperatur dan massa zat itu.
Q  m.c.T (1.1)
Keterangan :
Q = banyaknya kalor yang diperlukan/dilepaskan (Joule atau kalori)
m = massa zat (gram)
o
c = panas jenis dari zat (kal/g. C atau
o o
Joule/g. C)  T = perubahan kenaikan suhu ( C)
Panas jenis/kalor jenis suatu zat adalah sebagai perbandingan
antara kapasitas panas jenis zat dengan kapasitas panas jenis air pada
bilangan yang menunjukkan berapa kalori yang diperlukan untuk
memanaskan satu satuan massa dari zat dengan menaikkan suhu 1
o
kilogram air sebesar 1 C. Untuk memanaskan massanya m kilogram
o
dengan kenaikan suhu sebesar  T C atau Kelvin, maka jumlah panas
yang diperlukan dapat dihitung melalui persamaan (1.1).
26
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Jika panas jenis suatu zat ternyata hasilnya tidak tetap, tergantung
pada suhunya. Panas jenis biasanya disebutkan untuk interval suhu
tertentu. Panas jenis dalam hal ini adalah panas jenis rata-rata didalam
daerah suhu tertentu dan panas yang ditambahkan pada suatu benda, Q
bertanda positif dan jika dilepaskan dari suatu benda, Q bertanda negatif.
Penentuan panas jenis suatu zat dapat dilakukan dengan
memanfaatkan kalorimeter. Yaitu, suatu alat yang digunakan untuk
mengukur jumlah kalor yang terlibat dalam suatu sistem. Prinsip dasar
kalorimeter berasal dari konservasi energi. Pada sistem terisolasi dimana
bagian-bagiannya saling bertukar panas, jumlah dari Q seluruh bagian dari
sistem harus sama dengan nol. Panas jenis yang dapat ditemukan dengan
kalorimeter yang akan menerima/memberikan panas dari sekelilingnya
(tidak ada panas yang hilang), kecuali kalau dilakukan pencegahan, maka
berlaku persamaan :

Q Q (1.2)
lepas terima

Melalui persamaan dasar di atas, penentuan panas jenis zat padat yang
diukur dengan bantuan kalorimeter, dapat dilakukan dengan persamaan
berikut:
Qb  Qa  Qc (1.3)

( m b .cb .Tb )  ( m a .ca .Ta )  ( m c .cc .Tc ) (1.4)


dimana Qb = energi kalor pada zat padat, Qa = energi kalor pada air dan Qc
= energi kalor pada kalorimeter (kalori dan pengaduk), sehingga
mb .cb . Tb    ma .ca . Ta  [( m p .c p )  ( mk .ck ).Tc ] (1.5)
 m .c .(T  T )    m .c .(T  T )   p . p  m . k ).(T T ) (1.6)
(m c c
 b bb2  a a2a   k 2c 
Keterangan :
mb = massa benda padat (gram)
mp = massa pengaduk (gram)
mk = massa kalori (gram)
ma = massa air (gram)
o o
ca = panas jenis air (J/g. C atau kal/g. C)
o o
cb = panas jenis zat padat (J/g. C atau kal/g. C)
o o
ck = panas jenis calorimeter (J/g. C atau kal/g. C)
o o
cp = panas jenis pengaduk (J/g. C atau kal/g. C)
o
Tb = suhu awal zat padat ( C)
o
Ta = suhu awal air dalam calorimeter ( C)
o
Tc = suhu awal calorimeter ( C)
o
T2 = suhu akhir sistem ( C)

27
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Pertukaran kalor dengan sekelilingnya dapat dikurangi dengan


kalorimeter yang sempurna alatnya dan percobaan yang dilakukan dengan
suhu mula-mula lebih rendah dari suhu kamar dan suhu akhir harus lebih
tinggi dari suhu kamar. Dan selisih antara suhu mula-mula dengan suhu
kamar = selisih antara suhu akhir dengan suhu kamar, sehingga untuk
mengurangi pemaparan panas yang tidak seimbang maka dengan memulai
percobaan dengan suhu kalorimeter yang sedikit dibawah suhu
sekelilingnya. Hasilnya maka panas yang diterima selama bagian pertama
dari percobaan dapat menyeimbangkan panas yang hilang pada percobaan
kedua. Dalam persamaan diatas juga tidak ada suhu yang menyatakan
kalor yang diperlukan untuk penguapan air, sehingga dalam percobaan ini
penguapan air harus diabaikan. Penerapan panas jenis zat padat dalam
kehidupan sehari-hari yang digunakan untuk kebutuhan peralatan rumah
tangga seperti termos, setrika, panci masak, dan lain-lain.

V. ALAT
1. Kalorimeter dengan pengaduk
2. Timbangan/Neraca
3. Termometer
4. Bejana didih
5. Stopwatch
6. Pipet
7. Pendingin/Kulkas

VI. BAHAN
1. Air
2. Zat Padat (Logam)

VII. PROSEDUR KERJA


1. Siapkan alat dan bahan percobaan!
2. Hidupkan pemanas dari bejana didih yang berisi air!
3. Timbanglah kalorimeter kosong dan alat pengaduk dari logam!
4. Isilah kalorimeter dengan air sedemikian tingginya sehingga benda
padat (terbuat dari logam) dapat tercelup, kemudian timbanglah
kalorimeter tersebut! Catat massa airnya!
5. Masukkan benda logam ke dalam bejana didih!
6. Dinginkan kalorimeter berisi air tadi ke dalam pendingin supaya
suhunya dibawah suhu kamar!
7. Bersihkan dinding luar dari kalorimeter agar tidak ada embun yang
melekat!

28
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

8. Masukkan kalorimeter tadi pada tempatnya dan catat suhu mula


mulanya!
9. Catalah tekanan yang terbaca pada barometer dan suhu kamar dan
kemudian angkatlah benda logam dari bejana didih dan dengan cepat
masukkanlah ke dalam calorimeter!
10. Aduk dan amati suhu maksimum yaitu suhu akhir dan catat!
11. Setelah percobaan timbang kalorimeter + air + benda logam.
12. Ulangi langkah 4 s/d 10 dengan jumlah air yang berbeda!
13. Rapikan alat dan bahan seperti kondisi semula!
Catatan !
Suhu mula-mula ditentukan tertentu pada saat percobaan.

VIII. ANALISIS DATA


1. Menentukan kalor jenis kalorimeter menggunakan metode interpolasi.
2. Hitunglah panas jenis zat pada dari benda logam yang dipakai dalam
percobaan dengan persamaan 1.6.

IX. PERTANYAAN
1. Jelaskan hukum Azas Black serta persamaannya?
2. Sebutkan macam-macam perpindahan panas serta rumus yang
digunakan?
3. Jelaskan perbedaan kalor lebur es dan kalor jenis zat padat?
4. Sebutkan manfaat mempelajari penentuan panas jenis zat padat sesuai
dengan program studi/jurusan kalian?

X. DAFTAR PUSTAKA
1. Abbas, A., dan Nur, N., 2000, Penuntun Praktikum Fisika Dasar II,
Laboratorium Dasar Universitas Andalas, Padang.
2. Sandra dan Sabhan, 2013, Penuntun Praktikum Fisika Dasar II, Unit
Pelaksana Teknis Laboratorium Dasar Universitas Tadulako, Palu.
3. Halliday, D., Resnick, R, Walker, J., 1997, Fundamentals of Physics,
John Wiley & Sons, New York.
4. Tipler. 1998. FISIKA Untuk Sains dan Teknologi Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

29
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN K2
PANAS JENIS ZAT PADAT

Hari, Tanggal : ............................................................


Jam/sesi : ............................................................
Asisten : ............................................................

No Nama NIM Tanda Tangan

Hasil Pengamatan

Berat Berat Berat Suhu Suhu Air Suhu Air


No Logam Kalorimeter Logam Mula- (t2 – t1)
(gr) Air (gr) + Mula- mula Akhir (t2)

Suhu Kamar : ………..

Pembimbing Praktikum

(………………………..)

30
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :7


Jurusan / Program Studi : Teknik Elektro Modul ke :6
Kode Mata Praktikum : STE 292 Jumlah Halaman :6
Nama Mata Praktikum : Fisika II Mulai Berlaku : September ‘17

PERCOBAAN K3
TARA KALOR LISTRIK

I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum penentuan tara kalor listrik
sesuai prosedur dan standar keselamatan kerja.

II. INDIKATOR CAPAIAN


Mahasiswa dapat melakukan praktikum penentuan tara kalor listrik sesuai
prosedur dan standar keselamatan kerja.

III. TUJUAN
1. Memperagakan adanya hubungan energi listrik dan energi panas.
2. Menentukan angka kesetaraan antara Joule dan Kalori.

IV. DASAR TEORI


Energi yang mengalir dari sebuah benda ke benda lain karena
adanya perbedaan temperatur diantara kedua benda tersebut maka disebut
kalor/panas. Jika kalor tersebut mengalir maka disebut tenaga kalor.
Tenaga kalor ditransmisikan oleh perbedaan-perbedaan temperatur untuk
membedakan antara kalor dan kerja dengan mendefinisikan kerja sebagai
tenaga yang ditransmisikan dari sebuah sistem ke sistem yang lain
sehingga perbedaan temperatur tidak terlibat secara langsung. Kerja
tersebut berasal dari sumber listrik, magnetik, gravitasi, atau lainnya.
Bilangan yang menyatakan besarnya tenaga listrik yang setara
dengan satuan tenaga panas dinamakan angka kesetaraan panas
mekanis/listrik. Kesetaraan panas mekanik yang pertama kali diukur oleh
Joule dengan mengambil tenaga mekanik dari beban yang jatuh untuk
mengaduk air dalam kalorimeter sehingga air menjadi panas. Cara yang
lain adalah dengan mengubah tenaga listrik menjadi tenaga panas dalam
suatu kawat tahanan/penghantar logam yang tercelup dalam air yang
berada dalam kalorimeter. Tumbukan oleh pembawa muatan akan
menyebabkan logam yang dialiri arus listrik memperoleh energi yaitu
energi kalor. Panas tersebut merupakan energi yang diberikan atau diubah
dari energi listrik yang diformulasikan melalui persamaan:

31
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

W  V .i .t (1.1)

Keterangan: W = energi listrik (Joule)


V = tegangan/beda potensial listrik (Volt)
i = kuat arus listrik (ampere)
t = waktu (sekon)

Besar perubahan energi listrik menjadi energi kalor yang terjadi


dalam air dan kalorimeter diformulasikan dalam persamaan sebagai
berikut:

H  ( N A  m .c ).T (1.2)
Keterangan : H = panas (harga kalorimeter dan isinya)
NA = nilai air kalorimeter (kal/g.°C)
m = massa air (gram)
c = kalor jenis air (kal/kg.°C)
ΔT = perubahan temperatur kalorimeter = TA - TB
o
TA = suhu akhir sistem dalam kalorimeter ( C) TB
o
= suhu awal sistem dalam calorimeter ( C)

Tara kalor listrik didefinisikan sebagai pembanding antara energi


listrik yang digunakan dengan panas yang ditimbulkan. Maka,
Joule  W  V .i .t ) (1.3)
( Joule
H (N a  m .c ).T kalori
Tenaga listrik sebesar W merupakan tenaga mekanik yang hilang
dari elektron-elektron yang bergerak dari ujung kawat yang mempunyai
potensial tinggi menuju ujung kawat yang mempunyai potensial rendah
dan akan menjadi tenaga panas sehingga menaikkan suhu sistem pada
kalorimeter.
Jika tidak ada panas yang masuk maupun yang keluar kalorimeter,
maka panas yang dihasilkan yaitu berdasarkan persamaan:
Q  ( H  W ).T( kalori ) (1.4)
Keterangan :
H = kapasitas panas air dalam calorimeter (ma × ca)
W = kapasitas panas kalorimeter beserta pengaduk (mk × ck)
ΔT = Perubahan suhu kalorimeter (T2 - T1)
o
T2 = suhu akhir ( C)
32
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

o
T1 = suhu mula-mula ( C)
ma = massa air (gram)
mk = massa calorimeter (gram)
o
ca = panas jenis air (kal/g. C)
o
ck = panas jenis kalorimeter + pengaduk (kal/g. C)
Panas yang keluar dari kalorimeter dapat dihindarkan atau dikurangi jika
selisih antara suhu akhir dengan suhu kamar sama dengan selisih antara
suhu mula-mula dengan suhu kamar.
Energi listrik yang diberikan biasanya dinyatakan dalam satuan joule,
sedangkan energi kalor atau panas dinyatakan dalam satuan kalori. Agar
W dan Q dapat menjadi setara (sama nilainya), maka nilai W yang masih
dalam Joule harus diubah kedalam kalori, dimana 1 kalori = 4,186 joule.
Bilangan 4,186 yaitu kesetaraan kalor mekanik, sedangkan untuk besarnya
tara kalor listrik dapat ditentukan melalui persamaan sebagai berikut.
Q  a W
(H  W ).T  a (V .i .t ) (1.5)
( m a .ca  m k .c k ).T  a (V .i .t )
sehingga,
a  ( m a .ca  m k .c k ). joule )
T ( kalori (1.6)
(V .i .t )
Keterangan :
α adalah nilai keseteraan antara energi listrik yang
diberikan terhadap panas yang dihasilkan.

Hilangnya tenaga listrik selalu disertai timbulnya panas, maka untuk


setiap 1 joule tenaga listrik yang terdesipasi, panas Q yang timbul adalah
0,239 kalori/Joule. Kondisi tersebut dikenal sebagai kesetaraan (ekuivelen)
panas-listrik Joule.
Pengunaan dalam kehidupan sehari-hari dari tara kalor listrik ini
adalah pada perubahan energi panas menjadi listrik, contohnya,
diaplikasikan pada PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas), dan
sebaliknya perubahan energi listrik menjadi panas, contohnya : setrika
listrik, solder listrik, hair drayer, dan lain-lain.

33
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

V.ALAT DAN BAHAN


1. Kalorimeter dengan pemanas
2. Amperemeter
3. Stopwatch
4. Kabel jumper
5. Voltmeter
6. Termometer

VI.PROSEDUR KERJA
Keterangan :
1) Kalorimeter dan pemanas
2) Voltmeter AC
3) Amperemeter AC
4) Termometer
5) Transformator step down
6) Pemutus arus

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan!


2. Buatlah rangkaian seperti gambar diatas!
3. Timbanglah kalorimeter kosong + pengaduk, catat massanya pada
laporan sementara!
4. Timbanglah air 110 gr dan masukkan air tersebut kedalam
kalorimeter!
5. Dinginkan calorimeter (sudah berisi air) sampai suhu beberapa derajat
dibawah suhu kamar!
6. Hubungkanlah calorimeter dengan rangkaian, catat suhu awalnya dan
sambungkan rangkaian ke sumber!
7. Nyalakan rangkaian dan aduk calorimeter secara kontinyu!
8. Amati dan catat arus, tegangan dan suhu akhirnya setiap 2 menit!
Lakukan sebanyak dua kali untuk massa air yang sama!
9. Ulangi langkah 4 – 8 dengan massa air 120 gr, 130 gr, 140 gr, dan 150
gr.

VII. ANALISIS DATA


1. Menghitung kalor jenis kalorimeter dengan metode interpolasi.
2. Menghitung ralat perubahan suhu sehingga diperoleh dT  dT untuk
masing-masing variasi massa air.

34
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

3. Menghitung energi kalor menggunakan persamaan (1.4) sehingga


diperoleh Q  Q untuk masing-masing variasi massa air.
4. Menghitung ralat I dan V pada masing-masing variasi massa, sehingga
diperoleh I  I dan V  V .
5. Substitusi hasil I  I dan V  V pada persamaan (1.1) sehingga
diperoleh W  W untuk setiap variasi massa.
6. Menentukan nilai tara kalor listrik menggunakan metode matematis
dengan persamaan (1.6).

VIII. PERTANYAAN
1. Jelaskan yang dimaksud dengan tara kalor listrik!
2. Sebutkan satuan tara kalor listrik!
3. Sebutkan 2 teori dasar pada penentuan tara kalor listrik!
4. Berapakah nilai tara kalor listrik pada literatur? Bandingkan dengan
hasil percobaan ini! Jelaskan!

IX. REFERENSI
1. Abbas, A., dan Nur, N., 2000, Penuntun Praktikum Fisika Dasar II,
Laboratorium Dasar Universitas Andalas, Padang.
1. Sandra dan Sabhan, 2013, Penuntun Praktikum Fisika Dasar II, Unit
Pelaksana Teknis Laboratorium Dasar Universitas Tadulako, Palu.

35
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN K3
TARA KALOR LISTRIK

Hari, Tanggal : ............................................................


Jam/sesi : ............................................................
Asisten : ............................................................

No Nama NIM Tanda Tangan

Hasil Pengamatan

No Berat Kalorimeter Berat Air Suhu Mula- Suhu Arus Tiap Tegangan
+ pengaduk (gr) (gr) mula (tm) Akhir 2 menit (A) Tiap
1 110
2 110
3 120
4 120
5 130
6 130
7 140
8 140
9 150
10 150
Suhu Kamar : ………… oC

Pembimbing Praktikum

(………………………..)

36
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :8


Jurusan / Program Studi : Teknik Elektro Modul ke :7
Kode Mata Praktikum : STE 292 Jumlah Halaman :6
Nama Mata Praktikum : Fisika II Mulai Berlaku : September ‘17

PERCOBAAN L1
HANTARAN LISTRIK DALAM KAWAT

I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum penentuan hantaran
listrik dalam kawat sesuai prosedur dan standar keselamatan kerja.

II. INDIKATOR CAPAIAN


Mahasiswa dapat melakukan praktikum penentuan hantaran listrik dalam
kawat sesuai prosedur dan standar keselamatan kerja.

III. TUJUAN
1. Memahami hukum Ohm.
2. Memperagakan untaian bagan listrik dalam pengukuran arus dan
tegangan.
3. Membuat interpretasi grafik antara V vs I dan antara V vs P.

IV. DASAR TEORI


1. Arus listrik
Gejala kelistrikan ditimbulkan oleh aliran muatan listrik antara
dua titik. Semua alat listrik yang setiap hari kita gunakan merupakan
susunan komponen-komponen listrik yang membentuk jalur tertutup
yang disebut rangkaian. Arus listrik hanya mengalir pada suatu
rangkaian tertutup, yaitu rangkaian yang tidak berpangkal dan tidak
berujung. Besaran yang menyatakan arus listrik disebut kuat arus
listrik yang disimbolkan dengan huruf I, yang didefinisikan sebagai
banyak muatan positif ∆Q yang mengalir melalui penampang kawat
penghantar per satuan waktu ∆t.
I  lim   dQ (1.1)
Q
t 0 t dt
Satuan untuk kuat arus listrik adalah Ampere atau Coulomb per detik
(C/s).

37
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

2. Hukum Ohm
Pada tahun 1827, George Simon Ohm (German, 1787-1854)
melakukan percobaan untuk menentukan hubungan antara kuat arus
listrik I dan tegangan (beda potensial) V.
6
Tegangan V (Volt) 5
4
3 α
2
1
0
0.5 1 1.5 2 2.5
Kuat Arus Listrik I (Ampere)

Gambar 1.1. Grafik hubungan V terhadap I

Jika kemiringan grafik disebut hambatan R, maka hubungan V


dan kuat arus I dapat dinyatakan dengan persamaan:

R  tan (1.2)
Dimana α adalah sudut antara sumbu kuat arus dan garis kemiringan
grafik.
V  I .R  Hukum Ohm (1.3)
dengan: I = Arus (A)
V = Tegangan (V)
R = Tahanan (Ω)
Persamaan (1.3) dinyatakan oleh Simon Ohm, sehingga
dinamakan hukum ohm, yang berbunyi: tegangan V pada komponen
yang memenuhi hukum ohm adalah sebanding dengan kuat arus I
yang melalui komponen tersebut, jika suhu dijaga konstan. Penghantar
yang mengikuti Hukum Ohm dinamakan penghantar linear. Pada
umumnya tahanan berubah dengan berubahnya suhu. Untuk
penghantar dari logam besarnya tahanan bertambah besar bila suhunya
makin tinggi.

3. Dissipasi Tenaga Dalam Suatu Penghantar


Jika dalam suatu penghantar mengalir arus listrik, maka dalam
penghantar ini ada tegangan listrik yang hilang dan berubah menjadi
panas. Hal ini dikatakan ada tenaga liatrik yang terdissipasi. Besarnya
tenaga yang terdissipasi tiap detiknya atau daya yang terdissipasi
adalah:

38
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

P V .I (1.4)
dimana,
P = tenaga yang terdissipasi atau daya listrik (Watt atau Joule/sekon)
V = tegangan listrik atau beda potensial (volt)
I = arus listrik (ampere)
Daya listrik adalah tenaga listrik persatuan waktu. Jika satuan
tenaga dinyatakan dalam joule dan waktu dalam detik, maka besarnya
daya dinyatakan dalam watt. Daya pada arus bolak-balik merupakan
fungsi waktu, sehingga daya pada arus ini bisa dinyatakan nilai daya
renta selama 1 periode. Secara matematis dirumuskan:

P 1 T
 t 0V .I dt (1.5)
T
Dimana V dan I merupakan tegangan dan arus sesaat, sedangkan
T periode dari arus bolak-balik. Jika diketahui besarnya V = Vsin t
dan I = Im sin , maka besarnya daya rerata P = V I cos . Dengan V dan
I merupakan nilai efektifnya sedangkan merupakan beda fase antara V
dan I. pada percobaan ini dianggap tidak ada beda fase antara V dan I (
= 0), sehingga P = V I.

4. Watak Lampu Pijar


Karena adanya daya yang terdissipasi menjadi panas maka
jelaslah bahwa tahanan suatu lampu pijar berubah dengan berubahnya
tegangan. Dalam percobaan watak lampu pijar ini kita teliti hubungan
antara I dan V dan antara P dan V. Jadi yang dinamakan watak lampu
pijar adalah hubungan :
a. Tegangan yang dipasang dengan tahanannya.
b. Tegangan yang terpasang dengan arus listrik yang mengalir.
c. Tegangan yang terpasang dengan daya yang diambil.

5. Pemilihan Bagan Pengukuran V Dan I


Untuk memperoleh watak lampu pijar diperlukan pengukuran
tegangan dan arus secara simultan dengan cara pemasangan voltmeter
(V) dan amperemeter (A) yang terhubung dengan lampu (L) seperti
pada gambar berikut ini :

39
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Gambar Bagan I Gambar Bagan II

Bagan I
Pada bagan ini terdapat kesalahan pembacaan amperemeter,
karena yang terukur adalah jumlah arus yang melewati lampu dan
voltmeter. Arus terbaca berkelebihan sebesar: x 100 %, dimana r
merupakan tahanan lampu dan R tahanan voltmeter. Jika kesalahan
yang kita kehendaki maksimal sebesar a % maka: x 100 % a %.

Bagan II
Dengan bagan ini terdapat kesalahan pembacaan voltmeter, sebab
yang terukur adalah jumlah dari tegangan pada lampu dan
amperemeter. Tegangan terbaca berkelebihan x 100 % dimana
merupakan tahanan amperemeter. Jika kesalahan yang kita kehendaki
maksimum sebesar a % maka: x 100 % a % . Jika maka
dipilih bagan I dan sebaliknya bila dipilih bagan II.

Nilai a
a V'  100%  untuk bagan I (1.6)
V
V
a  I '   100% untuk bagan II (1.7)
I
I
V.ALAT DAN BAHAN

1. Voltmeter
2. Amperemeter
3. Lampu pijar
4. Regulator (variak)
40
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

5. Kabel jumper

VI. PROSEDUR KERJA


1. Siapkan alat dan bahan percobaan!
2. Buatlah rangkaian bagan I!
3. Nyalakan saklar!
4. Aturlah hingga tegangan menunjukkan 50 volt (V’) dan catat arus
yang terukur pada amperemeter ( I )! Pengukuran diulang tiga kali!
5. Setelah melakukan kegiatan 4, matikan saklar tanpa mengubah
regulator (variak). Kemudian buatlah rangkaian bagan II!
6. Nyalakan saklar! Catat tegangannya (V) dan arusnya ( I’ ) yang
terukur pada voltmeter dan amperemeter! Pengukuran dilakukan tiga
kali tanpa mengubah regulator (variak).
7. Hitung nilai a untuk bagan I dan II! (lihat persamaan pada dasar teori).
Bagan yang mempunyai nilai a paling kecil itulah bagan yang
digunakan dalam praktikum selanjutnya.
8. Aturlah variak sehingga tegangan menunjukkan 60 volt dan catatlah
arus (I) yang terukur pada amperemeter! Lakukan pengukuran
sebanyak dua kali untuk tegangan yang sama!
9. Ulangi untuk tegangan 65, 70, 75, ..., 105 volt dan catat arus yang
terukur pada masing-masing variasi tegangan!
10. Rapikan alat dan bahan seperti kondisi semula!

VII. ANALISIS DATA


1. Dari data tabel percobaan pertama, hitung nilai a untuk masing-masing
bagan untaian. Ambil kesimpulan apabila a bagan I lebih kecil
daripada a bagan II maka bagan I dipakai untuk percobaan kedua dan
sebaliknya.
2. Menghitung ralat I untuk tiap variasi tegangan sehingga diperoleh
I  I .
3. Subtitusikan nilai I  I untuk mencari nilai R  R dan pada
 
masing-masing variasi tegangan.
4. Buatlah grafik hubungan antara V vs I dan V vs P!

VIII. PERTANYAAN
1. Apa perbedaan dari bagan I dan bagan II? Mengapa nilai a kedua
bagan ini berbeda?
2. Bagaimana watak lampu pijar menurut pengamatan yang telah
dilakukan?
41
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

IX. REFERENSI
Abbas, A., dan Nur, N., 2000, Penuntun Praktikum Fisika Dasar II,
Laboratorium Dasar Universitas Andalas, Padang.
Giancoli, 2001, FISIKA Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Sandra dan Sabhan, 2013, Penuntun Praktikum Fisika Dasar II, Unit
Pelaksana Teknis Laboratorium Dasar Universitas Tadulako, Palu. Sutrisno,
1983, Seri Fisika Dasar, Gelombang dan Optik, ITB, Bandung.

42
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN L1
HANTARAN LISTRIK DALAM KAWAT

Hari, Tanggal : ............................................................


Jam/sesi : ............................................................
Asisten : ............................................................

No Nama NIM Tanda Tangan

Hasil Pengamatan

No Tegangan Arus (I) a Tegangan (V) Arus (I’) A


(V’) 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 50

No V (Volt) I (mA) V (Volt) I (mA) R (ohm) P (W)


1 60 60
2 65 65
3 70 70
4 75 75
5 80 80
6 85 85
7 90 90
8 95 95
9 100 100
10 105 105

Pembimbing Praktikum

(………………………..)

43
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke :9


Jurusan / Program Studi : Teknik Elektro Modul ke :8
Kode Mata Praktikum : STE 292 Jumlah Halaman :4
Nama Mata Praktikum : Fisika II Mulai Berlaku : September ‘17

PERCOBAAN L4
JEMBATAN WHEATSTONE

I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum penentuan nilai resistor sesuai
prosedur dan standar keselamatan kerja.

II. INDIKATOR CAPAIAN


Mahasiswa dapat melakukan praktikum penentuan nilai resistor
menggunakan prinsip jembatan wheatstone yang sesuai prosedur dan
standar keselamatan kerja.

III. TUJUAN
1. Memahami pengukuran dengan metode nol dengan jembatan
wheatstone.
2. Menentukan harga harga tahanan (resistor) yang belum diketahui.

IV. DASAR TEORI


1. Dalam praktek pengukuran tahanan (resistor) dilakukan secara
langsung dengan menggunakan Ohmmeter. Adapaun dasar pengukuran
jenis ini adalah Hukum Ohm yang secara praktek dapat diterangkan
sebagai berikut :
Karena E tertentu maka dengan membaca I,
kita dapat menghitung Rx yaitu :
Rx  E (1.1)
I
dimana I adalah besarnya arus yang
terbaca.
2. Gambar 1. Rangkaian tunggal

3. Pengukuran diatas tidak dapat


memberikan jaminan akan ketepatan yang tinggi, terutama Rx yang terlalu
kecil. Untuk itu dipakai sistem pengukuran jembatan wheatstone . Kalau
tahanan geser diubah ubah sehingga galvanometer G menunjukkan posisi
nol, hal ini berarti bahwa pada titik B dan D tak ada arus yang mengalir,
44
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

walaupun nilai tahanan pelindung galvanometer berubah ubah


kedudukannya. Maka berarti :

Gambar 2. Rangkaian jembatan Wheatstone

Perhitungan dari titik ABD :


V V
x R3

I x .R x  I 3 .R3 (1.2)
I  I 3 .R3
x
R
x
Perhitungan dari titik BCD :
V V (1.3)
R1 R2

I1 . R1  I 2 .R2
Selanjutnya I2 = I3, Ix = I1 sehingga,
I 3 .R3 . R  I .R

1 2 2
Rx
R
3  R2 (1.4)
Rx R
1
R .R
R  1 3
x R 2

Kalau sumber listriknya diganti dengan sumber arus bolak balik , maka
jembatan wheatstone tersebut dapat dipakai untuk menghitung reaktansi.

V. ALAT DAN BAHAN


1. Rangkaian jembatan wheatstone

45
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

2. Multimeter
3. Kabel jumper

VI. PROSEDUR KERJA


1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan!
2. Buatlah rangkaian seperti gambar di bawah ini!

3. Ukur nilai R1 menggunakan multimeter dan cata di laporan semntara!


4. Hubungkan rangkaian dengan sumber tegangan dan nyalakan saklar!
5. Atur tahanan geser/ tahanan variabel, sehingga jarum galvanometer
menunjukkan nol.
6. Catat kedudukan nilai tahanan geser di laporan sementara sebagai R2!
Lakukan lima kali pengamatan untuk tiap Rx!
7. Ulangi langkah 4 - 6 untuk nilai Rx yang berbeda dan susunan Rx seri
paralel!

VII. ANALISIS DATA


1. Menghitung ralat R2 dan R3 untuk masing-masing variasi Rx sehingga
diperoleh R2  R2 dan R3  R3 .
2. Menentukan nilai Rx1, Rx2, Rx paralel dan Rx seri secara matematis
menggunakan persamaan Rx jembatan Wheatstone.

VIII. EVALUASI
1. Bagaimana prinsip jembatan wheatstone?
2. Apa kegunaan jembatan wheatstone?

IX. REFERENSI
1. Sutrisno, 1986, Elektronika Teori Dasar dan Penerapannya, Jilid 1, ITB,
Bandung.

46
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN L4
JEMBATAN WHEATSTONE

Hari, Tanggal : ............................................................


Jam/sesi : ............................................................
Asisten : ............................................................

No Nama NIM Tanda Tangan

Hasil Pengamatan

No Rx1 (ohm) Rx2 (ohm) Rx Seri (ohm) Rx Paralel (ohm)


R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pembimbing Praktikum

(………………………..)

47
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Fakultas : Teknologi Industri Pertemuan ke : 10


Jurusan / Program Studi : Teknik Elektro Modul ke :9
Kode Mata Praktikum : STE 292 Jumlah Halaman :5
Nama Mata Praktikum : Fisika II Mulai Berlaku : September ‘17

PERCOBAAN L6
MEDAN MAGNET SOLENOIDA

I. KOMPETENSI DASAR
Mahasiswa dapat terampil dalam praktikum medan magnet solenoida
sesuai prosedur dan standar keselamatan kerja.

II. INDIKATOR CAPAIAN


Mahasiswa dapat melakukan praktikum medan magnet solenoida sesuai
prosedur dan standar keselamatan kerja.

III. TUJUAN
1. Mengimplementasikan hubungan antara arus listrik dengan medan magnet
berdasarkan Hukum Biot Savat , Gaya Lorentz dan Hukum Ampere .
2. Mengukur dan mangamati medan magnet yang timbul dengan variasi jarak
dua solenoida.
3. Mengamati pengaruh arus listrik pada solenoida kedua.

IV. DASAR TEORI


Solenoida
Kumparan Solenoida adalah deretan seri lilitan melingkar kawat
yang sewaktu dialiri arus listrik akan menjadi sumber medan magnet
seperti yang dihasilkan oleh batang magnet yang berbentuk silinder
memanjang seperti tampak pada gambar dibawah ini :

Gambar 1. Solenoida

48
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Kuat Medan Magnet & Momen Dipol


Momen dipol magnet (m) arus melingkar besarnya sebanding
dengan kuat medan magnet (H) sehingga semakin kuat arus yang
melingkar semakin besar medan magnet yang dihasilkan. Kuat medan
magnet di sumbu lingkaran arus sebagai berikut :

Gambar 2. Diagram kuat medan magnet

Besarnya kuat medan magnetnya berdasarkan hukum Biot Savart:


H m dengan m   iA dan A   R2
(1.1)
2 d 3
–6
dimana :  =  0 = 1,25666 x 10 N / ampere
Sehingga diperoleh :
iR2
H (1.2)

dengan R = jari jari solenoida dan d = jarak kedua solenoida

Gaya Lorentz
Adalah gaya (F) pada arus listrik di dalam medan magnet (B) atau
gaya pada muatan listrik yang tengah bergerak di dalam medag magnet
yang dirumuskan sebagai berikut :

49
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

Gambar 3. Arah dan Gaya Lorentz

dFm  m.i dl (1.3)


2 d 3
H m (1.4)
2  d 3
dengan B =  H dimana B = Rapat medan magnet.
Sehingga diperoleh hasil akhir gaya Lorentz adalah :
F  B i.L (1.5)
dan L = panjang solenoida.

Hukum Ampere
Berdasarkan hukum ampere, maka besarnya rapat medan magnet B
sebanding dengan arus yang mengalir ( i ) x  0 x n atau
B   0 .n.i (1.6)
atau
B   . N .i (1.7)
0
L
dimana N = jumlah lilitan .
Hubungan Biot Savart dengan Gaya Lorentz :
B =  H dan F = B i L sehingga F =  H i L
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menjumpai aplikasi dari
prinsip medan magnet solenoida. Di antaranya adalah generator yang di
dalamnya mengandung medan magnet dalam bentuk kumparan yang
terinduksi sehingga menghasilkan arus listrik.

V. ALAT DAN BAHAN


1. Solenoida 5.Trafo 20 A, 30 volt
2. Inti besi 6.Ampere meter
3. Field magnetik 7.Jangka Sorong
4. Kabel

50
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

VI. PROSEDUR KERJA


1. Rangkailah seperti gambar berikut ini dan minta asisten mengecek
kebenaran rangkaiaan sebelum disambung ke sumber tegangan PLN.
Keterangan :
S1 = solenoida 1
S2 = solenoida 2
A1 = arus S1
A2 = arus S2
d = jarak kedua solenoida

Gambar 4. Rangkaian Percobaan


2. Aturlah tegangan dari trafo sebesar 6 volt dan catat besar A1 pada
laporan sementara!
3. Variasikan jarak kedua solenoida d dengan 15 cm, 20 cm dan 25 cm!
4. Ukur dan catat besarnya arus I2 menggunakan multimeter dan kuat
medan magnet H menggunakan fluxmeter! Lakukan pengamatan
minimal tiga kali untuk tiap variasi jarak solenoida!
5. Ulangi kegiatan 2-4 untuk tegangan trafo sebesar 9 volt dan 12 volt!
6. Rapikan alat dan bahan seperti keadaan semula!

VII. ANALISIS DATA


1. Menghitung ralat kuat arus I dan kuat medan magnet H dari data
percobaan tiap variasi jarak solenoida sehingga diperoleh I  I dan H
 H .
2. Hitung nilai rapat medan magnet B dan gaya Lorentz F menggunakan
persamaan matematis yang terdapat pada dasar teori.
3. Buatlah grafik hubungan antara H vs d, antara B vs d.

VIII. PERTANYAAN
1. Sebutkan tiga penerapan prinsip percobaan L6!
2. Bagaimana pengaruh jarak terhadap besar kuat medan dan kerapatan
medan magnet?

IX. DAFTAR PUSTAKA


1. Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Edeisi kelima Jilid I. Jakarta:
Erlangga.
2. Halliday, D., Resnick, R, Walker, J., 1997, Fundamentals of Physics,
John Wiley & Sons, New York.

51
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FM - UII - AA - FKA - 07/R0

LAPORAN SEMENTARA
PERCOBAAN L6
MEDAN MAGNET SOLENOIDA

Hari, Tanggal : ............................................................


Jam/sesi : ............................................................
Asisten : ............................................................

No Nama NIM Tanda Tangan

Hasil Pengamatan

d V = … Volt V = … Volt V = … Volt


No I = ……. mA I = ……. mA I = ......... mA
(cm) I2 (mA) H (Tesla) I2 (mA) H (Tesla) I2 (mA) H (Tesla)
1 15
2 15
3 15
4 20
5 20
6 20
7 25
8 25
9 25

Diameter Solenoida : …………….. cm


Panjang Solenoida : …………….. cm
Pembimbing Praktikum

(………………………..)

52
Modul Praktikum Fisika II – FTI – Teknik Elektro

Anda mungkin juga menyukai