Anda di halaman 1dari 11

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)

PABRIK PENYAMAKAN KULIT DI DESA MOJOPURNO


KECAMATAN NGARIBOYO KABUPATEN MAGETAN
Nawa Inti Ariska1, Emma Yuliani2, Dian Chandrasasi2
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
2
Dosen Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
e-mail: nawaintiariska95@gmail.com

ABSTRAK
Kabupaten Magetan merupakan salah satu kabupaten yang memiliki pabrik penyamakan
kulit cukup banyak. Salah satunya di Desa Mojopurno Kecamatan Ngariboyo. Pabrik ini
setiap harinya mengolah kulit sebanyak 1,5 ton sehingga menghasilkan cukup banyak
limbah cair dan membuangnya menuju Sungai Gandong tanpa adanya pengolahan terlebih
dahulu. Limbah cair mengandung zat-zat kimia berbahaya sehingga berpotensi untuk
mencemari lingkungan terutama sungai Gandong. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan desain Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang efektif untuk mengatasi
pemasalahan limbah cair penyamakan kulit. Langkah awal dari studi ini adalah perhitungan
debit dan kualitas air. Kemudian merencanakan IPAL dan menghitung rencana anggaran
biaya. Hasil analisa diperoleh debit 87,668 m3/hari. Tahapan pengolahan yang dibutuhkan
utuk mengurangi kandungan kontaminan tersebut adalah bar screen, bak pemisah minyak
dan lemak, bak ekualisasi, bak koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi awal, bak aerasi,
bak sedimentasi akhir, dan bak pengendapan akhir. Setelah adanya IPAL, perkiraan effluent
yang dihasilkan akan memenuhi baku mutu yaitu BOD5 = 1,736 mg/L, COD = 15,451 mg/L,
TSS = 15,015 mg/L, Cr = 0,001 mg/L, Minyak dan lemak = 0,01 mg/L, NH3-N = 0,068
mg/L, H2S = 0,001 mg/L, dan pH = 7. Berdasarkan hasil perhitungan rencana anggaran biaya
yang dibutuhkan untuk membangun IPAL di Desa Mojopurno sebesar Rp. 88.817.000,00
Kata Kunci: IPAL, kualitas air, limbah cair, penyamakan kulit, baku mutu,

