Anda di halaman 1dari 31

PEDOMAN INTERNAL

PELAKSANAAN PELAYANAN PROGRAM P2 ISPA

PUSKESMAS KEBONDALEM
Jalan Bhayangkara Nomor 69 Bangorejo 68487
Telepon (0333) 710251
e-mail: pkmkebondalem@yahoo.co.id
PEDOMAN
PELAKSANAAN PELAYANAN PROGRAM P2 ISPA
DI PUSKESMAS KEBONDALEM KEC. BANGOREJO

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penyebab utama kematian bayi dan anak balita adalah
penyakit ISPA yang diakibatkan oleh penyakit pneumonia. Strategi dalam
penanggulangan pneumonia adalah penemuan dini dan tatalaksana anak batuk
dan atau kesukaran bernapas yang tepat.
Sejak tahun 1990 Departemen Kesehatan telah mengadaptasi,
menggunakan dan menyebarluaskan pedoman tatalaksana pneumonia balita
yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian balita karena pneumonia.
Saat ini pelaksanaan program P2 ISPA dalam upaya penanggulangan
pneumonia akan lebih di tingkatkan sehingga cakupan penemuan dini dan
tatalaksana pneumonia balita akan lebih dapat berhasil mencapai sasarannya.
Angka kematian pneumonia balita hingga saat ini infeksi saluran
Pernapasan akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Kematian pada balita sebagian besar disebabkan karena pneumonia
23,6 % (berdasarkan survey kematian balita tahun 2005).

B. Tujuan

Menurunkan angka kesakitan dan kematian balita karena pneumonia.

C. Sasaran
Balita (< 5 tahun).

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengendalian ISPA lebih fokus pada pengendalian


pneumonia balita.

E. Batasan Operasional

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi akut yang


menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai
alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura).
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru – paru
(alveoli).
Tanda dan gejala penyakit saluran pernapasan dapat berupa batu,
kesukaran bernapas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan demam. Anak
dengan batuk atau sukar bernapas mungkin menderita pneumonia atau infeksi

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 2/31


saluran pernapasan yang berat lainnya. Kana tetapi sebagian besar anak batuk
yang datang ke puskesmas / fasilitas kesehatan lainnya hanya menderita infeksi
saluran pernapasan yang ringan. Petugas kesehatan perlu mengenal anak –
anak yang sakit serius dengan gejala batuk atau sukar bernapas yang
membutuhkan pengobatan dengan antibiotik, yaitu pneumonia (infeksi paru)
yang di tandai dengan napas cepat dan mungkin juga tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam.
Paru paru terdiri dari ribuan bronkhi yang masing – masing terbagi lagi
menjadi bronkhioli yang tiap tiap ujungnya berakhir pada alveoli. Di dalam alveoli
terdapat kapiler – kapiler pembuluh darah dimana terjadi pertukaran oksigen dan
karbondioksida. Ketika seseorang menderita pneumonia, nanah (pus) dan cairan
mengisi alveoli tersebut dan menyebabkan kesulitan penyerapan oksigen
sehingga terjadi kesukaran bernapas.
Anak yang menderita pneumonia, kemampuan paru – paru untuk
mengembang berkurang sehingga tubuh bereaksi dengan bernapas cepat agar
tidak terjadi hipoksia (kekurangan oksigen). Apabila pneumonia bertambah
parah, paru akan bertambah kaku dan timbul tarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam. Anak dengan pneumonia dapat meninggal karena hipoksida atau
sepsis (infeksi menyeluruh).

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 3/31


BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Tenaga medis dan paramedis dalam kegiatan program P2 ISPA mulai di


Kepala Puskesmas, Penanggung jawab UKP, Penanggung jawab UKM, dan
seluruh karyawan. Penanggung jawab UKP P2 ISPA merupakan koordinator
dalam penyelenggaraan kegiatan pelaksanaan PROGRAM P2 ISPA di
Puskesmas Kebondalem.
Dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit (program P2 ISPA)
perlu melibatkan sektor terkait yaitu: Camat, PKK, Tokoh agama, tokoh
masyarakat, pendidikan, dan sektor terkait lainnya dengan kesepakatan peran
masing-masing di bidang kesehatan.

B. Distribusi Ketenagaan

Pengaturan dan penjadwalan Penanggungjawab UKP bidang


pengendalian penyakit (Program P2 ISPA) sesuai dengan kesepakatan.

C. Jadwal Kegiatan

Jadwal pelaksanaan kegiatan program P2 ISPA disepakati dan disusun


bersama dengan sektor terkait dalam pertemuan lokakarya mini lintas program
yang dilaksanakan tiap bulan dan lintas sektor tiap tiga bulan sekali.

B. Standar Fasilitas

1. Pedoman tatalaksana pneumonia balita : 1 buah


2. Bahan Penyuluhan Imunisasi (leaflet/Banner) : ada
3. Antibiotik (Kotrimoksazol, Amoksisilin) : Ada
4. Antipiretik ( Parasetamol ) : Ada
5. Blanko MTBM/MTBS : Ada
6. ARI Sountimer : 4 buah
7. Tabung oksigen : 4 buah
8. Blanko Rujukan : Ada

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 4/31


BAB III
TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN PROGRAM P2 ISPA

Kegiatan Program P2 ISPA mencakup:

1. Pedoman ini digunakan untuk tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan,


pengelola program P2 ISPA)
2. Pedoman tatalaksana pneumonia balita
Meliputi :
a. Cara menggunakan bagan tatalaksana anak batuk dan atau kesukaran
bernapas.
b. Membuat klasifikasi dan menentukan tindakan sesuai kelompok umur
c. Menentukan pengobatan dan rujukan.
3. Pemantauan dan evaluasi

B. METODE PROGRAM P2 ISPA

Dalam upaya mencapai tujuan program P2 ISPA diperlukan peran serta


dari semua tenaga kesehatan yang ada di puskesmas Kertosari, dimana peran
serta tersebut bertanggungjawab dalam semua kegiatan P2 ISPA di wilayah
puskesmas. Dalam kegiatan tata laksana standar pneumonia dilakukan dalam
suatu pertemuan di Puskesmas yang dihadiri oleh seluruh petugas yang terlibat
dalam proses pelayanan terhadap balita yang menderita batuk dan atau
kesukaran bernapas.

C. LANGKAH KEGIATAN

1. Menentukan jumlah sasaran


Sasaran Program P2 ISPA adalah 10% dari jumlah penduduk balita yaitu
196 balita (pada tahun 2015 jumlah balita 1955) .
2. Pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan
b. Setiap balita yang batuk dan atau kesukaran bernapas yang datang
berobat ke puskesmas menggunakan blanko MTBM / MTBS.
c. Data dari blanko tersebut selanjutnya dimasukkan ke register harian
program P2 ISPA yang merupakan rekapitulasi balita ISPA.
d. Laporan bulanan program P2 ISPA diambil dari register harian program
P2 ISPA.
3. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dilakukan setiap bulan melalui PWS(Pemantauan Wilayah
Setempat), dari hasil analisis dapat segera dilakukan tindakan atau intervensi
untuk memperbaikinya.
4. Menilai anak batuk dan atau kesukaran bernapas

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 5/31


Anak yang menderita batuk dan atau kesukaran bernapas mungkin menderita
pneumonia, suatu penyakit yang parah dan bisa mengakibatkan kematian.
Tetapi batuk atau kesukaranbernapas juga bisa disebabkan oleh batuk-pilek
biasa, hidung tersumbat, lingkungan berdebu, pertusis, tuberkulosis, campak,
croup/stridor atau wheezing. Pemeriksaan yang teliti dapat mencegah
kematian anak dari pneumonia atau penyakit berat yang lain. Di bawah ini
adalah bagian bagan yang harus diikuti:
TANYAKAN
1. Berapa umur anak?
2. Apakah anak menderita batuk dan atau sukar bernapas? Berapa Lama?
3. Apakah anak 2 bulan - <5 tahun tidak bisa minum atau menetek?
Apakah bayi < 2 bulan kurang bisa minum atau menetek?
4. Apakah anak demam? Berapa lama?
5. Apakah anak kejang?

LIHAT dan DENGARKAN


Anak harus dalam kondisi tenang
1. Adakah napas cepat?
2. Apakah terlihat tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK)?
3. Apakah terdengar stridor? terdengar wheezing? Apakah berulang?
5. Apakah terlihat kesadarannya menurun?
6. Apakah teraba demam/terlalu dingin?
7. Adakah tanda gizi buruk?

MENANYAKAN KEPADA IBU TENTANG KELUHAN UTAMA BATUK DAN


ATAU
KESUKARAN BERNAPAS

Apabila Saudara bertemu dengan ibu dan anaknya, maka:


 Sambutlah ibu dengan baik dan persilakan duduk bersama anaknya.
 Tanyakan kepada ibu mengenai masalah anaknya
 Tentukan apakah ini merupakan kunjungan pertama atau kunjungan
ulang

MENILAI ANAK BATUK DAN ATAU KESUKARAN BERNAPAS


Penting sekali menjaga ketenangan anak selama pemeriksaan, sebab anak
yang menangin atau gelisah bisa mengaburkan tanda-tanda penyakitnya.
Sebelum memeriksa mintalah kepada ibu agar:
- Tidak perlu membangunkan anak bila sedang tidur
- Tidak perlu membuka pakaian atau mengganggu anak

TANYAKAN PERTANYAAN DI BAWAH INI KEPADA IBU


TANYA: Berapa umur anak?
Umur anak menentukan pilihan bagan yang akan digunakan sesuai
dengan dua kelompoK umur Balita.

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 6/31


Tanyakan umur anaknya, jika:
- Umur anak 2 bulan - <5 tahun gunakan:
Bagan Penilaian, Penentuan Tanda Bahaya & Klasifikasi Umur 2
bulan - <5 tahun
- Umur anak <2 bulan gunakan:
Bagan Penilaian, Penentuan Tanda Bahaya & Klasifikasi Umur <2
BAB II
TANYA: Apakah anak menderita batuk dan atau sukar bernapas?
“Sukar bernapas” adalah pola pernapasan yang tidak biasa. Para ibu
menggambarkannya dengan berbagai cara. Mereka mungkin
mengatakan bahwa anaknya bernapas “cepat” atau “berbunyi” atau
“terputus-putus”.
Jika ibu menjawab TIDAK, periksa apakah menurut pendapat Saudara
anak itu batuk atau sukar bernapas. Jika anak tidak batuk atau sukar
bernapas, tidak perlu memeriksa anak lebih lanjut untuk tanda-tanda
yang berhubungan dengan batuk atau sukar bernapas. Jika jawabannya
YA, ajukan pertanyaan berikut ini:
TANYA: Sudah berapa lama?
Anak dengan batuk atau sukar bernapas selama lebih dari 3 minggu berarti
menderita batuk kronik. Kemungkinan ini adalah tanda TB, Asma, Batuk
Rejan atau penyakit lain.

TANYA: Apakah anak BISA minum atau menetek? (jika anak berusia 2
bulan-< 5 tahun)
Anak menunjukkan tanda “ tidak bisa minum atau menetek” jika anak terlalu
lemah untuk minum atau tidak bisa mengisap atau menelan apabila diberi
minum atau diteteki. Saudara bertanya kepada ibu, apakah anaknya bisa
minum, pastikan bahwa ibu mengerti pertanyaan itu. Apakah anak dapat
menerima cairan dalam mulutnya dan menelannya.
Jika Saudara ragu akan jawaban ibu, mintalah agar ibu memberi anak
tersebut minum air matang atau menetekinya. Perhatikan apakah anak bisa
menelan atau menetek.
Anak yang menetek, sulit mengisap jika hidungnya tersumbat. Apabila anak
dapat menetek setelah hidungnya dibersihkan, berarti anak tidak mempunyai
tanda “tidak bisa minum atau menetek”
TANYA: Apakah anak KURANG BISA minum atau menetek?
(jika anak berusia <2 bulan)
Pertanyaan ini mirip dengan pertanyaan di atas. Bedanya, pada anak yang
lebih tua adalah tidak bisa minum sama sekali, sedangkan pada usia di
bawah 2 bulan, kemampuan minumnya paling banyak hanya setengah dari
kebiasaannya

menyusu/minum susu buatan. Ibu dapat memperkirakan jumlah ASI yang


dihisap anaknya berdasarkan lamanya menyusu.

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 7/31


Anak yang tidak bisa minum mungkin menderita pneumonia berat,
bronkiolitis, sepsis/septikemia, infeksi otak (meningitis atau malaria cerebral)
dan abses tenggorok.

TANYA: Apakah anak demam? Berapa lama?


Jika ibu mengatakan anak demam maka riwayat demam sudah cukup untuk
menilai sebagai anak demam walaupun saat ini anak tidak demam.

TANYA: Apakah anak kejang?


Tanyakan kepada ibu apakah anaknya kejang selama sakit ini. Gunakan
kata-kata yang dimengerti oleh ibu. Mungkin ibu menggungkapkan istilah
kejang sebagai “step” atau “kaku” dan lain sebagainya.
Pada saat kejang, lengan dan kaki anak menjadi kaku karena otot-ototnya
berkontraksi. Tanda dan gejala klinis kejang pada bayi muda sangat
bervariasi bahkan kadang sulit dibedakan dengan gerakan normal. Meskipun
demikian, jika saudara menjumpai gejala/ gerakan yang tidak biasa, terjadi
secara berulang-ulang dan periodik, Saudara harus memikirkan kemungkinan
bayi kejang. Kejang dapat berupa gerakan tidak terkendali berulang-ulang
pada mulut seperti menguap, mengunyah atau mengisap.
Anak menderita pneumonia yang mengalami kejang-kejang, kesadaran
menurun ataupun sukar dibangunkan dapat diakibatkan oleh kekurangan
oksigen, sepsis, cerebral malaria (pada daerah endemis malaria falciparum)
dan meningitis.

LIHAT dan DENGARKAN


Penting diingat bahwa untuk “melihat dan mendengar” usahakan hanya pada
saat anak diam atau tenang. Sulit untuk menghitung napas dengan tepat atau
menentukan tanda lain dari kesukaran bernapas apabila anak ketakutan,
menangis atau marah. Untuk menenangkan anak bisa dilakukan berbagai
cara misalnya memberi anak mainan, minta ibunya untuk menggendong,
menyusui atau diminta menunggu di ruang lain sampai anak tenang.
LIHAT : Adakah napas cepat?
Hitung frekuensi napas anak dalam satu menit untuk menentukan
apakah anak bernapas dengan cepat. Beritahu ibu bahwa Saudara akan
menghitung napas anaknya, untuk itu ibu diminta agar menjaga anaknya
tetap tenang. Jika anak takut, menangis atau marah, saudara sulit
menghitung napas anak dengan tepat.
Untuk menghitung napas dalam 1 (satu) menit:

Terdapat 3 (tiga) cara yang benar dalam menghitung frekuensi napas:


1) Gunakan timer untuk menghitung frekuensi napas.

Caranya:
 Tentukan titik dimana Saudara akan melihat gerakan napas anak.
 Tekanlah timer dan mulailah menghitung.
 Bunyi pertama menunjukkan 30 detik pertama.

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 8/31


 Setelah terdengar bunyi panjang (bunyi kedua) yang menunjukkan
waktu 1 menit (60 detik) penghitungan napas anak selesai.
2) Menggunakan jam tangan yang mempunyai jarum detik. Bisa minta
bantuan orang
lain untuk memberi aba-aba setelah 60 detik, sehingga Saudara bisa
sepenuhnya
mengamati pernapasan anak. Kalau tidak ada orang lain yang bisa
membantu, buatlah posisi jam sedemikian sehingga Saudara bisa
melihat jarumnya dan sekaligus melihat gerak pernapasan anak.
3) Gunakan jam tangan dengan jarum detik atau jam digital. Hitung
pernapasan sampai ke batas napas cepat (60, 50 atau 40 sesuai
umur anak), kemudian segera melihat jam. Bila pernapasan anak
normal, maka Saudara akan memerlukan waktu menghitung lebih
dari satu menit.
BAB II
Batas napas cepat tergantung umur anak

Tabel 2.1. Batas Napas Cepat Sesuai Golongan Umur


Jika anak umur Anak dikatakan nafas cepat jika
< 2 bulan Frekwensi nafas: 60 kl/ menit atau
lebih
2 sampai < 12 bulan Frekwensi nafas: 50 kl/menit atau
lebih
12 bulan sampai < 5 tahun Frekwensi nafas: 40 kl/menit atau
lebih

Penghitungan frekuensi napas harus dilakukan selama 1 menit (60 detik)


penuh. Frekuensi napas bayi umur <2 bulan tidak menentu. Kadang-kadang
napasnya berhenti beberapa detik, diikuti periode napas cepat.
Untuk menyatakan bayi umur kurang dari 2 bulan bernapas cepat
perhatikanlah bahwa:
 Apabila hasilnya kurang dari 60 kali per menit, anak tersebut tidak
mengalami napas cepat.
 Apabila hasilnya 60 kali per menit atau lebih, tunggulah beberapa menit
dan ulangi penghitungan
- Kalau hasil penghitungan kedua masih juga 60 kali per menit atau lebih
berarti napas cepat.
- Kalau hasil penghitungan kedua < 60 kali per menit, berarti tidak ada napas
cepat.
Sebelum mencari tanda selanjutnya: tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam, stridor dan wheezing, perhatikan anak itu untuk menentukan saat
menarik dan mengeluarkan nafas.

LIHAT : Apakah terlihat tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam


(TDDK)?

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 9/31


Jika Saudara tidak membuka baju anak pada saat Saudara menghitung
napas, mintalah ibu untuk membukanya sekarang. Lihatlah apakah dinding
dada tertarik ke dalam pada saat anak itu menarik napas. Perhatikan dada
bagian bawah (tulang rusuk terbawah). Pada pernapasan normal, seluruh
dinding dada (atas dan bawah) dan perut bergera keluar ketika anak menarik
napas.
Anak dikatakan mempunyai TDDK jika dinding dada bagian bawah MASUK
ke dalam
ketika anak MENARIK napas.

Perhatikan!
 Jika Saudara melihat dada anak itu tertarik ke dalam hanya pada saat anak
menangis atau diberi makan, berarti tidak terdapat TDDK.
 Jika yang tertarik ke dalam itu hanya jaringan lunak di antara rusuk saat
anak menarik napas (yang juga disebut tarikan/retraksi interkostal), berarti
tidak terdapat TDDK.
 Jika Saudara tidak yakin ada TDDK, periksalah lagi dengan meminta ibu
mengganti posisi anaknya sehingga posisi anak tidak tertekuk di
pinggangnya. Sebaiknya anak dibaringkan di atas pangkuan ibunya. Bila tak
tampak pada posisi itu berarti tidak ada TDDK.
Berhati-hatilah melihat TDDK pada bayi umur kurang dari 2 bulan, tarikan
dinding dada yang ringan biasa terjadi karena tulang rusuknya relatif masih
lunak. Tetapi jika tarikan dinding dada tersebut kuat (sangat dalam dan
mudah terlihat), hal ini merupakan tanda adanya pneumonia.
Anak dengan TDDK umumnya menderita pneumonia berat. TDDK terjadi bila
kemampuan paru-paru mengembang berkurang dan mengakibatkan perlunya
tenaga untuk menarik napas. Anak dengan TDDK tidak selalu disertai
pernapasan cepat. Kalau anak menjadi letih bernapas, akhirnya anak akan
bernapas lambat. Karena itu TDDK mempunyai risiko mati yang lebih besar
dibanding dengan anak yang hanya menderita napas cepat tanpa disertai
TDDK.

DENGAR: Apakah terdengar stridor?


Stridor adalah bunyi khas yang terdengar pada saat anak MENARIK napas.
Stridor terjadi apabila ada pembengkakan pada laring, trakhea atau epiglottis,
sehingga menyebabkan sumbatan yang menghalangi masuknya udara ke
dalam paru dan dapat mengancam jiwa anak. Anak yang menderita stridor
pada saat tenang menunjukkan suatu keadaan yang berbahaya.
Untuk melihat dan mendengar stridor, amati ketika anak menarik napas.
Dekatkan telinga Saudara ke mulut anak untuk lebih jelas mendengarkan
stridor.
Kadang-kadang terdengar suara jika hidung anak tersumbat, bersihkan
lubang hidung dan dengarkan lagi. Seringkali anak yang sakitnya tidak parah
timbul stridor pada waktu menangis dan marah, oleh karena itu pastikan
untuk mendengarkan stridor saat anak tenang.
Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 10/31
BAB II
DENGAR: Apakah terdengar wheezing? Apakah berulang?
Lihatlah untuk mengetahui kapan anak mengeluarkan napas. Wheezing
adalah suara bising seperti siulan atau tanda kesulitan waktu anak
MENGELUARKAN napas.
Hal ini disebabkan penyempitan saluran napas. Untuk mendengarkan
wheezing, bahkan pada kasus ringan, dekatkan telinga Saudara ke mulut
anak untuk lebih jelas mendengarkan wheezing.
Pada usia dua tahun pertama, wheezing pada umumnya disebabkan oleh
infeksi respiratorik akut akibat virus, seperti bronkiolitis atau batuk dan pilek.
Setelah usia dua tahun, hampir semua wheezing disebabkan oleh asma.
Kadang-kadang anak dengan pneumonia disertai dengan wheezing.
Diagnosis pneumonia harus selalu dipertimbangkan terutama pada usia dua
tahun pertama.
Dengarkan wheezing dengan cara memegang telinga Saudara dekat mulut
anak, sebab seringkali kurang terdengar. Wheezing disebabkan karena
penyempitan jalan napas di paru-paru. Fase pengeluaran napas menjadi
lebih lama dari normal dan memerlukan tenaga.
Kadang-kadang tidak terdengar bising apapun karena jumlah udara hanya
sedikit. Amatilah apakah saat mengeluarkan napas perlu tenaga dan lebih
lama dari normal.
Bila anak wheezing, tanyakan apakah tanda seperti itu pernah terjadi
sebelum anak sakit pada periode yang ini. Bila pernah, berarti anak dianggap
mengalami wheezing berulang.

LIHAT : Apakah terlihat kesadarannya menurun?


Anak yang kesadarannya turun akan sulit dibangunkan sebagaimana
seharusnya. Anak tampak mengantuk dan tidak punya perhatian akan apa
yang terjadi di sekelilingnya (letargis). Seringkali anak yang letargis tidak
melihat kepada ibu atau memperhatikan wajah
Saudara pada waktu Saudara bicara. Anak mungkin menatap hampa
(pandangan yang kosong) dan terlihat bahwa ia tidak memperhatikan
keadaan sekitarnya.
Anak yang tidak sadar tidak dapat dibangunkan, tidak bereaksi ketika
disentuh, digoyang atau diajak bicara. Tanyakan kepada ibu apakah anaknya
mengantuk tidak seperti biasanya atau tidak dapat dibangunkan. Perhatikan
apakah anak itu terbangun jika diajak bicara atau digoyang jika Saudara
bertepuk tangan.
Mengantuk/letargis atau tidak sadar merupakan salah satu tanda adanya
infeksi berat pada bayi muda.
Catatan:
Jika anak sedang tidur, hitunglah dulu frekuensi napasnya sebelum
Saudara mencoba membangunkannya.

RABA: Apakah teraba demam/terlalu dingin?

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 11/31


Periksa untuk mengetahui apakah anak demam (suhu badannya lebih dari
37,50C) atau hipotermia (suhu di bawah normal/ kurang dari 35,50C).
Jika suhu badan anak belum diukur dan Saudara mempunyai termometer,
ukurlah suhu badan anak. Jika tak tersedia termometer maka rabalah perut
atau bawah ketiak anak dan tentukan apakah anak demam atau dingin.
Kadang-kadang tangan dan kaki anak teraba dingin karena selimutnya
kurang menutup. Bagaimanapun, bila kaki/betis dan ketiak yang teraba dingin
menunjukkan anak hipotermia (sangat dingin).
Anak mempunyai riwayat demam jika ia menderita demam selama periode
sakit ini,
walaupun mungkin saat ini sudah tidak lagi demam. Gunakan istilah untuk
“demam” yang dimengerti oleh ibu.
Di daerah endemis malaria falciparum: anak yang datang dengan batuk atau
kesukaran bernapas disertai demam >380C (atau menurut keterangan
pernah demam di atas 380C) mungkin menderita Malaria. Jika demikian obat
malaria bisa diberikan untuk mengatasi kemungkinan malaria falciparum.
Bila demam pada anak lebih dari lima hari, rujuklah untuk pemeriksaan lebih
lanjut.

LIHAT : Adakah tanda gizi buruk?


Memeriksa tanda kekurangan gizi berat dilakukan secara klinis dengan
melihat kondisi anak. Metode lain dapat digunakan untuk menetapkan anak
yang kurang gizi, ukur berat dan tinggi badan, atau ukur lingkar lengan.
Ikutilah petunjuk program gizi yang ada.
Tanda klinis gizi buruk dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Marasmus adalah: keadaan Kwashiorkor adalah: keadaan
dimana anak kehilangan lemak dimana badan anak
dan otot sehingga kelihatan membengkak karena
tinggal kulit dan tulang penimbunan cairan, disertai
dengan gambaran rambut
yang tipis.

Anak dengan gizi buruk mempunyai risiko yang besar untuk menderita
pneumonia dan bisa tanpa disertai tanda-tanda khas pneumonia.

5. Klasifikasi & Tindakan untuk Anak Batuk dan atau Sukar Bernapas
Umur 2 bulan - <5 tahun

Dalam menentukan klasifikasi dan tindakan maka langkah pertama adalah


memastika bahwa anak yang batuk dan atau sukar bernapas berumur antara 2
bulan - <5 tahun. Umur anak ditanyakan pertama karena bayi berumur di bawah
2 bulan menggunakan bagan yang berbeda dengan kelompok umur 2 bulan -
<5 tahun ini.

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 12/31


Tabel klasifikasi mempunyai 3 (tiga) kolom: merah, kuning, hijau. Warna kolom
menunjukkan derajat keparahan penyakit serta tindakan maupun pengobatan
yang diperlukan.
Setiap penyakit berkaitan dengan tindakan pengobatan yang harus diberikan
setelah klasifikasi ditentukan. Secara garis besar ada tiga macam tindakan
walaupun ada sedikit perbedaan tergantung pada umur anak, adanya wheezing
atau demam, serta mungkin tidaknya rujukan dilaksanakan.
-
Merah : PNEUMONIA BERAT dan PENYAKIT SANGAT BERAT
Berarti : RUJUK SEGERA KE RUMAH SAKIT
Kuning : PNEUMONIA
Berarti : BERI ANTIBIOTIK DENGAN PERAWATAN DI RUMAH
Hijau : BATUK BUKAN PNEUMONIA
Berarti : BERI PERAWATAN DI RUMAH
Merah : NEUMONIA BERAT atau PENYAKIT SANGAT BERA
MENENTUKAN PENYAKIT SANGAT BERAT PADA ANAK BERUMUR 2
BULAN - <5 TAHUN
Seorang anak berumur 2 bulan - <5 tahun menderita Penyakit Sangat Berat
apabila dari pemeriksaan ditemukan salah satu “tanda bahaya” yaitu:
 Tidak bisa minum
 Kejang
 Kesadaran menurun atau sukar dibangunkan
 Stridor pada waktu anak tenang
 Gizi buruk
Tanda-tanda ini disebabkan oleh banyak kemungkinan. Walaupun begitu dalam
buku ini hanya mengenalkan tanda-tanda bahaya tersebut untuk mengetahui
bahwa anak sedang menderita penyakit yang sangat berat tanpa menjelaskan
penyakit penyebabnya.
TINDAKAN
Anak yang mempunyai salah satu “tanda bahaya” harus dirujuk segera ke
rumah sakit.
- Sebelum anak meninggalkan Puskesmas, petugas kesehatan dianjurkan
memberi pengobatan pra rujukan, (misal atasi demam, wheezing, kejang dan
sebagainya), tulislah surat rujukan ke rumah sakit dan anjurkan pada ibu agar
anaknya dibawa ke rumah sakit sesegera mungkin.
- Berikan satu kali dosis antibiotik sebelum anak dirujuk (bila memungkinkan).
- Kalau tidak dapat dirujuk, lihat petunjuk BAB V PENGOBATAN & RUJUKAN.

antibiotik
TANDA  Ada tanda bahaya
 Tidak bisa minum
 Kejang
 Kesadaran menurun atau sukar
dibangunkan
 Stridor pada waktu anak tenang

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 13/31


 Gizi buruk
KLASIFIKASI PENYAKIT SANGAT BERAT
TINDAKAN  Rujuk segera ke rumah sakit
 Beri satu dosis antibiotik
 Obati demam,jika ada
 Obati wheezing,jika ada
 Jika rujukan tidak dapat dilaksanakan lihat
 Obati demam, jikaeezing, jika ada
 Apabila rujukan tidak dksanakan
B III
MENENTUKAN KLASIFIKASI & TINDA KAN
PNEUMONIA BERAT PADA ANAK BERUMUR 2 BULAN - <5 TAHUN
Hanya apabila tidak ada tanda bahaya maka Saudara dapat meneruskan
langkah berikutnya untuk menentukan klasifikasi pneumonia berat.
KLASIFIKASI
Seorang anak berumur 2 bulan - <5 tahun diklasifikasikan menderita pneumonia
berat apabila dari pemeriksaan ditemukan:
 Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK)
TINDAKAN
Anak yang diklasifikasikan menderita pneumonia berat harus dirujuk segera ke
rumah sakit.
- Berikan satu kali dosis antibiotik (bila mungkin).
- Sebelum anak meninggalkan Puskesmas, petugas kesehatan dianjurkan
memberi pengobatan pra rujukan, (misal atasi demam, wheezing, kejang dan
sebagainya), tulislah surat rujukan ke rumah sakit dan anjurkan pada ibu agar
anaknya dibawa ke rumah sakit sesegera mungkin.
Apabila rujukan t
PNEUMONIA PADA ANAK BERUMUR 2 BULAN - <5 TAHUN
Sebagian besar anak yang menderita pneumonia tidak akan menderita
pneumonia berat
kalau cepat diberi pengobatan yang tepat.
KLASIFIKASI
Seorang anak berumur 2 bulan - <5 tahun diklasifikasikan menderita pneumonia
apabila
dari pemeriksaan:
 Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
 Adanya napas cepat:
- 50 x/menit atau lebih pada anak umur 2 - <12 bulan
- 40 x/menit atau lebih pada umur 12 bulan - <5 tahun
TINDAKAN
Penderita pneumonia cukup diberikan pengobatan antibiotik di rumah.
- Nasihati ibu untuk memberikan obat sesuai anjuran petugas kesehatan dan
membawa kembali jika keadaan anak bertambah buruk serta jelaskan cara
pemberian antibiotik.
- Anjurkan untuk kembali kontrol dalam 2 hari (48 jam) atau lebih cepat bila
keadaan anak:

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 14/31


- Pernapasan menjadi cepat atau sesak
- Tidak dapat minum
- Sakitnya bertambah parah
TANDA
 Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK).
 Adanya napas cepat:
 50 x/menit atau lebih pada anak umur 2 - <12 bulan
 40 x/menit atau lebih pada umur 12 bulan - <5 tahun
KLASIFIKASI PNEUMONIA
TINDA KAN  Nasihati ibunya untuk tindakan perawatan di rumah.
 Beri antibiotik selama 3 hari.
 Anjurkan ibu untuk kontrol 2 hari atau lebih cepat bila keadaan anak
memburuk.
 Obati demam, jika ada.
 Obati wheezing, jika ada
BAB III
BATUK BUKAN PNEUMONIA PADA ANAK BERUMUR 2 BULAN - <5 TAHUN
Sebagian besar penderita batuk-pilek tidak disertai tanda-tanda bahaya atau
tanda-tanda pneumonia (TDDK dan napas cepat). Hal ini berarti anak ini hanya
menderita batuk-pilek dan diklasifikasikan sebagai “batuk bukan pneumonia”
KLASIFIKASI
Seorang anak berumur 2 bulan - <5 tahun diklasifikasikan menderita batuk
bukan pneumonia apabila dari pemeriksaan:
 Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
 Tidak ada napas cepat, frekuensi napas:
- Kurang dari 50 x/menit pada anak umur 2 - <12 bulan
- Kurang dari 40 x/menit pada umur 12 bulan - <5 tahun
TINDAKAN
Pengobatan anak yang menderita “batuk bukan pneumonia” bisa dirawat di
rumah tanpa antibiotik.
- Jangan berikan antibiotik kepada anak dengan batuk atau pilek tanpa tanda-
tanda pneumonia.
- Meskipun anak dengan batuk atau pilek tidak membutuhkan antibiotik,
hargailah usahaibu yang telah membawa anaknya berobat. Anjurkan untuk
memberikan tindakan penunjang/perawatan di rumah (lihat bab VI. Konseling
Bagi ibu) dan mengamati kemungkinan adanya tanda-tanda pneumonia. Anak
dengan batuk dianjurkan juga untuk kembali kalau keadaannya memburuk.
Sebagian anak dengan batuk pilek bisa juga mempunyai masalah lain seperti:
- Anak dengan batuk akan sembuh sesudah satu atau dua minggu, tetapi anak
dengan batuk kronis (batuk lebih dari 3 minggu) mungkin menderita TB, asma,
batuk rejan atau yang lain–lain. Rujuklah ke rumah sakit/Puskesmas bila anak
batuk lebih 3 minggu.
TANDA
 Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
 Tidak ada napas cepat
 Kurang dari 50 x/menit pada anak umur 2 - <12 bulan

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 15/31


􀀀 Kurang dari 40 x/menit pada anak umur 12 bln -<5thn
KLASIFIKASI BATUK BUKAN PNEUMONIA
TINDAKAN
 Bila batuk > 3 minggu, rujuk
 Nasihati ibunya untuk tindakan perawatan di rumah
 Obati demam, jika ada
 Obati wheezing, jika ada

TAHAYA UMUR 2 BULAN - <5 TKEJANG, KESADARAN MENURUN,


STRIDOR, GANAK G MEMPUNYAI SALAH SATU TANDA BAHAYA HARUS
SEGERA DIRUJUK KE RUMAH SAKIT
KLASIFIKASI PENYAKIT UMUR 2 BULAN - <5 TAHUN
* Tidak ada tarikan dinding dada
* Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (TDDK) bagian bawah
ke dalam (TDDK)
BAIV

A
6. Klasifikasi & Tindakan untuk Bayi Batuk dan atau Sukar Bernapas Umur
<2 Bulan

Bayi muda yang menderita pneumonia tidak selalu disertai batuk, seringkali hanya
timbul tanda-tanda non-spesifik seperti: kurang mau minum, demam ataupun
hipotermi (suhu tubuh turun di bawah normal). Karena itu tanda dan gejala yang
digunakan dalam klasifikasi dan tindakan pada bayi muda berbeda dengan
bayi/anak yang lebih besar.
PERBEDAAN PENTING
Pada kelompok umur <2 bulan terdapat perbedaan penting dalam penentuan:
TANDA BAHAYA
Pada bayi umur kurang 2 bulan ditambahkan beberapa tanda bahaya lain seperti:
kurang mau minum, demam, teraba dingin dan wheezing. Tanda gizi buruk tidak
dimasukkan dalam kelompok umur ini.
BATASAN NAPAS CEPAT
Batasan napas cepat pada bayi kurang 2 bulan ialah bila frekuensi napasnya 60
kali/menit atau lebih.
TARIKAN DINDING DADA BAGIAN BAWAH KE DALAM
Bayi berumur kurang 2 bulan tergolong menderita pneumonia berat bila
mempunyai TDDK kuat. Pada kelompok umur 2 bulan - <5 tahun, setiap adanya
TDDK (walaupun tidak kuat) sudah bisa digolongkan sebagai pneumonia berat.
KLASIFIKASI & TINDAKAN
Semua pneumonia pada bayi berumur kurang dari 2 bulan diklasifikasikan sebagai
pneumonia berat, tidak boleh diobati di rumah, harus dirujuk ke rumah sakit.
Perhatikan bahwa pada bayi umur <2 bulan hanya diklasifikasikan satu jenis
pneumonia yaitu pneumonia berat. Pada kelompok umur 2 bulan - <5 tahun
diklasifikasikan dua macam pneumonia yaitu pneumonia berat dan pneumonia.

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 16/31


Pada kelompok umur ini terdapat 2 macam tindakan
- Merah : PNEUMONIA BERAT atau PENYAKIT SANGAT BERAR
MENENTUKAN PENYAKIT SANGAT BERAT PADA BAYI BERUMUR <2 BULAN
Seorang bayi berumur <2 bulan menderita penyakit sangat berat apabila dari
pemeriksaan ditemukan salah satu “tanda bahaya” yaitu:
 Kurang mau minum
 Kejang
 Kesadaran menurun atau sukar dibangunkan
 Stridor pada waktu anak tenang
 Wheezing
 Demam atau terlalu dingin
Bayi muda dengan tanda bahaya sangat berisiko untuk meninggal. Sulit
membedakan antara pneumonia, sepsis atau meningitis pada kelompok umur ini.
Tetapi Saudara tidak perlu membedakan penyakit yang diderita, cukup dengan
mengenali tanda-tanda bahaya yang menunjukkan penyakit sangat berat.
TINDAKAN
Bayi yang mempunyai salah satu “tanda bahaya” harus dirujuk segera ke rumah
sakit.
- Sebelum bayi meninggalkan Puskesmas, petugas kesehatan dianjurkan memberi
pengobatan pra rujukan, (misal atasi demam, wheezing, kejang dan sebagainya),
tulislah surat rujukan ke rumah sakit dan anjurkan pada ibu agar anaknya dibawa
ke rumah sakit sesegera mungkin.
- Berikan satu kali dosis antibiotik sebelum anak dirujuk (bila memungkinkan).
- Anjurkan ibunya untuk tetap memberikan ASI.
- Penting untuk menjaga agar bayi tetap hangat. Cara terbaik untuk
mempertahankan kehangatan adalah dengan menyelimuti bayi dan tetap
menempelkan ke tubuh ibunya. Hipotermi dapat berakibat fatal/mematikan untuk
bayi muda. Obati demam, jika ada
 Obati wheezing, jika adAnjurkan ibunya untuk tetap memberikan ASI
Apabila rujukan tidak dapat dilaksanakan lihatBAB V PENGOBATAN & RUJU
MENENTUKAN KLASIFIKASI & TINDAKAN
PNEUMONIA BERAT PADA BAYI BERUMUR <2 BULAN KLASIFIKASI
Seorang bayi berumur <2 bulan diklasifikasikan menderita pneumonia berat bila
dari pemeriksaan ditemukan:
 Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat (TDDK kuat) ATAU
 Adanya napas cepat: 60 x/menit atau lebih
TINDAKAN
Bayi yang mempunyai TDDK kuat serta napas cepat harus dirujuk segera ke
rumah sakit.
- Sebelum bayi meninggalkan Puskesmas, petugas kesehatan dianjurkan memberi
pengobatan pra rujukan, (misal atasi demam, wheezing, kejang dan sebagainya),
tulislah surat rujukan ke rumah sakit dan anjurkan pada ibu agar anaknya dibawa
ke rumah sakit sesegera mungkin.
- Berikan satu kali dosis antibiotik sebelum anak dirujuk (bila memungkinkan).
- Anjurkan ibunya untuk tetap memberikan ASI.

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 17/31


- Penting untuk menjaga agar bayi tetap hangat. Cara terbaik untuk
mempertahankan
kehangatan adalah dengan menyelimuti bayi dan tetap menempelkan ke tubuh
ibunya.
Hipotermi dapat berakibat fatal/mematikan untuk bayi.
BAB IV
BATUK BUKAN PNEUMONIA PADA BAYI BERUMUR <2 BULAN
Bayi yang diklasifikasikan menderita batuk bukan pneumonia adalah yang
menderita batukpilek biasa tanpa adanya tanda bahaya ataupun tanda
pneumonia.
KLASIFIKASI
Seorang bayi berumur <2 bulan diklasifikasikan menderita batuk bukan pneumonia
apabila dari pemeriksaan:
 Tidak ada TDDK kuat
 Tidak ada napas cepat, frekuensi napas: kurang dari 60x/menit
TINDAKAN
Pengobatan bayi yang menderita “batuk bukan pneumonia” bisa dirawat di rumah
tanpa antibiotik. Berikan petunjuk kepada ibu untuk:
- Jangan berikan antibiotik kepada anak dengan batuk atau pilek tanpa tanda-tanda
pneumonia. Antibiotik tidak akan meringankan gejala sakitnya dan tidak dapat
mencegah pneumonia.
- Menjaga bayi tetap hangat.
- Memberi ASI lebih sering.
- Membersihkan lubang hidung jika mengganggu pemberian ASI.

Bayi berumur <2 bulan dapat mendadak sakit parah, karena itu anjurkan ibu untuk
segera
membawa anaknya berobat kembali jika:
- Pernapasan menjadi cepat atau sukar.
- Kesulitan minum ASI.
- Sakitnya bertambah parah
KLASIFIKASI BATUK BUKAN PNEUMONIA
TINDA KAN
 Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah/menjaga bayi tetap hangat
 Memberi ASI lebih sering
 Membersihkan lubang hidung jika mengganggu pemberian ASI
 Anjurkan ibu untuk kembali kontrol jika:
 Pernapasan menjadi cepat atau sukar
 Kesulitan minum ASI
 Sakitnya bertambah parah

KURAN 2 BULAN
7. PENGOBATAN DAN RUJUKAN

PENGOBATAN
PEMBERIAN ANTIBIOTIK ORAL

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 18/31


Beri antibiotik oral PILIHAN PERTAMA (KOTRIMOKSAZOL) bila tersedia. Ini
dipilih karena sangat efektif, cara pemberiannya mudah dan murah. Antibiotik
PILIHAN KEDUA
(AMOKSISILIN) diberikan hanya apabila obat pilihan pertama tidak tersedia atau
apabila dengan pemberian obat pilihan pertama tidak memberi hasil yang baik.
Untuk menentukan dosis antibiotik yang tepat:
- Lihat kolom yang berisi daftar kandungan obat dan sesuaikan dengan sediaan
tablet atau sirup yang ada di Puskesmas.
- Selanjutnya pilih baris yang sesuai dengan umur atau berat badan anak. Untuk
menentukan dosis yang tepat, memakai berat badan lebih baik daripada umur.
Dosis yang tepat tertera pada perpotongan antara kolom jenis obat dan baris umur
atau berat badan.
- Antibiotik diberikan selama 3 hari dengan jumlah pemberian 2 kali per hari.
- Jangan memberikan antibiotik bila anak atau bayi memiliki riwayat anafilaksis
atau reaksi alergi sebelumnya terhadap jenis obat tersebut. Gunakan jenis
antibiotik lain. Kalau tidak mempunyai antibiotik yang lain maka rujuklah.
Pada bayi berumur <2 bulan pemberian antibiotik oral merupakan tindakan pra
rujukan dan diberikan jika bayi masih bisa minum. Jika bayi tidak bisa minum maka
diberikan dengan injeksi intra muskular.

PENGOBATAN DEMAM
Demam sangat umum terjadi pada infeksi saluran pernapasan akut.
Penatalaksanaan demam tergantung dari apakah demam itu tinggi atau
rendah:DEMAM TIDAK TINGGI 38,50C) DEMAM TINGGI (> 38,50C)
- Nasihati ibu agar memberi cairan lebih banyak
- Berilah parasetamol
- Nasehati ibu agar memberi cairan lebih Banyak
JIKA DEMAM TIDAK TINGGI (<38,5OC)
Nasihati ibunya untuk memberi cairan lebih banyak. Tidak diperlukan pemberian
parasetamol.
JIKA DEMAM TINGGI (>38,5OC)
Anak dengan demam tinggi bisa diturunkan dengan parasetamol sehingga anak
akan merasa lebih enak dan makan lebih banyak. Anak dengan pneumonia akan
lebih sulit bernapas bila mengalami demam tinggi. Beritahukan ibunya untuk
memberikan parasetamol tiap 6 jam dengan dosis yang sesuai (lihat tabel 5.3)
sampai demam mereda. Berikan parasetamol kepada ibu untuk 3 hari.
Beritahukan ibunya untuk anak yang demam berilah pakaian yang ringan. Tak
perlu dibungkus selimut terlalu rapat atau pakaian yang berlapis, sebab justru
akan menyebabkan tidak enak dan menambah demam.
Demam itu sendiri bukan indikasi untuk pemberian antibiotik, kecuali pada bayi
kurang
dari 2 bulan. Pada bayi kurang dari 2 bulan kalau ada demam harus dirujuk;
jangan berikan
parasetamol untuk demamnya.
BAB V
PENGOBATAN WHEEZING

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 19/31


Pada bayi berumur <2 bulan: wheezing merupakan tanda bahaya dan harus
dirujuk segera.
Pada kelompok umur 2 bulan - <5 tahun: penatalaksanaan wheezing dengan
bronkhodilator tergantung dari apakah wheezing itu merupakan episode pertama
atau berulang.
Skema 5.1. Wheezing (2 Bl - 5 Tahun):
JIKA WHEEZING EPISODE PERTAMA
Sebelum memberikan bronkhodilator carilah apakah ada tanda distress
pernapasan.
Tanda distress pernapasan:
- Anak tampak gelisah karena paru tidak mendapat udara yang cukup
- Bisa terjadi gangguan/ kesulitan sewaktu makan dan bicara
Keadaan ini bisa dikenali dengan mudah. Tetapi sebagian besar anak dengan
wheezing
tidak disertai distress.

BILA ANAK MENGALAMI DISTRESS PERNAPASAN:


- Berilah bronkhodilator kerja cepat (rapid acting) sehingga pernapasan anak
sudah membaik sebelum dirujuk (lihat tabel 5.6. dan 5.7. tentang pemberian
bronkhodilator kerja cepat). Kalau di Puskesmas tidak tersedia bronkhodilator kerja
cepat, berilah satu dosis bronkhodilator oral
- Rujuk segera untuk rawat inap.

BILA ANAK TIDAK MENGALAMI DISTRESS PERNAPASAN:


- Berikan bronkhodilator oral (sebaiknya Salbutamol) dengan dosis yang tepat
untuk 3 hari dengan pemberian 3 kali sehari (lihat tabel 5.8.) dan ajarkan pada ibu
bagaimana cara pemberiannya.
- Rujuk segera bila ada TDDK.
- Berilah pengobatan sesuai dengan tanda-tanda lain yang tampak (misalnya
napas cepat atau demam), atau mungkin cukup dengan perawatan di rumah.
WHEEZING EPISODE PERTAMA
Dengan distress pernafasan: - Beri bronkhodilator kerja cepat
- Rujuk segera
Tanpa distress pernafasan:
- Beri bronkhodilator oral untuk 3 hari
- Rujuklah bila ada TDDK
- Obati tanda lain yang tampak

JIKA WHEEZING BERULANG (ASMA)


Sebagian besar anak dengan wheezing yang berulang menderita asma. Mereka
sering datang ke Puskesmas dengan pernapasan mencuit-cuit. Anak ini akan
mudah dikenal dan kita bisa langsung mengobatinya dengan obat bronkhodilator.
Bronkhodilator sangat berguna bagi anak yang mengalami wheezing, dan dapat
membedakan sesak napas oleh penyakit asma atau sesak oleh pneumonia.
Respons terhadap bronkhodilator kerja cepat dapat membantu menentukan
diagnosis dan terapi. Jika seorang anak dengan batuk atau napas cepat atau

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 20/31


terdapat TDDK yang juga menderitawheezing, beri bronkhodilator kerja cepat
sebanyak 2 siklus dan lakukan penilaian masingmasing setelah 20 menit sebelum
didiagnosis sebagai pneumonia atau pneumonia Berat.
Kalau anak dengan wheezing yang berulang juga menunjukkan tanda bahaya
yang lain, harus diingat bahwa sangat penting merujuk anak ini untuk rawat inap.
Karena penilaian terhadap wheezing yang berulang ini perlu waktu cukup lama,
bisa terjadi keterlambatan merujuk. Kita akan belajar dari pengalaman di
Puskesmas, kasus mana yang perlu penilaian lebih jauh dan mana yang perlu
segera dirujuk tanpa menunggu penilaian lebih dahulu:
WHEEZING BERULANG (ASMAberikan bronkhodilator kerja cepat setiap 20 menit
setelah pemberian bronkhodilator kerja cepat
JIKA ANAK MENGALAMI: TINDAKANNYA ADALAH:
- Distress pernapasan atau - Ikuti petunjuk untuk pneumonia berat atau penyakit
sangat berat
- Tanda bahaya yang lain - Rujuk segera
- Tanpa distress pernafasan - Ikuti petunjuk untuk pneumonia
- Napas cepat - Salbutamol oral-dosis sesuai dengan umur/BB
- Tanpa distress pernafasan - Ikuti petunjuk untuk bukan pneumonia
- Tanpa napas cepat - Salbutamol oral-dosis sesuai dengan umur/BB
BRONKHODILATOR
Bronkhodilator adalah obat yang membantu pernapasan anak dengan jalan
melebarkan saluran udara dan melonggarkan spasme (penyempitan) bronkhus.
Berikut ini adalah uraian tentang bronkhodilator kerja cepat dan bronkhodilator
oral.
BRONKHODILATOR KERJA CEPAT
Berikan dengan salah satu cara berikut:
A. Salbutamol nebulisasi
B. Salbutamol dengan MDI (metered dose inhaler) dengan spacer
C. Jika kedua cara tidak tersedia, beri suntikan epinefrin (adrenalin) secara
subkutan
A. SALBUTAMOL NEBULISASI
Alat nebulisasi harus dapat mengantarkan minimal 6-9 liter/menit. Metode yang
direkomendasikan adalah kompresor udara atau silinder oksigen. Jika keduanya
tidak tersedia, gunakan foot-pump yang mudah digunakan dan mempunyai masa
pakai, walaupun
alat ini kurang efektif.
Letakkan larutan bronkodilator dan 2-4 ml larutan NaCL steril ke dalam bagian
nebuliser dan berikan pada anak saat timbul uap sampai larutan hampir habis.
Dosis salbutamol adalah 2,5 mg (misalnya: 0,5 ml dari salbutamol 5 mg/ml larutan
nebuliser) bisa diberikan setiap 4 jam, kemudian dikurangi sampai setiap 6-8 jam
bila kondisi anak membaik. Bila diperlukan yaitu pada kasus yang berat, bisa
diberikan setiap jam untuk waktu singkat.

B. SALBUTAMOL MDI (METERED-DOSE INHALER) DENGAN ALAT SPACER


Alat spacer dengan volume 750 ml tersedia secara komersial.
- Masukkan 2 puffs (200 microgram) ke dalam ruang spacer

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 21/31


- Kemudian letakkan mulut anak meliputi ujung terbuka spacer dan anak bernapas
secara normal 3-5 kali.
- Bisa diulang setiap 4 jam, dikurangi sampai kondisi anak membaik.
- Jika diperlukan yaitu pada kasus berat, bisa diberikan beberapa kali setiap jam
untuk
jangka waktu yang singkat. Pada anak dan bayi biasanya lebih baik jika memakai
masker wajah (face mask) yang menempel pada spacer dibandingkan memakai
mouthpiece.
Jika spacer tidak tersedia, spacer bisa dibuat menggunakan gelas plastik atau
botol plastik 1 liter. Dengan alat ini diperlukan 3-4 puff salbutamol dan anak harus
bernafas dari alat selama 30 detik.

C. EPHINEFRIN (ADRENALIN) SUBKUTAN


Jika kedua cara untuk pemberian Salbutamol tidak tersedia, beri suntikan Epinefrin
(Adrenalin) subkutan dosis 0,01 ml/kg dalam larutan perbandingan 1:1000 (dosis
maksimum: 0,3 ml), menggunakan semprit 1 ml.
Jika 20 menit setelah pemberian Adrenalin sub kutan tidak ada perbaikan maka
ulangi dosis
satu kali lagi.
BRONKHODILATOR KERJA CEPAT
JENIS OBAT DOSIS
Epinefrin (Adrenalin) subkutan 0.01 ml per kg berat badan
1 : 1000 = 0.1% Dosis maksimum 0,3 ml, gunakan semprit BCG
Jika tidak ada perbaikan setelah 20 menit, ulangi 1 kali lagi.
BRONKHODILATOR ORAL SALBUTAMOL TABLET 2 & 4 MILIGRAM
Ketika anak jelas membaik untuk bisa dipulangkan bila tidak tersedia atau tidak
mampu membeli salbutamol hirup berikan salbutamol oral (dalam sirup atau
tablet).
SALBUTAMOL ORAL 3 KALI SEHARI SELAMA 3 HARI
AB V
RUJUKAN
PENGOBATAN PRA RUJUKAN (ANTIBIOTIK DOSIS PERTAMA)
Untuk pemberian antibiotik oral pra rujukan untuk kelompok umur <2 bulan ikutilah
dosis
pada tabel 5.9. sedangkan untuk kelompok umur 2 bulan - <5 tahun.
Antibiotik Oral Pra Rujukan Untuk Kelompok Umur < 2 Bulan
KOTRIMOKSAZOL AMOKSISILIN
UMUR TABLET DEWASA TABLET ANAK SIRUP/5 ml KAPLET SIRUP
80 mg Tmp. + 20 mg Tmp.+ 40 mg Tmp.+ 500 mg 125 mg/5ml
400 mg Smz. 80 mg Smz. 200 mg Smz.
<2 BULAN 1/8 1/2 1.25 ml 1/8 2.5 ml
(1/2 sendok takar)
Jangan memberikan Kotrimoksazol pada:
- Bayi yang ikterik atau
- Bayi prematur berumur di bawah 1 bulan

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 22/31


Berikan suntikan antibiotik secara intramuskular bila jika kondisi anak/bayi tidak
memungkinkan untuk minum obat. (lihat tabel 5.11 dan 5.12)
MENCEGAH AGAR GULA DARAH TIDAK TURUN PADA BAYI <2 BULAN
Mencegah agar gula darah tidak turun merupakan tindakan penting sebelum
merujuk bayi dengan klasifikasi merah. Penurunan kadar gula sangat berbahaya
karena dapat
menyebabkan kerusakan otak.

Mencegah Agar Gula Darah Tidak Turun


MENCEGAH AGAR GULA DARAH TIDAK TURUN kemudian RUJUK SEGERA
Jika bayi masih bisa menetek: Ibu diminta tetap meneteki bayinya.
Jika bayi tidak bisa menetek tapi masih Beri ASI peras dengan cangkir kecil atau
sendok atau ditetesi pipet.
bisa menelan: Berikan + 50 ml sebelum dirujuk. Jika tidak memungkinkan, beri
susu pengganti atau air gula.
Jika bayi tidak bisa menelan: Beri 50 ml ASI peras, susu pengganti atau air gula
melalui pipa lambung kecuali bayi juga menderita GANGGUAN SALURAN
CERNA.
Jika bayi juga menderita GANGGUAN Bila memungkinkan segera beri infus
Dekstrosa 5% sesuai umur atau SALURAN CERNA: berat badan

MERUJUK ANAK
MENJELASKAN PERLUNYA RUJUKAN
Jelaskan kepada ibu tentang pentingnya rujukan. Minta persetujuan ibu untuk
membawa anaknya ke rumah sakit. Bila ibu tidak mau membawa anaknya, cari
penyebabnya. Contoh
alasan yang dikemukakan adalah:
- Ibu tidak mempunyai uang untuk biaya transportasi, perawatan di rumah sakit,
obatobatan atau makanan untuk ibu sendiri selama tinggal di rumah sakit.
- Ibu tidak dapat meninggalkan rumah untuk menunggui anak selama tinggal di
rumah sakit karena :
 tidak ada yang merawat anak-anaknya yang lain
 ibu harus bertani
 ibu bisa kehilangan pekerjaan
Hilangkan kekhawatiran ibu dan bantu ibu mengatasi setiap masalah, misalnya:
- Diskusikan dengan ibu cara ibu berangkat ke rumah sakit. Bila perlu, bantu ibu
mengatur transportasinya.
- Jika ibu memerlukan bantuan di rumah selama ibu di rumah sakit, beri saran
tentang siapa yang mungkin dapat membantu. Misalnya, tanyakan apakah ada
anggota keluarga yang dapat membantu. Misalnya, tanyakan apakah ada anggota
keluarga
yang dapat membantu merawat anak yang lain dan menyiapkan makanan serta
menggantikan tugasnya selama ibu di rumah sakit. Usahakan agar ibu mau
membawa anaknya ke rumah sakit dan bantulah semampu saudara untuk
memecahkan masalahnya.

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 23/31


Beri ibu instruksi dan peralatan yang diperlukan unuk merawat anak selama
perjalanan ke rumah sakit.
- Bila rumah sakit jauh, beri ibu dosis antibiotik oral berikutnya jika anak masih bisa
minum. Jelaskan kepada ibu kapan antibiotik tersebut harus diberikan (sesuai
jadwal dosis pada Tabel 5.1)
- Ibu diminta menjaga agar anak tetap hangat selama perjalanan
- Nasihati ibu untuk melanjutkan meneteki/memberi minum

MENULIS SURAT RUJUKAN


Tulis surat rujukan untuk dibawa ibu ke rumah sakit. Beritahu ibu untuk
memberikannya kepada petugas kesehatan di rumah sakit.
Data-data yang harus dicantumkan:
- Nama dan umur anak.
- Tanggal dan waktu rujukan.
- Uraian singkat masalah anak.
- Alasan rujukan (tanda dan gejala yang mendukung klasifikasi berat).
- Tindakan & pengobatan yang telah Saudara berikan mungkin perlu diketahui
petugas rumah sakit.
- Setiap informasi lain yang mungkin perlu diketahui petugas kesehatan yang akan
merawat anak di rumah sakit, seperti tindakan yang telah diberikan sebelumnya
dan imunisasi yang dibutuhkan.
- Nama Saudara dan Puskesmas.
BAB V
JIKA RUJUKAN TIDAK MEMUNGKINKAN
PEMBERIAN ANTIBIOTIK UNTUK RAWAT INAP
Jika rujukan segera tidak memungkinkan, maka lakukan tindakan/pengobatan
berikut:
- Jelaskan kepada orang tua keadaan bayi yang sedang sakit berat. Minta
persetujuan
orang tua (informed consent) untuk tindakan/pengobatan yang akan Saudara
lakukan.
- Jika anak masih bisa minum berikan Amoksisilin 2 kali sehari dengan dosis
45 mg/kgBB/kali selama 10 hari.
- Jika anak tidak bisa minum maka berikan antibiotik intra muskular selama 5 hari
(lihat
tabel 5.11 dan 5.12).
- Untuk kelompok umur 2 bulan-5 tahun beri Ampisilin (50 mg/kgBB intramuskular/
intravena setiap 6 jam) DAN Gentamisin (7.5 mg/kgBB intramuskular/intravena
setiap
24 jam).
- Untuk kelompok umur <2 bulan Ampisilin intramuskular/intravena (100 mg/kgBB/
24 jam diberikan tiap 12 jam DAN Gentamisin (2.5 mg/kgBB
intramuskular/intarvena
setiap 12 jam).
- Bila anak memberikan respon yang baik maka lanjutkan pemberian injeksi
selama 5 hari.

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 24/31


- Jika di antara waktu tersebut telah memungkinkan untuk dirujuk, RUJUK
SEGERA
- Selanjutnya terapi bisa dilanjutkan di rumah dengan amoksisilin oral (15 mg/kgBB
tiga kali sehari) dan Gentamisin IM sekali/hari selama 5 hari lagi untuk melengkapi
keseluruhan pengobatan 10 hari.

PEMBERIAN OKSIGEN
Pada anak dengan pneumonia berat atau pneumonia sangat berat yang dapat
meninggal karena kekurangan oksigen sangat tepat untuk memberikan oksigen.
Pemberian oksigen dapat mempertahankan agar pasien tetap hidup sehingga
daya tahan tubuh dan antibiotik mendapatkan cukup waktu untuk membunuh
kuman penyebab penyakit.
Indikasi pengobatan dengan oksigen:
- Sianosis sentral (kebiruan pada wajah di sekitar mulut dan hidung)
Merupakan gejala klinik yang terpenting sebagai tanda hipoksemia (kekurangan
oksigen dalam darah). Tetapi sianosis muncul lambat sehingga relatif kurang
sensitif.
- Tidak dapat minum
- Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat
- Frekuensi napas lebih dari 70 kali/menit pada anak 2 bulan - <5 tahun
- Merintih/grunting pada bayi berumur <2 bulan
- Kegelisahan (yang membaik dengan pemberian oksigen)
BAB V
Pemberian Oksigen
- Alat yang direkomendasikan untuk pemberian oksigen pada bayi/anak adalah
melalui selang hidung (nasal prong).
- Sumber oksigen berupa konsentrator oksigen walaupun memerlukan aliran listrik
tetapi memiliki beberapa kelebihan karena lebih kecil, lebih ringan dan lebih murah
dibandingkan dengan oksigen tabung. Diperlukan waktu 10 menit untuk
menghasilkan konsentrasi oksigen yang diperlukan (90-95%).
- Bayi muda berumur <2 bulan dengan pneumonia lebih mudah meninggal
dibanding bayi yang lebih tua sehingga pemberian oksigen secara tepat
merupakan hal penting. Jagalah sungguh-sungguh pada bayi prematur untuk
menghindari pemberian oksigen terlalu banyak karena dapat mengakibatkan
kebutaan.
BAB VI

KONSELING BAGI IBU


MENGAJARI IBU CARA PEMBERIAN OBAT ORAL DI RUMAH
IBU MEMBERI DOSIS PERTAMA PADA ANAK
Pemberian obat dosis pertama hendaknya dilaksanakan di Puskesmas, baik anak
yang akan dirujuk ke rumah sakit, maupun yang akan meneruskan perawatannya
di rumah. Apabila jarak ke rumah sakit rujukan sampai dengan mendapat
pelayanan bisa ditempuh kurang dari satu jam, misalnya di daerah perkotaan,
pemberian dosis pertama di Puskesmas ini tidak perlu. Jika anak dirawat oleh ibu

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 25/31


di rumah, saat ini merupakan kesempatan yang baik bagi petugas kesehatan
untuk memberi contoh bagaimana cara pemberian obat yang benar.
- Gunakan bagan pengobatan untuk menentukan obat dan dosis yang sesuai.
- Beritahukan ibu alasan pemberian obat kepada anak, termasuk mengapa diberi
obat oral dan masalah apa yang diobati.
- Peragakan cara mengukur satu dosis
 Bila Saudara memberi tablet
Tunjukkan kepada ibu jumlah obat dalam satu dosis, bila perlu peragakan cara
membagi/membelah tablet. Bila tablet harus digerus sebelum diberikan,
tambahkan beberapa tetes air matang; diamkan 1-2 menit. Air akan membuat
tablet menjadi lebih lunak sehingga mudah digerus.
 Bila Saudara memberi sirup
Peragakan cara mengukur dosis dalam milimeter (ml) secara benar dengan
menggunakan sendok takar obat atau sendok makan (sendok rumah tangga)
- Amati cara ibu menyiapkan obat satu dosis
Ibu diminta melakukan sendiri cara mengukur satu dosis. Bila obat berbentuk
tablet dan anak tidak bisa menelan tablet, ajari ibu menggerus tablet tersebut.
Amati selama ibu praktek. Puji ibu jika yang dilakukannya benar. Jika ibu membuat
kesalahan dalam mengukur dosis, tunjukkan cara yang benar. Setelah memberi
dosis pertama, ibu diminta mengawasi anak selama 30 menit setelah pemberian
obat. Bila dalam 30 menit anak muntah (tablet atau sirup ada di muntahan), beri
satu dosis lagi (ulangi lagi). Bila anak muntah lagi sampai timbul tanda dehidrasi
maka atasi dehidrasinya terlebih dahulu sebelum ibu memberikan obat dosis
berikutnya. Konseling bagi ibu

MENJELASKAN BAHWA ANTIBIOTIK YANG DIBERIKAN HARUS DIMINUM


SAMPAI HABIS SESUAI JADWAL PENGOBATAN WALAUPUN KEADAAN ANAK
SUDAH MEMBAIK
- Berikan antibiotik cukup untuk 3 hari. Jelaskan kepada ibu bahwa ia harus :
 Memberikan antibiotik selama 3 hari
 Selesaikan pemberian sampai 3 hari penuh, walaupun anak sudah tampak
sehat sebelum 3 hari. Jelaskan bahwa bakteri tetap berada dalam tubuh walaupun
tandatanda penyakit sudah hilang.
- Cantumkan nama dan umur penderita.
- Cantumkan dosis yang tepat untuk penderita (jumlah tablet/sirup, berapa sendok
takar).

CEK PEMAHAMAN IBU SEBELUM MENINGGALKAN PUSKESMAS


Ajukan pertanyaan sebagai berikut;
- “Setiap kali mengobati anak, ada berapa macam obat?”
- “Kapan Ibu memberi obat ini? Untuk berapa lama?”
- “Berapa tablet setiap kali pemberian?”
- “Obat mana yang diberikan 2 kali setiap hari?
Pastikan bahwa petugas obat dapat melaksanakan tugas penting ini dengan baik.
Cek pemahaman ibu sebelum meninggalkan Puskesmas. Saudara akan tahu dari
jawabanjawaban

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 26/31


ibu bahwa petugas obat melakukan tugasnya dengan baik.

MENGGUNAKAN BUKU KIA UNTUK PETUNJUK PEMBERIAN MAKANAN,


CAIRAN/ASI SERTA TANDA -TANDA UNTUK KEMBALI SEGERA
Buku KIA diberikan kepada setiap ibu hamil. Buku ini terdiri dari 2 bagian: bagian
ibu dan bagian anak. Pada tatalaksana standar penyakit ISPA pada anak yang kita
gunakan adalah bagian anak yang berisi nasihat-nasihat tentang panduan cara
merawat bayi dan anak Balita yang sehat dan sakit. Pada buku KIA, jelaskan,
lingkari atau catat informasi yang ada hubungannya dengan anaknya.

BAB VI
NASIHAT PEMBERIAN MAKANAN
Lingkari nasihat pemberian makan dan jenis cairan yang tepat, sesuai dengan
kelompok umur anak. Anjuran pemberian makan terbagi untuk kelompok umur: 0-6
bulan, 6-12 bulan, 1-2 tahun, 2-3 tahun dan 3-5 tahun.
Waspadai gangguan pemberian makan pada anak:
 Bersihkan hidung agar tak mengganggu pemberian makanan.
Bersihkanlah lubang hidung dari ingus/lendir yang telah mengering dengan kain
bersih yang dibasahi air supaya hidung tidak tersumbat.
 Mengatasi demam tinggi.
Demam > 38.50C bisa juga mengganggu pemberian makanan dan harus diobati
dengan parasetamol.
 Pemberian makanan pada bayi yang tidak bisa mengisap dengan baik.
Stomatitis (radang dalam mulut) yang berat dapat mengganggu anak mengisap
ASI dengan baik. Ajarkan ibu untuk memeras ASI ke dalam mangkuk, atau
menyiapkan susu buatan yang baik, kemudian memberikan kepada anaknya
dengan sendok.
 Pemberian makanan pada anak yang muntah.
Perlu diperhatikan pada kasus batuk rejan (pertusis) yang sering kali muntah pada
akhir rentetan batuk. Anak yang sering muntah bisa mengalami malnutrisi. Ibu
harus memberikan makanan pada saat muntahnya reda. Usahakan pemberian
makanan sesering mungkin selama sakit dan sesudah sembuh. Bawalah kembali
ke petugas kesehatan bila anak tidak bisa makan dan berat badan menurun.
 Pemberian makanan selama anak sakit.
Untuk anak berumur 6 bulan atau lebih, berilah makanan dengan nilai gizi dan
kalori yang tinggi. Dengan melihat umurnya, berilah campuran tepung dengan
kacang-kacangan, atau tepung dengan daging atau ikan. Tambahkan minyak
untuk memperkaya energi. Bisa juga ditambahkan makanan dari susu dan telur.
Berilah makanan pada anak selama anak masih menghendaki. Bila umur anak
kurang dari 6 bulan atau belum mendapat makanan tambahan, anjurkan ibunya
untuk lebih sering memberikan ASI.
 Pemberian makanan setelah anak sembuh.
Pada umumnya anak yang sedang sakit hanya bisa makan sedikit. Karena itu
setelah sembuh, usahakan pemberian makanan tambahan setiap hari selama
seminggu atau sampai berat badan anak mencapai normal. Hal ini akan

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 27/31


mempercepat anak mencapai tingkat kesehatan semula serta mencegah
malnutrisi. Malnutrisi akan mempermudah atau memperberat penyakit infeksi.

NASIHAT PEMBERIAN CAIRAN


 Berilah minuman lebih banyak pada anak.
Anak dengan infeksi saluran pernapasan dapat kehilangan cairan lebih banyak
dari biasanya terutama demam. Anjurkan ibunya untuk memberi cairan tambahan:
lebih banyak memberi ASI, susu buatan, air putih, sari buah dan sebagainya.
 Pemberian ASI.
Bila anak belum menerima makanan tambahan apapun, anjurkan ibunya untuk
memberikan ASI lebih sering daripada biasanya.

KEMBALI SEGERA
Lingkari tanda-tanda untuk kembali segera. Mintalah ibu untuk mengamati
kemungkinan timbulnya tanda-tanda pneumonia dan jika timbul mintalah segera
membawa kembali anaknya ke petugas kesehatan. Tanda-tanda pneumonia yang
bisa diamati oleh ibu ialah :
 Pernapasan menjadi sulit.
 Pernapasan menjadi cepat.
 Anak tidak mau minum.
 Sakit anak tampak lebih berat.
Mintalah ibu menceritakan dengan kata-katanya sendiri apa yang harus dilakukan
di rumah.
Beri semangat agar ia memakai Buku KIA untuk membantunya mengingat.

MENGAJARI IBU MENGGUNAKAN BAHAN YANG AMAN UNTUK MEREDAKAN


BATUK DI RUMAH
Gunakan bahan yang aman untuk meredakan batuk dan melegakan tenggorok.
Bahanbahan
ini dapat dibuat dari bahan-bahan yang tersedia di rumah tanggaBAHAN AMAN
YANG IANJURKAN
- ASI Eksklusif untuk bayi sampai umur 6 bulan
- Kecap manis atau madu dicampur dengan air jeruk nipis dengan perbandingan
yang sama. Madu tidak dianjurkan pada bayi (<1 tahun)OBAT YANG TIDAK
DIANJURKAN
- Semua jenis obat batuk yang dijual bebas yang mengandung codein
- Obat-obatan dekongestan oral dan nasal
ASI adalah bahan penyembuh terbaik bagi bayi yang mendapat ASI Eksklusif.
Hindari penggunaan bahan yang membahayakan. Jangan menggunakan obat
batuk yang mengandung bahan-bahan berbahaya seperti: atropin, codein dan
turunannya atau alkohol.
Bahan-bahan tersebut dapat menurunkan kesadaran anak sehingga mengganggu
jadwal makan anak. Selain itu obat-obat tersebut juga mempengaruhi kemampuan
anak untuk mengeluarkan lendir dari paru-paru. Obat tetes hidung juga harus
dihindari penggunaannya, kecuali tetes hidung yang hanya mengandung larutan
garam.

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 28/31


VII
BAB IV
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan P2 ISPA dari


kebutuhan obat disesuaikan dengan obat yang digunakan di puskesmas.
Sediaan Oral :
a. Tablet / Sirup Amoksisilin
b. Tablet / Sirup Kotrimoksazol
c. Tablet / Sirup Paracetamol
d. Tablet Salbutamol
Sediaan Alat :
a. ARI Soundtimer
b. Tabung Oksigen
c. Buku KIA
d. Blanko MTBM / MTBS
e. Leaflet
f. Lembar balik pneumonia balita

BAB V
KESELAMATAN SASARAN

Dalam pelaksanaan kegiatan P2 ISPA diperhatikan keselamatan sasaran


dengan memonitor dan mengevaluasi kejadian kunjungan ulang untuk
pneumonia. Setiap anak dengan pneumonia yang mendapat antibiotik
diharapkan berkunjung ulang 2 hari kemudian.

BAB VI
KESELAMATAN KERJA

Dalam pelaksanaan kegiatan program P2 ISPA perlu diperhatikan


keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dengan
melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi
pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko harus dilakukan
untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan program P2 ISPA dimonitor dan dievaluasi dengan


menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Petugas memahami tata laksana penderita batuk dan atau kesukaran
bernapas.

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 29/31


2. Petugas memahami bagan pengobatan.
3. Petugas memahami bagan rujukan.
4. Petugas Menggunakan bagan MTBM/MTBS.
5. Petugas melakukan pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan.

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 30/31


BAB VIII
PENUTUP

Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan


lintas sektor terkait dalam pelaksanaan pelayanan program P2 ISPA dengan
tetap memperhatikan proses tatalaksana pneumonia balita.

Keberhasilan kegiatan program P2 ISPA ini tergantung pada komitmen


yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian
masyarakat dan peran serta aktif masyarakat dalam bidang kesehatan.

Pedoman Internal Pelaksanaan Pelayanan Program P2 ISPA 31/31

Anda mungkin juga menyukai