334678125-4-Materi-Edukasi-Pasien 3
334678125-4-Materi-Edukasi-Pasien 3
A. PENGERTIAN
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemuihan dan peningkatan
kesehatan untuk manusia. Bila obat tidak digunakan secara efektif dan aman akan
mengakibatkan kegagalan pengobatan bahkan dapat menimbulkan efek samping yang
tidak diinginkan.
4. Makanan dan minuman tertentu dapat bereaksi dengan obat, karena itu minumlah
obat sesuai dengan aturan pakainya : saat makan atau sebelum makan dan sesudah
makan. Waktu yang tepat untuk minum obat : Pada saat makan/ segera setelah
makan : Sebelum makan (1/2 – 1 jam sebelum makan), Sesudah makan (1/2 jam
sesudah makan)
6. Minumlah obat dengan air putih, jangan dengan teh, kopi, atau minuman jenis
lain
7. Gunakan alat bantu pemakaian obat secara benar (inhaler, jarum suntik)
8. Jangan gunakan obat lain maupun obat bebas lain sebelum berkonsultasi denga
dokter
10. Bila mengalami reaksi reaksi yang tidak diinginkan setelah minum obat, segera
konsultasikan ke dokter atau apoteker
C. WASPADAI KEMUNGKINAN ALERGI TERHADAP OBAT TERTENTU
Beberapa orang mungkin sangat sensitive terhadap kandungan aktif dari beberapa
obat. Hal ini dapat menyebabkan beberapa reaksi alergi, seperti batuk, pembengkakan
pada bibir, lidah atau wajah, gatal-gatal pada kulit, atau bintik merah dan bengkak.
Apabila anda ingin mengetahui lebih lanjut mengenai alergi obat atau reaksi alergi
pada kandungan obat pereda nyeri yang dijual bebas, konsultasikan dengan dokter
atau apoteker anda sebelum menggunakannya. Gejala-gejala alergi yang harus
diwaspadai dan diobati, meliputi:4
Masalah pada jaringan: pembengkakan pada tenggorokan dan lidah, suara serak,
suara tarikan napas yang terdengar keras.
Maslah pada peredaran darah; detak jantung yang cepat, merasa pusing, pucat,
kehilangan kesadaran
Minum obat juga ada aturannya, aturan itu dibuat supaya kerja obat dalm tubuh kita
bisa maksimal. Sebelum minum obat sebaiknya kita cek, sudah benar atau belum cara
minum obat kita
Cek Label
Baca baik-baik label obatnya, terutama kalau kita membeli obat bebas yang nggak
memerlukan resep dokter. Lihat tanggal kadaluarsa dan perhatikan isi obat
tersebut. Yang paling penting juga, jangan sampai obat tersebut mengandung zat
yang bisa memicu alergi buat kita.
Dosis Pas
Tepat Waktu
Setiap obat diminum dengan waktu yang berbeda-beda. Ada yang satu kali sehari,
ada juga yang tiga kali sehari. Kalau kita harus minum obat tiga kali sehari, berarti
menghitungnya adalah 24 jam dibagi tiga. Itu berarti kita harus minum obat
tersebut setiap 8 jam. Jeda waktu ini dimaksudkan untuk memberikan waktu yang
cukup lama untuk obat itu bekerja di tubuh sebelum dibuang lagi melalui keringat,
urin, atau feces.
Sebagian besar obat memang paling baik diminum sesudah makan. Soalnya, pada
saat itu lambung kita sudah selesai menyerap makanan sehingga proses
penyerapan obat pun nggak terganggu. Tapi, ada beberapa obat yang memang
lebih baik dikonsumsi sebelum makan. Jadi, sebaiknya kita mengikuti saja
petunjuk dari dokter.
Habiskan Antibiotik
Resep antibiotik dari dokter harus dihabiskan meskipun kita merasa sudah
membaik. Soalnya, dokter sudah memberi takaran obat untuk waktu tertentu
sehingga kuman penyakit tersebut akan mati. Kalau obat nggak dihabiskan, kita
membuka peluang buat si kuman penyakit balik lagi ke tubuh kita karena nggak
ditumpas sampai habis.
Obat memang paling baik diminum dengan air putih. Minum obat dengan teh bisa
menghambat penyerapan obat dalam tubuh. Sedangkan kalau diminum dengan
susu, bisa menimbulkan reaksi tertentu yang juga bikin khasiat obat jadi hilang.
Jangan Dicampur
Jangan mencampur obat yang satu dengan yang lain. Soalnya, kita nggak tahu
efek yang mungkin ditimbulkan dari kedua obat tersebut. Untuk menghindari
kesalahan, lebih baik bertanya ke dokter atau apoteker.
Seiring dengan kesadaran akan pentingnya kualitas kesehatan, pemakaian obat juga
terjadi peningkatan. Orang cenderung mempunyai persediaan obat dirumah untuk
keadaan-keadaan darurat tertentu atau bagi orang-orang yang memang harus
mengkonsumsi obat dalam jangka waktu tertentu. Obat membutuhkan perlakuan
khusus dalam penyimpanan tergantung dari karakteristiknya sehingga obat tetap bisa
dipakai dan tidak kehilangan efeknya.
Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat laun
obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu. Akhirnya
khasiat obat akan berkurang. Tanda2 kerusakan obat kadangkala tampak dengan jelas,
misalnya bila larutan bening menjadi keruh dan bila warna suatu krim berubah tidak
seperti awalnya ataupun berjamur. Akan tetapi dalam proses rusaknya obat tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang. Bentuk dan baunya obat tidak berubah, namun kadar
zat aktifnya sudah banyak berkurang, atau terurai dengan membentuk zat-zat beracun.
berkurangnya zat aktif hanya dapat ditetapkan dengan analisa di laboratorium.
Menurut aturan nternasional, kadar obat aktif dalam suatu sediaan diperbolehkan
menurun sampai maksimal 10%, lebih dari 10% dianggap terlalu banyak dan obat
harus dibuang.
Berikut ini cara penyimpanan obat yang benar yang dapat dilakukan dirumah ;
1. Jauhkan dari jangkauan anak-anak
Jika anda punya kebiasaan untuk menyimpan obat ditempat yang mudah terlihat
agar mudah ingat untuk meminumnya, tinggalkan wadah obat yang kosong
ditempat itu dan simpan obatnya pada tempat yang tidak mudah dijangkau anak-
anak.
2. Simpa sesuai dengan petunjuk yang tertera
Kebanyakan obat dapat disimpan pada tempat sejuk dan kering yaitu pada suhu
kamar yang jauh dari sumber panas. Jika obat tidak tahan terhadap cahaya maka
dapat digunakan botol bewarna coklat atau botol plastik yang tidak tembus
cahaya. Beberapa obat harus disimpan di lemari pendingin tapi jangan disimpan
di freezer.
3. Simpan obat dalam kemasan aslinya
Penandaan pada kemasan asli serta brosur jangan dibuang, karena pada etiket
obat tersebut tertera cara penggunaan dan informasi penggunaan obat yang
penting. Ini penting agar Anda selalu mengetahui keterang`n obat dengan lengkap
4. Hal-hal lain yang harus diperhatikan:
Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung
atau seperti yang tertera pada kemasan.
Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat
menimbulkan kerusakan.
Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak
beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.
Periksa kondisi obat secara rutin, jangan menyimpan obat yang telah
kadaluarsa atau rusak.
F. ATURAN PENYIMPANAN
Masa penyimpanan obat tergantung dari kandungan dan cara menyimpannya. Obat
yang mengandung cairan paling cepat terurainya, karena bakteri dan jamur dapat
tumbuh baik di lingkungan lembab. Maka itu terutama obat tetes mata, kuping dan
hidung, larutan, sirup dan salep yang mengandung air/krim sangat terbatas jangka
waktu kadaluwarsanya. Pada obat-obat biasanya ada kandungan zat pengawet, yang
dapat merintangi pertumbuhan kuman dan jamur. Akan tetapi bila wadah sudah
dibuka, maka zat pengawetpun tidak dapat menghindarkan rusaknya obat secara
keseluruhan. Apalagi bila wadah sering dibuka-tutup. mis. dengan tetes mata, atau
mungkin bersentuhan dengan bagian tubuh yang sakit, mis. pipet tetes mata, hidung
atau telinga. Oleh karena itu obat hendaknya diperlakukan dengan hati-hati, yaitu
setelah digunakan, wadah obat perlu ditutup kembali dengan baik, juga membersihkan
pipet/sendok ukur dan mengeringkannya. Di negara2 maju pada setiap kemasan obat
harus tercantum bagaimana cara menyimpan obat dan tanggal kadaluwarsanya,
diharapkan bahwa di kemudian hari persyaratan ini juga akan dijalankan di Indonesia
secara menyeluruh. Akan tetapi, bila kemasan aslinya sudah dibuka, maka tanggal
kadaluwarsa tsb tidak berlaku lagi. Dalam daftar di bawah ini diberikan ringkasan dari
jangka waktu penyimpanan dari sejumlah obat, bila kemasannya sudah dibuka.
Angka2 ini hanya merupakan pedoman saja, dan hanya berlaku bila obat disimpan
menurut petunjuk2 yang tertera dalam aturan pakai
Efek samping obat adalah suatu reaksi yang tidak diharapkan dan berbahaya yang
diakibatkan oleh suatu pengobatan. Efek samping obat, seperti halnya efek obat yang
diharapkan, merupakan suatu kinerja dari dosis atau kadar obat pada organ sasaran.
Interaksi obat juga merupakan salah satu penyebab efek samping. Hal ini terjadi
ketika tenaga kesehatan (dokter, apoteker, perawat) lalai dalam memeriksa obat yang
dikonsumsi oleh pasien, sehingga terjadi efek-efek tertentu yang tidak diharapkan di
dalam tubuh pasien. Bertambah parahnya penyakit pasien yang dapat berujung
kematian merupakan kondisi yang banyak terjadi di seluruh dunia akibat interaksi
obat ini.
Interaksi ini dapat terjadi antar obat atau antara obat dengan makanan/minuman.
Bahkan tanaman yang digunakan dalam pengobatan alternatif yang disangka aman
oleh sebagian besar masyarakat juga dapat berinteraksi dengan obat lainnya.
Contohnya adalah tanaman St. John's wort (Hypericum perforatum), yang digunakan
untuk pengobatan depresi sedang. Tanaman ini menyebabkan peningkatan enzim
sitokrom P450 yang berperan dalam metabolisme dan eliminasi banyak obat-obatan di
tubuh, sehingga pasien yang mengkonsumsi St John's wort akan mengalami
pengurangan kadar obat lain dalam darah yang digunakan bersamaan.
Berikut ini adalah contoh dari efek samping obat yang biasanya terjadi:
1. Aborsi atau keguguran, akibat Misoprostol, obat yang digunakan untuk pencegahan
(gastric ulcer) borok lambung yang disebabkan oleh obat anti inflamasi non steroid.
2. Ketagihan, akibat obat-obatan penenang dan analgesik seperti diazepam serta
morfin.
