Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air6merupakan6kebutuhan6yang6sangat6pokok6bagi6kehidupan.6Semua6makhluk
hidup6membutuhkan air. Tanpa air tak akan ada kehidupan. Demikian pula manusia tak
dapat hidup tanpa air. Kebutuhan air kita menyangkut dua hal. Pertama, air untuk
kehidupan dan kedua, air untuk kehidupan kita sebagai manusia yang berbudaya.
Manusia sebagai makhluk yang berbudaya memerlukan air tidak saja untuk
keperluan hayatinya saja, melainkan juga untuk kehidupan budayanya. Mandi, mencuci
pakaian dan mengepel lantai adalah beberapa contoh kegunaan air.
Baik kuantitas maupun kualitas air harus dapat memenuhi kebutuhan kita. Di
sebagian besar tanah air kita, curah hujan cukup tinggi. Karena itu dari segi kuantitas di
banyak tempat di negara kita, air tidak menjadi masalah, apalagi jika kita dapat
mengelolanya dengan baik. Akan tetapi dari segi kualitas, air semakin memprihatinkan.
Perkembangan industri yang pesat dewasa ini tidak lain karena penerapan kemajuan
teknologi oleh manusia untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, namum di
sisi lain dapat menimbulkan dampak yang justru merugikan kelangsungan hidup
manusia. Dampak tersebut harus dicegah karena keseimbangan lingkungan dapat
terganggu oleh kegiatan industri dan teknologi tersebut.  Jika keseimbangan lingkungan
terganggu maka kualitas lingkungan juga berubah. Padahal kenyamanan hidup banyak
ditentukan oleh daya dukung alam atau kualitas lingkungan yang mendukung
kelangsungan hidup manusia.
Lingkungan Industri Kecil (LIK) merupakan sebuah tempat berkumpulnya
komunitas penyamak untuk melakukan aktifitas penyamakan serta merupakan tempat
berlangsungnya proses kemitraan antara komunitas Penyamak dengan UPT Industri
Kulit dan Produk Kulit Magetan. Lingkungan Industri Kulit (LIK) merupakan sebuah
tempat berkumpulnya komunitas penyamak untuk melakukan aktifitas penyamakan serta
merupakan tempat berlangsungnya proses kemitraan antara komunitas Penyamak
dengan UPT Industri Kulit dan Produk Kulit Magetan. Pada UPT Industri Kulit dan
Produk Kulit Magetan ini terdapat 35 industri penyamak yang semuanya
menggantungkan limbahnya pada IPAL yang sama.
Perkembangan konsumsi akan kulit pada beberapa tahun ini menunjukkan
peningkatan. Adanya pertumbuhan konsumsi tersebut merupakan suatu indikasi
perkembangan yang cukup porspektif di sektor industri dan perdagangan kulit. Sejalan
dengan meluasnya kebutuhan akan kulit sebagai bahan baku industri khususnya bagi
industri-industri lanjutan seperti industri sepatu kulit, industri tas kulit, dan indutri
berbahan baku kulit lainnya akan dapat meningkatkan kebutuhan akan kulit sebagai
bahan baku. Dengan meningkatnya produk kebutuhan akan kulit di pasar pada masa
mendatang, tentu ditangkap oleh pengusaha di bidang kulit. Hal ini mendorong
pengusaha penyamakan kulit untuk meningkatkan skala produksinya, memperbaiki
efisiensi operasionalnya baik mesin atau peralatan lainnya. Meningkatkan kualitas
produksi juga penambahan tenaga kerja.
Sejauh ini seluruh proses kegiatan Industri Penyamakan Kulit di Magetan , dalam
tahap pengolahan limbahnya masih menggantungkan pada Instalasi Pengolahan Air
limbah (IPAL) yang akhirnya dibuang ke aliran sungai Gandong yang berada disekitar
industri tersebut. Akan tetapi effluent yang dihasilkan dari IPAL LIK tersebut beberapa
parameter masih diatas baku mutu.
Oleh karena itu, sebelum terjadi peningkatnya proses produksi dari tahun ke tahun
diperlukan uji evaluasi terhadap Instalasi Pembuangan Air Limbah ( IPAL ) tersebut
sebelum akhirnya dibuang ke sungai Gandong serta mengingat bahaya limbah cair yang
dihasilkan oleh Industri Penyamakan Kulit tersebut cukup berbahaya jika tidak ditangani
dengan baik.
1.2. Identifikasi Masalah
Sesuai media online Tempo yang dimuat pada tanggal 6 Agustus 2016,
disebutkan bahwa sungai Gandong yang berada di Kecamatan Magetan diantaranya di
Kelurahan Ringinagung, Selosari, Magetan, dan Kepolorejo sudah tercemar akibat
limbah Industri Kulit.
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada Lingkungan Industri Kulit sudah
dibangun sejak tahun 2003 dengan 50 unit penyamak kulit setiap harinya. Akan tetapi
karena IPAL tersebut masieh kurang efisien dalam mengelola limbahnya, maka pada
tahun 2007 dibangun kembali IPAL kedua. Diharapkan dengan ditambahnya IPAL
Lingkungan Industri Kulit ini, limbah yang dihasilkan bisa diolah dengan optimal
sehingga sesuai dengan baku mutu air dan tidak mencemari Sungai Gandong sebagai
pembuangan dari outlet IPAL Lingkungan Industri Kulit.
Setiap harinya Lingkungan Industri Kulit ini memproduksi kulit sebanyak
8.2000.000 feet/tahun5dengan limbah perharinya 600 – 800 m3/ hari. Padahal diluar
Lingkungan Industri Kulit ini masih banyak industri penyamak kulit yang membuang
limbanhya lansung ke sungai/badan air. LIK sendiri mengharapkan untuk menambah
lagi pengusaha penyamak kulit agar limbah yang dihasilkan oleh setiap pengusaha bisa
diolah ke dalam IPAL sebelum dibuang ke sungai.
Sebelum menambah pengusaha penyamak kulit masuk kedalam LIK, maka
sebelumnya dilakukan analisa terhadap kinerja IPAL mulai dari inlet, proses
pengolahan, sampai dengan outlet.
Akan tetapi dengan adanya pembangunan IPAL yang kedua, hasil analisa sesuai dengan
parameter yang sudah ditentukan oleh Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 52 tahun
2014, tetap tidak memenuhi Baku Mutu Standart tersebut. Maka perlu dilakukan analisis
terhadap IPAL tersebut mulai dari inlet, proses pengolahan, sampai dengan outlet.
Sehingga dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bagaimana efisiensi IPAL tersebut
apakah kinerjanya masih efisien jika ada penambahan unit penyamak atau tidak.

1.3. Batasan Masalah


Agar permasalahan dapat dibahas dengan mendetail serta tidak menyimpang dari
permasalahan tang telah ditentukan, maka dalam studi ini diperlukan suatu batasan
masalah.
Adapun batasan masalah tersebut antara lain :
a. Studi ini dilakukan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah Lingkungan Industri
Kulit di Kabupaten Magetan.
b. Jenis Limbah adalah Limbah cair dari kegiatan penyamakan kulit
c. Parameter limbah yang dikaji adalah parameter kimia berikut : BOD, COD, TSS,
pH, minyak dan lemak, NH3, dan Sulfida (S), serta Krom (Cr).
d. Tidak membahas reaksi kimia yang terjadi selama proses air limbah
e. Tidak membahas dampak lingkungan yang terjadi atas tercemarnya sungai
Gandong akibat limbah penyamakan kulit.
f. Pembahasan meliputi mulai dari inlet, bak equalisasi, bak netralisasi,koagulasi
dan flokulasi, bak sedimentasi awal, bak aerasi, bak sedimentasi akhir sampai
dengan outlet IPAL.
g. Menghitung prediksi debit dan beban air limbah pada tahun 2022.

1.4. Rumusan Masalah


Berdasarakan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka diperoleh
rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana efisiensi IPAL Lingkungan Industri Kulit di Kabupaten Magetan


dalam mengurangi kadar BOD, COD, TSS, pH, minyak dan lemak, NH3, dan
Sulfida (S), serta Krom (Cr) berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur
Nomor 52 tahun 2014 ?

2. Berapa debit dan beban air limbah yang dihasilkan oleh Lingkungan Industri
Kulit pada tahun 2022 ?

3. Apakah upaya yang dilakukan agar kualitas air limbah pada outlet LIK sesuai
dengan standart baku mutu air limbah ?

1.5. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui efektivitas kinerja instalasi pengolahan air limbah pada
Lingkungan Industri Kulit di Kabupaten Magetan jika terjadi penambahan unit
penyamak
2. Untuk mengetahui debit limbah dan beban air limbah pada tahun 2022.
3. Untuk mengetahui kualitas air limbah sesuai Peraturan Gubernur Jawa Timur
Nomor 52 tahun 2014
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat dari studi ini adalah untuk mengevaluasi sarana pengolahan limbah
yang ada mulai dari inlet hingga outlet, mengevaluasi efektivitas bangunan IPAL
terhadap parameter yang ada, untuk mengetahui besarnya debit limbah dan
beban air limbah pada tahun 2022 serta mengetahui kualitas air limbah pada
outlet IPAL tersebut yang menyebabkan tidak memenuhi standart baku mutu.
Harapannya, kita dapat mencari solusi yang terbaik dalam meningkatkan kinerja
IPAL5Lingkungan Industri Kulit di Kabupaten Magetan yang lebih efisien,
sehingga diketahui apakah perlu diadakannya perbaikan atau penambahan
kapasitas IPAL dari hasil evaluasi IPAL tersebut atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai