Buku Pedoman Pneumonia
Buku Pedoman Pneumonia
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BESARAN MASALAH PNEUMONIA BALITA DI INDONESIA
ANGKA KEMATIAN PNEUMONIA BALITA
Hingga saat ini infeksi Saluran Pernapasan akut ( ISPA ) masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kematian pada Balita ( berdasarkan
Survei Kematian Balita tahun 2015 ) sebagian besar disebabkan karena pneumonia
67%.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui, mengidentifikasi dan menganalisis penyebab serta menyusun
rencana tindak lanjut, pemecahan masalah sebelum tercapainya target program P2
ISPA. Cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan di Puskesmas
Balongpanggang mulai periode Januari – Desember sebanyak 100%.
1
b. Tujuan Khusus
Mengetahui penyebab belum terjadinya target P2 ISPA cakupan balita dengan
pneumonia yang ditemukan di Puskesmas Balongpanggang Periode Januari -
Desember 2015.
Mampu menganalisis penyebab masalah yang telah di identifikasi.
Mampu memberikan alternatif pemecahan masalah yang ditemukan.
C. Definisi Pneumonia
Definisi pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru – paru
(alveoli ). Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernapasan dapat berupa : batuk,
kesukaran bernapas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan demam.
Anak dengan batuk atau sukar bernapas mungkin menderita pneumonia atau
infeksi saluran pernapasan yang berat lainnya. Akan tetapi sebagian besar anak batuk
yang datng ke puskesmas / fasilitas kesehatan lainnya hanya menderita infeksi
saluran pernapasan yang ringan.
Petugas kesehatan perlu mengenal anak – anak yang sakit serius dengan gejala
batuk atau sukar bernapas yang membutuhkan pengobatan dengan antibiotik, yaitu
pneumonia (infeksi paru) yang ditandai dengan nafas cepat dan mungkin juga tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam.
Paru paru terdiri dari ribuan bronkhi yang masing – masing terbagi lagi
menjadi bronkhiolin yang tiap-tiap ujungnya berakhir pada alveoli. Di dalam alveoli
terdapat kapiler- kapiler pembulih darah diman terjadi penukaran oksigen dan
karbondioksida. Ketika seseorang menderita pneumonia, nanah ( pus ) dan cairan
mengisi alveoli tersebut dan menyebabkan kesulitan penyerapan oksigen sehingga
kesukaran bernapas.
Anak yang menderita pneumonia, kemampuan paru-paru untuk mengembang
berkurang sehingga tubuh bereaksi dengn bernapas cepat agar tidak terjadi hipoksia (
kekuranganoksigen )
Apabila pneumonia bertambah parah, paru akan bertambah kaku dan timbul
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Anak dengan pneumonia dapat
meninggal karena hipoksida atau sepsis ( infeksi menyeluruh ).
2
D. Cara Menggunakan Bagan Tatalaksana Anak Batuk Dan Atau Kesukaran
Bernapas
Pedoman ini digunakan untuk tenaga kesehatan ( dokter, perawat, bidan, pengelola
program P2 ISPA) dalam tatalaksana anak dengan batuk dan atau kesukaran
bernapas .
Dalam pedoman ini proses manajemen kasus disajikan dalam suatu bagan yang
memperlihatkan urutan langkah-langkah cara pelaksanaannya.
Lima langkah penggunaan bagian tatalaksana anak batuk dan atau kesukaran
bernapas adalah sebagai berikut :
3
Beri antibiotik di rumah
Beri perawatan dirumah
Pemilihan pengobatan dengan antibiotik disini lebih bersifat empiris buakan
berdasarkan diagnosis etiologis.
c. Menentukan Pengobatan Dan Rujukan
Menentukan petunjuk pengobatan yang tepat berarti memiliki keterampilan untuk
pemberian antibiotik, menjelaskan petunjuk perawatan dirumah bagi ibu /
pengasuh, pengobatan demam dan wheezing.
d. Memberi Konseling Bagi Ibu
Memberi konseling bagi ibu berarti juga termasuk menilai cara pemberian
makanan Balita termasuk pemberian ASI,memberi anjuran pemberian makanan
yang baik serta kapan harusmembawa anaknya kembali kefasilitas kesehatan.
e. Memberi Pelayanan Tindak Lanjut
Memberi pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan
pada saat anak datang untuk kunjungan ulang.
f. Penerapan Di Puskesmas
Menjelaskan tentang persiapan yang harus dilakukan, proses pelaksanaan dan
pencatatan pelaporan di puskesmas.
4
BAB II
MENILAI ANAK BATUK DAN ATAU KESUKARAN BERNAPAS
Anak yang menderita batuk dan atau kesukaran bernapas mungkin menderita
pneumonia, suatu penyakit yang parah dan bisa mengakibatkan kematian. Tetapi batuk
atau kesukaran bernapas juga bisa disebabkan oleh batuk pilek biasa, hidung tersumbat,
lingkungan berdebu, pertusis, tuberkolosis, campak, croup/stridor atau wheezing.
Pemeriksaan yang teliti dapat mencegah kematian anak dari pneumonia atau penyakit berat
yang lain.
Dibawah ini adalah bagian bagan yang harus diikuti :
TANYAKAN
1. Berapa umur anak ?
2. Apakah anak menderita batuk dan atau sukar bernapas? Berapa lama?
3. Apakah anak 2 bulan -< 5 tahun tidak bis minum atau menetek?
Apakah bayi < 2 bulan kurang bisa minum atau menetek?
4. Apakah anak demam? Berapa lam?
5. Apakah anak kejang?
LIHAT DAN DENGARKAN
Anak harus dalam kondisi tenang
1. Adakah anak nafas cepat?
2. Apakah terlihat tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam ( TDDK )?
3. Apakah terdengar stridor?
4. Apakah terdengar wheezing? Apakah berulang?
5. Apakah terlihat kesadarannya menurun?
6. Apakah teraba demam atau terlalu dingin?
7. Adakah tanda gizi buruk?
A. Menanyakan Kepada Ibu Tentang Keluhan Utama Batuk Dan Atau Kesukaran
Bernapas
Apabila saudara bertemu dengan ibu dan anaknya, maka :
Sambutlah ibu dengan baik dan persilakan duduk bersama anaknya.
Tanyakan kepada ibu mengenai masalah anaknya.
5
Catat apa yang dikatakan ibu mengenai masalah anaknya. Hal ini penting untuk
membina komunikasi yang baik dengan ibu. Komunikasi yang baik akan meyakinkan ibu
bahwa anaknya akan ditangani dengan baik.
Langkah – langkah menjalin hubungan yang komunikatif :
Dengarkan dengan seksama apa yang disampaikan ibu. Ini akan meyakinkan ibu
bahwa saudara sungguh-sungguh menanggapi permasalahannya.
Gunakan kata-kata yang dimengerti ibu. Jika ibu tidak mengerti pertanyaan yang
diajukan, saudara tidak akan mendapatkan jawaban yang dibutuhkan untuk
menilai dan mengklasifikasikan anak itu dengan tepat.
Beri ibu waktu yang cukup untuk menjawab pertanyaan.
Ajukan pertanyaan tambahan apabila ibu tidak pasti akan jawabannya.
Tentukan apakah ini merupakan kunjungan pertama aatu kunjungan ulang.
Jika anak datang untuk yang pertama kali karena penyakit ISPA saat ini maka
disebut kunjungan pertama .
Jika anak sudah diperiksa beberapa hari yang lalu untuk penyakit yang sama maka
disebut kunjungan ulang.
6
Tanyakan umur anaknya, jika :
Umur anak 2 bulan - < 5 tahun gunakan ;
Bagan penilaian, penentan tanda bahaya klasifikasi umur 2 bulan - < 5 tahun
Umur anak < 2 bulan gunakan ;
Bagan penilaian, penentuan tanda bahaya dan klasifikasi umur < 2 bulan
TANYA : Apakah anak menderita batuk dab atau sukar bernapas?
“ Sukar bernapas “ adalah pola pernapasan yang tidak biasa. Para ibu
menggambarkannya dengan berbagai cara. Mereka mungkin mangatakan bahwa
anaknya bernapas “ cepat “ atau “ berbunyi “ atau “ terputus-putus “.
Jika ibu menjawab tidak, periksa apakah menurut pendapat saudara anak itu batuk
atau dukar bernapas. Jika anak tidak batuk atau sukar bernapas, tidak perlu
memeriksa anak lebih lanjut untuk tanda – tanda yang berhubungan dengan batuk
atau sukar bernapas.
TANYA : Sudah berapa lama?
Anak dengan batuk atau sukar bernapas selam lebih dari 3 minggu berarti
menderita batuk kronik. Kemungkinan aini adalah tanda TB, asma, Batuk rejan,
atau penyakit lainnya.
TANYA ; Apakah anak bisa minum atau menetek?
( jika anak berusia 2 - < 5 tahun )
Anak menunjukkan tanda “ tidak bisa minum atau menetek” jika anak terlalu
lemahuntuk minum atau tidak bisa mengisap atau menelan apabila diberi minum
atau ditetei.
Jika saudara bertany kepada ibu, apakah anaknya bis aminum, pastikan bahwa ibu
mengerti pertanyaan itu. Apakah anak dapat cairan dalam mulutnya dan
menelannya. Jika saudra ragu akan jawaban ibu, mintalah agar ibu memberi anak
tersebut minum air matang atau menetekinya. Perhatikan apakah bisa menelan
atau menetek.
Anak yang menetek, sulit menghisap jika hidungnya tersumbat. Apabila anak
dapat menetek setelah hidungnya dibersihkan, berarti anak tidak mempunyai
tanda “ tidak bisa minum atau menetek”.
TANYA : Apakah anak kurang bisa minum atau menetek?
( jika anak berusia , 2 bulan )
Pertanyaan ini mirip dengan pertanyaan diatas, bedanya, pada anak yang lebih tua
adalah tidak bisa minum sama sekali, sedangkan pada usia di bawah 2 bulan,
7
kemampuan minumnya paling banyak hanya setengah dari kebiasaannya menyusu
atau minum susu buatan. Ibu dapat memperkirakan jumlah ASI yang dihisap
anaknya berdasarkan lamanya menyusui.
Anak yang tidak bisa minum mungkin menderita pneumonia berat, bronkiolitis,
sepsis/septikemia, infeksi otak ( meningitis atau malaria cerebral ) dan abses
tenggorok.
TANYA : Apakah anak demam? Berapa lama?
Jika ibu mengatakan anak demam maka riwayat deam sudah cukup untuk menilai
sebagai anak demam walaupun saat ini anak tidak demam.
TANYA : Apakah anak kejang?
Tanyakan kepada ibu apakah anaknya kejang selama sakit ini. Gunakan kata-kata
yang dimengerti oleh ibu. Mungkin ibu mengungkapkan istilah kejang sebagai “
step “ aatau “ kaku ‘ dan lain sebagainya.
Pada saat kejang lengan dan kaki anak menjadi kaku karena otot-ototnya
berkontraksi. Tanda dan gejala klinis kejang pada bayi muda sangat bervariasi
bahkan kadang sulit dibedakan dengan gerakan normal. Meskipun demikian, jika
saudara menjumpai gejala / gerakan yang tidak biasa, terjadi secara berulang-
ulang dan periodik, saudara harus memikirkan kemungkinan bayi kejang. Kejang
dapat berupa gerakan tidak terkendali berulang-ulang pada mulut seperti
menguap, mengunyah atau menghisap.
Anak menderita pneumonia yang mengalami kejang-kejang , kesadaran menurun
ataupun suakr di bangunkan dapat diakibatkan oleh kekurangan oksigen, sepsis,
cerebral, malaria ( pada daerah endemis malaria falciparum) dan meningitis.
b. Lihat Dan Dengarkan
Penting diingat bahwa untuk “ melihat dan mendengar “ usahakan hanya pada saat
diam atau tenang . sulit untuk menghitung napas dengan tepat atau menetukan
tanda lain dari kesukaran bernapas apabila anak ketakutan, menangis, atau marah.
Untuk menenangkan anak bisa dilakukan berbagai cara misalnya memberi anak
mainan , minta ibu nya untuk menggendong, menyusui atau diminta menunggu di
ruang lain sampai anak tenang.
Untuk menghitung napas dalam 1 menit:
Terdapat 3 cara yang benar dalam menghitung frekuensi napas ;
1) Gunakan timer untuk menghitung frekuensi napas
Caranya :
8
Tentukan titik dimana saudara akan melihat gerakan napas anak
Tekanlah timer dan mulailah menghitung
Bunyi pertama menunjukan 30 detik pertama
Setelah mendengar bunyi panjang ( bunyi ke 2 ) yang menunjukkan waktu 1
menit ( 60 detik ) penghitungan napas anak selesai.
2) Menggunakan jam tangan yang mempunyai jarum detik. Bisa minta bantuan
orang lain untuk memberi aba - aba setelah 60 detik. Sehingga saudara bisa
sepenuhnya mengamati pernapasan anak. Kalau tidak ada orang lain yang bisa
membantu, buatlah posisi jam sedimikan sehingga saudara bisa melihat
jamnya sekaligus melihat gerak pernapasan anak.
3) Gunakan jam tangan dengan jarum detik atau jam digital. Hitung pernapasan
sampai kebatas napas cepat (60,50, atau 40 sesuai umur anak ) kemudian
segera melihat jam. Bila pernapasan anak normal, maka saudara memerlukan
waktu menghitung lebih dari 1 menit.
Batas napas cepat tergantung umur anak
9
Untuk menyatan bayi umur kurang dari 2 bulan bernapas cepat perhatikan
bahwa :
Apabila hasilnya kurang dari 60 kali per menit, anak etrsebut tidak
mengalami naps cepat
Apabila hasilnya 60 kali per menit atau lebih, tunggulah beberapa menit dan
ulangi penghitungan
Kalau hasilnya penghitungan kedua masih juga 60 kali per menit atau
lebih berarti napas cepat.
Kalau hasil penghitungan kedua < 60 kali per menit, berarti tidak ada
napas cepat.
Sebelum mencari tanda selanjutnya, tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam, stridor dan wheezing, perhatikan anak itu untuk menentukn saat
menarik dan mengeluarkan napas.
LIHAT : Apakah terlihat tarikan dinding dada bagian bawah kedalam ( TDDK )?
Jika saudara tidak membuka baju anak pada saat saudara menghitung napas,
mintalah ibu untuk membukanya sekarang. Lihatlah apakah dinding dada tertarik
kedalam pada saat anak itu menarik napas. Perhatikan dada bagian bawah ( tulang
rusuk terbawah ). Pada pernapasan normal, seluruh dinding dada ( atas dan
bawah) dan perut bergerak keluar ketika anak menarik napas.
Anak dikatakan mempunyai TDDK jika dinding dada bagian bawah masuk ke
dalam ketika anak menarik napas.
PERHATIKAN !
Jika saudara melihat dada anak itu tertarik ke dalam hanya pada saat anak
menangis atau diberi makan, berarti tidak terdapat TDDK.
Jika yang tertarik kedalam itu hanya jaringan lunak diantara rusuk saat anak
menarik napas (yang juga disebut tarikan/retraksi interkosal) berarti tidak
terdapat TDDK.
Jika saudara tidak yakin ada TDDK, periksalah lagi dengan meminta ibu
mengganti posisi anaknya sehingga posisi anak tidak tertekuk dipinggangnya.
Sebaiknya anak dibaringkan diatas pangkuan ibunya. Bila tak tampak pada
posisi itu berarti tidak ada TDDK.
10
Berhati-hatilah melihat TDDK pada bayi umur kurang dari 2 bulan , tarikan
dinding dada yang ringan biasa terjadi karena tulang rusuknya relatif masih lunak.
Tetapi jika tarikan dinding dada tersebut kuat ( sangat dalam dan mudah terlihat )
hal ini merupakan tanda adadnya pneumonia.
Anak dengan TDDK umumnya menderita pneumonia berat. TDDK terjadi bila
kemapuan paru-paru mengembang berkurang dan mengakibatkan perlunya tenaga
untuk menarik napas. Anak TDDK tidak selalu disertai pernapasan cepat. Kalau
anak menjadi letih bernapas akhirnya anak akan bernapas lambat. Karenaitu
TDDK mempunyai resiko mati yang lebih besar dibanding dengan anak yang
hanya menderita napas cepat tanpa disertai TDDK.
DENGAR : Apakah terdengar stridor ?
Stridor adalah bunyi khas yang terdengar pada saat anak menarik napas. Stridor
terjadi apabila ada pembengkakan pada laring, trakea atau epiglotis,sehingga
menyebabkan sumbatan yang menghalangi masuknya udara kedalam paru dan
dapat mengancam jiwa anak. Anak menderita stridor pada saat tenang
menunjukkan suatun keadaan yang berbahaya.
Untuk melihat dan mendengar stridor amati ketika anak menarik napas. Dekatkan
telinga saudara ke mulut anak untuk lebih jelas mendengarkan stridor.
Kadang-kadang terdengar suara jika hidung anak tersumbat, bersihkan lubang
hudung dan dengarkqanlah lagi. Sering kali anak yang sakitnya tidak parah timbul
stridor pada waktu menangis dan marah, oleh karena itu pastikan untuk
mendengarkan stridor saat tenang.
DENGAR : Apakah terdengar wheezing? Apakah berulang ?
Lihatlah uuntuk mengetehui kapan anak mengeluarkan napas. Wheezing adalah
suara bising seperti siyulan atau tanda kesulitan waktu anak mengeluarkan napas.
Hal ini disebabkan penyempitan saluran napas. Untuk mendengarkan wheezing
bahkan pada kasus ringan, dekatkan telinga saudara ke mulut lebih jelas
mendengarkan wheezing.
Pada usia 2 tahun pertama, wheezing pada umumnya di sebabkan oleh infeksi
respitorik akut akibat virus,seperti bronkiolitis atau batuk dan pilek. Setelah usia 2
tahun , hampir semua wheezing disebabkan oleh asma. Kadang-kadang anak
dengan pneumonia disertai dengan wheezing. Diagnosis pneumonia harus selalu
dipertimbangkan terutama pada usia 2 tahun pertama.
11
Dengarkan wheezing dengan cara mendekatkan telinga saudara dekat mulut anak,
sebab seringkali kurang terdengar. Wheezing disebabkan penyempitan jalan napas
di paru-paru. Fase pengeluaran napas menjadi lebih lama dari normal dan
memerlukan tenaga.
Kadang-kadang tidak terdengar bising apapun karena jumlah udara hanya sedikit.
Amatilah apakah saat mengeluarkan napas perlu tenaga dan lebih lama dari
normal.
Bila anak wheezing, tanyakan apakah tanda seperti ityu pernah terjadi sebelum
anak sakit pada periode yang ini. Bila pernah, berarti anak dianggap mengalami
wheezing berulang.
LIHAT : Apakah terlihat kesadaran menurun ?
Anak yang kesadarannya turun akan sulit dibangunkan sebagaimana seharusnya.
Anak tampak mengantuk dan tidak punya perhatian akan apa yang terjadi di
sekelilingnya (letargis). Seringkali anak yang letargis tidak melihat pada ibu atau
memperhatikan wajah saudara pada waktu saudara bicara. Anak mungkin
menatap hampa (pandangan yang kosong) dan terlihat bahwa ia tidak
memperhatikan keadaan sekitarnya.
Anak yang tidak sdar tidak dapat dibangunkan, tidak bereaksi ketika disentuh,
digoyang atau diajak biccara. Tanyakan kepada ibu apakah anaknya mengantuk
tidak seperti biasanya atau tidak dapat dibangunkan. Perhatikan apakah anak itu
terbangun jika diajak bicara atau digoyang jika saudara bertepuk tangan.
Mengantuk / letargis atau tidak sdar merupakan salah satu tanda adanya infeksi
berat.
Catatan
Jika anak sedang tidur, hitunglah dulu frekuensi napasnya sebelum saudara
mencoba membangunkannya.
12
dan kaki anak teraba dingin karena selimutnya kurang menutup.Bagaimanapun,
bila kaki/betis dan ketiak yang teraba dingin menunjukkan anak hipotermina
(sangat dingin).
Anak mempunyai riwayat demam jika menderita demam selama periode sakit
ini,walaupun mungkin saat ini sudah tidak lagi demam.Gunakan istilah untuk
“demam”yang dimengerti oleh ibu.
Didaerah endemis malaria falciparum : anak yang datang dengan batuk atau
kesukaran bernapas disertai demam > 38°C ( atau menurut keterangan pernah
demam diatas 38°C) mungkin menderita malaria. Jika demikian obat malaria bisa
diberikan untuk mengatasi kemungkinan malaria falciparum.
Bila demam pada anak lebih dari 5 hari, rujuklah untuk pemeriksaan lebih lanjut.
LIHAT : Adakah tanda gizi buruk?
Memeriksa tanda kekurangan gizi berat dilakukan secara klinis dengan melihat
kondisi anak. Metode lain dapat digunakan untuk menetapkan anak yang kurang
gizi, ukur berat badan dan tinggi badan atau ukur lingkar lengan. Ikutilah petunjuk
progrm gizi yang ada.
Tanda klisnis gizi buruk :
Marasmus ; adalah keadaan dimana anak kehilangan lemak dan otot sehingga
kelihatan tinggal kulit dan tulang.
Kwashiorkor ; adalah keadaan dimana badan lemak membengkak karena
penimbunan cairan disertai gambaran rambut yang tipis.
Anak dengan gizi buruk mempunyai resiko yang besar untuk menderita pneumonia
dan bisa tanpa disertai tanda- tanda khas pneumonia.
13
BAB III
KLASIFIKASI & TINDAKAN UNTUK ANAK BATUK DAN ATAU
SUKAR BERNAPAS
UMUR 2 BULAN - < 5 TAHUN
Untuk menentukan penyakit sangat berat atau salah satu dari 3 klasifikasi yaitu
pneumonia berat, pneumonia dan batuk bukan pneumonia maka saudara harus mengikuti
langkah-langkah pada bagan tatalaksana penderita batuk dan atau kesukaran bernapas pada
balita khususnya di kotak yang berjudul :
Tanda bahya umur 2 bulan - < 5 tahun dan
Klasifikasi penyakit umur 2 bulan - < 5 tahun
A. Menentukan Penyakit Sangat Berat Pada Anak Berumur 2 Bulan - < 5 Tahun
Seorang anak berumur 2 bulan - < 5 tahun menderita penyakit sangat berat apabila
dari pemeriksaan ditemukan salah satu “tanda bahaya” yaitu :
14
Tidak bisa minum
Kejang
Kesadaran menurun atau sukar dibangunkan
Stridor pada waktu anak tenang
Gizi buruk
Tanda tanda ini disebabkan oleh banyak kemungkinan.walaupun begitu dalam buku
ini hanya mengenalkan tanda tanda tersebut untuk mengetahui bahwa anak sedang
menderita penyakit yang sudah berat tanpa menjelaskan penyakit penyebabnya.
TINDAKAN
Anak yang mempunyai salah satu “tanda bahaya” harus dirujuk segera ke Rumah
sakit.
Sebelum anak meninggalkan puskesmas,petugas kesehatan dianjurkan memberi
pengobatan pra rujukan (misal atasi demam,wheezing,kejang dan
sebagainya),tulislah surat rujukan ke Rumah sakit dan anjurkan pada ibu agar
anaknya dibawah ke Rumah sakit sesegera mungkin.
Berilah satu kali dosis antibiotik sebelum anak dirujuk (bila memungkinkan)
Kalau tidak dapat dirujuk,lihat petunjuk bab v pengobatan & rujukan
15
B. MENENTUKAN KLASIFIKASI DAN TINDAKAN
a. Pneumonia Berat Pada Anak Berumur 2 Bulan -< 5 Tahun
Hanya apabila tidak ada tanda bahaya maka saudara dapat meneruskan langkah
berikutnya untuk menentukan klasifikasi Pneumonia berat.
KLASIFIKASI
Seorang anak berumur 2 bulan -< 5 tahun diklasifikasikan menderita pneumonia
berat apabila dari pemeriksaan ditemukan :
Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK)
TINDAKAN
Anak yang diklasifikasikan menderita pneomonia berat harus dirujuk segera ke
Rumah sakit.
Berikan satu kali dosis antibiotik (bila mungkin)
Sebleum anak meninggalkan puskesmas,petugas kesehatan dianjurkan
memberi pengobatan pra rujukan (misal atasi demam,wheezing,kejang dan
sebagainya),tulislah surat rujukan kerumah sakit dan anjurkan pada ibu agar
anaknya dibawa ke Rumah sakit sesgera mungkin.
Apabila rujukan tidak dapat dilaksanakan,lihat bab V pengobatan dan rujukan
17
KLASIIKASI
Seorang anak berumur 2 bulan -< 5 tahun diklasifikasikan menderita batuk bukan
pneumonia apabila dari pemeriksaan :
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK)
Adanya napas cepat :
50x/menit atau lebih pada anak umur 2 bulan -< 12 bulan
40x/menit atau lebih pada anak umur 12 bulan -< 5 tahun
TINDAKAN
Pengobatan anak yang menderita “batuk bukan Pneumonia”bisa dirawat di
Rumah tanpa antibiotik
Jangan berikan antibiotik kepada anak dengan batuk atau pilek tanpa tanda-
tanda pneumonia
Meskipun anak dengan batuk atau pilek tidak membutuhkan
antibiotik,hargailah usaha ibu yang telah membawa anaknya berobat. Anjurkan
untuk memberikan tindakan penunjang/perawatan di rumah (lihat BAB VI
KONSELING BAGI IBU) dan mengamati kemungkinan adanya tanda-tanda
pneumonia. Anak dengan batuk dianjurkan juga untuk kembali kalau
keadaannya memburuk.
Sebagian anak dengan batuk pilek bisa juga mempunyai masalah lain seperti :
Anak dengan batuk akan sembuh sesudah satu atau dua minggu,tetapi anak
dengan batuk kronis (lebi dari 3 minggu) mungkin menderita TB, asma, batuk
rejan atau yang lain-lain. Rujuklah ke rumah sakit/puskesmas bila anak batuk
lebih 3 minggu.
TANDA Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK)
Adanya napas cepat :
50x/menit atau lebih pada anak umur 2 bulan -< 12 bulan
40x/menit atau lebih pada anak umur 12 bulan -< 5 tahun
KLASIFIKASI BATUK BUKAN PNEUMONIA
TINDAKAN Bila batuk > 3 minggu, rujuk
Nasihati ibunya untuk tindakan perawatan dirumah
Obati demam, jika ada
Obati wheezing, jika ada
18
Bab ini menguraikan 3 (tiga) klasifikasi penyakit dan 3 macam tindakan yang harus
dilakukan untuk anak batuk dan sukar berbapas yang berumur 2 bulan -< 5 tahun.
CONTOH KASUS
Pada contoh kasus berikut saudara dapat berlatih menentukan klasifikasi dan
tindakan pengobatan dengan menggunkan Bagan Tatalaksana Umur 2 bulan -< 5 tahun
Cermatilah cara pencatatannya dengan menggunakan stempel Program P2 ISPA di kartu
berobat milik masing-masing anak
Pada tempat yang tersedia :
Isilah data/informasi yang ditemukan
Berilah tanda pada kotak pilihan yang sesuai
Lingkari pilihan yang sesuai
1. Karina berumur 2 tahun. Ibunya membawa berobat ke Puskesmas karena dia batuk-
pilek selama 4 hari. Setelah memeriksa, petugas kesehatan menemukan bahwa Karina
menderita demam dengan suhu 38,5 ° C tetapi tidak ada tanda-tanda lainnya.
Petugas kesehatan melihat :BACAAN TATALAKSANA PENDERITA BATUK DAN
ATAU KESUKARAN BERNAPAS PADA BALITA” untuk kelompok umur 2
BULAN - < 5 TAHUN
Mula-mula petugas kesehatan mencoba mencari adanya tanda bahaya untuk
menentukan adanya penyakit sangat berat, ternyata tidak ada sehingga harus
meneruskan langkah berikutnya. Ingatlah bahwa meskipun ada demam (38°C)
tetapi itu bukanlah salah satu kriteria tanda bahaya untuk anak berumur 2 bulan - <
5 tahun.
Petugas kesehatan mencari ada/tidaknya pneumonia berat pada kolom merah
dilanjutkan mencari ada/tidaknya pneumonia dengan melihat kolom kuning. Karina
tidak mempunya TDDK maupun napas cepat, oleh karena itu, Karina
diklasifikasikan sebagai batuk bukan pneumonia (batuk-pilik biasa) sesuai dengan
kolom hijau.
2. Mahmud berumur 6 bulan dan dibawa ke Puskesmas karena batuk 2 hari. Setelah
diperiksa petugas mendapati adanya demam dan napas cepat (58 kali per menit)
Petugas kesehatan melihat :BACAAN TATALAKSANA PENDERITA BATUK DAN
ATAU KESUKARAN BERNAPAS PADA BALITA” untuk kelompok umur 2
BULAN - < 5 TAHUN
19
Mula-mula petugas kesehatan mencoba mencari adanya tanda bahaya untuk
menentukan adanya penyakit sangat berat, ternyata tidak ada sehingga harus
meneruskan langkah berikutnya
Petugas kesehatan mencari ada/tidaknya pneumonia berat pada kolom merah
dilanjutkan mencari ada/tidaknya pneumonia dengan melihat kolom kuning.
Mahmud tidak mempunyai TDDK tetapi ada napas cepat, oleh karena itu, Mahmud
diklasifikasikan sebagai pneumonia sesuai dengan kolom kuning.
3. Ibu si Badu membawa anaknya ke Puskesmas karena Badu tanpak sukar bernapas.
Setelah diperiksa diketahui umurnya 18 tahun, Badu tidak bisa minum, terdengar
stridor pada waktu tenang, ada tarikan dinding ke dalam tetapi tidak adan napas cepat
(35 kali permenit)
Petugas kesehatan melihat :BACAAN TATALAKSANA PENDERITA BATUK DAN
ATAU KESUKARAN BERNAPAS PADA BALITA” untuk kelompok umur 2
BULAN - < 5 TAHUN
Mula-mula mencari apakah Badu mempunya tanda bahaya yang menunjukkan
penyakit sangat berat. Karena Badu mempunyai 2 tanda bahaya yaitu tidak dapat
minum dan stridor tenang maka petugas menentukan adanya penyakit sangat berat.
Bagan 3.1 Klasifikasi dan tindakan anak Batuk dan atau Sukar bernapas untuk
kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun
TIDAK BISA MINUM, KEJANG, KESADARAN MENURUN, STRIDOR, GIZI BURUK, ANAK YANG MEMPUNYAI
SALAH SATU TANDA BAHAYA HARUS SEGERA DIRUJUK KE RUMAH SAKIT
KLASIFIKASI PENYAKIT
20
12 bl - <5 th : ≥40 x/menit
x/menit 12 bl - <5 th : ≥40
x/menit
21
BAB IV
KLASIFIKASI & TINDAKAN UNTUK BAYI BATUK DAN ATAU SUKAR
BERNAPAS UMUR < 2 BULAN
Pada bab ini saudara akan menggunakan tanda-tanda dalam menilai dan
mengklasifikasikan penyakit batuk dan atau kesukaran bernapas pada bayi kurang dari 2
bulan. Prosesnya serupa dengan apa yang telah kita pelajari pada bab 3 untuk anak umur 2
bulan - < 5 tahun.
Bayi muda yang menderita pneumonia tidak selalu disertai batuk , seringkali hanya
timbul tanda-tanda non spesifik seperti : kurang mau minum, demam ataupun hipotermi
(suhu tubuh turun dibawah normal). Karena itu tanda dan gejala yang digunakan dalam
klasifikasi dan tindakan bayi muda berbeda dengan bayi/anak yang lebih besar.
A. Perbedaan Penting
Pada kelompok umur < 2 bulan terdapat perbedaan penting dalam penentuan.
a. Tanda Bahaya
Pada bayi umur kurang 2 bulan ditambahkan beberapa tanda bahaya lain seperti :
kurang mau minum,demam, teraba dingin dan wheezing. Tanda gizi buruk tidak
dimasukkan dalam kelompok umur ini.
b. Batasan Napas Cepat
Batasan napas cepat pada bayi kurang dari 2 bulan ialah bila frekuensi napasnya
60 kali/menit atau lebih.
c. Tarikan Dinding Pada Bagian Bawah Ke Dalam
Bayi berumur kurang 2 bulan tergolong menderita pnumonia berat bila
mempunyai TDDK kuat. Pada kelompok umur 2 bulan -< 5bulan, setiap adanya
TDDK (walaupun tidak kuat) sudah bisa digolongkan sebagai pneumonia berat.
d. Klasifikasi Dan Tindakan
Semua pneumonia pada bayi berumur kurang dari 2 bulan diklasifikasikan sebagai
pneumonia berat, tidak boleh diobati dirumah, harus dirujuk ke rumah sakit.
Perhatikan bahwa pada bayi berumur < 2 bulan hanya diklasifikasikan satu jenis
pneumonia yaitu pneumonia berat. Pada kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun
diklasifikasikan 2 macam pneumonia berat dan pneumonia.
22
Pada kelompok umur ini terdapat 2 macam tindakan :
- Merah : PNEUMONIA BERAT atau PENYAKIT SANGAT
BERAT
- Berarti : RUJUK SEGERA KERUMAH SAKIT
- Hijau : BATUK BUKAN PNEUMONIA
- Berarti : BERI PERAWATAN DIRUMAH
Untuk menentukan PENYAKIT SANGAT BERAT atau salah satu dari 2
klasifikasi yaitu PNEUMONIA BERAT dan BATUK BUKAN PNEUMONIA
maka saudara harus mengikuti langkah-langkah pada BAGAN TATALAKSANA
PENDERITA BATUK DAN ATAU KESUKARAN BERNAPAS PADA
BALITA khususnya dikotak yang berjudul
TANDA BAHAYA UMUR < 2 BULAN dan
KLASIFIKASI PENYAKIT UMUR < 2 BULAN
23
Berikan satu kali antibiotik sebelum anak dirujuk ( bila memungkinkan )
Anjurkan ibunya untuk tetap memberi ASI
Penting untuk menjaga agar bayi tetap hangat. Cara terbaik untuk
mempertahankan kehangatan adalah dengan menyelimuti bayi dan tetap
menempelkan ke tubuh ibunya. Hipotermi dapat berakibat fatal / mematikan
untuk bayi muda.
Kalau tidak dapat dirujuk, lihat petunjuk BAB V PENGOBATAN DAN
RUJUKAN
24
TINDAKAN
Bayi yang mempunyai TDDK kuat serta napas cepat harus dirujuk segera ke
rumah sakit.
Sebelum bayi meninggalkan puskesmas, petugas kesehatan memberi
pengobatan pra rujukan, (misal atasi demam, wheezing, kejang dan
sebagainya), tulislah surat rujukan ke rumah sakit dan anjurkan pada ibu agar
dibawa kerumah sakit sesegera mungkin.
Berikan satu kali antibiotik sebelum anak dirujuk ( bila memungkinkan )
Anjurkan ibunya untuk tetap memberi ASI
Penting untuk menjaga agar bayi tetap hangat. Cara terbaik untuk
mempertahankan kehangatan adalah dengan menyelimuti bayi dan tetap
menempelkan ke tubuh ibunya. Hipotermi dapat berakibat fatal / mematikan
untuk bayi muda.
Kalau tidak dapat dirujuk, lihat petunjuk BAB V PENGOBATAN DAN
RUJUKAN
25
b. Batuk Bukan Pneumonia Pada Bayi Berumur < 2 Bulan
Bayi yang diklasifikasikan menderita batuk bukan pneumonia adalah yang
menderita batuk pilek biasanya tanpa adanya tanda bahya ataupun tanda
pneumonia.
KLASIFIKASI
Seorang bayi berumur < 2 bulan diklasifikasikan menderita batuk bukan
pneumonia apabila dari pemeriksaa :
Tidak ada TDDK kuat
Tidak ada napas cepat, frekuensi napas kurang dari 60 kali / menit
TINDAKAN
Pengobatan bayi yang menderita “batuk bukan pneumonia” bisa dirawat di rumah
tanpa antibiotik. Berikan petunjuk kepada ibu untuk :
Jangan memberikan antibiotik kepada anak dengan batuk atau pilek tanpa
tanda-tanda pneumonia. Antibiotik tidak akan meringankan gejala sakitnya dan
tidak dapat mencegah pneumonia.
Menjaga bayi tetap hangat.
Memberi ASI lebih sering
Membersihkan lubang hidung jika mengganggu pemberi ASI
Bayi berumu < 2 bulan dapat mendadak sakit parah, karena itu dianjurkan ibu
untuk segera membawa anaknya berobat kembali jika
Pernapasan menjadi cepat dan sukar
Kesulitan minum, ASI
Sakitnya bertambah parah
26
Pernapasanmenjadi cepat atau sukar
Kesulitan minum ASI
Sakitnya bertambah parah
Bab ini telah menguraikan 2 klasifikasi penyakit dan 2 macam tindakan yang harus
dilakukan untuk bayi batuk dan atau sukar bernapas yang berumur < 2 bulan.
Bagan 4.1 Klasifikasi dan Tindakan Bayi Batuk dan atau Sukar Bernapas untuk kelompok
umur < 2 bulan
Penentuan ada tidaknya tanda bahaya ( penyakit sangat berat )
Tanda bahaya umur kurang 2 bulan
Kurang bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing, demam atau dingin
Bayi yang mempunyai salah satu tanda bahaya harus segera dirujuk ke rumah sakit
KLASIFIKASI
UMUR < 2 BULAN
TANDA * Tarikan dinding dada bagian bawah * Tidak ada TDDK kuat
ke dalam yang kuat (TDDK kuat) * Tidak ada napas cepat, Frekuensi
* Adanya napas cepat 60 X /menit napas < 60X/ menit
atau lebih
KLASIFIKASI PNEUMONIA BERAT BATUK BUKAN PNEUMONIA
27
CONTOH KASUS
Pada contoh kasus berikut saudara dapat berlatih menetukan klasifikasi dan
tindakan pengobatan dengan menggunakan bagan tatalaksana umur < 2 tahun.
Cermatilah para pencatatannya dengan menggunakan stempel program P2 ISPA di
kartu berobat milik masing-masing anak.
1. Salin berumur 14 hari. Ibunya membawa ke puskesmas karena tampak sesak. Setelah
selesai memeriksa petugas mendapatkan bahwa salim mempunyai napas cepet (65 kali
/menit pada hitungan pertama dan 72 kali pada hitungan ke 2)
Petugas kesehatan melihat “ BAGAN TATALAKSANA PENDERITA BATUK DAN
ATAU KESUKARAN BERNAPAS PADA BALITA “ untuk kelompok umur < 2
bulan.
Mula-mula petugas kesehatan mencoba mencari adanya tanda bahaya untuk
menentukan tanda bahaya ternyata tidak ditemukan, sehingga kemudian ia mencari
napas cepat dengan menghitung 2 kali maka dia mengklasifikasikan penyakit salim
sebagai pneumonia berat.
2. Abidin berumur 6 minggu. Dia dibawa ke puskesmas karena batuk dan tampak sakit.
Selesai memeriksa,petugas mendapatkan bahwa abidin kurang mampu minum ASI
karena menyusunya lemah dan hanya sebentar (kurang dari setengah dibanding
biasanya). Selain itu tidak ditemukan tanda apapun.
Petugas kesehatan melihat “BAGAN TATALAKSANA PENDERITA BATUK DAN
ATAU KESUKARAN BERNAPAS PADA BALITA” untuk kelompok umur < 2 bulan.
Petugas langsung memusatkan perhatian bahwa abidin tidak memiliki TDDk yang
kuat dan napas cepat sehinga dia menyimpulkan klasifikasi batuk bukan
pneumonia.
Ternyata keesokan harinya ,abidin dibawa kembali ke puskesmas karena makin
parah petugas lain yang lebih pengalaman mengetahui bahwa abidin kurang mau
28
minum ASI dan hal itu merupakan suatu tanda bahaya yang menunjukkan penyakit
sangat berat. Abidin kemudian di rujuk dengan segera ke rumah sakit.
Petugas pertama diingatkan untuk selalu mencari tanda bahaya sebagai langkah
pertama sehingga tidak terjadi adanya tanda bahya yang terlampaui.
29
BAB V
PENGOBATAN & RUJUKAN
A. Pengobatan
a. Pemberian Antibiotik Oral
Beri antibiotik oral PILIHAN PERTAMA (KONTRIMOKSAZOL) bila tersedia.
Ini dipilih karena sangat efektif, cara pemberiannya mudah dan murah. Antibiotik
pilihan ke 2 (AMOKSILIN) diberikan hanya apabila obat pilihan pertama tidak
tersedia atau apabila dengan pemberian obat pilihan pertama tidak memberi hasil
baik.
Untuk menentukan dosis antibiotik yang tepat ;
Lihat kolom yang berisi daftar kandungan obat dan sesuaikan dengan sediaab
tablet atau sirup yang ada dipuskesmas.
Selanjutnya pilih baris yang sesuai dengan umur atau berat badan anak. Untuk
menentukan dosis yang tepat, memakai berat badan lebih dari pada umur.
Dosis yang tepat tertera pada perpotongan antara kolom jenis obat dan baris
umur atau berat badan.
Antibiotik diberikan selama 3 hari dengan jumlah pemberian 2 kali per hari.
Jangan memberikan antibiotik bila anak atau bayi memiliki riwayat anaflaksis
atau reaksi alergi sebelumnya terhadap jenis obat tersebut. Gunakan jenis
antibiotik lain. Kalau tidak mempunyai antibiotik yang lain maka rujuklah.
30
3-<5 tahun 1 3 10ml 3/4 15 ml
16-<19 Kg 2 sendok takar 3 sendok takar
Pastikan bahwa sediaan antibiotik yang diberikan cukup untuk 3 hari. Pengobatan
antibiotik 3 hari tidak direkomendasikan di daerah resiko HIV tinggi.
Pada bayi berumur < 2 bulan pemberian antibiotik oral merupakan tindakan pra
rujukan dan diberikan jika bayi bisa minum. Jika bayi tidak bisa minum maka
diberikan dengan injeksi intra maskuler.
b. PENGOBATAN DEMAM
Demam sangat umum terjadi pada infeksi saluran pernapasan akut.
Penatalaksanaan demam tergantung dari apakah demam itu tinggi atau rendah.
31
Beri parasetamol untuk demam tinggi > 38°C diberikan tiap 6 jam sampai demam
reda
Tabel 5.3. Dosis Parasetamol
Umur atau berat badan Tablet 500mg Tablet 100mg Sirup 120mg/5ml
2bulan-<6bulan 2,5 ml
1/8 1/2
(4-<7 Kg) ½ sendok takar
6bulan-<3tahun 5 ml
1/4 1
(7-<14 Kg) 1 sendok takar
3tahun-5tahun 7,5 ml
1/2 2
(14-19 Kg) 1,5 sendok takar
1. Pengobatan wheezing
Pada bayi berumur <2 bulan ; wheezing merupakan tanda bahaya dan harus
dirujuk segera.
Pada kelompok umur 2 bulan < 5 tahun : penatalaksanakan wheezing dengan
bronkhodilator tergantung dari apakah wheezing itu merupakan episode
pertama atau berulang.
Skema 5.1. wheezing ( 2 bulan – 5 tahun )
32
JIKA WHEEZING EPISODE PERTAMA
Sebelum memberikan bronkhodilator carilah apakah ada tanda distress
pernapasan.
Tanda distress pernapasan :
Anak tampak gelisah karena paruh tidak mendapat udara yang cukup
Bisa terjadi gangguan/kesulitan sewaktu makan dan bicara
Keadaan ini bisa dikenali dengan mudah. Tetapi sebagian besar anak dengan
wheezing tidak disertai distress.
BILA ANAK MENGALAMI DISTRESS PERNAPASAN
Berilah bronkhodilator kerja cepat (rapid acting) sehingga pernapasan anak
sudah membaik sebelum dirujuk (lihat tabel 5.6 dan 5.7 tentang pemberian
bronkhodilator kerja cepat). Kalau di Pukesmas tidak tersedia
bronkhodilator kerja cepat, berilah satu dosis bronkhodilator oral (lihat tabel
5.8).
Rujuk segera rawat inap
BILA ANAK TIDAK MENGALAMI DISTRESS PERNAPASAN
Berikan bronkhodilator oral (sebaiknya Salbutamol) dengan dosis yang
tepat untuk 3 hari dengan pemberian 3 kali sehari (lihat tabel 5.8) dan
ajarkan pada ibu bagaimana cara pemberiannya.
Rujuk segera bila ada TDDK.
Berilah pengobatan sesuai dengan tanda-tanda lain yang tampak (misalnya
napas cepat atau demam) atau mungkin cukup dengan perawatan dirumah.
33
JIKA WHEEZING BERULANG (ASMA)
Sebagian besar anak dengan wheezing yang berulanh menderita asma.
Mereka sering datan g ke Pukesmas mencuit-cuit. Anak ini akan mudah
dikenal dan kita bisa langsung mengobatinya dengan obat bronkhodilator.
Bronkhodilator sangat berguna bagi anak yang mengalami wheezing dan
dapat membedakan sesak napas oleh penyakit asma atau sesak napas oleh
pneumonia. Respon terhadap bronkhodilator kerja cepat dapat membantu
menentukan diagnosis dan terapi.
Jika seorang anak dengan batuk atau napas cepat atau terdapat TDDK
yang juga menderita wheezing, beri obat bronkhodilator kerja cepat selama 2
siklus dan lakukan penilaian masing-masing setelah 20 menit sebelum
didiagnosis sebagai pneumonia atau pneumonia Berat.
Kalau anak dengan wheezing yang berulang jug menunjukkan tanda
bahaya yang lain, harus diingat bahwa sangat penting merujuk anak ini untuk
merawat inap. Karena penilaian terhadap wheezing yang berulang ini perlu
waktu yang cukup lama, bisa terjadi keterlambatan merujuk. Kita akan belajar
dari pengalaman di pukesmas, kasus mana yang perlu penilain lebih jauh dan
mana yang perlu segera dirujuk tanpa menggangu penilaian lebih dahulu.
34
BRONKHODILATOR
Bronkhodilator adalah obat yang membantu pernapasan anakk dengan
jalan melebarkan saluran udara dan melonggarkan spasme (penyempitan)
bronkhus. Berikut ini adalah uraian tentang bronkhodilator kerja cepat dan
bronkhodilator oral.
BRONKHODILATOR KERJA CEPAT
Berikan dengan salah satu cara berikut :
Salbutamol nebulisasi
Sambutamol dengan MDI (metered dose inhaler) dengan spacer
Jika kedua cara tidak tersedia, beri suntikan epinefrin (adrenalin) secara
subkutan
SALBUTAMOL NEBULISASI
Alat nebulisasi harus dapat mengantarkan minimal 6-9 liter/menit.
Metode yang direkomendasikan adalah kompresor udara atau silinder oksigen.
Jika keduanya tidak tersedia, gunakan food-pump yang mudah digunakan dan
mempunyai masa pakai, walaupun alat ini kurang efektif.
Letakkan larutan bronkhodilator dan 2-4 ml larutan NaCI steril ke dalam
bagian nebuliser dan berikan pada anak saat timbul uap sampai larutan hampir
habis. Dosis salbutamol adalah 2,5 mg (misalnya 0,5 ml dari salbutamol 5
mg/ml larutan nebuliser) bisa diberikan setiap 4 jam, kemudian dikurangi
sampai setiap 6-8 jam bila kondisi anak membaik. Bila diperlukan yaiutu pada
kasus yang berat , bisa diterapkan setiap jam untuk waktu yang singkat.
35
Kemudian letakkan mulut anak meliputi ujung terbuka spacer dan anak
bernapas secara normal 3-5 kali
Bisa dulang setiap 4 jam, dikurangi sampai kondisi anak membaik
Jika diperlukan yaitu pada kasus berat, bisa diberikan beberapa kali setiap
jam untuk jangka waktu yang singkat.
Pada anak dan bayi biasanya lebih baik jika memakai masker wajah (face
mask) yang menempel pada spacer dibandingkan memakai mouthpiece.
Jika spacer tidak tersedia, spacer bisa dibuat menggunakan gelas plastik atau
botol plastik 1 liter. Dengan alat ini diperlukan 3-4 puff salbutamol dan anak
harus bernafas dari alat se;lama 30 detik.
EPHINEFRIN (ADRENALINE) SUBKUTAN
Jika kedua cara untuk pemberian salbutamoltidak tersedia, beri suntinan
epinefrin (adrenalin) subkutan dosis 0,01 ml/kg dalam larutan perbandingan
1:1000 (dosis maksimum : 0,3 ml) menggunakan semprit 1 ml.
Jika 20 menit setelah pemberian adrenalin sub kutan tidak ada perbaikan maka
ulangi dosis satu kali lagi.
Tabel 5.7. Adrenalin Subkutan
BRONKHODILATOR KERJA CEPAT
JENIS OBAT Dosis
Epinefrin (Adrenalin) subkutan 0.01 ml per kg berat badan
Dosis maksimum 0.3 ml, gunakan semprit
BCG
Jika tidak ada perbsiksn setelah 20 menit,
ulangi 1 kali lagi
BRONKHODILATOR ORAL
SALBUTAMOL TABLET 2 & 4 MILIGRAM
Ketika anak jelas membaik untuk bisa dipulangkan bila tidak tersedia atau tidak
mampu membeli salbutamol hirup berikan salbutamol oral (dalam sirup atau tablet)
Tabel 5.8 Salbutamol Oral
SUBTAMOL ORAL 3 KALI SEHARI SELAMA 3 HARI
UMUR dan BERAT
TABLET 2 mg TABLET 4 mg
BADAN
36
2 BULAN - < 12 BULAN
1/2 1/4
(<10 kg)
1 TAHUN - < 5 TAHUN
1 1/2
(10 -19 kg)
c. Rujukan
1. Pengobatan Pra Rujukan (Antibotik dosis pertama)
Untuk pemberian antibiotik oral pra rujukan untuk kelompok umur <2 bulan
< 5 tahun lihatlah tabel 5.1
Tabel 5.9. Antibiotik Oral Pra Rujukan Untuk Kelompok Umur < 2 Bulan
MENCEGAH AGAR GULA DARAH TIDAK TURUN PADA BAYI < 2 BULAN
Mencegah agar gula darah tidak turun merupakan tindakan penting sebelum
merujuk bayi dengan klasifikasi merah. Penurunan kadar gula sangat berbahaya karen
dapat menyebabkan kerusakan otak.
37
Jika bayi masih bisa menetek: Ibu diminta tetap meneteki bayinya.
Jika bayi tidak bisa menetek tapi Beri ASI dengan cangkir kecil atau sendok
masih bisa menelan: atau ditetesi pipet.
Berikan ± 50 ml sebelum dirujuk. Jika tidak
memungkinkan, beri susu pengganti atau air
gula
Jika bayi tidak bisa menelan: Beri 50 ml ASI peras, susu pengganti atau air
gula malalui pipa lambung kecuali bayi juga
menderita GANGGUAN SALURAN CERNA
Jika bayi juga menderita Bila memungkinkan segera beri infus
GANGGUAN SALURAN CERNA: Dekstrosa 5% sesuai umur atau berat badan
2. Merujuk anak
1) Menjelaskan Perlunya Rujukan
Jelaskan kepada ibu tentang pentingnya rujukan. Minta persetujuan ibu
untuk membawa anaknya untuk ke rumah sakit. Bila ibu tidak mau
membawa anaknya cari penyebabnya.
Contok alasan yang dikemukakan adalah ;
Ibu tidak mempunyai uang untuk biaya transportasi, perawatan di rumah
sakit, obat-obatan atau makanan untuk ibu sendiri selama tinggal di
rumah sakit.
Ibu tidak dapat meninggalkan rumah untuk menunggu anak selama
tinggal di rumah sakit karena
Tidak ada yang merawat anak-anaknya yang lain
Ibu harus bertani
Ibu bisa kehilangan pekerjaan
38
apakah ada anggota keluarga yang dapat membantu merawat anak yang
lain dan menyiapkan makanan serta menggantikan tugasnya selama ibu
dirumah sakit.
Usahakan agar ibu mau membawa anaknya ke rumah sakit dan bantulah
semampumu saudara untuk memecahkan masalahnya.
Beri ibu intruksi dan peralatan yang diperlukan untuk merawat anak
selama perjalanan ke rumah sakit.
Bila rumah sakit jauh, beri ibu dosis antibiotik oral berikutnya jika
anak masih bisa minum. Jelaskan pada ibu kapan antibiotik tersebut
harus diberikan (sesuai jadwal disis pada tabel 5.1)
Ibu diminta menjaga agar anak tetap hangat selama perjalanan
Nasihati ibu untuk melanjutkan meneteki/memberi minum
2) Menulis surat
Tulis surat rujuk untuk dibawa ibu kerumah sakit. Beritahu ibu untuk
memberikannya kepada petugas kesehatan di rumah sakit.
Data-data yang harus dicantumkan :
Nama dan umur anak
Tanggal dan waktu rujukan
Uraian singkat masalah anak
Alasan rujukan (tanda dan gejala yang mendukung klasifkasi berat)
Tindakan dan pengobatan yang telah saudara berikan mungkin perlu
diketahui petugas rumah sakit
Setiap informasi lain yang mungkin diketahui petugas kesehatan yang
akan merawat anak di rumah sakit, sepertinya tindakan yang telah
diberikan sebelumnya dan imunisasi yang dibutuhkan
Nam saudara dan pukesmas
39
Jelasan kepada orang tua keadaan bayi yang sedang sakit berat. Minta persetujuan
orang tua (informed consent) untuk tindakan/ pengobatan yang aan Saudara
lakukan.
Jika anak masih isa minum berikan Amoksilin 2 kali sehari dengan dosis 45
mg/kgBB/kali selama 10 hari.
Jika anak tidak bisa minum maka berikan antibiotik intra muskular selama 5 hari
(lihat tabel 5.11 dan 5.12)
Untuk kelompok umur 2 bulan – 5 tahun beri ampisilin (50 mg/kgBB
intramuskiular/intravena setiap 6 jam ) DAN Gentamisin (2.5 mg/kgBB
intramuskular/intravena setiap 24 jam)
Untuk kelompok umur <2 bulan Ampisilin intramuskular/intravena (100
mg/kgBB/24 jam diberikan tiap 12 jam DAN Gentamisin (2.5 mg/kgBB
intramuskular/intravena setiap 24 jam)
Bila anak memberikan respon yang baik maka lanjutkan pemberian injeksi selama
5 hari
Jika diantara waktu tersebut telah memungkinkan untuk dirujuk, RUJUK SEGERA
Selanjutnya terapi bisa dilanjutkan di rumah dengan amoksilin oral (15mg/kgBB
tiga kali sehari) dan Gentamisin IM sekali/hari selama 5 hari lagi untuk melengkapi
keseluruhan pengobatan 10 hari.
2-<4 BULAN
1.25 ml= 250 mg 1 ml = 40 mg
(4 -6 Kg)
4-<9 BULAN
1.75 ml= 350 mg 1.25 ml = 50 mg
(6-<8 Kg)
40
9-<12 BULAN
2.25 ml= 450 mg 1.75 ml =70 mg
(8-<10 Kg)
1-<3 TAHUN
3 ml= 600 mg 2.5 ml = 100 mg
(10-<14 Kg)
3-<5 TAHUN
3.75 ml = 750 mg 3 ml= 120 mg
(14-<19 Kg)
5.2.3.2.PEMBERIAN OKSIGEN
Pada anak dengan pneumonia berat atau pneumonia sangat berat yang dapat
meninggal karena kekurangan oksigen sangat cepat untuk memberikan oksigen. Pemberian
oksigen dapat mempertahankan agar pasien tetap hidup sehingga daya tahan tubuh dan
antibiotik mendapat cukup waktu untuk membunuh kuman penyebab penyakit.
Indikasi pengobatan dengan oksigen
Sionosis sentral (kebiruan pada wajah di sekitar mulut dan hidung ) Merupakan
gejala klinik yang terpenting sebagai tanda hipoksemia (kekurangan oksigen dalam
darah). Tetapi sianosi muncul lambat sehingga relatif kurang sensitif.
Tidak dapat minum
Tarikan diding dada bagian bawah ke dalam yang kuat
Frekuensi nafas lebih dari 70 kali/menit pada anak 2 bulan < 5 tahun
Merintih / grunting pada bayi berumur < 2 bulan
41
Kegelisahan yang membaik dengan pemberian oksigen
Pemberian Oksigen
Alat yang direkomondasiakan untuk pemberian oksigen pada bayi/anak adalah
malalui selang hidung (nasal prong).
Bayi muda berumur < 2 bulan pneumonia lebih mudah meninggal dibandingkan
bayi yang lebih tua sehingga pemberian oksigen secara tepat merupakan hal penting.
Jagalah sunggu-sunggu pada bayi prematur untuk menghindari pemberian oksigen terlalu
banyak karena dapat mengakibatkan kebutaan.
BAB VI
KONSELING BAGI IBU
Gunakan bagan pengobatan untuk menentukan obat dan dosis yang sesuai.
Beritahu ibu alasan pemberianj obat kepada anak, termasuk mengapa diberi obat oral
dan masalah apa yang dipobati.
Peragakan cara mengukur dosis
42
Bila saudara memmberi sirup
Peragakan cara pengukur dosis dalam militer (ml) secara benar dengan
menggunakan sendok takar obat atau sendok makan (sendok rumah tangga)
Amati cara ibu menyiapkan obat satu dosis
Ibu diminta melakukan sendiri cara mengukur satu dosis. Bila obat berbentuk tablet
dan anak tidak bisa menelan tablet, ajari ibu menggerus tablet tersebut. Amati selama ibu
praktek. Puji ibu jika dilakukannya benar. Jika ibu membuat kesalahan dalam mengukur
dosis, tunjukkan cara yang benar.
43
Ajukan pertanyaan sebagai berikut ;
44
Pemberian makanan pada bayi yang tidak bisa mengisap dengan baik
Stomatitis (radang dalam mulut) yang berat dapat mengganggu anak mengisap ASI
dengan baik. Ajarkan ibu untuk memeras ASI ke dalam mangkuk, atau menyiapkan
susu buatan yang baik, kemudian memberikan kepada anaknya dengan sendok.
Pemberian makanan pada anak yang muntah
Perlu diperhatikan pada kasus batuk rejan (pertusis) yang sering kali muntah pada
akhir rentetan batuk. Anak yang sering muntah bisa mengalami malnutrisi. Ibu
harus memberikan makanan pada saat muntahnya reda. Usahakan pemberian
makanan sesering mungkin selama sakit dan sesudah sembuh. Bawalah kembali ke
petugas kesehatan bila anak tidak bisa makan dan berat badan turun.
Pemberian makanan selama anak sakit
Untuk anan berumur 6 tahun atau lebih, berilah makanan yang bergizi dan kalori
yang tinggi. Dengan melihat umurnya, berilah campuran tepung dengan kacang-
kacangan, atau tepung dengan daging atau ikan. Tambahkan minyak untuk
memperkaya energi. Bisa juga ditambakan makanan dari susu dan telur. Berilah
makanan pada anak selama anak masih menghendaki. Bila umur anak kurang dari 6
bulan atau belum mendapat makanan tambahan, anjurkan ibunya untuk lebih sering
memberikan ASI.
Pemberian makanan setelah anak sembuh
Pada umumnya anak yang sedang sakit hanya bisa makan sedikit. Karena itu
setelah semuh, usahakan pemberian makanan tambahan setiap hari selama
seminggu atau sampai berat badan anak mencapai normal. Hal ini akan
mempercepat anak mencapai tingkat kesehatan semula serta mencegah malnutrisi.
Malnutrisi akan mempermudah atau memperberat penyakit infeksi.
45
6.2.3 KEMBALI SEGERA
Lingkari tanda-tanda untuk kembali segera. Mintalah ibu untuk mengamati
kemungkinan timbulnya tanda-tanda pneumonia dan jika timbul mintalah segera membawa
kembali anaknya ke petugas kesehatan. Tanda-tanda pneumonia yang bisa diamati oleh ibu
ialah :
Pernapasan menjadi sulit
Pernapasan menjadi cepat
Anak tidak mau minum
Sakit anak tambah lebih berat
Mintalah ibu menceritakan dengan kata-katanya sendiri apa yang harus dilakukan di
rumah. Beri semangat agar ia memakai buku KIA untuk membantunya mengingat.
ASI adalah bahan penyembuh terbaik bagi bayi yang mendapat ASI Ekskusif.
46
BAB VII
TINDAK LANJUT
Setiap anak dengan pneumonia yang mendapat antibiotik harus dibawa kembali 2
hari kemudian, pemeriksaan kedua ini sama dengan pemeriksaan pertama. Dari
keterangan yang diperoleh, dapat ditentukan apakah penyakitnya :
MEMBURUK
TETAP SAMA
MEMBAIK
MEMBURUK apabila anak menjadi sulit bernapas, tak mampu minum, timbul
TDKK atau tanda bahaya yang lain. Anak yang demikian harus dirujuk segera untuk rawat
inap. Sebelum merujuk berikan :
Satu dosis antibiotik piliha kedua atau
Injeksi intramuskular Ampisilin dan Gentamisin
TETAP SAMA apabila keadaan anak sama seperti pemeriksaan sebelumnya. Tanyakna
pemberian antibiotiknya :
47
Apakah antibiotiknya diminum/diberikan
Apakah dosis dan jadwal pemberian sesuai dengan anjuran
Apabila antibiotik tidak diminum sesuai anjuran, cobalah teruskan dengan antibiotik
yang sama. Beri dosis pertama antibiotik di depan petugas kesehatan dan cek apakah
ibu tahu cara memberi obat di rumah. Bantu ibu untuk mengatasi masalahnya seperti
membujuk anak untuk minum oabat jika anak menolak. Minta agar ibu membawa
anak kembali dalam 2 hari untuk kunjungan uang kedua.
Apabila anak telah minum antibiotik sesuai anjuran, berarti antibiotik harus diganti
dengan antibiotik yang lain (jika tersedia) dan berikan untuk 3 hari. Misalnya :
Bila anak telah mendapat kotrimoksazol, ganti dengan amoksisilin
Bila anak telah mendapat amoksisilin, ganti dengan kotrimoksazol
Jika tak tersedia antibiotik yang lain, anjurkan untuk mencari ke fasilitas yang
menyediakan antibiotik tersebut.
48
Tak dapat minum Napasnya melambat
Ada TDKK Panasnya turun
Ada tanda bahaya Nafsu makan
membaik
TINDAKAN Rujuk segera ke rumah Ganti antibiotik Teruskan antibiotik sampai 3
sakit atau rujuk (tiga) hari
49
FORMULIR KUNJUNGAN RUMAH PENDERITA PNEUMONIA BALITA DALAM
RANGKA CARE SEEKING PROGRAM P2 ISPA
Instrumen yang digunakan di tingkat kabupaten/kota untuk melakukan supervisi ke
Puskesmas :
FORM 2 C
FORMULIR SUPERVISI CARE SEEKING PROGRAM P2 ISPA TAHUN
PUSKESMAS
Instrumen yang digunakan di tingkat propinsi untuk melakukan supervisi ke
kabupaten/Kota
FORM 2 B
FORMULIR SUPERVISI CARE SEEKING PROGRAM P2 ISPA TINGKAT
KABUPATEN/KOTA.
50
BAB VIII
PENERAPAN DI PUSKESMAS
51
Tablet/sirup Parasetamol
Tablet salbutamol
Sediaan Injeksi (bila diperlukan)
Suntikan Ampisilin
Suntikan Gentamisin
Suntikan Epinefrin
Aqua bides untuk pelarut
Dispossable spuit/semprit
Alkohol 70 % untuk swap
Alat
ARI Sound timer
Oksigen konsentrator dan selang hidung/nasal prong (bagi
puskesmas Perawatan)
Alat Nebulisasi
Stempel buku register dan formulir pelaporan Program P2 ISPA
Buku register poli MTBS
Standarisasi /penyesuaian sistem pencatatan dan pelaporan dengan menggunakan
stempel dan formulir Program P2 ISPA.
52
tahun. Besaran target secara nasional berubah-ubah setiap tahun sesuai dengan sumber
daya yang ada, namun biasanya cenderung ada kenaikan.
Misalnya : target cakupan pneumonia secara nasional sesuai dengan rencana kerja
jangka menengah Nasional (RKJMN) P2 ISPA 2011-2015.
53
Data-data dari stempel tersebut selanjutnya dimasukkan ke register harian program
P2 ISPA yang merupakan rekapitulasi Balita ISPA.
Laporan Bulanan program P2 ISPA diambil dari register harian program P2 ISPA.
Pemantauan program P2 ISPA dapat dilakukan di semua tingkat mulai dari tingkat
Puskesmas sampai Pusat. Pemantauan dilakukan terhadap :
Hasil penemuan penderita pneumonia Balita yang di obati atau yang tatalaksana sesuai
standar atau yang disebut cakupan pelayanan.
Logistik ; yang dimiliki, dibutuhkan dan yang dikirim dari tingkat lebih atas.
Laporan dari tingkat yang lebih awal.
Pemantauan ini dapat dilakukan setaip bulan atau treiwulan. Dari hasil analisis
dapat segera dilakukan tindakan atau intervensi untuk memperbaikinya. Pada prinsipnya
pemantauan hampir sama dengan evaluasi, hanya evaluasi dilakukan pada kurun waktu
yang lebih lama yaitu tahunan tau semesteran.
54
Berikut ini diperkenalkan alat (tool) pemantau sederhana yang disebut alat
pemantauan wilayah setempat (PWS) berupatabel pemantauan cakupan perulan yang
dapat digunakan di semua tingkat terutam di puskesmas. Tabel ini dapat dibuat menjadi
grafik yang lebih mudah dianalisis. Prinsipnya tabel/grafik ini tidak untuk dilaporkan akan
tetapi sebagai alat untuk mengetahui kemajuan / kemunduran suatu wilayah mengenai
suatu cakupan pelayanan yang harus dicapainya pada suatu saat tertentu dan untuk segera
dapat melakukan intervensi berupa peningkatan kegiatan dan lain sebagainya.
JU
SASA M
JUMLAH KASUS BULAN %
RAN LA
N NAMA
(10% H
O DESA
BALI J F M A M J J A S O N D
TA) A E A P E U U G E K O E
N B R R I N L S P T V S
BALONG
1 458 2 2 3 2 2 2 0 0 2 2 0 0 17 3.7
PANGGANG
2 PACUH 377 2 1 3 1 2 1 0 3 0 0 0 0 15 3.9
3 PUCUNG 236 2 1 0 2 2 2 0 0 2 0 0 2 13 5.5
4 PINGGIR 238 2 2 1 2 1 2 2 2 0 1 2 0 17 7.1
5 KLOTOK 228 2 2 1 1 2 1 0 0 0 0 0 2 11 4.8
6 WAHAS 210 2 1 0 2 2 2 0 1 0 0 1 0 11 5.2
7 BABATAN 329 2 2 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 10 3
8 TENGGOR 224 1 2 2 2 2 2 0 1 0 1 0 2 15 6.6
9 GANGGANG 242 1 0 0 1 1 1 2 0 2 0 2 2 12 5
10 NGASIN 288 1 2 1 1 1 1 0 1 0 2 0 0 10 3.4
BANDUNG
11 289 2 2 1 1 2 1 0 0 1 1 0 2 13 4.4
SEKARAN
KEDUNG
12 244 1 1 1 2 1 2 2 0 2 0 1 0 13 5.3
SUMBER
KEDUNG
13 253 1 2 0 1 1 1 0 0 1 1 0 2 10 3.9
PRING
14 DOHO 237 2 1 0 1 2 1 1 1 0 0 0 0 9 3.7
15 MOJOGEDE 232 1 1 0 2 2 2 0 0 0 0 0 1 9 3.8
55
JUMLAH 18
4085 24 22 14 22 24 22 8 9 11 8 6 13 69.3
KASUS 5
PERSEN (%) KASUS 0.5 0.5 0.3 0.5 0.5 0.5 0.1 0.2 0.2 0.1 0.1 0.3 4.5
Persentase (%) jumlah kasus yang ditemukan pada akhir tahun diperoleh dari
jumlah kasus akhir tahun/sasaran x 100%.
Dengan melakukan pemantauan yang teratur seperti di atas dapat diketahui dengan
cepat,strategi apa yang harus dilakukan untuk mencapai target yang telah ditentukan pada
3 bulanan, 6 bulanan dan seterusnya sehingga evaluasi di akhir tahun dapat mencapai
target yang diinginkan. PWS ini perlu disosialisasikan kepala Puskesmas kepada semua
petugas Puskesmas, cara pembuatannya dan manfaatnya pada program.
56
Grafik PWS Pneumonia Puskesmas Balongpanggang 2015
8.00%
7.10%
7.00% 6.60%
6.00% 5.50%
5.20% 5.30%
4.80% 5%
5.00% 4.40%
2.00%
1.00%
0.00%
Bila Cakupan sangat rendah, berarti banyak kasus pneumonia Balita yang tidak
dibawa berobat oleh orangtua atau dapat juga berarti bahwa petugas tidak melaksanakan
tatalaksana standar (terutama penghitungan napas). Hal ini dapat diatasi dengan lebih
meningkatkan peran serta masyarakat melalui pelatihan kader, penyuluhan kepada ibu-ibu
dan memberikan pelatihan kepada petugas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
57
1. Depatemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006
Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Anak,
Jakarta
2. Depatemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006
Manajemen Terpadu Balita Sakit, Jakarta
3. World Helath Organization
Terapi oksigen pada Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada anak di negara
berkembang.
58
PENUTUP
Semoga dengan adanya buku pedoman ini dapat dijadikan acuan untuk tenaga
medik khususnya dalam melaksanakan Tatalaksana Pneumonia Balita.
Penyusun
59
60