3. Kerusakan janin, akibat Thalidomide dan Accutane.
4. Pendarahan usus, akibat Aspirin.
5. Penyakit kardiovaskular, akibat obat penghambat COX-2.
6. Tuli dan gagal ginjal, akibat antibiotik Gentamisin.
7. Kematian, akibat Propofol.
8. Depresi dan luka pada hati, akibat Interferon.
9. Diabetes, yang disebabkan oleh obat-obatan psikiatrik neuroleptik.
10. Diare, akibat penggunaan Orlistat.
11. Disfungsi ereksi, akibat antidepresan.
12. Demam, akibat vaksinasi.
13. Glaukoma, akibat tetes mata kortikosteroid.
14. Rambut rontok dan anemia, karena kemoterapi melawan kanker atau leukemia.
15. Hipertensi, akibat penggunaan Efedrin. Hal ini membuat FDA mencabut status
ekstrak tanaman efedra (sumber efedrin) sebagai suplemen makanan.
16. Kerusakan hati akibat Parasetamol.
17. Mengantuk dan meningkatnya nafsu makan akibat penggunaan antihistamin.
18. Bunuh diri akibat penggunaan Fluoxetine, suatu antidepresan.
1. Baca dosis dan aturan pakai penggunaan obat sesuai dengan yang tertera di
leafleat atau yang diresepkan dokter.
2. Pergunakan obat sesuai indikasi yang jelas dan tepat sesuai yang tertera di leafleat
atau yang diresep dokter.
3. Berikan perhatian khusus terhadap penggunaan dan dosis obat pada bayi, pasien
usia lanjut dan pasien dengan penyakit hati atau ginjal.
5. Beritahukan ke dokter apabila anda sedang hamil, menyusui, alergi obat tertentu,
memiliki penyakit diabetes, penyakit ginjal atau liver, sedang meminum obat lain
atau suplemen herbal
A. PENGERTIAN
Tinjauan Literatur
Peralatan medis didefinisikan setiap item yang digunakan untuk mendiagnosa,
mengobati, atau mencegah penyakit, cedera, atau kondisi lain yang bukan obat,
biologis, atau makanan.
Peralatan medis seringkali mengakibatkan efek-efek yang tidak diinginkan pada klien.
Peristiwa yang merugikan adalah kejadian di mana peralatan medis telah, atau
mungkin memiliki, menyebabkan atau berkontribusi pada kematian atau luka berat
(FDA Kode Peraturan, Federal 21 2010). Masalah yang sering peralatan aktual atau
potensial dan dapat terjadi karena beberapa alasan. Dua alasan sering dilaporkan
kepada FDA melibatkan masalah peralatan (a) manufaktur dan (b) interaksi manusia
(faktor manusia). Faktor manusia disebut sebagai 'ergonomi dan faktor manusia
rekayasa' fokus pada interaksi manusia-mesin (Bogner, 1994).
ALAT KESEHATAN
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 Tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan, Alat kesehatan adalah instrumen,
aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk
mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang
sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur
dan memperbaiki fungsi tubuh.
Peralatan medis berkisar dari item yang sederhana seperti stik sampai peralatan yang
lebih kompleks, seperti ventilator. Mereka mewakili beberapa teknologi yang paling
inovatif yang dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir. Sebuah peralatan medis
didefinisikan setiap item yang digunakan untuk mendiagnosa, mengobati, atau
mencegah penyakit, cedera, atau kondisi lain yang bukan obat, biologis, atau makanan
a. Infus pump
b. Syringe pump
- sepatu, dll
a. Holter
a. Semua peralatan medis yang berada dan digunakan selama perawatan di dalam
rumah sakit merupakan tanggung jawab petugas pemberi pelayanan
2. Hati-hati Alat yang ada rodanya (Tiang infus, Over Bed Table, dll)
”RESIKO JATUH”
Saat Di Rumah
a. Satuan Alat ukur: Pastikan satuan hasil ukurnya sudah sesuai dengan standart
yang anda inginkan, sehingga saat hasilnya tertera dialat tidak salah
mengartikan dan tidak salah merespon hasil.
c. Alat suntik: Pastikan petugas menjelaskan cara menggunakan alat tersebut dan
khususnya cara pengaturan dosis obatnya.
d. Kenali faktor-faktor yang bisa membuat alat medis tersebut rusak atau tidak
berfungsi, konsultasikan jika terjadi perubahan fungsi/rusak.
D. PERSYARATAN PERALATAN
1. Persyaratan peralatan meliputi peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi standar
pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan baik pakai;
2. Peralatan medis harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian
Fasilitas Kesehatan dan/ atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang;
3. Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan harus
diawasi oleh lembaga yang berwenang;
4. Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di Rumah Sakit harus dilakukan sesuai
dengan indikasi medis pasien;
5. Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh petugas
yang mempunyai kompetensi di bidangnya;
7. Ketentuan mengenai pengujian dan/ atau kalibrasi peralatan medis, standar yang
berkaitan dengan keamanan, mutu, dan manfaat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3. INTERAKSI OBAT DENGAN OBAT LAIN DAN MAKANAN
A. PENGERTIAN
Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat mempengaruhi aktivitas obat. Efek-efeknya
bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak
dimiliki sebelumnya. Potensi obat dapat dirasakan setelah terjadi reaksi kimia di dalam tubuh.
Reaksi kimia dapat terjadi antar obat atau obat dengan bahan lain di luar obat yang
dikonsumsi dalam waktu bersamaan.
Adanya reaksi atau interaksi obat dengan makanan atau obat dengan zat lain dapat
menurunkan potensi obat dan mengurangi efek pengobatan, atau sebaliknya bisa terjadi
peningkatan efek samping dari obat itu sendiri. Interaksi antara obat dengan makanan dapat
terjadi jika makanan yang kita makan mempengaruhi obat yang sedang kita gunakan
sehingga mempengaruhi efek obat tersebut. Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai
proses, antara lain perubahan dalam farmakokinetika obat tersebut, seperti Absorpsi,
Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi (ADME) obat.
A. PENGERTIAN
Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap
hari agar seseorang tetap sehat. Bila diet dilakukan di rumah sakit dengan
tujuan untuk meningkatkan status gizi dan/atau membantu kesembuhan
pasien, maka istilah yang digunakan adalah Diet Rumah Sakit ( Hospital
Diet ).
Nutrisi diartikan sebagai sebuah proses dalam tubuh makhluk hidup untuk
memenfaatkan makanan guna pembentukan energi, tumbuh kembang dan
pemeliharaan tubuh.
B. TERAPI NUTRISI
Cara Pemberian : oral, pipa, atau enternal ( NGT ), secara bolus atau
drip ( tetes ) .
c. Makanan Cair Kental
Pengertian makanan yang mempunyai konsentrasi kental/ semi
padat pada suhu kamar, yang tidak membutuhkan proses mengunyah dan
mudah ditelan
Tujuan diet memberikan makanan yang tidak membutuhkan proses
mengunyah, mudah ditelan dan mencegah terjadinya aspirasi yang
memenuhi kebutuhan gizi serta mempertahankan keseimbangan cairan
tubuh.
Indikasi Pemberian
Pasien yang tidak mampu mengunyah dan menelan
Untuk menegah aspirasi ( cairan masuk dalam salluran nafas ) seperti,
penyakit yang disertai peradangan ulkus npeptikum atau gangguan
struktural atau motorik pada rongga mulut.
E. JENIS MAKANAN
1. Diet energy tinggi protein tinggi
Diet energi tinggi protein ( ETPT ) adalah diet yang mengandung energi dan
protein diatas kebutuhan normal. Diet ini diberikan bila pasien telah
mempunyai cukup nafsu makan dan menerima makanan lengkap.
Tujuan diet :
Memenuhi kebutuhan energi dan protein
yang meningkat untukn mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan
tubuh
Menambah berat badan hingga mencapai
berat badan normal
Indikasi
a. Kurang energi protein ( KEP )
b. Sebelum dan sesudah operasi tertentu, multi trauma sera selama radioterapi
dan kemoterapi
c. Luka bakar dan baru sembuh dari penyakit dengan panas tinggi
d. Hipertiroid, hamil, dan post partum dimana kebutuhan energi dan protein
meningkat
2. Diet energi rendah
Diet energi rendah adalah diet yang kandungan energinya dibawah kebutuhan
normal, cukup Vitamin dan mineral, serta banyak mengandung serat yang
bermanfaat dalam proses penurunan berat badan.
Tujuan diet
Mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai dengan umur , gender dan
kebutuhan fisik.
a. Mencapai IMI normal yaitu 18,5 – 25 kg/m2
b. Mengurangi asupan energi, sehingga teerapai penurunan berat badan
sebanyak setengah – 1 kg/ minggu. Pastikan yang berkurang adalah sel
lemak dengan mengukur lemak lipatan kulit dan lingkar pinggang.
Indikasi
Diet ini diberikan pada pasien yang berdasarkan perhitungan
mempunyai IMI lebih dari 25 kg/m2. Sesuai dengan kemampuan pasien, diet
energi rendah dapat diberikan secara perorangan. Diet diberikan sapai tercapai
berat badan normal.
3. Diet Garam Rendah
Diet garam rendah adalah program natrium seperti yang terdapat di
dalam garam dapur ( NACL ) , soda kue ( NaHCO3 ), baking powder, natrium
benzoat dan vetsin ( mono sodium glutanat )
Tujuan diet :
Tujuan diet garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi
garam air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi
Indikasi :
Diet rendah garam I diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan
atau hipertensi besar pada pengolahan makananya tidak ditambahkan ggaam
dapur. Hindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
4. Diet Serat tinggi
Pada umumnya serat tinggi mengandung energi rendah dengan
demikian dapat memmbantlu menurunkan berat badan. Menimbulkan rasa
kenyang sehingg menunda rasa lapar. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim
cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat erdiri dari 2 golongan :
serat larut air dan tidak larut air.
Tujuan diet :
Untuk memberi makans sesuai kebutuhan gizi yang tinggi serat
sehingga dapat merangsang peristaltik usus agar defekasi berjalan normal.
Indikasi :
Diet serat tinggi diberikan kepada pasien konstipasi kronis dan
penyakit divertikulosis. Lama pemberian diet disesuaikan dengan pemberian
penyakit.
5. Diet Serat Rendah
Adalah makan yang terdiri dari bahan makanan rendah serat dan hanya
sedikit meninggalkan sisa.
Tujuan diet ;
Untuk memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi yang sedikit
mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume feses dan tidak
merangsang saluran cerna.
Indikasi :
Diberikan kepada pasien dengan diare berat, peradangan sluran cerna
akut, divertikulitis akut, obstipasi spastik, penyumbatan sebagian saluran
cerna, hemorod berat, serta pada pra dan pasca bedah saluran cerna.
5. Manajemen Nyeri
A. PENGERTIAN
Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak nyaman dan antara orang yang satu dengan
orang lain berbeda perasaan nyerinya, dan hanya orang itu yang dapat menjelaskan rasa
nyeri yang dialaminya.
Pengertian nyeri menurut para ahli adalah:
a. Mc Coffery (1979) : suatu keadaan yg mempengaruhi seseorang, yg keberadaanya
diketahui hanya jika orang itu pernah mengalaminya.
b. Wolf W. Feurst (1974) : suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau
perasaan yg menimbulkan ketegangan.
c. Arthur C. Curton (1983) : suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika
jaringan sedang rusak,dan menyebabkan individu tersebut bereaksi utk
menghilangkan nyeri.
d. Kozies dan Erb (1983) : sensasi ketidaknyamanan yang dialami sebagai penderitaan
yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman, dan fantasi luka. Adapun
definisi dari kozier dan Erb, nyeri diperkenalkan sebagai suatu pengalaman emosional
yang penatalaksanaannya tidak hanya pada pengelolaan fisik semata, namun penting
juga untuk melakukan manipulasi psikologis untuk mengatasi nyeri.
e. Asosiasi Internasional (1979) : Suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan baik secara
aktual maupun potensial.
B. JENIS-JENIS NYERI
1. Nyeri akut → Nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak
melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot.
2. Nyeri Kronis → Nyeri yang timbul secara perlahan-lahan dan biasanya berlangsung
dalam waktu lebih dari 6 bulan.
3. Nyeri Somatis → Nyeri yang bersumber dari kulit dan jaringan dibawah kulit pada
otot dan tulang, tetapi nyeri ini tidak menjalar pada bagian tubuh lainnya.
4. Nyeri Viseral → Nyeri yang bersumber dari kulit dan jaringan dibawah kulit pada otot
dan tulang tetapi nyeri ini dapat menjalar pada bagian tubuh lainnya.
5. Nyeri Menjalar → Nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain, umumnya terjadi
akibat kerusakan pada cedera organ viseral.
6. Nyeri Psikogenik → Nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang timbul akibat
psikologis.
7. Nyeri Phantom → Nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstremitas diamputasi.
8. Nyeri Neurologis → Merupakan nyeri yang tajam karena adanya spasme disepanjang
atau beberapa jalur saraf.
1. Tahap Trasduksi
Stimulus akan memicu sel yang terkena nyeri untuk melepaskan mediator kimia
(prostaglandin, bradikinin, histamin, dan substansi P) yang mensensitisasi
nosiseptor.
2. Tahap Transmisi
a. Nyeri merambat dari serabut saraf perifer (serabut A-delta dan serabut C) ke
medula spinalis.
b. Transmisi nyeri dari medula spinalis ke batang otak dan thalamus melalui jaras
spinotalamikus (STT) mengenal sifat dan lokasi nyeri.
D. PENANGANAN NYERI
1. Farmakologis
a. SAID (Steroid Anti-Inflamasion Drugs)
Dua jenis utama SAID murni:
1) Agonis murni
2) Kombinasi agonis-integonis
b. NSAID (Non Steroid Anti-Iflamasion Drugs)
2. Non Farmakologis
Penanganan fisik meliputi:
Message kulit
Stimulasi Kontralateral
Tens
Pijat refleksi
Plasebo
Stimulisasi elektrik
Akupuntur
Distraksi
Relaksasi
Komunikasi terapeutik
Hipnosis
Biofeedback
3. Penanganan Kognitif
4. Regional Analgesia
Perjalanan nyeri impuls melalui saraf dengan cara memberikan obat pada batang
saraf. Obat ini dilakukan dengan cara disuntikkan pada situs dimana saraf terlindungi
tulang.
Terdiri atas 2 analgesia yaitu:
Analgesia Lokal
Analgesia Infiltrasi
E. MACAM SKALA NYERI
1. Skala Numeris
2. Skala Deskriptif
3. Skala Analog Visual
4. Skala Wajah
5. Skala Oucher
SKALA NUMERIS
SKALA DESKRIPTIF
SKALA WAJAH
SKALA OUCHER
F. HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI:
1. Lokasi
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik minta klien untuk menunjukkan area
nyerinya, bisa dengan bantuan gambar. Klien bisa menandai bagian tubuh yang
mengalami nyeri.
2. Intensitas nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan terpercaya untuk
menetukan intensitas nyeri pasien.
3. Kualitas nyeri
Terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk. Perawat perlu
mencatat kata-kata yang digunakan klien untuk menggambarkan nyerinya. Sebab
informasi berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi nyeri.
4. Pola
Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri.
Karenanya, perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri
berlangsung, apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir muncul.
5. Faktor presipitasi
Terkadang, aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri sebagai contoh, aktivitas
fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada. Selain itu, faktor lingkungan
( lingkungan yang sangat dingin atau sangat panas), stressor fisik dan emosionaljuga
dapat memicu munculnya nyeri.
A. PENGERTIAN
Menurut kamus kedokteran Dorland edisi 29, definisi rehabilitasi adalah pemulihan
ke bentuk atau fungsi yang normal setelah terjadi luka atau sakit, atau pemulihan
pasien yang sakit atau cedera pada tingkat fungsional optimal di rumah dan
masyarakat, dalam hubungan dengan aktivitas fisik, psikososial, kejuruan dan
rekreasi. Jika seseorang mengalami luka, sakit, atau cedera maka tahap yang harus
dilewati adalah penyembuhan terlebih dulu. Setelah penyembuhan atau pengobatan
dijalani maka masuk ke tahap pemulihan. Tahap pemulihan inilah yang disebut
dengan rehabilitasi. Jadi, rehabilitasi medis adalah cabang ilmu kedokteran yang
menekankan pada pemulihan fungsional pasien agar aktivitas fisik, psikososial,
kejuruan, dan rekreasinya bisa kembali normal.
Ilmu Rehabilitasi Medik (disebut juga sebagai ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi)
adalah ilmu yang mengkhususkan diri dalam pelayanan masyarakat sejak bayi, anak,
remaja, dewasa sampai usia tua, yang memerlukan asuhan rehabilitasi medis. Dimana
pelayanan yang diberikan adalah untuk mencegah terjadinya kecacatan yang mungkin
terjadi akibat penyakit yang diderita serta mengembalikan kemampuan penderita
seoptimal mungkin sesuai kemampuan yang ada pada penderita.
1. Medis
2. Sosial
3. Edukasional
4. Vokasional
Ada tiga jenis kecacatan/gangguan/kerusakan yang bisa terjadi pada penderita yang
memerlukan rehabilitasi:
1. Impaimint : kerusakan yang bisa kembali seperti semula
Berbagai macam penyakit yang perlu tindakan Rehabilitasi Medik, antara lain :
Ischialgia
Bell's Palsy
Post Stroke
Cerebral Palsy
Tennis Elbow
Osteo arthritis
Gout Artritis
Scoliosis
Pyriformis Syndrom
Frozen Shoulder
Rheumatoid Arthritis
Monoparese extremitas
Sport Injuries
Adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsional yang diakibatkan
oleh keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui panduan intervensi medik,
keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal.
Pelayanan Rehabilitasi Medik meliputi:
1. Pelayananan Fisioterapi
Adalah bentuk pelayanan kesehatan untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan gerak dan fungsi organ tubuh dengan penanganan secara manual,
peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektro terapiutik dan mekanis), pelatihan.
4. Pelayanan Ortotis-Prostetis:
Adalah salah satu bentuk pelayanan keteknisian medik yang ditujukan kepada
individu untuk merancang, membuat dan mengepas alat bantu guna pemeliharaan dan
pemulihan fungsi, atau pengganti anggota gerak.
5. Pelayanan Psikologi
Adalah bentuk pelayanan untuk pengembangan, pemeliharaan mental emosianal serta
pemecahan problem yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit dan
cedera.
1. Penyakit Anak :
- Bronkhitis dengan Bentuk Lama
- Kelumpuhan Tangan pada Bayi Baru Lahir
- Kaki bengkok (CTEV)
- Keterlambatan Perkembangan Anak
- Penyakit Otot pada Anak
2. Penyakit Syaraf
- Nyeri Pinggang
- Leher Cengeng
- Kelumpuhan
- Stroke
3. Bedah :
- Pasca Operasi Patah Tulang
- Luka Bakar
- Pasca Amputasi
- Nyeri Pasca Operasi
4. Penyakit dalam
- Rematik
- Osteoporosis
- Akibat Penyakit Kencing Manis
5. Penyakit Kandungan
- Senam Hamil
- Senam Nifas
- Radang Saluran Indung Telur