Anda di halaman 1dari 9

Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah/Penerbitan Surat Perintah


Kerja dan Kontrak/Surat Perjanjian
Setelah proses pengadaan barang diselesaikan, maka untuk proses selanjutnya berdasarkan
hasil penetapan pemenang/keputusan pemenang lelang, Kuasa Pengguna Anggaran atau
Pejabat Pembuat Komitmen dibantu ULP/Pejabat Pengadaan Barang/jasa
menyusun/menerbitkan Surat Perintah Kerja (SPK) dan Surat Perjanjian, dengan ketentuan
untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai sampai dengan
Rp100.000.000,- (dalam draft perubahan Perpres 54 Tahun 2010 tanggal 28 Maret 2012
nilainya adalah sampai dengan Rp200.000.000) dan untuk Jasa Konsultansi dengan nilai
sampai dengan Rp50.000.000,- melalui penerbitan Surat Perintah Kerja (SPK), sedangkan
untuk pengadaan barang/Pekerjaan Konstruksi/jasa Lainnya yang nilainya diatas
Rp100.000.000,- (dalam draft perubahan Perpres 54 Tahun 2010 tanggal 28 Maret 2012
nilainya adalah diatas Rp200.000.000) dan untuk pengadaan jasa konsultansi yang nilainya
diatas Rp50.000.000,- dilakukan dengan penerbitan Surat Perjanjian.

Kerja (SPK)
Berdasarkan pasal 55 Perpres No.54 Tahun 2010, ditetapkan bahwa pengadaan barang/jasa di
bawah nilai Rp5.000.000,- ,- (dalam draft perubahan Perpres 54 Tahun 2010 tanggal 28
Maret 2012 nilainya adalah dibawah Rp10.000.000) dilakukan dengan bukti pembelian,
pengadaan barang/jasa dengan nilai Rp5.000.000,- s.d Rp10.000.000,- (dalam draft
perubahan Perpres 54 Tahun 2010 tanggal 28 Maret 2012 nilainya adalah Rp10.000.000,- s.d
Rp50.000.000) dilakukan dengan kuitansi, sedangkan untuk pengadaan barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya di atas Rp10.000.000,- s.d Rp100.000.000,- (dalam draft perubahan
Perpres 54 Tahun 2010 tanggal 28 Maret 2012 nilainya adalah Rp50.000.000,- s.d
Rp200.000.000) dan pengadaan jasa konsultansi dengan nilai sampai dengan Rp50.000.000,-
dilakukan dengan penerbitan SPK tanpa perlu menyampaikan jaminan pelaksanaan.

Jaminan Pelaksanaan diberikan oleh Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya


untuk Kontrak bernilai diatas Rp100.000.000,- (dalam draft perubahan Perpres 54 Tahun
2010 tanggal 28 Maret 2012 nilainya adalah diatas Rp200.000.000).

Surat Perintah Kerja lebih sederhana dibanding dengan surat perjanjian, namun tetap
ditandatangani oleh kedua belah pihak baik oleh Penyedia Barang/Jasa maupun KPA/PPK
dan sekurang-kurangnya memuat :

1. judul SPK;
2. nomor dan tanggal SPK;
3. nomor dan tanggal Surat Permintaan Penawaran;
4. nomor dan tanggal Berita Acara Hasil Negosiasi;
5. sumber dana;
6. waktu pelaksanaan;
7. uraian pekerjaan yang dilaksanakan;
8. nilai pekerjaan;
9. tata cara pembayaran;
10. sanksi;
11. tanda tangan kedua belah pihak;
12. standar ketentuan dan syarat umum SPK

Dalam standar ketentuan dan syarat umum SPK paling sedikit memuat antara lain :

1. Itikad Baik
1. Para pihak yang bertindak atas asas saling percaya yang saling disesuaikan
dengan hak-hak yang terdapat dalam SPK.
2. Para pihak setuju untuk melaksanakan SPK dengan jujur tanpa menonjolkan
kepentingan masing-masing pihak. Apabila salah satu pihak merasa dirugikan,
maka diupayakan tindakan yang terbaik untuk mengatasi keadaan tersebut.
2. Penyedia Mandiri
Penyedia bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan pekerjaan.
3. Penerimaan Barang
PPK berhak untuk memeriksa barang setelah serah terima barang dan untuk menolak
penerimaan barang yang tidak memenuhi spesifikasi dalam SPK ini. Pembayaran atas
barang bukan merupakan bukti penerimaan barang tersebut.
4. Hak Kekayaan Intelektual
Penyedia berkewajiban untuk memastikan bahwa barang yang dipasok tidak
melanggar Hak Kekayaan Intelektual (HKI) pihak manapun dan dalam bentuk
apapun. Penyedia berkewajiban untuk menanggung PPK dari atau atas semua
tuntutan, tanggung jawab, kewajiban, kehilangan, kerugian, denda, gugatan atau
tuntutan hukum, proses pemeriksaan hukum, dan biaya yang dikenakan terhadap PPK
sehubungan dengan klaim atas pelanggaran HKI, termasuk pelanggaran hak cipta,
merek dagang, hak paten, dan bentuk HKI lainnya yang dilakukan atau diduga
dilakukan oleh Penyedia.
5. Jaminan Mutu dan Pengepakan
Penyedia Barang menjamin bahwa barang, termasuk pengepakannya, memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan serta bebas dari cacat mutu. Penyedia Barang juga
menjamin bahwa barang dikepak sedemikian rupa sehingga barangterhindar dan
terlindungi dari resiko kerusakan atau kehilangan selama masa transportasi atau pada
saat pengiriman dari tempat asal sampai serah terima.
6. Pemutusan
Menyimpang dari Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, PPK
dapat memutuskan SPK ini dengan pemberitahuan tertulis kepada Penyedia Barang.
Apabila SPK diputuskan sebelum waktu pelaksanaan pengadaan berakhir dan
pemutusan tersebut akibat Keadaan Kahar atau bukan karena kesalahan atau kelalaian
penyedia maka penyedia berhak atas pembayaran pekerjaan sesuai dengan prestasi
pengadaan yang dapat diterima oleh PPK.
7. Pemeliharaan Lingkungan
Penyedia berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah yang memadai untuk
melindungi lingkungan selama pelaksanaan pengadaan barang serta membatasi
gangguan lingkungan terhadap pihak ketiga dan harta bendanya sehubungan dengan
pelaksanaan SPK ini.
8. Perpajakan
Penyedia berkewajiban untuk membayar semua pajak, bea, retribusi, dan pungutan
lain yang dibebankan oleh peraturan perundang-undangan atas pelaksanaan SPK.
Semua pengeluaran perpajakan ini dianggap telah termasuk dalam nilai SPK.
9. Hukum Yang Berlaku
Keabsahan, interpretasi, dan pelaksanaan SPK ini didasarkan kepada hukum Republik
Indonesia.
10. Penyelesaian Perselisihan
PPK dan Penyedia berkewajiban untuk berupaya sungguh-sungguh menyelesaikan
secara damai semua perselisihan yang timbul dari atau berhubungan dengan SPK ini
atau interpretasinya selama atau setelah pelaksanaan pengadaan barang ini. Apabila
perselisihan tidak dapat diselesaikan secara musyawarah maka perselisihan akan
diselesaikan melalui arbitrase, mediasi, konsiliasi atau pengadilan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
11. Perubahan SPK
SPK ini tidak dapat diubah kecuali dibuat secara tertulis serta berlaku apabila
disetujui oleh para pihak.
12. Pengalihan dan/atau Subkontrak
Penyedia dilarang untuk mengalihkan dan/atau mensubkontrakkan sebagian atau
seluruh pengadaan. Pengalihan seluruh pengadaan hanya diperbolehkan dalam hal
pergantian nama penyedia, baik sebagai akibat peleburan, konsolidasi, pemisahan atau
akibat lainnya.
13. Larangan Pemberian Komisi
Penyedia menjamin tidak akan memberikan komisi dalam bentuk apa pun (gratifikasi)
kepada semua pihak terkait.

SPK dibuat sekurang-kurangnya 2 (dua), SPK asli pertama untuk KPA/PPK sedangkan SPK
kedua untuk Penyedia barang/Jasa, kedua SPK tersebut ditandatangani diatas materai
secukupnya. Untuk rangkap SPK lainnya tanpa perlu dibubuhi materai.