ABSTRAK
Magetan regency is one of regency that have many Leather Tanning Fatory . One of them in
Mojopurno village, Ngaribyo subdistrict. This factory have a 1,5 ton leather to process
every day so this factory produce so much liquid waste and this liquid waste is dicharded to
Gandong river. Liquid waste from the leather tanning process contains hazardous chemicals
that have the potential to pollute the environment, especially the Gandong river. The purpose
of this study is to get the design of Wastewater Treatment Plant (WWTP) which is effective
as a sollution for liquid waste problem of leather tanning process. The first step of the study
was to analyze of discharge and water quality. Then design planning of WWTP. The last step
of the study was to calculate the budget plan of WWTP. The analysis result obtained was the
discharge as much as 87,668 m3/day. The processing stage required to reduce the
contaminant content ware bar screen, skimmer, equalization basin, coagulation basin,
flocculation basin, first sedimentation basin, aeration basin, and final sedimentation basin.
After the presence of WWTP, effluent estimate that produced would fulfill the standard
quality, that ware BOD5=1,736 mg/L, COD = 15,451 mg/L, TSS = 15,015 mg/L, Cr = 0,001
mg/L, Oil and Fat = 0,01 mg/L, NH3-N = 0.068 mg/L, H2S = 0.001 mg/L, and pH = 7. Based
on the calculation, the budget plan required to build WWTP at Mojopuro Village as much
as Rp. 88.817. 000,00
Keywords: WWTP, water quality, liquid waste, leather tanning, standard quality
1. PENDAHULUAN permukiman sehingga masyarakat
1.1 Latar Belakang terganggu karena adanya bau busuk dan
Proses penyamakan kulit biasanya pencemaran air.
menghasilkan zat sisa yang disebut Limbah cair membutuhkan
dengan limbah. Limbah yang dihasilkan pengolahan apabila mengandung zat
berupa limbah padat dan limbah cair. pencemar berbahaya yang berpotensi
Limbah padat yang dihasilkan berupa mencemari lingkungan atau merusaknya.
bulu, daging, dan lemak. Sedangkan Suatu perkiraan harus dibuat terlebih
limbah cair berupa air yang telah dahulu dengan mengidentifikasi sumber
tercampur dengan berbagai zat kimia, pencemar, sistem pengolahan, banyaknya
kapur dan garam guna membantu proses buangan dan jenisnya, serta bahan beracun
penyamakan. Limbah cair penyamakan berbahaya yang digunakan dalam suatu
kulit menghasilkan beban kontaminan produksi (Ginting, 2007). Mengingat
yang berada diatas baku mutu dan berbahayanya limbah cair yang dihasilkan
mengandung kadar BOD5, COD, TSS, dari proses penyamakan kulit, maka
Krom Total (Cr), Minyak dan Lemak, dibutuhkan IPAL. IPAL adalah sebuah
NH3-N, H2S, dan pH. struktur yang dirancang untuk membuang
Kabupaten Magetan merupakan salah limbah biologis dan kimiawi dari air
satu kabupaten yang memiliki pabrik sehingga memungkinkan air tersebut
penyamakan kulit cukup banyak. Salah digunakan pada aktifitas yang lain
satunya adalah penyamakan kulit di Desa (Spellman, 2008:8).
Mojopurno Kecamatan Ngariboyo
Kabupaten Magetan. Pabrik penyamakan 1.2 Identifikasi Masalah
kulit ini mengolah kulit sebanyak 1,4 ton Pokok permasalahan yang dapat
sampai 1,5 ton setiap kali proses sehingga diidentifikasi adalah sebagai berikut:
menghasilkan cukup banyak limbah cair 1. Pabrik penyamakan kulit belum
dari hasil proses penyamakan kulit memiliki Instalasi Pengolahan Air
tersebut. Namun hingga saat ini pabrik Limbah (IPAL) sehingga air
kulit di Desa Mojopurno belum limbah secara langsung di buang
melakukan pengolahan terhadap limbah ke badan sungai.
cair yang dihasilkan. Pabrik penyamakan 2. Wilayah di sekitar pabrik
kulit ini membuang limbah cairnya penyamakan kulit merupakan
langsung menuju sungai kecil dibelakang wilayah permukiman sehingga
pabrik kemudian mengalir menuju sungai masyarakat terganggu karena
Gandong. adanya bau busuk dan pencemaran
Limbah cair berpotensi untuk air.
mencemari lingkungan terutama sungai 3. Limbah cair yang dibuang ke
Gandong. Kandungan BOD yang tinggi sungai tanpa pengolahan terlebih
dapat menyebabkan turunnya oksigen dahulu belum memenuhi standart
perairan (keadaan anaerob), sehingga baku mutu yang ditetapkan dalam
dapat mematikan ikan dan menimbulkan Peraturan Gubernur No. 52 Tahun
bau busuk. Selain itu, kandungan NH3 dan 2014 Tentang Baku Mutu Air
H2S yang tinggi menyebabkan bau seperti Limbah bagi Industri dan/atau
telur busuk. Selain itu, air di sungai Kegiatan Usaha Lainnya. Limbah
Gandong biasanya dimanfaatkan untuk cair tersebut masih mengandung
keperluan sehari – hari, karena air menjadi kadar BOD5, COD, TSS, pH,
menghitam maka air di sungai tidak dapat Minyak dan Lemak, NH3-N,
dimanfaatkan lagi. Hal ini sangat Sulfida (H2S), dan Krom Total
mengganggu warga sekitar karena (Cr).
wilayah di sekitar merupakan wilayah
4. Limbah cair dari penyamakan kulit Desa Mojopurno Kecamatan Ngariboyo
berpotensi mencemari lingkungan Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur.
terutama sungai Gandong.
Pencemaran lingkungan ini
menyebabkan permasalahan
seperti permasalahan kesehatan,
kebutuhan air dan estetika.

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui besarnya debit air
limbah yang dihasilkan dari proses
penyamakan kulit di pabrik
Penyamakan Kulit di Desa
Mojopurno, Kecamatan
Ngariboyo, Kabupaten Magetan.
2. Mengetahui kandungan BOD5,
COD, TSS, pH, Minyak dan
Lemak, Amonia Total (NH3-N),
Sulfida (H2S), dan Krom Total
(Cr). pada limbah cair Pabrik
Penyamakan Kulit di Desa Gambar. 1. Lokasi Penelitian
Mojopurno, Kecamatan
Ngariboyo, Kabupaten Magetan. 2.2. Pengukuran Debit
3. Mendapatkan desain Instalasi Pengukuran debit dilakukan pada saat
Pengolahan Air Limbah (IPAL) proses pembuangan air limbah dan
Pabrik Penyamakan Kulit di Desa dilakukan pada saluran pembuangan akhir
Mojopurno, Kecamatan (outlet) sebelum masuk sungai kecil.
Ngariboyo, Kabupaten Magetan. Metode yang digunakan adalah metode
4. Mengetahui Rencana Anggaran apung. Metode ini menggunakan alat
Biaya (RAB) untuk pembangunan bantu suatu benda ringan (terapung) untuk
Instalasi Pengolahan Air Limbah mengetahui kecepatan air yang diukur
(IPAL) Pabrik Penyamakan Kulit dalam satu aliran terbuka. Langkah
di Desa Mojopurno, Kecamatan pengukuran debit yaitu mengukuran
Ngariboyo, Kabupaten Magetan. kecepatan menggunakan jarak sejauh 1
Dengan adanya IPAL diharapkan meter yang ditandai dengan titik awal dan
limbah cair tidak dibuang secara langsung titik akhir dan pengukuran dimensi
menuju sungai Gandong tetapi diolah saluran untuk analisa debit.
terlebih dahulu. Dengan adanya
pengolahan limbah cair tersebut dapat Tong Pra- Tong Pra- Tong
penyamakan penyamakan Perendaman
memberikan manfaat bagi masyarakat
sekitar dan lingkungan, seperti Tong
peningkatan terhadap kualitas air, penyamakan

kesehatan dan estetika lingkungan. Tong


penyamakan Lokasi Pengukuran Debit
2. METODE PENELITIAN
2.1. Lokasi Penelitian
Sungai Kecil
Lokasi penelitian dari studi ini
terletak di pabrik penyamakan kulit di Gambar. 2. Lokasi Pengukuran Debit
2.3. Pengambilan Sampel dan Analisa tentang Baku Mutu Air Limbah bagi
Kualitas Limbah Cair Industri dan/atau Kegiatan Usaha
Metode pengambilan sampel Lainnya. yaitu BOD5, COD, TSS, Krom
berdasarkan SNI 6989-59-2008 mengenai Total (Cr), Minyak dan Lemak, Amonia
Metode Pengambilan Contoh Air limbah (NH3-N), Sulfida (H2S), dan pH dengan
maka dipilihlah metode Grap Sampling metode berturut – turut APHA. 5210 B-
dalam mengambil contoh air limbah. 1998, Spektrofotometri, APHA. 2540 D-
Metode Grap Sampling adalah metode 2005, APHA. 3111 B-2005, APHA. 5220 B-
pengambilan air limbah yang diambil 1998, APHA. 4500-NH3 F-2005, APHA.
sesaat pada satu lokasi tertentu. Untuk 4500-S2 D-2005 dan Elektrometri. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal, maka analisa kualitas air dilakukan di Laboratorium
Kualitas Air Perum Jasa Tirta Malang selama
diperlukan pengulangan sehingga 2 minggu.
pengambilan sampel limbah dilakukan
sebanyak 3 kali proses pengambilan 2.4. Penentuan Model IPAL
sampel pada satu titik dengan waktu yang Model IPAL harus efektif dalam
hampir bersamaan atau dengan jeda mengolah air limbah penyamakan kulit
sedikit mungkin. sehingga menghasilkan buangan yang
Berdasarkan SNI 6989-59-2008, memenuhi standart baku mutu limbah
Lokasi pengambilan sampel untuk Untuk yang ada yaitu Peraturan Pemerintah No.
Industri yang belum mempunyai IPAL, air 82 Tahun 2001 tentang Pengolahan
limbah industri dengan proses kontinyu Kualitas Air dan Pengendalian
berasal dari beberapa saluran pembuangan Pencemaran Air. Selain itu terdapat juga
kemudian di jadikan satu saluran, kualitas dalam Peraturan Gubernur No. 52 Tahun
air tidak berfluktuasi dan tidak ada bak 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi
equalisasi maka pengambian sampel Industri dan/atau Kegiatan Usaha
dilakukan pada saluran sebelum masuk ke Lainnya. Penentuan berdasarkan kualitas
perairan penerima limbah atau dan kuantitas dari air limbah. Model IPAL
pengambilan sampel dilakukan pada harus dengan tekhnologi yang tepat dan
saluran pembuangan akhir (outlet) sesuai dengan kebutuhan industri di
sebelum masuk ke badan air dengan lapangan berdasarkan Kelair BPPT yaitu
menggunakan botol BL 1000 ml. Untuk IPAL yang peruntukannya untuk
denah pengambilan sampel terdapat dalam mengolah limbah cair industri
Gambar 3. penyamakan kulit.

Tong Pra- Tong Pra- Tong


penyamakan penyamakan Perendaman bar bak pemisah
Influent
screen minyak dan lemak
Tong
penyamakan

bak bak bak


Tong
penyamakan Lokasi Pengambilan Sampel flokulasi koagulasi ekualisasi

Sungai Kecil bak sedimentasi awal bak aerasi

Gambar 3. Lokasi pengambilan sampel


Analisa kualitas air dilakukan untuk
mengetahui berapa besar beban Effluent bak sedimentasi akhir
kontaminan yang terdapat dalam limbah
cair penyamakan kulit. Panentuan
parameter berdasarkan Peraturan Gambar 4. Skema model IPAL pabrik
Gubernur Jawa Timur No. 52 Tahun 2014 penyamakan kulit di Desa Mojopurno
2.5. Diagram Alir Perhitungan Debit Harian:
- Waktu produksi = 9 jam/hari
- Debit = 0,002706 m3/dtk
Maka debit harian limbah penyamakan
kulit:
- Qharian = 0,002706 x 60 x 60 x 9
= 87,668 m3/hari

3.2. Kualitas Air Limbah


Berdasarkan hasil analisa kualitas air
limbah yang dilakukan di Labroratorium
kualitas air Perum Jasa Tirta Malang di
dapatkan parameter diatas baku mutu.
Baku mutu yang digunakan adalah
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001
dan Peraturan Gubernur No. 52 Tahun
dengan parameter yaitu BOD5 = 6 mg/L,
COD = 50 mg/L, TSS = 100 mg/L, Krom
Total (Cr) = 0,05 mg/L, Minyak dan
Lemak = 1 mg/L, NH3-N = 10 mg/L,
Sulfida (H2S) = 0,002mg/L, dan pH = 6–9
Setah dilakukan analisa kualitas air,
didapatkan hasil analisa kualitas yaitu
BOD5 = 1929,00 mg/L, COD = 6306,67
Gambar 5. Diagram alir Penelitian mg/L, TSS = 3707,33 mg/L, Krom Total
(Cr) = 0,807 mg/L, Minyak dan Lemak =
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1,9 mg/L, NH3-N = 13,593 mg/L, Sulfida
3.1. Pengukuran Debit Air Limbah (H2S) = 0,027 mg/L dan pH = 13,567.
Pengukuran debit dilakukan selama 6
hari untuk mendapatkan hasil yang lebih 3.3. Perencanaan dan Perhitungan
akurat. Pada pengukuran debit ini Desain IPAL
dilakukan setiap jam, dimulai pada saat 3.3.1. Bar Screen
awal produksi sampai akhir produksi yaitu Screen ini berfungsi untuk
jam 06.00 dengan pengukuran sebanyak 3 memisahkan sampah maupun limbah
kali setiap hari ganjil (hari ke-1, hari ke-3, padat dari aliran limbah yang akan masuk
dan hari ke-5) dan pengukuran sebanyak ke unit pengolahan selanjutnya sehingga
10 kali pada hari genap (hari ke-2, hari ke- tidak mengganggu proses kinerja dari
4, dan hari ke-6). Adanya perbedaan IPAL. Pada tahapan ini tidak ada
banyaknya pengukuran debit setiap parameter yang direduksi sehingga beban
harinya ini dikarenakan faktor proses kontaminan masih sama dengan keadaan
penyamakan dan pembuangan limbah. influent.
Tabel 1. Data Pengukuran Debit Banyaknya bukaan antar batang:
Hari ke-
b
Pengukuran
No. Jam

1
ke-
I 06.00
1 2 3 4 5 6
0,00030 0,00040 0,00054 0,00031 0,00062 0,00048 𝑛𝑐 =
2 II 07.00 0,00516 0,00462 0,00493 0,00669 0,00657 0,00666 (B+D)
3 III 08.00 0,00012 0,00024 0,00023 0,00055 0,00053 0,00059
0,2
4 IV 09.00 0,00232 0,00549 0,00557
=
5
6
V
VI
10.00
11.00
0,00068
0,00372
0,00068
0,00640
0,00083
0,00573
(0,0025+0,0100)
7
8
VII
VIII
12.00
13.00
0,00415
0,00366
0,00606
0,00597
0,00582
0,00558
= 5,71 = 6 celah
9
10
IX
X
14.00
15.00
0,00303
0,00024
0,00648
0,00033
0,00530
0,00047
Jumlah batang = nc – 1 = 6 – 1 = 5 batang
Debit Rata-rata Per Hari (m3 /dtk) 0,0019 0,0023 0,0019 0,0039 0,0026 0,0037 Lebar bukaan efektif = 5x0,025
Debit Rerata (m3 /dtk) 0,002706
= 0,125m
Sumber: Hasil Pengolahan, 2017
0,01m 0,025m 0,15m

0,5m

1,07m

0,15m
0,3m
1,07m 1,07m 1,07m
0,15m 0,15m 0,15m 0,15m
0,2m
Beton K275 Waterproofing

Gambar 7. Desain bak pemisah minyak


dan lemak
0,2m 3.3.3. Bak Ekualisasi
Bak equalisasi berfungsi untuk
meratakan kandungan padatan,
Gambar 6. Desain Bar Screen
menyeragamkan konsentrasi zat
3.3.2. Bak Pemisah Minyak dan Lemak
penyemar sehingga proses selanjutnya
Bak pemisah minyak dan lemak
dapat berjalan dengan baik, menghindari
bekerja secara gravitasi, yaitu minyak dan
shock loading karena limbah yang
lemak akan naik dan mengumpul pada
dihasilkan dalam proses kegiatan industri
bagian atas bak dikarenakan berat jenis
tidak stabil serta proses biologis pada
minyak dan lemak lebih kecil daripada
tahapan selanjutnya tidak tahan dengan
berat jenis air. Minyak dan lemak yang
polutan yang berubah-ubah dan debit
mengapung diatas akan diambil secara
harus konstan maka outlet menggunakan
manual. Jika tidak dihilangkan,
pompa celup (Submersible pump)
kandungan minyak dan lemak dapat
Dimensi dan volume bak maksimum
menghambat transfer oksigen dalam air
- V = Q x td
limbah yang nantinya mengganggu
= 3,653 x 2
kinerja IPAL. Diharapkan efektif
= 7,306 m3
menurunkan minyak dan lemak 99,50 %
Direncanakan:
Direncanakan:
- Panjang (p) = 2,29 m
- Panjang (p) = 1,07 m
- Lebar (l) =2m
- Lebar (l) = 1,07 m
- Jagaan = 0,5 m
- Kedalaman (h) = 1,07 m Vol
- Jagaan = 0,5 m - Kedalaman (h) =
pxl
- Volume 1 ruang = p x l x h 7,306
= 1,07 x 1,07 x 1,07 =
2,29 x 2
= 1,225 m3 = 1,6 m
- Jumah ruang yang dibutuhkan 0,15m
Q x td
=
Vol 1 ruang 0,5m
3,653 x 1
=
1,225
= 2,9 = 3 ruang
- Waktu pengisian seluruh bak 1,6m
banyaknya ruang x vol bak desain
=
Q
3 x 1,225
= 0,15m
3,653
2,29m
=1,0061 jam 0,15m 0,15m
=60 menit 22 detik
Gambar 8. Desain bak ekualisasi
3.3.4. Bak Koagulasi dan Flokulasi 3.3.4.2. Bak flokulasi
Bak koagulasi dan flokulasi bak kimia Pada bak flokulasi terjadi proses
untuk mengurangi beban krom dan penggabungan flok yang beraal dari bak
amonia dalam air limbah dengan efisiensi koagulasi menjadi flok berukuran lebih
90%. Pada bak ini juga mampu besar sehingga mudah untuk dipisahkan
mengurangi kandungan BOD = 95%, dengan proses pengendapan. Proses ini
COD = 90% dan TSS = 95%. dibantu dengan cara pengadukan lambat
3.3.4.1. Bak koagulasi menggunakan impeller tipe paddle.
Bak koagulasi berfungsi untuk proses Dimensi dan volume bak maksimum
destabilasi koloid dan partikel dalam air - V = Q x td
dengan menggunakan pengadukan cepat = 3,653 m3/jam x (30/60) jam
dan bahan kimia (koagulan). Koagulan = 1,826 m3
yang digunakan dalam tahapan Direncanakan:
pengolahan di bak koagulasi adalah PAC - Diameter (ϕ) = 1,28 m
atau Polyaluminium Chloride - Jagaan = 0,5 m
(Aln(OH)mCl3n-m ) dengan dosis 3 mg/L Vol
- Kedalaman (h) =
(Wardhani, 2014:13). Untuk pengadukan π𝑟 2
1,826
menggunakan impeller dengan tipe = 22 = 1,42 m
paddle. Setelah dari bak ini, partikel akan x 1,282
7
digabungkan pada bak flokulasi. - Gradien Kecepatan (G) = 20 /detik
Dimensi dan volume bak maksimum
-V = Q x td
= 3,653 m3/jam x (5/60) jam
= 0,304 m3
Direncanakan: 0,5m
- Diameter (ϕ) = 0,6 m
- Jagaan = 0,5 m
Vol
- Kedalaman (h) =
π𝑟 2
0,304
= 22 1,419m
x 0,62
7
= 1,07 m
- Gradien Kecepatan (G) = 790 mps/m 0,15m
Konstruksi = Beton k275
Tebal dinding = 15cm 0,15m 1,28m 0,15m
Perlindungan = Waterproofing
Gambar 10.POTONGAN
Desain bak flokulasi
A-A
Skala 1 : 40
3.3.5. Bak Sedimentasi Awal
Bak pengendap awal berfungsi
0,5m sebagai tempat pengendapan lumpur serta
menghilangkan zat padat yang tersuspensi
yang bersasal dari proses sebelumnya
yaitu bak koagulasi dan flokulasi. Pada
1,076m
bak ini diharapkan kandungan BOD =
40%, COD = 30% dan TSS = 75% dan
krom 90%.
Dimensi dan volume bak maksimum
0,15m
0,6m - V = Q x td
0,15m 0,15m
= 3,653 m3/jam x 2 jam
Gambar 9. Desain Bak koagulasi = 7,306 m3
Direncanakan: Direncanakan:
- Diameter (ϕ) =2m - Panjang (p) = 2,5 m
- Tinggi Silinder (hs) = 1,4 m - Lebar (l) = 2,1 m
- Tinggi Kerucut (hk)= 0,7 m - Kedalaman (h) = 1,4 m
- Tinggi Jagaan (hj) = 0,3 m - Tinggi Ruang Lumpur = 0,3 m
- Tebal Dinding = 0,15 m - Jagaan = 0,5 m
- Jagaan = 0,5 m Berdasarkan data perencanaan di atas,
- Vtotal = Vsilinder + Vkerucut maka volumenya adalah:
= 6,6 + 0,733 = 7,333 m3 - V =pxlxt
0,15m 2m 0,15m = 2,5 x 2,1 x 1,4
= 7,350 m3
0,5m - Diperlukan blower tipe JQT 750C
sebanyak 3 buah.
- Diffuser udara yang digunakan adalah
D215 Diffuser udara
2,1m Reaksi Kimia
- Reaksi Nitrifikasi:
NH3+ + 1,5 O2 → NO2- + 2H+ + H2O
NH2- + 0,5 O2 → NO3-
0,7m
- Reaksi Oksidasi Sulfur:
S2- + 0,5 O2 + 2H+ → S + H2O
2S + 3 O2 + 2H2O → 2H2SO4
Gambar 11. Desain bak sedimentasi awal
3.3.6. Bak Aerasi 0,5m
Bak Aerasi merupakan proses
pengolahan air limbah secara biologi
dengan air limbah dihembus dengan udara
sehingga mikroorganisme yang ada akan 1,4m
menguraikan zat organik yang ada dalam
air limbah. Bak aerasi berfungsi untuk
menitrifikasi kandungan amonia dan 0,15m
mengoksidasi sulfida dalam air limbah. 2,5m
proses aerasi dengan menggunakan tipe 0,15m 0,15m
High Rate Aeration. Tipe ini memiliki
Blower
beberapa kelebihan, diantaranya tidak
memerlukan lahan yang terlalu besar. Gambar 12. Desain bak aerasi
Diharapkan pada bak ini kandungan 3.2.7. Bak Sedimentasi Akhir
amonia, sulfida, BOD dan COD Bak pengendap akhir pada prinsipnya
mengalami penurunan sebesar 95% dan sama seperti bak sedimentasi awal yaitu
TSS sebesar 10%. Pada proses ini untuk mengendapkan. Pada bak
kandungan pH kembali netral karena sedimentasi akhir ini berfungsi sebagai
proses nitrifikasi dan oksidasi sulfida yang tempat pengendapan lumpur serta
bersifat asam kuat. menghilangkan zat padat yang tersuspensi
Dimensi dan volume bak maksimum yang bersasal dari proses sebelumnya
- V = Q x td yaitu bak aerasi. Pada bak ini diharapkan
= 3,653 m3/jam x 2 jam kandungan BOD = 40%, COD = 30% dan
= 7,306 m3 TSS = 75% dan krom 90%.
Dimensi dan volume bak maksimum 3.4. Hasil Pengolahan
- V = Q x td IPAL merupakan instalasi
= 3,653 m3/jam x 2 jam pengolahan air limbah yang dirancang
= 7,306 m3 untuk membuang limbah biologis dan
Direncanakan: kimiawi dari air sehingga memungkinkan
- Diameter (ϕ) =2m air setelah diolah dapat digunakan pada
- Tinggi Silinder (hs) = 1,4 m aktifitas lain atau menaikkan kelas dari air
- Tinggi Kerucut (hk)= 0,7 m tersebut agar tidak mencemari lingkungan.
- Tinggi Jagaan (hj) = 0,3 m Setelah adanya pengolahan, hasil kualitas
- Tebal Dinding = 0,15 m air limbah effluent memenuhi baku mutu
- Jagaan = 0,5 m air limbah berdasarkan Peraturan
- Vtotal = Vsilinder + Vkerucut Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang
= 6,6 + 0,733 = 7,333 m3 Pengolahan Kualitas Air dan
0,15m 2m 0,15m Pengendalian Pencemaran Air dan
0,5m Peraturan Gubernur No. 52 Tahun 2014
tentang Baku Mutu Air Limbah bagi
Industri dan/atau Kegiatan Usaha
Lainnya.Agar hasil effluent sesuai dengan
2,1m
perencanaan maka diperlukan waktu
pengoperasian IPAL 9 jam 37 menit.
Dalam perencanaan ini hasil effluent
0,7m terdapat dalam Tabel 2 dan didapatkan
desain perencanaan IPAL pada Gambar
13.
Gambar 13. Desain bak sedimentasi akhir

Tabel 2. Perbandingan Influent, Baku Mutu, dan Effluent


Parameter Satuan Influent Baku Mutu Effluent
BOD5 mg/L 1929 6 1,736
COD mg/L 6306,67 50 15,451
TSS mg/L 3707,33 100 15,015
Krom Tota (Cr) mg/L 0,807 0,050 0,001
Minyak dan Lemak mg/L 1,9 1 0,010
Amonia Total (NH3-N) mg/L 13,593 10 0,068
Sufida (Sebagai H2S) mg/L 0,027 0,002 0,001
Ph - 13,567 6,0 - 9,0 7
Sumber: Rekapitulasi Perhitungan, 2017
13

11,871m
Pabrik 1,07m 1,07m 1,07m
35 m 2m
Penyamakan
Kulit 2 2 2 0,6m 1,28m

+286 Inlet 1
0.2 m
+284 +284 +284
4 5 6
1,07m +284 +283,651 +282,27

2m 3 11
Ø4''
+283,32
10 5,694m
+283,67 2m
2,1m 7
2,29m +283,67

Keterangan: 8
1. Bar Screen 8. Bak Sedimentasi Akhir 2,5m +282,27
2. Bak Pemisah Minyak dan Lemak 9. Outlet IPAL
3. Bak Equalisasi 10. Rumah Pompa dan Blower
4. Bak Koagulasi 11. Pompa Celup
5. Bak Flokulasi 12. Sungai Kecil 0.2 m
6. Bak Sedimentasi Awal 13. Sungai Gandong 9
7. Bak Aerasi - Menggunakan pipa penghubung Ø 4'' 14,2m

12 +262

Gambar 13. Desain IPAL pabrik penyamakan kulit di Desa Mojopurno

3.5. Perencanaan Biaya IPAL Gubernur No. 52 Tahun 2014 yang


Tabel 2. Perhitungan RAB membahas tentang Baku Mutu Air
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Harga (Rp.) Limbah Bagi Industri dan/ atau
I PEKERJAAN PERSIAPAN 1.600.000,00
II PEKERJAAN TANAH 2.169.839,08 kegiatan usaha lainnya dan
III PEKERJAAN STRUKTUR 37.596.556,18 Peraturan Pemerintah No. 82
IV PEKERJAAN DINDING 24.649.397,13
V PEKERJAAN PIPA 280.200,00
Tahun 2001 tentang Pengolahan
VI PEKERJAAN ELEKTRIKAL 12.340.000,00 Kualitas Air dan Pengendalian
VII PEKERJAAN LAIN-LAIN 2.106.600,00
Jumlah (Rp.) 80.742.592,39
Pencemaran Air dengan baku
PPN (10%) 8.074.259,24 mutu. didapatkan hasil analisa
Jumlah Total (Rp.) 88.816.851,63 kualitas yaitu BOD5 = 1929,00
Jumlah Total Di Bulatkan (Rp.) 88.817.000,00
Terbilang: mg/L, COD = 6306,67 mg/L, TSS
Delapan Puluh Delapan Juta Delapan Ratus Tujuh Belas Ribu Rupiah = 3707,33 mg/L, Krom Total (Cr)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2017 = 0,807 mg/L, Minyak dan Lemak
Perhitungan RAB pembangunan = 1,9 mg/L, NH3-N = 13,593
IPAL pabrik penyamakan kulit di Desa mg/L, Sulfida (H2S) = 0,027 mg/L
Mojopurno menunjukkan angka sebesar dan pH = 13,567.
Rp. 88.817.000,00. 3. Dari perencanaan dan perhitungan
IPAL, untuk mendapatkan hasil
4. KESIMPULAN DAN SARAN effluent yang memenuhi baku
4.1 Kesimpulan mutu maka dipilihkan teknologi
Berdasarkan pembahasan pada bab pengolahan limbah cair dengan
sebelumnya, maka didapatkan kesimpulan bar screen, bak pemisah minyak
sebagai berikut: dan lemak, bak ekualisasi, bak
1. Debit rerata yang dihasilkan dari koagulasi dan flokulasi bak
pabrik penyamakan kulit di Desa pengendap awal, bak aerasi dan
Mojopurno Kecamatan Ngariboyo akhir dengan perencanaan waktu
Kabupaten Magetan adalah keseluruhan IPAL selama 9 jam 37
sebesar 87,668 m3/hari. menit didapatkan perkiraan hasil
2. sebelum adanya IPAL, kualitas effluent memenuhi baku mutu
limbah cair penyamakan kulit di yaitu BOD5 = 1,736 mg/L, COD =
Desa Mojopurno melebihi baku 15,451 mg/L, TSS = 15,015 mg/L,
mutu berdasarkan Peraturan Krom Total (Cr) = 0,001 mg/L,
Minyak dan lemak = 0,01 mg/L, Republik Indonesia. (2001). Peraturan
Amonia Total (NH3-N) = 0,068 Pemerintah No. 82 Tahun 2001
mg/L, Sulfida (H2S) = 0,001 mg/L, tentang Pengolahan Kualitas Air dan
dan pH = 7. Pengendalian Pencemaran Air.
4. Berdasarkan hasil perhitungan Jakarta: Sekretariat Negara
Rencana Anggaran Biaya (RAB) Spellman, Frank R. 2008. Water and
yang dibutuhkan untuk Wastewater Treatment Plant
membangun Instalasi Pengolahan Operations (Second Edition). Florida:
Air Limbah pabrik penyamakan CRC Press LLC.
kulit di Desa Mojopurno sebesar Wardhani, Eka. (2014). Penentuan Jenis
Rp. 88.817.000,00 dan Dosis Koagulan dalam Mengolah
Air Limbah Industri Penyamakan
4.2 Saran Kulit. Itenas Library: Bandung
Guna keberhasilan dalam
perencanaan IPAL dan penanggulangan
pencemaran di sungai gandong, ada
beberapa saran dari penulis diantaranya
rencana desain pembangunan IPAL untuk
pabrik penyamakan kulit di Desa
Mojopurno diharapkan segera diwujudkan
pembangunannya oleh pemilik pabrik
penyamakan kulit dan bekerja sama
dengan pemerintah daerah dan pabrik
penyamakan kulit lain yang belum
mempunyai IPAL diharapkan segera
mengolah limbah cair penyamakan kulit
karena limbah cair tersebut mengandung
beban pencemar yang membahayakan
bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. (2008). SNI
6989:2008 Mengenai Air dan Air
Limbah. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional
Ginting, P. 2007. Sistem Pengelolaan
Lingkungan dan Limbah Industri.
Bandung: Yrama Widya.
Gubernur Jawa Timur. (2014). Peraturan
Gubernur No 52 Tahun 2014 Tentang
Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Industri dan/atau Kegiatan Usaha
Lainnya. Surabaya: Gubernur Jawa
Timur
Herlambang, A. Susanto, J. DKK (2002).
Tekhnologi Pengolahan Limbah Cair
Industri. Jakarta: Kelair BPPT

Anda mungkin juga menyukai