PENDAHULUAN
Sistem bilangan yang telah dikenal seperti bilangan bulat, bilangan rasional
dan bilangan kompleks mempunyai dua operasi yang didefinisikan padanya yaitu
penjumlahan dan pergandaan. Di bawah operasi pergandaan himpunan bilangan-
bilangan tersebut di atas merupakan grup abelian. Sistem aljabar dengan dua
operasi seperti di atas termasuk dalam sistem aljbar yang dinamakan ring.
Dalam makalah ini akan dibahas definisi dan teorema-teorema Ring Faktor.
Pada Struktur Aljabar 1 telah dibicarakan mengenai Grup Faktor, dimana grup
yang unsur-unsurnya berupa koset dengan suatu operasi. Sama halnya dengan
Ring Faktor, jika pada Grup Faktor mendiskusikan koset pada grup, pada Ring
Faktor pun juga mendiskusikan koset-koset pada ring yang dinamakan ideal.
Dari latar belakang tersebut dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1.3. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Definisi Ring Faktor
2. Mengetahui sifat-sifat pada Ring Faktor.
3. Mengetahui definisi homomorfisma ring
1
BAB II
PEMBAHASAN
= 𝑟1 . 𝑟2 + 𝑟1 𝑁 + 𝑁𝑟2 + 𝑁
Secara umum kita tidak mempunyai jaminan bahwa (𝑟1 + 𝑁) . (𝑟2 + 𝑁) ∈ 𝑅/𝑁.
Tetapi bila N adalah su atu ideal dai R maka 𝑟1 𝑁 ⊆ 𝑁 dan 𝑁𝑟2 ⊆ 𝑁. Hal ini
berakibat bahwa
𝑟1 𝑁 + 𝑁𝑟2 + 𝑁 = 𝑁, sehingga
(𝑟1 + 𝑁)(𝑟2 + 𝑁) = 𝑟1 . 𝑟2 + 𝑁
Untuk semua (𝑟1 + 𝑁) , (𝑟2 + 𝑁) ∈ 𝑅/𝑁 adalah terdefinisi dengan baik. Artinya
bila (𝑠1 + 𝑁) = (𝑟1 + 𝑁) dan (𝑠2 + 𝑁) = (𝑟2 + 𝑁), maka kita harus menjamin
bahwa (𝑟1 + 𝑁)(𝑟2 + 𝑁) = (𝑠1 + 𝑁)(𝑠2 + 𝑁). Untuk itu, kita harus
memperlihatkan bahwa 𝑟1 𝑟2 + 𝑁 = 𝑠1 𝑠2 + 𝑁. Karena N adalah subgroup
normal, hal ini sama artinya dengan memperlihatkan (𝑟1 𝑟2 − 𝑠1 𝑠2 ) ∈ 𝑁.
Perhatikan bahwa
2
𝑟1 𝑟2 − 𝑠1 𝑠2 = 𝑟1 𝑟2 + (−𝑟1 𝑠2 + 𝑟1 𝑠2 ) − 𝑠1 𝑠2
= 𝑟1 ( 𝑟2 − 𝑠2 ) + (𝑟1 − 𝑠1 )𝑠2
Karena (𝑠1 + 𝑁) = (𝑟1 + 𝑁) dan (𝑠2 + 𝑁) = (𝑟2 + 𝑁), maka (𝑟1 − 𝑠1 ), (𝑟2 −
𝑠2 ) ∈ 𝑁. Sehingga 𝑟1 ( 𝑟2 − 𝑠2 ) ∈ 𝑁 dan (𝑟1 − 𝑠1 )𝑠2 ∈ 𝑁, akibatnya
𝑟1 𝑟2 − 𝑠1 𝑠2 = 𝑟1 ( 𝑟2 − 𝑠2 ) + (𝑟1 − 𝑠1 )𝑠2
Teorema 1.1
Andaikan 𝑅 adalah suatu ring dan misalkan 𝑁 adalah ideal dari 𝑅. Bila pada
himpunan 𝑅/𝑁 = {𝑟 + 𝑁: 𝑟 ∈ 𝑅} didefinisikan operasi
Dan
(𝑟1 + 𝑁) . (𝑟2 + 𝑁) = 𝑟1 . 𝑟2 + 𝑁
untuk semua (𝑟1 + 𝑁) , (𝑟2 + 𝑁) ∈ 𝑅/𝑁, maka < 𝑅 ⁄𝑁 , +,∙ > adalah suatu ring.
Bukti:
Akan dibuktikan bahwa < 𝑅 ⁄𝑁 , +,∙ > adalah suatu ring. Untuk membuktikannya
harus memenuhi syarat-syarat ring yaitu:
3
ii. Assosiatif terhadap penjumlahan (+) di 𝑅/𝑁
Ambil sembarang (𝑟1 + 𝑁) , (𝑟2 + 𝑁), (𝑟3 + 𝑁) ∈ 𝑅/𝑁
[(𝑟1 + 𝑁) + (𝑟2 + 𝑁)] + (𝑟3 + 𝑁) = [(𝑟1 + 𝑟2 ) + 𝑁] + (𝑟3 + 𝑁) ....Definisi
operasi pada R/ N
iv. Adanya unsur balikan atau invers terhadap penjumlahan (+) di R/N
Ambil sembarang (𝑟1 + 𝑁) ∈ 𝑅/𝑁, pilih (−𝑟1 ) + 𝑁 ∈ 𝑅/𝑁 diperoleh
(𝑟1 + 𝑁) + ((−𝑟1 ) + 𝑁) = (𝑟1 + (−𝑟1 )) + 𝑁 = 𝑒 + 𝑁 = 𝑁
((−𝑟1 ) + 𝑁) + (𝑟1 + 𝑁) = ((−𝑟1 ) + 𝑟1 ) + 𝑁 = 𝑒 + 𝑁 = 𝑁
Karena (𝑟1 + 𝑁) + ((−𝑟1 ) + 𝑁) = ((−𝑟1 ) + 𝑁) + (𝑟1 + 𝑁) = 𝑒 + 𝑁, maka
R/N memiliki unsur invers.
4
= (𝑟2 + 𝑁) + (𝑟1 + 𝑁) ….Definisi operasi pada R/ N
5
= 𝑟1 (𝑟2 + 𝑟3 ) + 𝑁 ……………………. Definisi operasi pada R/ N
Contoh 1
Bila K = {0, 2, 4} adalah suatu Ideal yang dibangun oleh 2 dalam Z6.
Tunjukan Z6/K merupakan Ring Faktor.
Penyelesaian :
6
+ K 1+K
. K 1+K
K K 1+K
K K K
1+K 1+K K
1+K K 1+K
Berlaku (a K ) (b K ) (a b) K
Karena a, b Z6 dan Z 6 merupakan ring, maka a b Z6
Sehingga (a b) K Z6 / K
(e K ) (a K ) (0 K ) (a K )
(0 a ) K
7
(a K )
(a K ) (e K ) (a K ) (0 K )
(a 0) K
(a K )
Terbuktilah bahwa di Z6 / K memiliki unsur identitas.
4. Adanya unsur balikan atau invers terhadap penjumlahan (+) di Z6/K
(a K ) Z 6 / K a 1 K Z 6 / K (a K ) (a 1 K ) (a 1 K ) (a K ) (e K )
Misalkan (a 1 K ) (a K )
(a K ) (a 1 K ) (a K ) (a K )
(a ( a )) K
(0 K )
(e K )
(a 1 K ) (a K ) (a K ) (a K )
(a a) K
(0 K )
(e K )
Terbuktilah bahwa di Z6 / K memiliki unsur invers.
5. Komutatif terhadap penjumlahan (+) di Z6/K
Ambil sembarang a K , b K Z6 / K dengan a, b Z 6.
8
Berlaku (a K ).(b K ) (a.b) K
Karena a, b Z6 dan Z 6 merupakan ring, maka a.b Z 6
Sehingga (a.b) K Z6 / K
9
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Z6/K = {K, K + 1} adalah
merupakan suatu Ring Faktor.
Lemma I.2
Andaikan R adalah ring komutatif dengan unsur kesatuan 1. Bila N adalah suatu
ideal dari R, maka R/N adalah suatu ring komutatif dengan unsur kesatuan.
Bukti :
Pada teorema sebelumnya menjamin R/N adalah suatu ring. Selanjutnya untuk
setiap 𝑟1 + 𝑁, 𝑟2 + 𝑁 ∈ 𝑅/𝑁
(𝑟1 + 𝑁)( 𝑟2 + 𝑁) = 𝑟1 𝑟2 + 𝑁
= ( 𝑟2 + 𝑁)(𝑟1 + 𝑁)
(1 + 𝑁)(𝑟 + 𝑁) = (𝑟 + 𝑁)(1 + 𝑁)
=𝑟+𝑁
Teorema 1.3
Misalkan R adalah suatu ring komutatif dengan unsure kesatuan 1, dan misalkan
N adalah suatu ideal dari R. R/N adalah suatu lapangan jika dan hanya jika N
adalah ideal maksimal.
Bukti:
Pada teorema 1.3 terdapat dua pernyataan yang harus dibuktikan yaitu:
10
Untuk bukti 1:
Diketahui R/N adalah suatu lapangan, akan ditunjukkan bahwa N adalah ideal
maksimal.
Untuk itu misalkan M adalah ideal dari R sehingga 𝑁 ⊂ 𝑀, kita perlihatkan 𝑀 =
𝑅 menurut teorema H.3 cukup diperlihatkan 1 ∈ 𝑀. Misalkan 𝑚 ∈ 𝑀 sehingga
𝑚 ∉ 𝑁, karenanya 𝑚 + 𝑁 ∈ 𝑅/𝑁.
Karena 𝑅/𝑁 adalah suatu lapangan, maka terdapat 𝑘 + 𝑁 ∈ 𝑅/𝑁 sehingga
(𝑚 + 𝑁)(𝑘 + 𝑁) = 1 + 𝑁. Perhatikan bahwa (𝑚 + 𝑁)(𝑘 + 𝑁) = 𝑚𝑘 + 𝑁 =
1 + 𝑁, akibatnya 1 − 𝑚𝑘 ∈ 𝑁 ⊂ 𝑀. Selanjutnya, karena M adalah suatu ideal dan
𝑚 ∈ 𝑀 maka 𝑚𝑘 ∈ 𝑀. Hal ini berakibat 1 ∈ 𝑀. Jadi 𝑀 = 𝑅 sehingga N ideal
maksimal.
Untuk bukti 2:
Diketahui N adalah ideal maksimal dari R/N, akan ditunjukkan bahwa R/N adalah
suatu lapangan.
Karena R komutatif dengan unsure satuan, kita cukup memperlihatkan bahwa
setiap (𝑟 + 𝑁) ∈ 𝑅/𝑁 adalah unsure satuan. Perhatikan himpunan
𝑆 = {𝑠𝑟 + 𝑛: 𝑟 ∈ 𝑅 𝑑𝑎𝑛 𝑛 ∈ 𝑁}
Jelaslah bahwa 𝑁 ⊂ 𝑆. Kita perlihatkan bahwa S adalah suatu ideal dari R. Untuk
sebarang 𝑠𝑟1 + 𝑛1 , 𝑠𝑟2 + 𝑛2 ∈ 𝑆 ,
(𝑠𝑟1 + 𝑛1 ) − (𝑠𝑟2 + 𝑛2 ) = 𝑠𝑟1 − 𝑠𝑟2 + 𝑛1 − 𝑛2
= 𝑠(𝑟1 − 𝑟2 ) + (𝑛1 − 𝑛2 )
Karena (𝑟1 − 𝑟2 ) ∈ 𝑅 dan (𝑛1 − 𝑛2 ) ∈ 𝑁, maka (𝑠𝑟1 + 𝑛1 ) − (𝑠𝑟2 + 𝑛2 ) ∈ 𝑆
Selanjutnya, perhatikan sebarang unsure 𝑟′ ∈ 𝑅 dan 𝑠𝑟 + 𝑛 ∈ 𝑆. Jelaslah bahwa
𝑟′𝑟 ∈ 𝑅, kemudian karena N adalah suatu ideal maka 𝑟′𝑟 ∈ 𝑁. Jadi 𝑟 ′ (𝑠𝑟 + 𝑛) ∈
𝑆.
Dengan cara yang sam, kita dapat memperlihatkan bahwa (𝑠𝑟 + 𝑛)𝑟 ′ ∈ 𝑆. Jad S
adalah ideal dari R. Karena N adalah ideal maksimal dari R dan 𝑁 ⊂ 𝑆, maka 𝑆 =
𝑅. Sehingga unsure kesatuan 1 ∈ 𝑆. Misalkan 1 = 𝑠𝑟 + 𝑛′ dengan 𝑛 ∈ 𝑁, maka
(1 + 𝑁) = 𝑠𝑟 + 𝑛′ + 𝑁 = 𝑠𝑟 + 𝑁 = (𝑠 + 𝑁)(𝑟 + 𝑁)
Hal ini berakibat bahwa setiap unsure tak nol dari R/N adalah unsure kesatuan.
11
Sehingga R/N adalah suatu lapangan.
Teorema I.4
Andaikan R adalah suatu ring komutatif dengan unsur kesatuan 1 dan misalkan N
adalah ideal dari R. R/N adalah suatu daerah integral jika dan hanya jika N adalah
ideal prima.
Bukti :
Pada teorema 1.4 terdapat dua pernyataan yang harus dibuktikan yaitu:
Untuk bukti 1:
misalkan R/N adalah suatu daerah integral, kita perlihatkan bahwa N adalah ideal
prima. Yakni, bila r1r2 ∈ N, maka r1 ∈ N atau r2 ∈ N untuk semua r1r2 ∈ R.
Perhatikan sebarang dua unsur r1 + N dan r2 + N di R/N. Bila r1r2 ∈ N, maka ( r1 +
N ) + ( r2 + N ) = r1r2 + N = N. Karena R/N adalah suatu daerah integral, ( r1 + N )(
r2 + N ) = N akan selalu berakibat r1 + N = N atau r2 + N = N.
Hal ini berarti r1 ∈ N atau r2 ∈ N. Sehingga N adalah suatu ideal prima.
Untuk bukti 2:
Karena R adalah suatu ring komutatif dengan unsur kesatuan 1, Lemma 3.3.2
menjamin R/N adalah suatu ring komutatif dengan unsur kesatuan ( 1 + N ).
Andaikan N adalah suatu ideal prima. Untuk memperlihatkan R/N adalah suatu
daerah integral, kita tinggal memperlihatkan bahwa R/N tidak mempunyai unsur
pembagi nol. Yakni, bila ( r1 + N )( r2 + N ) = N, maka harus diperlihatkan ( r1 + N
) = N atau ( r2 + N ) = N.
Misalkan ( r1 + N )( r2 + N ) = N, maka r1r2 +N = N. Hal ini berarti r1r2 ∈ N.
Karena N adalah suatu ideal prima, maka r1 ∈ N atau r2 ∈ N. Sehingga ( r1 + N ) =
N atau ( r2 + N ) = N. Jadi R/N adalah suatu daerah integral.
Contoh
12
Perhatikan ring Z12 dengan ideal prima maksimal N = { 0,3,6,9 }. Maka R/N = {
N,1 + N, 2 + N } adalah suatu ring dengan tabel Cayley dari operasi penjumlahan
dan perkaliannya adalah sebagai berikut:
+ N 1+N 2+N
. N 1+N 2+N
N N 1+N 2+N
N N N N
1+N 1+N 2+N N
1+N N 1+N 2+N
2+N 2+N N 1+N
2+N N 2+N 1+N
Dari tabel di atas kita ketahui bahwa 𝑅/𝑁 = {𝑁, 1 + 𝑁, 2 + 𝑁} adalah ring factor
dengan modulo N, karena:
1. Akan ditunjukkan (R/N,+) merupakan suatu grup komutatif/abelian
i. Tertutup
Ambil sembarang a N , b N R / N
Berlaku (a N ) (b N ) (a b) N
Karena a, b R dan R merupakan ring, maka a b R
Sehingga (a b) N R
Terbuktilah bahwa di R / N berlaku sifat tertutup terhadap penjumlahan
(+).
ii. Assosiatif
13
iii. Sifat Identitas
(e N ) (a N ) (0 N ) (a N )
(0 a ) N
(a N )
(a N ) (e N ) (a N ) (0 N )
(a 0) N
(a N )
Terbuktilah bahwa di R/N memiliki unsur identitas.
(a N ) R / N a 1 N R / N (a N ) (a 1 N ) (a 1 N ) (a N ) (e N )
Misalkan (a 1 N ) (a N )
(a N ) (a 1 N ) (a N ) (a N )
(a ( a )) N
(0 N )
(e N )
(a 1 N ) (a N ) (a N ) (a N )
(a a) N
(0 N )
(e N )
14
(b a ) N
(b N ) (a N )
Terbuktilah bahwa di R/N berlaku sifat assosiatif terhadap penjumlahan (+).
Dari i, ii, iii, iv, dan v disimpulkan bahwa R / N , adalah Grup Abelian
Ambil sembarang a N , b N R / N
Berlaku (a N ).(b N ) (a.b) N
Karena a, b R dan R merupakan ring, maka a.b R
Sehingga (a.b) N R / N
Terbuktilah bahwa d R/N berlaku sifat tertutup terhadap perkalian (.).
ii. Assosiatif
15
Pilih (a N ) (1 N ), (b K ) (0 N ), (c N ) (2 N )
(a N ).[(b N ) (c N )] (1 N ).[(0 N ) (2 N )]
(1 N ).(2 N )
(2 N )
[(a N ) (b N )].(c N ) [(1 N ) (0 N )].(2 N )
(1 N ).(2 N )
(2 N )
Terbuktilah bahwa (a N ).[(b N ) (c N )] [(a N ) (b N )].(c N )
sehingga pada R/N berlaku sifat distributive perkalian terhadap penjumlahan.
R/N adalah suatu lapangan karena 𝑅/𝑁 merupakan ring yang unsur-unsur tak nol
membentuk grup komutatif yang mempunyai unsur balikan /invers terhadap
perkalian yaitu terbukti pada aksioma 1, 2 , dan 3.
Dan juga R/N adalah suatu daerah integral, karena pada 𝑅/𝑁 memenuhi aksioma
1, 2, 3, dan 4.
Akibat 1
16
Setiap ideal maksimal dari ring komutatif R dengan unsur kesatuan adalah ideal
prima.
Bukti :
Jika N adalah ideal maksimal dari ring komutatif R dengan unsur kesatuan, maka
Teorema 1.3 mengakibatkan R/N adalah suatu lapangan. Sehingga R/N adalah
juga suatu daerah integral. Selanjutnya, Teorema 1.4 menjamin N adalah suatu
ideal prima.
Contoh:
Penyelesaian:
X 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2 0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10
3 0 3 6 9 0 3 6 9 0 3 6 9
4 0 4 8 0 4 8 0 4 8 0 4 8
5 0 5 10 3 8 1 6 11 4 9 2 7
6 0 6 0 6 0 6 0 6 0 6 0 6
7 0 7 2 9 4 11 6 1 8 3 10 5
8 0 8 4 0 8 4 0 8 4 0 8 4
9 0 9 6 3 0 9 6 3 0 9 6 3
10 0 10 8 6 4 2 0 10 8 6 4 2
11 0 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Diperoleh ideal dari Z12 yaitu:
17
N2= {0,2,4,6,8,10} N2= {0,2,4,6,8,10}
N3={0,3,6,9} N3={0,3,6,9}
N4={0,4,8} N4={0,4,8}
N6={0,6} N6={0,6}
N2= {0,2,4,6,8,10}
N2 adalah ideal prima, oleh sebab ∀x, y ∈ R, xy ∈ N maka x ∈ N atau y ∈ N
N2 adalah ideal maksimal, oleh sebab untuk setiap ideal M di R dengan N ⊂
M ⊂ Z12 maka M = N atau M = Z12
N3={0,3,6,9}
N3 adalah ideal prima, oleh sebab ∀x, y ∈ R, xy ∈ Nmaka x ∈ N atau y ∈ N
N3 adalah ideal maksimal, oleh sebab untuk setiap ideal M di R dengan N ⊂
M ⊂ Z12 maka M = N atau M = Z12
N4={0,4,8}
N4 bukan ideal prima, oleh sebab ∃2,2 ∈ R, 2.2 = 4 ∈ N4 tetapi 2 ∉ N4
N4 bukan ideal maksimal, oleh sebab ∃M = {0,2,46,8,10} dengan
N4 = {0,4,8} ⊂ M = {0,2,46,8,10} ⊂Z12 tetapiM ≠ N4 dan M ≠ Z12
N6={0,6}
N6 bukan ideal prima, oleh sebab ∃2,3 ∈ R, 2.3 = 6 ∈ N6 tetapi 2,3 ∉ N6
N6 bukan ideal maksimal, oleh sebab ∃M = {0,2,46,8,10} dengan
N6 = {0,4,8} ⊂ M = {0,2,46,8,10} ⊂Z12 tetapiM ≠ N6 dan M ≠ Z12
2.2. Homomorfisma
18
DEFINISI J-1
Contoh 1
19
+ 0 1 2 3 . 0 1 2 3
0 0 1 2 3 0 0 0 0 0
1 1 2 3 0 1 0 1 2 3
2 2 3 0 1 2 0 2 0 2
3 3 0 1 2 3 0 3 2 1
20
+ 0 1 2 3 4 5 + 0 1 2 3 4 5
0 0 1 2 3 4 5 0 0 1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5 0 1 1 2 3 4 5 0
2 2 3 4 5 0 1 2 2 3 4 5 0 1
3 3 4 5 0 1 2 3 3 4 5 0 1 2
4 4 5 0 1 2 3 4 4 5 0 1 2 3
5 5 0 1 2 3 4 5 5 0 1 2 3 4
dan β(x.4y) = 3(x.4y) mod 6 = (3x mod 6) .6 (3y mod 6) = β(x).6 β(y)
DEFINISI J-2
21
Andaikan 𝜑: 𝑅 → 𝑆 merupakan suatu homomorfisma ring.
Contoh 1 :
bukti :
∀ 𝑥 ∈ 3𝑍 , 𝜑(𝑥) = 𝑥
∀ 𝑦 ∈ 3𝑍 , 𝜑(𝑥) = 𝑦
22
Berarti 𝜑 suatu homomorfisma karena pemetaannya dari 3Z ke Z memenuhi
dua syarat homorfisma ring, ∀ 𝑥, 𝑦 ∈ 3𝑍 dengan 𝜑(𝑥) = 𝜑(𝑦) maka x = y
sehingga 𝜑 merupakan monomorfisma.
Contoh 2 :
bukti :
Contoh 3 :
∀𝑥 ∈𝐵 , 𝜑(𝑥) = 2𝑥
∀𝑦 ∈𝐵 , 𝜑(𝑦) = 2𝑦
23
𝜑 suatu homomorfisma, karena pemetaan dari B ke B , maka 𝜑 merupakan
endomorfisma.
∀𝑥 ∈𝐵 , 𝜑(𝑥) = −𝑥
∀𝑦 ∈𝐵 , 𝜑(𝑦) = −𝑦
Contoh 4 :
Akan dibuktikan
Ker(φ) = {n ∈ Z φ(n1 = 0}
= {n ∈ Z 𝑛̅ = 𝑛̅}
= {n ∈ Z n + 6Z = 0 + 6Z}
24
= {n ∈ Z n – 0 ∈ 6Z
= { n ∈ Z n ∈ 6Z}
= 6Z
Contoh 5:
Peneyelesaian
Akan dibuktikan
Ker(φ) = {n ∈ Z φ(n1 = 0}
= {n ∈ Z 𝑛̅ = 𝑛̅}
= {n ∈ Z n + 6Z = 0 + 6Z}
= {n ∈ Z n – 0 ∈ 6Z
= { n ∈ Z n ∈ 6Z} = 6Z
25
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dari penjelasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Suatu ring R dikatakan Ring factor R modulo N, bila:
a. < 𝑅⁄𝑁 , +> merupakan suatu grup komutatif/abelian.
b. < 𝑅 ⁄𝑁 ,∙ > merupakan suatu semigrup/monoid
c. Distributifi perkalian terhadap penjumlahan.
2. R adalah ring komutatif dengan unsur kesatuan 1. Bila N adalah suatu ideal
dari R, maka R/N adalah suatu ring komutatif dengan unsur kesatuan
4. Setiap ideal maksimal dari ring komutatif R dengan unsur kesatuan adalah
ideal prima.
26
DAFTAR PUSTAKA
27