Kontrak/Surat Perjanjian
Jenis Kontrak

Berdasarkan Bentuk ImbalanLump sum


Adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas
waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga;
2. semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Barang/Jasa;
3. pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai
dengan isi Kontrak;
4. sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based);
5. total harga penawaran bersifat mengikat; dan
6. tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.
2. Harga Satuan
Adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam
batas waktu tertentu yang ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Harga Satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan dengan
spesifikasi teknis tertentu;
2. volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada saat
Kontrak ditandatangani;
3. pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume
pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa;
dan.
4. dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/kurang berdasarkan hasil pengukuran
bersama atas pekerjaan yang diperlukan.
3. Gabungan Lump sum dan harga satuan
Adalah merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam satu pekerjaan yang
diperjanjikan.
4. Kontrak Persentase
Merupakan Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya, dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Penyedia Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya menerima imbalan berdasarkan
persentase dari nilai pekerjaan tertentu; dan
2. pembayarannya didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan
sesuai dengan isi Kontrak.
5. Terima jadi
Adalah kontrak pengadaan barang/Pekerjaan Kunstruksi/Jasa Lainnya atas
penyelesaian seluruh kontrak dalam batas waktu tertentu dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan;
dan
2. pembayaran dilakukan berdasarkan hasil penilaian bersama yang
menunjukkan bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan kriteria
kinerja yang telah ditetapkan.

Berdasarkan Jangka WaktuTahun Tunggal


Kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa 1 tahun anggaran;

1. Tahun Jamak
Adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa
lebih dari 1 tahun anggaran yang dilakukan atas persetujuan Menteri Keuangan untuk
pengadaan yang dibiayai dari APBN dan bernilai di atas Rp10.000.000.000,-,
persetujuan Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan untuk pengadaan yang
dibiayai dari APBN dan bernilai sampai dengan Rp10.000.000.000,-, dan persetujuan
Gubernur/Bupati/Walikota untuk yang dananya dibiayai dari APBD.

Berdasarkan draft perubahan Perpres 54 Tahun 2010 tanggal 28 Maret 2012, ketentuan
mengenai kontrak tahun jamak adalah sebagai berikut:

1. Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan untuk kegiatan yang nilai kontraknya


sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) bagi kegiatan:
penanaman benih/bibit, penghijauan, pelayanan perintis laut/udara, makanan dan obat
di rumah sakit, makanan untuk narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, pengadaan
pita cukai, layanan pembuangan sampah dan pengadaan jasa cleaning service.
2. Menteri Keuangan untuk kegiatan yang nilainya di atas Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah) dan kegiatan yang nilainya sampai dengan
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) yang tidak termasuk dalam kriteria pada
huruf a di atas. Persetujuan oleh Menteri Keuangan diselesaikan paling lambat 7
(tujuh) hari kerja sejak dokumen diterima secara lengkap.
3. Kontrak Tahun Jamak pada pemerintah daerah disetujui oleh Kepala Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan Jumlah Pengguna Barang/Jasa

1. Kontrak Pengadaan Tunggal


Kontrak yang dibuat oleh satu PPK dengan satu penyedia Barang/Jasa tertentu untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.
2. Kontrak Pengadaan Bersama
Kontrak antara beberapa PPK dengan satu penyedia barang/jasa tertentu untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan
masing-masing PPK yang menandatangani Kontrak.
3. Kontrak Payung (Framework Contract)
Merupakan Kontrak Harga Satuan antara Pejabat K/L/D/I dan Penyedia Barang/Jasa
yang dapat dimanfaatkan oleh K/L/D/I, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Diadakan untuk menjamin harga Barang/Jasa yang lebih efisien, ketersediaan
Barang/Jasa terjamin dan sifatnya dibutuhkan secara berulang dengan volume
atau kuantitas pekerjaan yang belum dapat ditentukan pada saat Kontrak
ditandatangani;
2. Pembayarannya dilakukan oleh setiap PPK/Satuan Kerja yang didasarkan pada
hasil penilaian/pengukuran bersama terhadap volume/kuantitas pekerjaan yang
telah dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa secara nyata.

Isi Kontrak

Berdasarkan Perpres No.54 Tahun 2010, ditetapkan kontrak minimal memuat ketentuan :

1. Pokok Perjanjian, yang meliputi:


1. Pembukaan, memuat tentang:
1. Judul Kontrak
2. Nomor Kontrak, apabila Kontrak berupa perubahan Kontrak maka
nomor Kontrak harus berurut sesuai dengan berapa kali mengalami
perubahan.
3. Tanggal Kontrak
4. Kalimat Pembuka, menjelaskan bahwa para pihak pada hari, tanggal,
bulan dan tahun membuat dan menandatangani kontrak.
5. Para Pihak dalam Kontrak meliputi nama, jabatan dan alamat serta
kedudukan para pihak dalam kontrak tersebut, apakah sebagai pihak
pertama atau pihak kedua.
6. Latar Belakang, menjelaskan latar belakang ditandatanganinya kontrak
yang meliputi informasi:
2. Isi, sedikitnya memuat:
1. Pernyataan bahwa para pihak telah sepakat atau setuju untuk
mengadakan kontrak mengenai obyek yang dikontrakkan sesuai
dengan jenis pekerjaannya.
2. Pernyataan bahwa para pihak telah menyetujui besarnya harga kontrak.
Harga kontrak harus ditulis dengan angka dan huruf, serta rincian
sumber pembiayaannya.
3. Pernyataan bahwa ungkapan-ungkapan dalam perjanjian harus
mempunyai arti dan makna yang sama seperti yang tercantum dalam
kontrak.
4. Pernyataan bahwa kontrak yang dibuat ini meliputi beberapa dokumen
dan merupakan satu kesatuan yang disebut kontrak.
5. Pernyataan bahwa apabila terjadi pertentangan antara ketentuan yang
ada dalam dokumen-dokumen kontrak maka yang dipakai adalah
dokumen yang urutannya lebih dulu sesuai dengan hirarkinya.
6. Pernyataan mengenai persetujuan para pihak untuk melaksanakan
kewajiban masing-masing, yaitu pihak pertama membayar harga yang
tercantum dalam Kontrak dan pihak kedua melaksanakan pekerjaan
yang diperjanjikan dalam kontrak.
7. Pernyataan mengenai jangka waktu pelaksanaan pekerjaan, yaitu kapan
dimulai dan diakhirinya pekerjaan tersebut.
8. Pernyataan mengenai kapan mulai efektif berlakunya kontrak.
3. Penutup
1. Pernyataan bahwa para pihak dalam perjanjian ini telah menyetujui
untuk melaksanakan perjanjian sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan di Indonesia.
2. Tanda tangan para pihak dalam surat perjanjian dengan dibubuhi
materai.
3. Kontrak ditandatangani setelah ada penunjukan penyedia. Oleh karena
itu, tanggal penandatanganan kontrak tidak boleh mendahului tanggal
SPPBJ.
2. Syarat-syarat umum kontrak
3. Syarat-syarat khusus kontrak
4. Dokumen lain yang merupakan bagian dari kontrak

Penyusunan kontrak pengadaan barang/jasa perlu memperhatikan ketentuan perundang-


undangan yang berlaku yaitu peraturan perundang-undangan Republik Indonesia. Kontrak
pengadaan barang/jasa di dalam negeri tidak diperkenankan dilakukan dalam valuta asing dan
kontrak dalam valuta asing tidak dapat diubah dalam bentuk rupiah demikian pula
sebaliknya. Pengecualian terhadap ketentuan tersebut terlebih dahulu harus mendapatkan
persetujuan dari Menteri Keuangan.

Penandatanganan Kontrak

Berdasarkan Perpres No.54 tahun 2010 penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa


dilakukan setelah DIPA/DPA disahkan. Yaitu PPK dan Penyedia Barang/Jasa
menandatangani Kontrak setelah Penyedia Barang/Jasa menyerahkan Jaminan Pelaksanaan
paling lambat 14 hari kerja terhitung sejak diterbitkannya Surat Penunjukan Penyedia
Barang/Jasa (SPPBJ). Perlakuan khusus untuk penandatanganan Kontrak Pengadaan
Barang/Jasa yang kompleks dan/atau bernilai diatas Rp100.000.000,-, dilakukan setelah
memperoleh pendapat ahli hukum Kontrak.

Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak Pengadaan Barang /Jasa atas nama Penyedia
Barang/Jasa adalah Direksi yang disebutkan namanya dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar
Penyedia Barang/Jasa, yang telah didaftarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Apabila terdapat pihak lain yang bukan Direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam
Akta Pendirian/Anggaran Dasar, dapat menandatangani bukti perjanjian Pengadaan
Barang/Jasa, sepanjang pihak tersebut adalah pengurus/karyawan perusahaan atau sepanjang
mendapat kuasa/pendelegasian wewenang yang sah dari Direksi atau pihak yang sah
berdasarkan Akta Pendirian/Anggaran Dasar untuk menandatangani Kontrak Pengadaan
Barang/Jasa.

Hak dan Tanggung Jawab Para Pihak

Hak dan tanggung jawab dari masing-masing pihak sesuai dengan Perpres No.54 Tahun 2010
adalah diatur sebagai berikut:

1. Setelah penandatanganan kontrak, apabila diperlukan para pihak dapat melakukan


pemeriksaan kondisi lapangan dan hasil pemeriksaan dituangkan dalam Berita Acara.
Apabila Apabila dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi Kontrak,
maka harus dituangkan dalam adendum Kontrak.
2. Penyedia barang jasa dapat menerima uang muka dari pengguna barang/jasa dengan
jumlah setinggi tingginya 30% untuk Usaha Kecil dan 20% untuk Usaha Selain Kecil
dan penyedia jasa konsultansi dengan memperhitungkan angsuran uang muka pada
setiap angsuran berikutnya).
3. Penyedia barang/jasa dilarang mengalihkan tanggung jawab seluruh pekerjaan utama
dengan mengontrakkan kepada pihak lain;
4. Penyedia barang/jasa dilarang mengalihkan tanggung jawab sebagian pekerjaan utama
dengan mensubkontrakkan kepada pihak lain dengan cara dan alasan apa pun, kecuali
disubkontrakkan kepada penyedia barang/jasa spesialis.
5. Terhadap pelanggaran atas larangan sebagaimana mengalihkan tanggung jawab
seluruh pekerjaan utama dengan mengontrakkan kepada pihak lain, maka dikenakan
sanksi berupa denda yang bentuk dan besarnya sesuai dengan ketentuan dalam
kontrak.

Perubahan Kontrak dan Penghentian/Pemutusan Kontrak

Ketentuan mengenai perubahan kontrak diatur dalam pasal 87 Perpres No.54 Tahun 2010,
yaitu sebagai berikut:

1. Perubahan kontrak dilakukan sesuai kesepakatan antara KPA/PPK dengan Penyedia


Barang/Jasa apabila terjadi perubahan lingkup pekerjaan, metode kerja atau waktu
pelaksanaan sesuai ketentuan yang berlaku.
Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lapangan dengan gambar
dan spesifikasi yang ditentukan dalam dokumen kontrak (pekerjaan konstruksi fisik)
maka dapat dilakukan perubahan kontrak/addendum kontrak dengan penambahan
biaya maksimal 10% dari nilai kontrak. Perubahan kontrak tersebut meliputi:
• Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak;
• Mengurangi atau menambah jenis pekerjaan;
• Mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai kebutuhan lapangan;
• Mengubah jadwal pelaksanaan.
Perubahan pekerjaan berlaku untuk pekerjaan yang menggunakan Kontrak Harga
Satuan atau bagian pekerjaan yang menggunakan harga satuan dari Kontrak
Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan.
Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh KPA/PPK secara tertulis kepada Penyedia
Barang/Jasa, kemudian ditindaklanjuti dengan negosiasi teknis dan harga dengan tetap
mengacu pada ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam kontrak.
Hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam Berita Acara/Change Of Order (CCO)
sebagai dasar penyusunan Addendum Kontrak.
2. Penghentian Kontrak dapat dilakukan apabila memenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Pekerjaan sudah selesai atau terjadi Keadaan Kahar.
2. Apabila terjadi penghentian Kontrak, maka PPK wajib membayar kepada
penyedia sesuai dengan prestasi pekerjaan yang telah dicapai.
3. Pemutusan Kontrak, yaitu dilakukan apabila:
1. denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan Penyedia
Barang/Jasa sudah melampaui 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak;
2. Penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan
tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan;
3. Penyedia terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan
dalam proses Pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang
berwenang;
4. Pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau
pelanggararan persaingan sehat dalam pelaksanaan pengadaan
dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang.
4. Bilamana para pihak cedera janji atau tidak memenuhi kewajiban dan
tanggung jawabnya. Jika pemutusan diakibatkan oleh kelalaian penyedia
barang/jasa maka kepada penyedia barang/jasa dikenakan sanksi berupa:
1. Jaminan Pelaksanaan dicairkan;
2. Sisa Uang Muka harus dilunasi oleh penyedia atau Jaminan Uang
Muka dicairkan;
3. Penyedia membayar denda;
4. Penyedia dimasukkan dalam Daftar Hitam.
5. Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena PPK terlibat penyimpangan
prosedur, dugaan KKN dan/atau pelanggararan persaingan sehat dalam
pelaksanaan pengadaan, maka PPK dikenakan sanksi berdasarkan perundang-
undangan.

