Anda di halaman 1dari 7

PENYUSUNAN DED IPAL KOMUNAL SUKAREGANG

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Otonomi Daerah merupakan upaya untuk mewujudkan kemandirian daerah atas dasar kemauan,
pemikiran dan keterlibatan aktif masyarakat untuk memajukan daerahnya. Salah satu upaya
menuju kemandirian daerah adalah memberdayakan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki.
Upaya yang dilaksanakan melalui pembangunan ekonomi kerakyatan sehingga daerah mampu
mandiri dan tidak tergantung kepada pusat.

Dalam konteks otonomi Daerah, Pemerintah Daerah akan memiliki peran yang cukup strategis
terkait dengan tumbuh dan berkembangnya industri‐industri di daerah. Dalam rangka
mengkonsolidasikan pembangunan sektor primer, sekunder, dan tersier termasuk keseimbangan
persebaran pembangunannya ditempuh pendekatan klaster industri. Melalui pendekatan ini
diharapkan pola keterkaitan antar kegiatan, baik disektor industri sendiri (keterkaitan horizontal)
maupun antar sektor industri dengan seluruh jaringan produksi dan distribusi terkait (keterkaitan
vertikal ) akan dapat secara responsif menjawab tantangan persaingan global yang semakin ketat.
Peran Pemerintah sebagai regulator dan fasilitator harus dijalankan dengan baik dan seimbang.
Peraturan‐peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah seharusnya merupakan representasi dari
aspirasi masyarakat. Sehingga proses pelaksanaan bisa berjalan dengan baik dan menguntungkan
semua pihak.

Industri kulit di Kabupaten Garut mengelompok atau teraglomerasi membentuk sentra dikawasan
Sukaregang, sehingga berpeluang untuk di kembangkan sebagai klaster yang diartikan sebagai
pengelompokan industri pada suatu lokasi tertentu dengan tujuan untuk menciptakan keuntungan
sebagai dampak penurunan biaya eksternal industri akibat pemakaian bahan baku, tenaga kerja
ahli, jaringan kerjasama/bisnis, biaya transportasi (pemasaran) secara bersama‐sama. Berbeda
dengan klaster, sentra itu sendiri dapat diartikan sebagai pusat aktivitas kegiatan usaha pada
lokasi atau kawasan tertentu, dimana terdapat pelaku usaha yang menggunakan bahan baku atau
sarana yang sama atau sejenis.

TAHUN ANGGARAN 2014 1‐1


PENYUSUNAN DED IPAL KOMUNAL SUKAREGANG

Kabupaten Garut sebagai salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi
pengembangan klaster industri dengan berbagai macam produknya. Salah satu industri
unggulannya adalah industri kulit. Industri kulit di Kabupaten Garut terbagi menjadi 2 kegiatan,
yaitu industri kecil penyamakan kulit dan industri kecil kerajinan barang‐barang dari kulit. Kegiatan
usaha industri kecil penyamakan kulit berada di Sukaregang yang mulai tumbuh dan berkembang
sejak tahun 1920 sampai sekarang. Industri kecil ini dikelola oleh beberapa keluarga secara turun
temurun. Sedangkan industri kecil kerajinan barang‐barang dari kulit seperti jaket, tas, sepatu/
sandal, ikat pinggang dan sarung tangan mulai tumbuh sekitar tahun 1987 yang kegiatannya
disekitar sentra, saat ini sudah berkembang jauh diluar sentra dan sudah banyak pengusaha yang
memiliki toko/ show room barang‐barang kulit.

Sentra industri kulit Sukaregang terletak tidak jauh dari pusat Kota Garut, tepatnya terletak di
Kecamatan Garut Kota. Deretan outlet penjual produk kulit berada di Jl. Ahmad Yani kota Garut,
sedangkan industri penyamakan kulit serta pengrajin produk kulit kebanyakan berada di Jl. Gagak
Lumayung yang terletak tidak jauh dari jl. Ahmad Yani, Kota Garut. Industri penyamakan kulit di
Kampung Sukaregang Garut, Jawa Barat, memiliki perjalanan sejarah panjang dan ada sejak zaman
Jepang (tahun 1920) serta dirintis pertama kali oleh pekerja industri penyamakan kulit di Jatayu
Bandung yang kemudian berhasil menerapkan keahlian serta keterampilannya di kampung
halamannya sendiri di Sukaregang. Industri kecil ini dikelola oleh beberapa keluarga secara turun
temurun.

Berdasarkan data dari UPTD Instalasi Pengembangan IKM Penyamakan Kulit Garut pada Balai
Pengembangan Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Povinsi Jawa Barat, pada
tahun 2011 di Sukaregang terdapat 267 unit usaha penyamakan kulit yang memperkerjakan 1378
tenaga kerja. Berdasarkan data dari Asosiasi Pengrajin Kulit Indonesia (APKI) Kabupaten Garut
jumlah pengusaha besar yang memiliki mesin pengolahan adalah 52 unit usaha yang bertindak
sebagai perusahaan inti, dimana pengusaha‐pengusaha kecil yang tidak memiliki mesin mengolah
kulit mentah atau setengah proses pada perusahaan‐perusahaan tersebut.

Sejak digunakannya bahan kimia untuk penyamakan kulit, pada saat itu pula persoalan limbah
muncul. Bahan chrom yang digunakan untuk menyamak kulit ternyata sangat berbahaya bagi
kesehatan, terutama sekali pada kulit manusia. Dampak dari limbah Sukaregang sangat dirasakan

TAHUN ANGGARAN 2014 1‐2


PENYUSUNAN DED IPAL KOMUNAL SUKAREGANG

oleh masyarakat di daerah hilir sungai Ciwalen, yang notabene bukan kalangan penggiat bisnis
kulit. Protes pun mulai bermunculan karena banyaknya warga di daerah hilir yang mengalami
gangguan kesehatan kulit.

Beberapa lokasi yang menjadi prioritas dalam kajian pengelolaan limbah home industri adalah di
Sukaregang Garut Kota yang cukup banyak terdapat home industri penyamakan kulit. Home
industri tersebut umumnya sudah mempunyai Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), terutama
untuk yang berskala besar,namun IPAL tersebut pada umumnya atau hampir bisa dikatakan tidak
berfungsi sebagai mana mestinya sehingga pembuangan limbah tersebut secara langsung ke
sungai. Kemungkinan dampak negatif dari home industri tersebut ditentukan oleh jumlah home
industri dan total produksinya. Semakin banyak dan luasan kawasan home industri dan total
produksinya semakin besar maka dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan seperti polusi
udara, air begitu juga polusi estetika. Masalah‐masalah tersebut telah turut menyebabkan
penurunan kualitas lingkungan kota sehingga akan memberi dampak pada kehidupan di dalamnya.

Berkaitan dengan permasalahan tersebut perlu dikaji dan dievaluasi kembali untuk mengendalikan
limbah industri penyamakan kulit Sukaregang termasuk mengembangkan kemungkinan IPAL
tambahan sesuai dengan jumlah dan beban limbah yang dihasilkan.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud kegiatan ini yaitu menetapkan lokasi, teknologi dan desain IPAL Komunal yang akan
dibangun di IPK Sukaregang

Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah menyusun DED Pembangunan IPAL Komunal di Industri
Penyamakan Kulit (IPK) Sukaregang sebagai tambahan IPAL yang ada dari hasil FS yang telah
disusun.

1.3 DASAR HUKUM


Undang‐Undang
• Undang‐Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

TAHUN ANGGARAN 2014 1‐3


PENYUSUNAN DED IPAL KOMUNAL SUKAREGANG

• Undang‐Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air


• Undang‐Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
• Undang‐Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
• Undang‐Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
• Undang‐Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman

Peraturan Pemerintah
• Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Kesehatan
• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan
• Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
• Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum
• Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal
• Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
• Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
• Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
• Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2011 tentang Ijin Lingkungan
• Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Kesehatan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45 Tahun 1990 tentang Pengendalian Mutu Air
pada Sumber‐Sumber Air
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

TAHUN ANGGARAN 2014 1‐4


PENYUSUNAN DED IPAL KOMUNAL SUKAREGANG

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup


• Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 52 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Hotel
• Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Rumah Sakit
• Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
• Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun 2003 tentang Metoda Analisis Kualitas
Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan
• Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan
Daya Tampung Beban Pencemar Air Pada Sumber
• Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai
Syarat dan Tata Cara Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau
Sumber Air
• Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik
• Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup (AMDAL)

Peraturan Daerah
• Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 6 Tahun 1999 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Industri di Jawa Barat
• Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat no 3 tahun 2004 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
• Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat no 1 tahun 2012 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Penataan Hukum Lingkungan
• Keputusan Bupati Garut Nomor 536/Kep.370‐BPLH/2001 tentang Penetapan Areal Penyamakan
Kulit di Kelurahan Kota Wetan, Kelurahan Kota Kulon, Kelurahan Regol, Kelurahan Cimuncang
dan Desa Suci Kabupaten Garut.

TAHUN ANGGARAN 2014 1‐5


PENYUSUNAN DED IPAL KOMUNAL SUKAREGANG

1.4 RUANG LINGKUP


Ruang lingkup kegiatan meliputi:
- Menetapkan lokasi IPAL Komunal yang akan dibangun;
- Menyusun gambaran teknis (desain) dan teknologi IPAL yang akan digunakan;
- Menghitung besaran biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan dan operasionalnya;
- Mengkaji kemungkinan pemanfaatan limbah krom yang dihasilkan;
- Mengkaji aspek sosial;
- Mengkaji Kelembagaan (pola pengelolaan);
- Mengkaji pendanaanuntuk biaya operasional.

1.5 KELUARAN
Hasil kegiatan berupa :
1. Laporan Pendahuluan sebanyak 3 eksemplar;
2. Laporan Antara sebanyak 3 eksemplar;
3. Laporan Akhir Detail Engineering Design (DED) Pengembangan IPAL Komunal di Industri
Penyamakan Kulit Sukaregang sebanyak 10 eksemplar

1.6 SISTEMATIKA PELAPORAN


Sistematika pelaporan dibagi menjadi 5 bab, dengan garis besar isi setiap bab sebagai berikut :
Bab 1 PENDAHULUAN
Berisikan informasi mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup, keluaran
dan sistematika pembuatan laporan.

Bab 2 GAMBARAN UMUM


Berisikan informasi mengenai kondisi umum Kabupaten Garut dan kondisi eksisting industri
penyamakan kulit yang ada di Kecamatan Sukaregang.
Bab 3 LANDASAN TEORI

TAHUN ANGGARAN 2014 1‐6


PENYUSUNAN DED IPAL KOMUNAL SUKAREGANG

Berisikan mengenai tinjauan pustaka atau literature mengenai pengelolaan air limbah domestik
serta teknologi pengolahan air limbah domestic.
Bab 4 PENDEKATAN DAN METODOLOGI
Berisikan informasi mengenai metodologi yang digunakan dalam mengerjakan perencanaan IPAL
Komunal Sukaregang.
Bab 5 PENUTUP
Berisikan informasi mengenai struktur organisasi dalam mengerjakan perencanaan DED IPAL
Komunal Sukaregang.

TAHUN ANGGARAN 2014 1‐7

Anda mungkin juga menyukai