USULAN TEKNIS
2.1 TANGGAPAN TERHADAP KAK
Ada beberapa hal yang kami tanggapi terhadap substansi yang disampaikan dalam KAK
mengenai pekerjaan Penyusunan Detail Engineering Design (DED) IPAL Komunal Industri
Penyamakan Kulit (IPK) Sukaregang, yaitu tentang :
1. Latar Belakang
2. Maksud Dan Tujuan
3. Ruang Lingkup
4. Kebutuhan Dan Kualifikasi Personil
5. Pelaporan
6. Waktu Pelaksanaan
1. LATAR BELAKANG
Sentra industri kulit Sukaregang terletak tidak jauh dari pusat Kota Garut, tepatnya terletak
di Kecamatan Garut Kota. Deretan outlet penjual produk kulit berada di Jl. Ahmad Yani kota
Garut, sedangkan industri penyamakan kulit serta pengrajin produk kulit kebanyakan
berada di Jl. Gagak Lumayung yang terletak tidak jauh dari jl. Ahmad Yani, Kota Garut.
Industri penyamakan kulit di Kampung Sukaregang Garut, Jawa Barat, memiliki perjalanan
sejarah panjang dan ada sejak zaman Jepang (tahun 1920) serta dirintis pertama kali oleh
pekerja industri penyamakan kulit di Jatayu Bandung yang kemudian berhasil menerapkan
keahlian serta keterampilannya di kampung halamannya sendiri di Sukaregang. Industri
kecil ini dikelola oleh beberapa keluarga secara turun temurun.
Data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Garut menunjukkan, pada tahun
2001 di Sukaregang terdapat 330 unit usaha penyamakan kulit yang memperkerjakan 1.495
tenaga kerja. Sementara jumlah produksi kulit tersamak mencapai 7.659,25 ton. Kondisi ini
amat jauh berbeda dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1982 dengan jumlah
pengrajin tidak lebih dari 10 orang. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Garut
juga mencatat, di wilayah itu pada tahun 2001 setidaknya ada 342 usaha kerajinan kulit
dengan jumlah tenaga kerja 2.656 orang. Pada tahun 2012 berdasarkan catatan Asosiasi
Pengrajian Kulit Sukaregang (APKUGA) tercatat 312 kelompok pengrajin kulit yang
tergabung dalam APKUGA dan sekitar 600 orang usaha kecil pengrajin kulit.
Berkaitan dengan permasalahan tersebut perlu dikaji dan dievaluasi kembali untuk
mengendalikan limbah industri penyamakan kulit Sukaregang termasuk mengembangkan
kemungkinan IPAL tambahan sesuai dengan jumlah dan beban limbah yang dihasilkan.
Tanggapan
Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri yang didorong perkembangannya
sebagai penghasil devisa non migas. tetapi di sisi lain industri penyamakan kulit juga
merupakan salah satu industri yang proses limbah yang masih sering dipermasalahkan dan
mempunyai konsekuensi untuk dapat mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya baik
melalui air, tanah dan udara. Limbah penyamakan kulit pada umumnya langsung dibuang
begitu saja ke badan air sehingga menyebabkan kerusakan pada alam dan biota yang
terdapat di dalamnya. Untuk itu diperlukan suatu cara agar peningkatan produksi
penyamakan kulit tidak semakin merusak lingkungan. Pengolahan limbah penyamakan
kulit yang terintegrasi dengan baik sangatlah diperlukan, agar tidak lagi timbul
kekhawatiran terhadap dampak dari limbah yang dihasilkan. Namun, konsultan juga
menyadari perlunya sinergisme antara teknologi yang digunakan dengan pemahaman
masyarakat dan kepedulian masyarakat akan pengolahan limbah dari penyamakan kulit ini
sehingga masyarakat dapat merasa memiliki dan turut menjaga dan melestarikan
lingkungan hidup.
MAKSUD
Maksud kegiatan ini yaitu menetapkan lokasi, teknologi dan desain IPAL Komunal yang
akan dibangun di IPK Sukaregang.
TUJUAN
Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah menyusun DED Pembangunan IPAL Komunal di
Industri Penyamakan Kulit (IPK) Sukaregang sebagai tambahan IPAL yang ada dari hasil FS
yang telah disusun.
Tanggapan
Pada umumnya konsultan telah memahami maksud yang diutarakan tersebut, dan tujuan
dari pekerjaan ini berupa perbaikan dari sistem pengelolaan lingkungan akibat adanya
limbah penyamakan kulit. Serta sasaran yang ingin dicapai yakni terciptanya lingkungan
industri penyamakan kulit yang ramah lingkungan serta alih pengetahuan dan teknologi
dalam mengolah air limbah dari industri penyamakan kulit.
3. RUANG LINGKUP
Tanggapan
Pada umumnya konsultan sudah memahami ruang lingkup pekerjaan yang akan dilakukan,
yakni berupa rangkaian Penyusunan Detail Engineering Design (DED) IPAL Komunal IPK
Sukaregang.
Tanggapan
Pada umumnya konsultan setuju dengan kebutuhan tanaga ahli dan pendukung yang telah
disebutkan.
5. PELAPORAN
Tanggapan
Konsultan sudah cukup memahami dengan pelaporan yang dimaksud
6. WAKTU PELAKSANAAN
Untuk melaksanakan kegiatan ini dibutuhkan waktu pelaksanaan maksimum 120 (seratus
dua puluh) hari kalender terhitung setelah dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja.
Tanggapan
Konsultan sudah cukup memahami dan setuju dengan waktu pelaksanaan yang telah
ditetapkan
Terdapat 4 (empat) pendekatan yang akan dilakukan, yaitu 1). Pendekatan Normatif, 2).
Pendekatan Incremental, 3) Pendekatan Sistemik, dan 4). Pendekatan Partisipatif.
Contoh pendekatan Incremental ini adalah metoda SWOT. Rencana yang strategis-proaktif
yaitu :
• Rencana yang kurang menekankan pada penentuan maksud dan tujuan
pembangunan, tetapi cenderung menekankan pada proses pengenalan dan
penyelesaian masalah, yang kemudian dijabarkan pada program-program
pembangunan dan alokasi pembiayaan pembangunan.
• Rencana yang melihat lingkup permasalahan secara internal maupun eksternal,
dengan menyadari bahwa pengaruh faktor-faktor eksternal sangat kuat dalam
membentuk pola tata ruang kota yang terjadi.
• Rencana yang menyadari bahwa perkiraan-perkiraan kondisi di masa yang akan
datang tidak bisa lagi hanya didasarkan pada perhitungan-perhitungan proyeksi
tertentu, akan tetapi sangat dimaklumi bahwa terdapat kemungkinan-kemungkinan
munculnya kecenderungan-kecenderungan baru, faktor-faktor ketidak pastian,
serta ‘kejutan-kejutan’ lain yang terjadi diluar perkiraan semula.
• Rencana yang lebih bersifat jangka pendek dan menengah, dengan memberikan
satu acuan arah-arah pembangunan perkotaan.
• Rencana yang berorientasi pada pelaksanaan (action)
Untuk mendukung perencanaan perkotaan dalam lingkup wilayah dan situasi permasalahan
yang cukup kompleks, pendekatan sistem dalam proses perencanaan dengan karakteristik
diatas, dianggap sesuai untuk dapat memenuhi tuntutan kebutuhan perencanaan saat ini.
Kelebihan pendekatan Sistematik yaitu :
• Mampu merekam dinamika sistem perkotaan di masa lalu dalam periode yang sama
dengan periode peramalan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
• Mampu mensintesakan kompleksitas permasalahan yang terjadi, baik secara fisik dan
non fisik, dengan mempertimbangkan banyak variabel yang dianggap berpengaruh.
• Mampu menganalisa struktur permasalahan yang kompleks, yang terjadi pada suatu
lingkup wilayah perencanaan.
• Memungkinkan adanya proses iterasi dalam melakukan analisa bila terjadi perubahan-
perubahan tertentu (iteratif).
• Mampu menganalisa semua sub sistem perkotaan (comprehensiveness).
• Mampu menghasilkan simulasi-simulasi secara cepat dan akurat.
• Mampu menggambarkan interaksi tata ruang dengan transportasi.
• Mampu memprediksi dampak dan pengaruh dari berbagai alternatif kebijakan
pembangunan kota/metropolitan yang akan ditetapkan, terhadap seluruh sektor
perkotaan terkait, baik yang bersifat spasial maupun non spasial, sehingga dapat
digunakan sebagai alat pemberi peringatan dini apabila suatu kebijaksanaan diterapkan
atau tidak diterapkan.
• Bersifat mudah digunakan dan akrab dengan dunia perencanaan ruang yang telah ada
(user friendlyness).
• Menggunakan data spesifik dan tidak sekedar memanfaatkan data sekunder yang telah
ada.
• Mempertimbangkan isu lingkungan.
• Mampu menggambarkan perubahan harga pasaran tanah dari waktu ke waktu (land
market).
Berdasarkan tata cara pendekatan pelaksanaan suatu studi yang mencakup wialayah kajian
yang luas maka dapat pendekatan, yaitu pendekatan induktif dan pendekatan deduktif,
atau kombinasinya.
1. Pendekatan Deduktif
Kelebihan Pendekatan ini relatif cepat dihasilkan, tetapi hasilnya tidak selalu sesuai
dengan kebutuhan pengendalian di suatu daerah karena adanya
perbedaan karaktersitik dan kebutuhan pengendalian daerah tersebut
dengan kondisi dan persoalan pada daerah rujukan. Dengan demikian,
hasil dari pendekatan ini masih perlu disesuaikan dengan karakteristik
dan kebutuhan daerah.
2. Pendekatan Induktif
Pertimbangan yang Pendekatan induksi didasarkan pada kajian yang menyeluruh, rinci dan
digunakan sistematik terhadap karakterisitik penggunaan lahan dan persoalan
pengendalian pemanfaatan ruang yang dihadapi suatu daerah.
Kebutuhan Untuk mendapatkan hasil yang lengkap dan akurat, pendekatan ini
memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang sangat besar.
Cakupan pendekatan a. Kajian penggunaan lahan yang ada pada daerah yang bersangkutan;
b. Penyusunan klasifikasi dan karakterisasi limbah industri ;
c. Penyusunan aturan untuk masing-masing jenis limbah industri;
d. Kajian standar teknis dan administratif yang dapat dimanfaatkan dari
peraturan-perundangan nasional maupun daerah;
e. Penetapan standar teknis dan administratif yang akan diterapkan
untuk daerah yang bersangkutan.
Keterkaitan pendekatan dalam penyusunan Detail Engineering Design (DED) IPAL skala
komunal dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut.
Stakeholder
Teori, kasus Karakteristik limbah
(industriawan,
industri dan jenis
pemerintah,
pengelolaan
masyarakat)
Gambar 2.1 Keterkaitan Pendekatan dalam Penyusunan Detail Engineering Design (DED) IPAL
Komunal IPK Sukaregang
2.2.2 Metodologi
Kombinasi pendekatan deduktif dan induktif yang dilandasi oleh pendekatan proses
perencanaan kawasan yang digunakan dalam penyelesaian pekerjaan ini, untuk dapat
digunakan dalam proses penganalisaan dibutuhkan metode-metode yang tepat. Masing-
masing pendekatan memiliki metoda-metoda yang berbeda yang disesuaikan dengan
kebutuhan pekerjaan. Pada Tabel 2.1 dapat dilihat keterkaitan antara pendekatan dengan
metoda yang digunakan.
PENDEKATAN METODE
• desk study - studi literatur (termasuk di dalamnya studi
Pendekatan Deduktif
komparatif)
(Pendekatan Normatif)
• wawancara semi terstruktur
• desk study
Pendekatan Induktif • survey visual / lapangan
(Pendekatan Incremental & • studi dokumenter
Sistematik) • wawancara semi terstruktur
• diskusi & konsultasi
Pendekatan Partisipatif • diskusi dengan stakeholder di daerah
C. Desk Study
Merupakan suatu metoda yang sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan studi literatur.
Metode ini sepenuhnya dilakukan di studio atau di belakang meja kerja. Dalam metoda ini
anggota tim yang terlibat berkumpul untuk membahas mengenai berbagai analisis dan
penyusunan konsep Detail Engineering Design (DED) IPAL skala komunal di lokasi
perencanaan. Metoda desk study ini intinya adalah pembahasan yang lebih mendalam.
Informasi yang menjadi input dalam pelaksanaan metoda ini terbatas dari hasil metoda lain
seperti wawancara semi terstruktur, seminar, dan studi literatur.
PERSIAPAN
ANALISIS DATA
PENYUSUNAN DETAIL
ENGINEERING DESAIN
IPAL SKALA KOMUNAL
Persiapan Identifikasi dan Survey Konsep Detail Engineering Design Penyempurnaan DED
Gambar 2.3 Metodologi Pekerjaan Penyusuna Detail Engineering Design IPAL Komunal IPK Sukaregang
Kajian Kebijakan
Pengelolaan
Limbah
Inventarisasi
Kebutuhan
Data
Kajian Literatur
Pengelolaan
Limbah
Design Survey
Adapun pendekatan dan metoda yang digunakan dalam tiap kegiatan dalam tahap ini dapat
dilihat sebagai berikut.
Pendekatan dan metoda yang digunakan secara terakumulasi dapat dilihat sebagai berikut.
Analisis dan
Draft Detail Engineering (DED) IPAL
Interpretasi data
industri penyamakan kulit komunal
lapangan
▪ Kompilasi dan tabulasi hasil survey dilakukan untuk mempermudah proses analisis
▪ Rekapitulasi kegiatan pengelolaan limbah penyamakan kulit di perencanaan
▪ Rekapitulasi potensi, peluang, hambatan, dan kendala dalam pengelolaan limbah
penyamakan kulit di daerah perencanaan
▪ Penyusunan konsep teknologi pengolahan limbah penyamakan kulit di daerah
perencanaan
▪ Penyusunan konsep kelembagaan pengelola fasilitas pengolahan (IPAL)
Penyusunan Draft Detail Engineering Desain IPAL IPK Sukaregang
Adapun pendekatan dan metoda yang digunakan dalam tahap analisis kebutuhan ini adalah
sebagai berikut.
Tim pelaksana pekerjaan yang disusun oleh Konsultan Perencana sudah memperhitungkan
secara cermat kebutuhan layanan dan latar belakang pengalaman personil tenaga ahli dan
tenaga penunjang yang diperlukan.
Seluruh tenaga ahli tersebut haruslah diorganisasi agar salah satu fungsi management atau
alat untuk mencapai tujuan. Agar pekerjaan perencanaan ini dapat berjalan lancar, terarah,
terkoordinasi maka perlu adanya organisasi kerja yang baik yang merupakan Team Work.
Struktur organisasi dan personil pelaksana pekerjaan adalah sebagai berikut :
User
Direktur
PT. Andika
Persada Raya
Ahli Teknik Lingkungan Ahli Sipil Ahli Biologi Ahli Teknik Kimia
Diana Yuniarti
Muhammad Arif Yusri,
Seskoadi Sidik, ST Imam Santoso, S.Si Pramudyastuti, S.Si,
ST
MT
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa untuk menyelesaikan
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) IPAL Komunal IPK Sukaregang, diperlukan
beberapa tahapan global kegiatan, agar pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu. Waktu yang diberikan oleh pengguna selama 120 (seratus dua puluh) hari
kalender dengan volume pekerjaan yang cukup besar, maka selain diperlukan tenaga ahli
yang handal dengan jumlah yang cukup diperlukan pula Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan dan
monitoring yang sangat ketat, mengingat antara kegiatan satu dengan yang lainnya saling
terkait dan saling ketergantungan.
Pelaksanaan Pekerjaan, secara garis besar dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu Pekerjaan
Penyusunan Detail Engineering Design (DED) IPAL Komunal IPK Sukaregang Lapangan dan
Pekerjaan Kantor, secara rinci Jadual Pelaksanaan Pekerjaan ini ditunjukkan pada Tabel 2.2.