Kontrak dibuat sekurang-kurangnya 2 (dua) kontrak asli, kontrak asli pertama untuk
KPA/PPK sedangkan kontrak asli kedua untuk Penyedia Barang/Jasa, kedua kontrak tersebut
ditandatangani di atas materai secukupnya. Untuk rangkap kontrak lainya apabila diperlukan
dapat dibuat dengan tanpa perlu dibubuhi materai.

Pelaksanaan Kontrak Untuk Pengadaan Barang/Jasa


Dalam Keadaan Tertentu
Metode penunjukan langsung dalam penyediaan barang/jasa pemerintah dapat dilaksanakan
apabila dalam keadaan tertentu seperti yang telah dijelaskan pada Bab III sebelumnya.

Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya untuk


penanganan darurat dengan metode Penunjukan Langsung dilakukan dengan PPK
menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) kepada:
1. Penyedia/Penyedia Jasa Konsultansi terdekat yang sedang melaksanakan pekerjaan
sejenis di lokasi penanganan darurat;
2. Penyedia/Penyedia Jasa Konsultansi lain yang dinilai mampu dan memenuhi
kualifikasi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, bila tidak ada Penyedia/Penyedia
Jasa Konsultan terdekat yang sedang melaksanakan pekerjaan sejenis.

Penunjukan Langsung untuk pekerjaan penanggulangan bencana alam dilaksanakan sebagai


berikut:

1. PPK menerbitkan SPMK setelah mendapat persetujuan dari PA/KPA dan salinan
pernyataan bencana alam dari pihak/Instansi yang berwenang sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
2. Opname pekerjaan di lapangan dilakukan bersama antara PPK dan Penyedia
Barang/Jasa, sementara proses dan administrasi pengadaan dapat dilakukan secara
simultan;
3. Penanganan darurat yang dananya berasal dari dana penanggulangan bencana

alam adalah:

1.
1. Penanganan darurat yang harus segera dilaksanakan dan diselesaikan dalam
waktu yang paling singkat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat
dan/atau untuk menghindari kerugian negara atau masyarakat yang lebih
besar;
2. Konstruksi darurat yang harus segera dilaksanakan dan diselesaikan dalam
waktu yang paling singkat, untuk keamanan dan keselamatan masyarakat
dan/atau menghindari kerugian negara/masyarakat yang lebih besar;
3. Bagi kejadian bencana alam yang masuk dalam cakupan wilayah suatu
Kontrak, pekerjaan penanganan darurat dapat dimasukan ke dalam Contract
Change Order (CCO) dan dapat melebihi 10% (sepuluh perseratus) dari nilai
awal Kontrak.

Berdasarkan draft perubahan Perpres 54 Tahun 2010 tanggal 28 Maret 2012, ketentuan
mengenai kontrak penanganan darurat yang dananya berasal dari dana penanggulangan
bencana alam ditambahkan satu ketentuan, yaitu dapat menggunakan konstruksi permanen,
jika penyerahan pekerjaan permanen masih dalam kurun waktu tanggap darurat atau
penanganan darurat hanya dapat diatasi dengan konstruksi permanen untuk menghindari
kerugian negara/masyarakat yang lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai