PUSKESMAS KEBONDALEM
Jalan Bhayangkara Nomor 69 Bangorejo 68487
Telepon (0333) 710251
e-mail: pkmkebondalem@yahoo.co.id
PEDOMAN
PELAKSANAAN PELAYANAN PROGRAM P2 ISPA
DI PUSKESMAS KEBONDALEM KEC. BANGOREJO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu penyebab utama kematian bayi dan anak balita adalah
penyakit ISPA yang diakibatkan oleh penyakit pneumonia. Strategi dalam
penanggulangan pneumonia adalah penemuan dini dan tatalaksana anak batuk
dan atau kesukaran bernapas yang tepat.
Sejak tahun 1990 Departemen Kesehatan telah mengadaptasi,
menggunakan dan menyebarluaskan pedoman tatalaksana pneumonia balita
yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian balita karena pneumonia.
Saat ini pelaksanaan program P2 ISPA dalam upaya penanggulangan
pneumonia akan lebih di tingkatkan sehingga cakupan penemuan dini dan
tatalaksana pneumonia balita akan lebih dapat berhasil mencapai sasarannya.
Angka kematian pneumonia balita hingga saat ini infeksi saluran
Pernapasan akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Kematian pada balita sebagian besar disebabkan karena pneumonia
23,6 % (berdasarkan survey kematian balita tahun 2005).
B. Tujuan
C. Sasaran
Balita (< 5 tahun).
D. Ruang Lingkup
E. Batasan Operasional
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
C. Jadwal Kegiatan
B. Standar Fasilitas
C. LANGKAH KEGIATAN
TANYA: Apakah anak BISA minum atau menetek? (jika anak berusia 2
bulan-< 5 tahun)
Anak menunjukkan tanda “ tidak bisa minum atau menetek” jika anak terlalu
lemah untuk minum atau tidak bisa mengisap atau menelan apabila diberi
minum atau diteteki. Saudara bertanya kepada ibu, apakah anaknya bisa
minum, pastikan bahwa ibu mengerti pertanyaan itu. Apakah anak dapat
menerima cairan dalam mulutnya dan menelannya.
Jika Saudara ragu akan jawaban ibu, mintalah agar ibu memberi anak
tersebut minum air matang atau menetekinya. Perhatikan apakah anak bisa
menelan atau menetek.
Anak yang menetek, sulit mengisap jika hidungnya tersumbat. Apabila anak
dapat menetek setelah hidungnya dibersihkan, berarti anak tidak mempunyai
tanda “tidak bisa minum atau menetek”
TANYA: Apakah anak KURANG BISA minum atau menetek?
(jika anak berusia <2 bulan)
Pertanyaan ini mirip dengan pertanyaan di atas. Bedanya, pada anak yang
lebih tua adalah tidak bisa minum sama sekali, sedangkan pada usia di
bawah 2 bulan, kemampuan minumnya paling banyak hanya setengah dari
kebiasaannya
Caranya:
Tentukan titik dimana Saudara akan melihat gerakan napas anak.
Tekanlah timer dan mulailah menghitung.
Bunyi pertama menunjukkan 30 detik pertama.
Perhatikan!
Jika Saudara melihat dada anak itu tertarik ke dalam hanya pada saat anak
menangis atau diberi makan, berarti tidak terdapat TDDK.
Jika yang tertarik ke dalam itu hanya jaringan lunak di antara rusuk saat
anak menarik napas (yang juga disebut tarikan/retraksi interkostal), berarti
tidak terdapat TDDK.
Jika Saudara tidak yakin ada TDDK, periksalah lagi dengan meminta ibu
mengganti posisi anaknya sehingga posisi anak tidak tertekuk di
pinggangnya. Sebaiknya anak dibaringkan di atas pangkuan ibunya. Bila tak
tampak pada posisi itu berarti tidak ada TDDK.
Berhati-hatilah melihat TDDK pada bayi umur kurang dari 2 bulan, tarikan
dinding dada yang ringan biasa terjadi karena tulang rusuknya relatif masih
lunak. Tetapi jika tarikan dinding dada tersebut kuat (sangat dalam dan
mudah terlihat), hal ini merupakan tanda adanya pneumonia.
Anak dengan TDDK umumnya menderita pneumonia berat. TDDK terjadi bila
kemampuan paru-paru mengembang berkurang dan mengakibatkan perlunya
tenaga untuk menarik napas. Anak dengan TDDK tidak selalu disertai
pernapasan cepat. Kalau anak menjadi letih bernapas, akhirnya anak akan
bernapas lambat. Karena itu TDDK mempunyai risiko mati yang lebih besar
dibanding dengan anak yang hanya menderita napas cepat tanpa disertai
TDDK.
Anak dengan gizi buruk mempunyai risiko yang besar untuk menderita
pneumonia dan bisa tanpa disertai tanda-tanda khas pneumonia.
5. Klasifikasi & Tindakan untuk Anak Batuk dan atau Sukar Bernapas
Umur 2 bulan - <5 tahun
antibiotik
TANDA Ada tanda bahaya
Tidak bisa minum
Kejang
Kesadaran menurun atau sukar
dibangunkan
Stridor pada waktu anak tenang
A
6. Klasifikasi & Tindakan untuk Bayi Batuk dan atau Sukar Bernapas Umur
<2 Bulan
Bayi muda yang menderita pneumonia tidak selalu disertai batuk, seringkali hanya
timbul tanda-tanda non-spesifik seperti: kurang mau minum, demam ataupun
hipotermi (suhu tubuh turun di bawah normal). Karena itu tanda dan gejala yang
digunakan dalam klasifikasi dan tindakan pada bayi muda berbeda dengan
bayi/anak yang lebih besar.
PERBEDAAN PENTING
Pada kelompok umur <2 bulan terdapat perbedaan penting dalam penentuan:
TANDA BAHAYA
Pada bayi umur kurang 2 bulan ditambahkan beberapa tanda bahaya lain seperti:
kurang mau minum, demam, teraba dingin dan wheezing. Tanda gizi buruk tidak
dimasukkan dalam kelompok umur ini.
BATASAN NAPAS CEPAT
Batasan napas cepat pada bayi kurang 2 bulan ialah bila frekuensi napasnya 60
kali/menit atau lebih.
TARIKAN DINDING DADA BAGIAN BAWAH KE DALAM
Bayi berumur kurang 2 bulan tergolong menderita pneumonia berat bila
mempunyai TDDK kuat. Pada kelompok umur 2 bulan - <5 tahun, setiap adanya
TDDK (walaupun tidak kuat) sudah bisa digolongkan sebagai pneumonia berat.
KLASIFIKASI & TINDAKAN
Semua pneumonia pada bayi berumur kurang dari 2 bulan diklasifikasikan sebagai
pneumonia berat, tidak boleh diobati di rumah, harus dirujuk ke rumah sakit.
Perhatikan bahwa pada bayi umur <2 bulan hanya diklasifikasikan satu jenis
pneumonia yaitu pneumonia berat. Pada kelompok umur 2 bulan - <5 tahun
diklasifikasikan dua macam pneumonia yaitu pneumonia berat dan pneumonia.
Bayi berumur <2 bulan dapat mendadak sakit parah, karena itu anjurkan ibu untuk
segera
membawa anaknya berobat kembali jika:
- Pernapasan menjadi cepat atau sukar.
- Kesulitan minum ASI.
- Sakitnya bertambah parah
KLASIFIKASI BATUK BUKAN PNEUMONIA
TINDA KAN
Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah/menjaga bayi tetap hangat
Memberi ASI lebih sering
Membersihkan lubang hidung jika mengganggu pemberian ASI
Anjurkan ibu untuk kembali kontrol jika:
Pernapasan menjadi cepat atau sukar
Kesulitan minum ASI
Sakitnya bertambah parah
KURAN 2 BULAN
7. PENGOBATAN DAN RUJUKAN
PENGOBATAN
PEMBERIAN ANTIBIOTIK ORAL
PENGOBATAN DEMAM
Demam sangat umum terjadi pada infeksi saluran pernapasan akut.
Penatalaksanaan demam tergantung dari apakah demam itu tinggi atau
rendah:DEMAM TIDAK TINGGI 38,50C) DEMAM TINGGI (> 38,50C)
- Nasihati ibu agar memberi cairan lebih banyak
- Berilah parasetamol
- Nasehati ibu agar memberi cairan lebih Banyak
JIKA DEMAM TIDAK TINGGI (<38,5OC)
Nasihati ibunya untuk memberi cairan lebih banyak. Tidak diperlukan pemberian
parasetamol.
JIKA DEMAM TINGGI (>38,5OC)
Anak dengan demam tinggi bisa diturunkan dengan parasetamol sehingga anak
akan merasa lebih enak dan makan lebih banyak. Anak dengan pneumonia akan
lebih sulit bernapas bila mengalami demam tinggi. Beritahukan ibunya untuk
memberikan parasetamol tiap 6 jam dengan dosis yang sesuai (lihat tabel 5.3)
sampai demam mereda. Berikan parasetamol kepada ibu untuk 3 hari.
Beritahukan ibunya untuk anak yang demam berilah pakaian yang ringan. Tak
perlu dibungkus selimut terlalu rapat atau pakaian yang berlapis, sebab justru
akan menyebabkan tidak enak dan menambah demam.
Demam itu sendiri bukan indikasi untuk pemberian antibiotik, kecuali pada bayi
kurang
dari 2 bulan. Pada bayi kurang dari 2 bulan kalau ada demam harus dirujuk;
jangan berikan
parasetamol untuk demamnya.
BAB V
PENGOBATAN WHEEZING
MERUJUK ANAK
MENJELASKAN PERLUNYA RUJUKAN
Jelaskan kepada ibu tentang pentingnya rujukan. Minta persetujuan ibu untuk
membawa anaknya ke rumah sakit. Bila ibu tidak mau membawa anaknya, cari
penyebabnya. Contoh
alasan yang dikemukakan adalah:
- Ibu tidak mempunyai uang untuk biaya transportasi, perawatan di rumah sakit,
obatobatan atau makanan untuk ibu sendiri selama tinggal di rumah sakit.
- Ibu tidak dapat meninggalkan rumah untuk menunggui anak selama tinggal di
rumah sakit karena :
tidak ada yang merawat anak-anaknya yang lain
ibu harus bertani
ibu bisa kehilangan pekerjaan
Hilangkan kekhawatiran ibu dan bantu ibu mengatasi setiap masalah, misalnya:
- Diskusikan dengan ibu cara ibu berangkat ke rumah sakit. Bila perlu, bantu ibu
mengatur transportasinya.
- Jika ibu memerlukan bantuan di rumah selama ibu di rumah sakit, beri saran
tentang siapa yang mungkin dapat membantu. Misalnya, tanyakan apakah ada
anggota keluarga yang dapat membantu. Misalnya, tanyakan apakah ada anggota
keluarga
yang dapat membantu merawat anak yang lain dan menyiapkan makanan serta
menggantikan tugasnya selama ibu di rumah sakit. Usahakan agar ibu mau
membawa anaknya ke rumah sakit dan bantulah semampu saudara untuk
memecahkan masalahnya.
PEMBERIAN OKSIGEN
Pada anak dengan pneumonia berat atau pneumonia sangat berat yang dapat
meninggal karena kekurangan oksigen sangat tepat untuk memberikan oksigen.
Pemberian oksigen dapat mempertahankan agar pasien tetap hidup sehingga
daya tahan tubuh dan antibiotik mendapatkan cukup waktu untuk membunuh
kuman penyebab penyakit.
Indikasi pengobatan dengan oksigen:
- Sianosis sentral (kebiruan pada wajah di sekitar mulut dan hidung)
Merupakan gejala klinik yang terpenting sebagai tanda hipoksemia (kekurangan
oksigen dalam darah). Tetapi sianosis muncul lambat sehingga relatif kurang
sensitif.
- Tidak dapat minum
- Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat
- Frekuensi napas lebih dari 70 kali/menit pada anak 2 bulan - <5 tahun
- Merintih/grunting pada bayi berumur <2 bulan
- Kegelisahan (yang membaik dengan pemberian oksigen)
BAB V
Pemberian Oksigen
- Alat yang direkomendasikan untuk pemberian oksigen pada bayi/anak adalah
melalui selang hidung (nasal prong).
- Sumber oksigen berupa konsentrator oksigen walaupun memerlukan aliran listrik
tetapi memiliki beberapa kelebihan karena lebih kecil, lebih ringan dan lebih murah
dibandingkan dengan oksigen tabung. Diperlukan waktu 10 menit untuk
menghasilkan konsentrasi oksigen yang diperlukan (90-95%).
- Bayi muda berumur <2 bulan dengan pneumonia lebih mudah meninggal
dibanding bayi yang lebih tua sehingga pemberian oksigen secara tepat
merupakan hal penting. Jagalah sungguh-sungguh pada bayi prematur untuk
menghindari pemberian oksigen terlalu banyak karena dapat mengakibatkan
kebutaan.
BAB VI
BAB VI
NASIHAT PEMBERIAN MAKANAN
Lingkari nasihat pemberian makan dan jenis cairan yang tepat, sesuai dengan
kelompok umur anak. Anjuran pemberian makan terbagi untuk kelompok umur: 0-6
bulan, 6-12 bulan, 1-2 tahun, 2-3 tahun dan 3-5 tahun.
Waspadai gangguan pemberian makan pada anak:
Bersihkan hidung agar tak mengganggu pemberian makanan.
Bersihkanlah lubang hidung dari ingus/lendir yang telah mengering dengan kain
bersih yang dibasahi air supaya hidung tidak tersumbat.
Mengatasi demam tinggi.
Demam > 38.50C bisa juga mengganggu pemberian makanan dan harus diobati
dengan parasetamol.
Pemberian makanan pada bayi yang tidak bisa mengisap dengan baik.
Stomatitis (radang dalam mulut) yang berat dapat mengganggu anak mengisap
ASI dengan baik. Ajarkan ibu untuk memeras ASI ke dalam mangkuk, atau
menyiapkan susu buatan yang baik, kemudian memberikan kepada anaknya
dengan sendok.
Pemberian makanan pada anak yang muntah.
Perlu diperhatikan pada kasus batuk rejan (pertusis) yang sering kali muntah pada
akhir rentetan batuk. Anak yang sering muntah bisa mengalami malnutrisi. Ibu
harus memberikan makanan pada saat muntahnya reda. Usahakan pemberian
makanan sesering mungkin selama sakit dan sesudah sembuh. Bawalah kembali
ke petugas kesehatan bila anak tidak bisa makan dan berat badan menurun.
Pemberian makanan selama anak sakit.
Untuk anak berumur 6 bulan atau lebih, berilah makanan dengan nilai gizi dan
kalori yang tinggi. Dengan melihat umurnya, berilah campuran tepung dengan
kacang-kacangan, atau tepung dengan daging atau ikan. Tambahkan minyak
untuk memperkaya energi. Bisa juga ditambahkan makanan dari susu dan telur.
Berilah makanan pada anak selama anak masih menghendaki. Bila umur anak
kurang dari 6 bulan atau belum mendapat makanan tambahan, anjurkan ibunya
untuk lebih sering memberikan ASI.
Pemberian makanan setelah anak sembuh.
Pada umumnya anak yang sedang sakit hanya bisa makan sedikit. Karena itu
setelah sembuh, usahakan pemberian makanan tambahan setiap hari selama
seminggu atau sampai berat badan anak mencapai normal. Hal ini akan
KEMBALI SEGERA
Lingkari tanda-tanda untuk kembali segera. Mintalah ibu untuk mengamati
kemungkinan timbulnya tanda-tanda pneumonia dan jika timbul mintalah segera
membawa kembali anaknya ke petugas kesehatan. Tanda-tanda pneumonia yang
bisa diamati oleh ibu ialah :
Pernapasan menjadi sulit.
Pernapasan menjadi cepat.
Anak tidak mau minum.
Sakit anak tampak lebih berat.
Mintalah ibu menceritakan dengan kata-katanya sendiri apa yang harus dilakukan
di rumah.
Beri semangat agar ia memakai Buku KIA untuk membantunya mengingat.
BAB V
KESELAMATAN SASARAN
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU