Buku Ajar Geohidro PDF
Buku Ajar Geohidro PDF
Bahan Ajar
Oleh Mas Agus Mardyanto
Geohidrologi atau juga disebut hidrogeologi merupakan ilmu yang mempelajari aliran dan
kualitas airtanah.Banyak ahli membedakan istilah geohidrologi dengan hidrogeologi.
Geohidrologi lebih terfokus tentang airtanahnya sedangkan hidrogeologi lebih pada
media tempat airtanah tinggal, atau geologinya. Untuk selanjutnya kita gunakan istilah
geohidrologi.
Airtanah mengalir ke bawah akibat gaya gravitasi mengikuti gradient tekanan. Airtanah
ini terletak di dalam pori-pori tanah, oleh karenanya sering disebut sebagai aliran dalam
media berpori (porous media). Sebagian airtanah terletak di dalam celah atau retakan
batuan dan mengalir melalui saluran semacam pipa (conduit). Airtanah ini terletak dalam
lapisan tanah yang disebut aquifer dan media porous yang dangkal (sekitar 450 m di
bawah permukaan tanah). Airtanah yang dangkal (sekitar 3 meter dari permukaan tanah)
merupakan topik penting pada bidang ilmu tanah, pertanian, dan teknik sipil, dan juga
geohidrologi.
Salah satu tugas seorang ahli geohidrologi (geohidrologist) adalah memprediksi keadaan
yang akan datang dari suatu system aquifer yang dilakukannya berdasarkan observasi
historikal (data tentang airtanah yang bertahaun-tahun/ waktunya lama) dan saat ini
terhadap keadaan airtanah tersebut. Hal yang diperkirakan antara lain:
• Apakah debit airtanah yang dapat dimanfaatkan dari suatu aquifer akan tetap atau
mengecil bahkan habis?
• Apakah suatu mataair akan kering jika luas daerah pertanian meningkat?
• Apakah airtanah yang ada di dalam sumur sehat/ memenuhi standar kualitas air
minum?
SIKLUS HIDROLOGI
Air di bumi jumlahnya tidak berubah. Air tersebut hanya berputar di atmosfir dan berubah
bentuk serta kualitasnya. Jumlah air di bumi sekitar 1.421.013.820 km3. Air ini hampir
97,5% nya (1.385.984.610 km3) berada di laut sebagai air asin. Air segar yang bisa
segera dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari makhluk hidup hanya sekitar 2,5%
atau sekitar 35.029.210 km3 (Chow et. Al., 1988). Dari jumlah air segar di bumi, air tanah
merupakan bagian terbesar kedua (30,1%) setelah es yang berada di Kutub Utara dan
Selatan (68,8%). Sisanya berupa air di sungai, di danau, dan lainnya. Secara grafis
proporsi jumlah air di bumi disajikan pada Gambar 1 dan 2.
Presipitasi yang jatuh di permukaan bumi akan (i) mengalir di permukaan tanah sebagai
aliran permukaan (surface runoff) dan (ii) meresap kedalam tanah (infiltrasi). Proporsi
dari keseluruhan air hujan yang jatuh di atas permukaan bumi tersebut tergantung dari
banyak hal. Faktor yang mempengaruhi antara lain:
(i) Penutupan lahan (hutan lebat, perkebunan, sawah, permukiman, industry, dll)
(ii) Kemiringan lahan
(iii) Jenis tanah permukaan
(iv) Jenis tanaman
Air yang meresap ke dalam tanah melalui permukaan tanah (infiltrasi) sebagian menjadi
kelembaban tanah (soil moisture) dan sebagian lagi meresap terus ke bawah di dalam
tanah (perkolasi) sampai mencapai permukaan airtanah dan mengimbuh airtanah. Setelah
air mencapai airtanah, air ini mengalir ke bawah (horizontal) sebagai aliran airtanah
melalui pori-pori tanah (porous media/ media berpori) atau retakan batuan. Airtanah ini
mengalir ke bawah dan sebagian keluar sebagai mata air dan sebagian yang lain keluar
ke dalam sungai sebagai aliran dasar sungai/ baseflow. Seperti halnya aliran air
permukaan ini, aliran airtanah juga berakhir di laut. Proses siklus hidrologi terus berlanjut
seperti disajikan pada Gambar 3.
Airtanah (groundwater)
Airtanah merupakan air yang berada di dalam tanah (underground). Air ini tinggal di
dalam media berpori maupun celah/ retakan batuan. Sebelum diskusi tentang airtanah
dilanjutkan, berikut ini akan disajikan batuan tempat airtanah berada.
Siklus Batuan
Batuan di bumi mengalami perubahan terus-menerus. Magma yang keluar ke permukaan
bumi, baik karena lelehan/ proses erupsi celahan maupun letusan gunung/ volkanik,
berubah menjadi batuan igneous. Batuan ini di permukaan bumi mengalami pergerakan,
erosi, dan terpapar oleh cuaca (panas, dingin, angin, hujan, dll) dan berubah menjadi
sedimen. Sedimen ini karena proses alamiah mengalami pemadatan, perekatan karena
bercampur dengan bahan mineral, dan kristalisasi, kemudaian berubah menjadi batuan
sedimen. Oleh adanya proses metamorphosis, batuan ini berubah menjadi batuan
metamorfik. Batuan metamorfik bisa melelh kembali menjadi magma. Proses siklus
berulang kembali. Secara garis besar proses tersebut diperlihatkan pada Gambar 4.
Beberapa penjelasan tentang batuan tersebut disajikan berikut ini:
– Batuan igneous terbentuk karena ada proses pemadatan magma yang meleleh yang
keluar dari dalam perut bumi
– Proses pendinginan batuan igneous:
• Terjadi di permukaan bumi
• Terjadi di bawah permukaan bumi batuan igneous intrusive (plutons) bisa
terekspos ke permukaan bumi karena adanya erosi tanah
– Batuan igneous jenisnya tergantung faktor: komposisi magma (jenis mineral yang
tercampur ketika proses pembentukannya) serta kecepatan pendinginannya
– Kristal mineral sebagian tumbuh membesar dan sebagian lainnya tetap
– Kristal yang tinggal di cairan suspended bereaksi dengan lelehan yang tersisa
membentuk mineral baru yang membeku pada suhu lebih rendah.
– Wheathering (pengaruh cuaca), merupakan proses pecahnya batuan menjadi lebih
kecil karena proses mekanik dan kimia
7 | Buku Ajar Geohidrologi – Mas Agus Mardyanto
• Proses mekanik pengembangan dan penyusutan batuan akibat perubahan suhu,
glasier, angin, aliran air di sungai.
• Proses kimia mineral batuan berubah menjadi mineral baru karena proses kimia
misalnya air dan karbondioksida dari atmosfir membentuk asam karbon
bereaksi dengan batuan asli membentuk mineral baru dan garam-garam
terlarut, dll.
– Batuan yang telah mengalami weathering dapat berpindah (transport) akibat gaya
gravitasi yang dipicu oleh adanya hujan dan angin ataupun gerakan bumi/ gempa.
– Tanah yg terbentuk oleh produk dari weathering di tempat asalnya (tidak berpindah/
ter-transport) disebut sebagai residuals. Residuals ini pada umumnya gradasi ukuran
butir di permukaan tanah halus dan makin ke dalam makin kasar dan bahkan
sebagian berupa pecahan batuan bersiku-siku (angular). Contoh weathering
disajikan pada Gambar 5.
– Klasifikasi batuan/tanah menurut pembentukannya:
• Tanah glasial batuan/tanah yang berpindah dan kemudian terdeposisi oleh
adanya glasier
• Tanah alluvial batuan/tanah yang berpindah dan kemudian terdeposisi oleh aliran
air dan kemudian terdeposisi sepanjang alur sungai
• Tanah lacusstrine batuan/tanah yang berpindah dan kemudian terdeposisi oleh
aliran air dan kemudian terdeposisi di danau yang alirannya tenang
• Tanah lautan batuan/tanah yang berpindah dan kemudian terdeposisi oleh aliran
air dan kemudian terdeposisi di laut
• Tanah aeolian batuan/tanah yang berpindah dan kemudian terdeposisi oleh angin
• Tanah colluvial batuan/tanah yang berpindah dari tepat asalnya akibat gaya
gravitasi (tanah longsor)
– Batuan sedimen timbunan kerikil, tanah, dan lempung yang memadat karena
adanya tekanan timbunan di atasnya dan terlekatkan oleh oksida besi, kalsit,
dolomite, dan quarts (cemented agents).; dimana cemented agents ini terbawa
aliran/ terkandung di dalam air tanah
– Detrital sedimentary rocks (misalnya: konglomerat, bresi, sandstone, mudstone,
shale).
Kurva distribusi ukuran butir bisa digunakan untuk menentukan berbagai parameter
berikut:
• Ukuran efektif (D10) diameter butir dimana 10% butiran lebih kecil dari diameter
tersebut
• Koef. keseragaman Cu=D60/D10
Cu berguna unt menentukan konduktivitas hidrolik dan rembesan melalui tanah
• Koefisien gradasi/ kurvatur(Cz) Cz=(D302)/(D60xD10)
Analisis Hidrometer
13 | Buku Ajar Geohidrologi – Mas Agus Mardyanto
Analisis hydrometer (lihat Gambar 8) dilaksanakan berdasarkan prinsip pengendapan
butiran tanah di dalam air. Pada saat contoh tanah dicampurkan pada air, setiap partikel
butiran mengendap dengan kecepatan endap yang berbeda, tergantung pada bentuknya,
ukurannya, beratnya, serta viskositas air. Untuk penyederhanaan, dianggap semua butiran
berbentuk bulat, sehingga persamaan pengendapan partikel dapat ditentukan dengan
Persamaan Stokes:
Dimana:
V = kecepatan
s = densitas partikel tanah
w = densitas air
D = diameter partikel tanah
Sehingga dari Persamaan di atas diperoleh:
Dimana: Kecepatan
Lapisan tanah yang berpotensi sebagai sumber airtanah adalah aquifer. Beberapa jenis
aquifer yang ada, yaitu:
Untuk mengetahui seberapa besar suatu aquifer mampu menyediakan airtanah serta
mengalirkannya dengan lancar bisa dilihat dari parameter aliran airtanah sebagai berikut:
• Storage coefficienf (S): jumlah air yang dapat dikeluarkan atau dimasukkan dari
atau ke dalam aquifer per satuan luas permukaan aquifer apabila hydraulic head/
piezometric head turun/ naik satu satuan, tegak lurus luas permukaan aquifer
tersebut. Nilai ini menunjukkan volume air yang dapat dikeluarkan/ dimasukkan
dari/ ke dalam aquifer per satuan volume aquifer. Pada umumnya nilai S berkisar
antara 0,00005 s.d 0,005. Walaupun nilai ini kecil, namun karena suatu aquifer
confined biasanya membentang luas maka air yang dapat dikeluarkan dari aquifer
confined cukup besar. S tidak mempunyai satuan.
Keterangan:
a. Deposit batuan sedimen yang tersortir baik dengan porositas tinggi
b. Deposit batuan sedimen tdk tersortir dng porositas rendah
c. Deposit batuan sedimen yang tersortir baik mengandung kerikil/pebles (yg porous)
dengan porositas sangat tinggi
d. Deposit batuan sedimen yang tersortir baik dimana pori-porinya terisi materi mineral
e. Batuan yang porous karena proses pembentukannya
f. Batuan yang porous karena adanya retakan
• Specific yield (Sy): angka yang menunjukkan perbandingan antara jumlah air yang
dapat dikeluarkan dari suatu masa tanah jenuh air oleh gaya gravitasi dibandingkan
dengan volume total tanah tersebut. Nilai Sy ini menunjukkan banyaknya air yang
dapat dikeluarkan dari suatu aquifer confined dari satu masa tanah/ aquifer. Nilai Sy
ini pada tanah berbutir (pasir, kerikil) berkisar antara 20% s.d 30%, sedangkan
pada tanah berbutir halus (lanau, lempung) berkisar antara 7% s.d 15%. Nilai ini
makin kecil pada tanah yang letaknya dalam dari permukaan tanah karena makin
besarnya tekanan tanah di atasnya. Nilai Sy ini tergantung pada ukuran butiran
tanah, bentuk butiran, distribusi pori-pori tanah, kepadatan lapisan tanah, dan waktu
saat pengeluaran air. Airtanah tersimpan di dalam pori-pori tanah. Dalam keadaan
jenuh, seluruh pori-pori tanah terisi oleh air. Air yang bisa dikeluarkan oleh gaya
gravitasi tersebut adalah air di dalam pori-pori tersebut. Namun, tidak seluruh air
dalam pori-pori tanah dapat dikeluarkan oleh gaya gravitasi karena adanya gaya
lekat antara butiran tanah dan air. Volume air yang tertinggal dalam pori-pori tanah
18 | Buku Ajar Geohidrologi – Mas Agus Mardyanto
setelah terjadinya drainase akibat gaya gravitasi dibandingkan dengan volume
tanah total disebut sebagai specific retention (Sr). Sehingga:
Porositas ( ) = Sy + Sr
Sy tidak mempunyai satuan.
Nilai S maupun Sy ditentukan terbaik dengan tes pemompaan.
• Konduktivitas hidrolik/ hydraulic conductivity (K): angka yang menunjukkan
kemampuan suatu masa tanah mengalirkan air pada satu satuan waktu melalui
satu satuan luas potongan melintang masa tanah akibat adanya perbedaan satu
satuan gradient hidrolik dimana arah alirannya tegak lurus potongan melintang
masa tanah tersebut. Nilai K ini tergantung pada porositas tanah, ukuran butiran
tanah, distribusi butiran tanah, bentuk partikel tanah, susunan/ struktur butiran
tanah, viskositas air, dll. Satuan K adalah m/hari. Nilai K pada butiran berbutir
(pasir, kerikil) berkisar antara 2,5 m/hari s.d 450 m/hari. Dalam mekanika tanah,
konduktifitas hidrolik juga dikenal sebagai permeability (permeabilitas).
Dalam geo-hydrology istilah yang dipakai adalah konduktivitas hidrolik. Agar tidak
(m2)
karena nilai ini pada batuan/tanah sangat kecil maka satuannya biasanya
(U.S. Geological Survey, Todd, 1988) dinyatakan dalam mikro-meter-persegi ( m)2
= 10-12 m2.
Dimana:
K = konduktivitas hidrolik (m/dt)
= densitas cairan (kg/m3)
= viskositas dinamik cairan (kg/m.dt)
g = gravitasi (m/dt2)
Ada 2 cara yang umum digunakan untuk mengukur nilai K di alboratorium: constant head
test dan falling head test. Alat pengukur nilai K tersebut adalah perpeameter seperti
terlihat pada Gambar 13. Constant head test digunakan untuk mengukur nilai K bagi tanah
berbutir kasar.
Untuk tanah berbutir halus, nilai K pada umumnya sangat kecil, sehingga jika
menggunakan metode ini maka waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan air di dalam
tabung/ gelas ukur yang cukup banyak akan lama (berjam-jam atau berhari-hari).
Pengukuran K pada tanah berbutir halus digunakan metode falling head test. Pada
metode ini tidak diperlukan penampungan/ pengukuran volume air. Pada alat jenis ini
terdapat pipa kecil yang diameternya relative sangat kecil dibandingkan dengan diameter
sampel, sehingga dengan jumlah volume yang mengalir melalui sampel kecil saja, maka
terjadi penurunan head (dari h1 ke h2) yang cukup signifikan, sehingga waktu yang
diperlukan relative singkat. Kedua jenis alat permeameter disajikan pada Gambar 12.
Tabel 4. Nilai , Sy, dan K tanah/ batuan (dimodifikasi dari Todd, 1988)
No Jenis tanah (%) Sy K
(%) (m/hari)
1 Kerikil kasar 28 23 150
2 Kerikil sedang 32 24 270
3 Kerikil halus 34 25 450
4 Pasir kasar 39 27 45
5 Pasir sedang 39 28 12
6 Pasir halus 43 23 2,5
7 Lanau 46 8 0,08
8 Lempung 42 3 0,0002
9 Sand stone, berbutir halus 33 21 0,2
10 Sand stone, berbutir 37 27 3,1
sedang
Q = A.v.t
h
v = Ki = K
L
h
Q = A.t.K
L
Q.L
K=
h. A.t
Satuan m/detik (tergantung t-nya)
dh
v=−
dt
dh
qin = − a
dt
h
qout = K .i. A = K A
L
Pers kontinuitas: qin = qout
dh h
−a =K A
dt L
h1 t
dh A2
−a =K dt
h2
h L t1
aL h
K= ln 1
A∆t h2
Dimana t = t2 – t1
aL h
K = 2,3 log10 1
A ∆t h2
Dimana:
K bisa diperkirakan dari nilai D10 (antara 0,1 mm – 3 mm) dengan rumus Hazen (1911):
DI LAPANGAN:
TRACER TEST
Tracer adalah zat yang bisa di trace/ dilacak. Tracer ini dimasukkan ke dalam lubang
sumur, kemudian dilacak pada lubang sumur lainnya di sisi hilir lubang sumur pertama.
Waktu sejak tracer dimasukkan pada sumur pertama sampai terdeteksi pada sumur kedua
diukur. Pelaksanaan tracer test disajikan pada Gambar 14. Nilai K dapat dihitung dengan
beberapa rumus berikut:
K h L
va = va =
α L t
α L2
K=
ht
Pelaksanaan tracer test ini sederhana, tetapi hasilnya hanya berupa pendekatan saja
karena keterbatasan pelaksanaan di lapangn sebagai berikut:
1. Lubang harus berdekatan, karena jika terlalu jauh maka akan memakan waktu yang
lama
2. Tracer kemungkinan tidak mencapai lubang kedua (kecuali arah aliran diketahui
betul). Untuk menghindarkan hal ini, perlu dibuat lubang yang banyak di sekitar lubang
pertama. Hal ini menimbulkan biaya pelaksanaannya mahal dan makin rumit
3. Jika aquifer berlapis-lapis dengan nilai K berbeda, tracer yang tiba awal menghasilkan
nilai K yang lebih besar dari Krata-rata
Lubang auger adalah lubang bor yang dibuat dengan alat bor auger. Air dalam lubang
auger dipompa keluar sehingga muka air turun sampai kedalaman y meter. Air dari aquifer
dibiarkan masuk sehingga muka airtanah di dalam sumur/ lubang auger naik ke
permukaan awal. Waktu naiknya air dari kedalaman y sampai kedalaman awal diukur.
Nilai K bisa dihitung dengan rumus berikut:
C dy
K= dalam m/hari
864 dt
Dimana:
dy/dt = pengukuran naiknya permukaan air dalam cm/dt
C = konstanta (tanp dimensi) Lihat Tabel 5.
Nilai konduktifitas hidrolik ditentukan terbaik dengan TES PEMOMPAAN yang akan
didiskusikan pada bagian lain.
Pv2
h= + +Z
γ w 2g
dimana:
h = head total
P = tekanan
V = kecepatan
g = gravitasi
γw = unit weight air
Untuk aliran air melalui media lolos air/ porous media (lihat Gambar 16) kecepatan
kecil, sehingga head kecepatan dapat diabaikan, dan Persamaan Bernoulli menjadi:
P
h= +Z
γw
UA UB
∆h = hA − hB = + ZA − + ZB
γW γW
Dalam bentuk non-dimensional:
∆h
i=
L
dimana: i = gradient hidrolik
L = jarak antara titik A dan B panjang aliran dimana terjadi head loss
Kecepatan aliran air di dalam media porous tergantung pada gradien hidrolik dan
parameter alirannya. Hubungan antara kecepatan aliran dengan gradien hidrolik bisa
dilihat pada Gambar 17.
Pada Gambar 18 dapat dilihat bahwa pada kecepatan rendah, dimana alirannya adalah
laminar, gradien hidrolik berbanding lurus dengan kecepatan. Pada kecepatan tinggi,
aliran transisi dan turbulen, perbandingan lurus sudah tidak terjadi. Oleh karena itu, pada
aliran pada media porous keadaan berbanding lurus tadi berlaku, karena aliran dalam
media porous alirannya adalah laminar ( v∞i ). Aliran pada fractured rocks (batuan retak/
celah batuan), batu2, dan pasir sangat kasar, kemungkinan aliran turbulen terjadi,
sehingga keadaan ( v∞i ) tidak berlaku.
v = − Ki
dimana:
v = kecepatan aliran
kecepatan aliran ini merupakan kecepatan per satuan waktu melalui potongan
melintang luasan tanah (gross/luas total) dengan arah tegak lurus potongan
melintangnya.
K = konduktivitas hidrolik
Gambar 18. Luas total dan luas pori-pori tanah (Das, 2001)
q = vA = AvVs
dimana: vs = kecep. rembesan
Av = luas void dari pot. melintang tanah
A = Av + As
dimana: As = luas solid tanah dari pot. melintang tanah
Sehingga
q = v( Av + As ) = Av vs
v( Av + As ) v( Av + As )L v(Vv + Vs )
vs = = =
Av Av L Vv
dimana:
Vv = vol. Void tanah
Vv
1+
Vs 1+ e v
vs = v =v =
Vv e n
Vs
dimana: e = void ratio; dan n = porositas
q = V .1.H
= V .1.H + V .1.H + ... + V .1.H
1 1 2 2 n n
dimana:
V = kecepatan aliran rata-rata
V1, V2, ..., Vn = kecepatan aliran pada tiap lapisan tanah
H1, H2, ..., Hn = tebal tiap lapisan tanah
H = tebal total lapisan tanah
kV1
H1
kH1
Arah aliran kV2
H2
kH2
kV3
H3 H
kH3
kVn
Hn
kHn
k , k ,..., k
H1 H2 Hn
= kond hidrol tiap lap tanah arah horizontal
k H ( eq )
= kond hidrol ekivalen arah hz
V =k H ( eq )
.i
eq
; V = k .i
1 H1 1
; V = k .i
2 H2 2
... Vn = k .i
Hn n
dimana i = i = i = ... = i
eq 1 2 n
1
k = (k H + k H + ...k H )
H
H ( eq ) H1 1 H2 2 Hn n
Total aliran melalui potongan melintang tanah per satu satuan lebar per satuan waktu arah
vertikal (lihat Gambar 20):
V = V = V ... = V
1 2 3 n
, sedangkan head total merupakan penjumlahan head tiap lapisan
h = h + h + h + ...h
1 2 3 n
h
k = k i = k i = ... = k i
H
V ( eq ) V1 1 V2 2 Vn n
h = H i = H i = H i = ... = H i
1 1 2 2 3 3 n n
1
+ 2
+ ... + n
kV1
k
V2
kVn
h h3
h2
h1
kV1
H1
kH1
kV2
H2
kH2
kV3
H H3
kH3
kVn
Hn
kHn
Arah aliran
Contoh:
Tanah berlapis seperti terlihat pada Gambar 19 dan 20 adalah sebagai berikut:
H1 = 1 m K1 = 10-4 cm/dt
H2 = 1,5 m K2 = 3,2 x 10-2 cm/dt
H3 = 2 m K3 = 4,1 x 10-5 cm/dt
K H ( eq )
Perkirakan perbandingan nilai konduktivitas hidrolik ekivalen
K V ( eq )
1
k = (k H + k H + k H )
H
H ( eq ) H1 1 H2 2 H3 3
1
k = [(10 • 1) + 3,2 • 10 • (1,5) + 4,1 • 10 • (2)]
−4 −2 −5
1 + 1,5 + 2
H ( eq )
= 107,7 x10 cm / dt −4
H
k =
H H H
V ( eq )
1
+ 2
+ ... + 3
k V1
k
V2
k V3
1 + 1,5 + 2
k = = 0,765 x10 cm / dt
−4
V ( eq )
1 1,5 2
+ +
10 −4
3,2 • 10 4,1 • 10 −2 −5
k 107,7 x10 cm / dt −4
Jadi
H ( eq )
= ≈ 140
k V ( eq )
0,765 x10 cm / dt −4
∂v z
vz + d z d xd y
∂z
dy
∂vx
vx d z d y dz vx + dx d z d y
∂x
dx
vz d x d y
∂v z
Aliran keluar arah x: vz + d z d xd y
∂z
∂vx ∂v
vx + dx d z d y + vz + z dz d x d y − [vx d z d y + vz d x d y ] = 0
∂x ∂z
∂vx ∂vz
+ =0
∂x ∂z
Hukum Darcy:
∂h ∂h
v x = K x ix = K x dan v z = K z iz = K z
∂x ∂z
∂h ∂h
∂ Kx ∂ Kz
∂x ∂z
+ =0
∂x ∂z
∂ 2h ∂ 2h
Kx 2 + Kz 2 = 0
∂x ∂z
∂ 2h ∂ 2h
+ =0
∂x 2 ∂z 2
∂ 2h ∂ 2h ∂h
+ = S S = Storage coefficient
∂x 2 ∂z 2 ∂t
∂ 2h
=0
∂x 2
Pada saat x = 0, h = 0 C2 = 0
∂h v
dari Hukum Darcy =−
∂x K
∂h ∂h ∂h
x = 1, h= = C1.1 + 0 C1 =
∂x ∂x ∂x
∂h v
h= x=− x
∂x K
q.dx = − K h.dh
K 2
qx = − h +C
2
Jika h = h0 , x = 0
K 2 K 2
0=− h0 + C C= h0
2 2
K 2 K 2
x = 1, h = h1 q=− h1 + h0
2 2
K 2
q= (h1 − h02 ) menunjukkan bentuk kurva parabola
2x
dh
Aliran pe unit lebar akifer: q = − Kh
dx
− Kh 2 + C = Wx 2 + C
1 2
C1 − C2 = Wx 2 + Kh 2
Pada X = a h = ha
− Kha2 + C = Wa 2 + C
1 2
C1 − C2 = Wa 2 + Kha2
Wx 2 + Kh 2 = Wa 2 + Kha2
Wa 2 + Wx 2 + Kha2
h = 2
W 2
h 2 = ha2 + (a − x 2 )
K
Dari kondisi kontinuitas dan simetri (aliran masuk dari sisi kiri dan kanan saluran/sungai):
Qb = 2aW
dh
Vx = − K
dx
dh
q x = − Kh
dx
Qx = Px
Kh.dh = − Px.dx
PL2
( ) h1 = h + 2
K h12 − h22 = PL2 K
2
Dimana:
h1 = kedalaman muka air tanah dari lap. Kedap pada puncak bukit (m)
h2 = kedalaman muka air tanah dari lap. Kedap pada sisi sungai (m)
L = jarak puncak bukit ke tepi sungai (m)
P = laju infiltrasi (m/hari)
K = konduktivitas hidrolik (m/hari)
Vx = − K
dh
= 3x
(0 + 10,5) − (0 + 10 )
= 0,005m / hari alira
dx 300
n ke arah head yang menurun ambil kedalaman MAT rata-2 = 10,25 m
Lebar aliran, ambil = 1 m (per unit panjang saluran)
Area = 1 m x 10,25 m = 10,25 m2
Seepage = 0,005 m/hari x 10,25 m2 = 0,05125 m3/hari per meter panjang sungai
Keadaan simetri seepage = 2 x 0,05125 = 0,1025 m3/hari per meter panjang sungai
!"
'
% %&
# $
Berapa lebar Wmaximum yang dapat disirami (limbah) setiap saat) agar tidak terjadi runoff
(limbah)? Infiltrasi rate = 2 cm/hari.
• Aliran air bawah tanah terjadi jika tanah dalam keadaan fully saturated dan MAT
tepat pada muka tanah
Perennial yield:
Debit yang dapat diambil bertahun-tahun pada kondisi operasional tanpa
menimbulkan masalah (menurunnya sumberdaya air, pemompaan yang tidak
ekonomis, penurunan kualitas airtanah, menimbulkan masalah hukum, penurunan
muka tanah akibat menurunnya muka airtanah/land subsidence) berarti pada akifer
( Safe yield = air yang dapat diambil dari suatu akifer
Batas terluar dari the cone of depression daerah pengaruh sumur (the area of
influence)
Confined Aquifer:
Persamaan aliran radial (debit aliran sumur vs drawdown)
dh
Q = AV = −2πrbK Steady radial flow ke sumur
dr
Kondisi batas:
Di sumur h = hw dan r = rw
Di sisi pulau h = h0 dan r = r0
Q r
Hasil integrasi: h0 − hw = ln 0 (tanda negatif diabaikan)
2πKb rw
h − hw
Q = 2πKb
ln(r rw )
Persamaan ini disebut sebagai Persamaan Thiem/ Keseimbangan
rumus ini menunjukkan h meningkat tidak terbatas denganpeningkatan jarak r
Dalam praktek, h h0 dengan bertambahnya jarak terhadap sumur & drawdown
bervariasi dng log-jarak ke sumur
Q
T = Kb = ln(r2 r1 )
2π (h2 − h1 )
dimana:
• r1 dan r2 = jarak dari sumur tes
• h1 dan h2 = heads pada sumur observasi
Dalam praktek, yang diukur adalah drawdown, s (bukan tinggi air, h),
Sehingga, jika h diganti dengan s, maka:
Unconfined Aquifer:
Asumsi:
• Sumur menembus seluruh akifer
• Asumsi Dupuit berlaku
h 2 − hW2
Hasil integrasi: Q = πK 0
(tanda negatif diabaikan)
ln(r0 rw )
h22 − h12
Q = πK
ln (r2 r1 )
Q
K= ln (r2 r1 )
π (h2 − h1 )
Sehingga 2 2
h1 + h2
Transmisivitas T≅K
2
Jika drawdownnya cukup besar, h1 dan h2 dapat diganti dengan (h0-s1) dan (h0-s2),
sehingga:
Q r2
T = Kh0 = ln
s12 s22 r
2π s1 − − s2 − 1
2h0 2h0
Semakin dekat ke sumur, aliran air Q menuju sumur meningkat, dengan puncaknya Qw
pada sumur.
Q = −πr 2W + C
Q = −πr 2W + QW
Substitusi ke persamaan
dh
− 2πrhK = − − πr 2W + QW
dr
Diintegrasikan
H = h0 pada r = r0
Saat r = rw
dan Q = 0
QW = −πr02W
∂ 2 h 1 ∂h S ∂h
+ =
∂r 2
r ∂r T ∂t
H = head
r = jarak radial dari sumur pompa
S = koef storage
T = transmissivity
t = waktu sejak mulainya pemompaan
Dengan s = drawdown
Q = debit pemompaan sumur yang konstan
r 2S
u=
4Tt
Q u2 u3 u4
s= − 0,5772 − ln u + u − + − + ... (2)
4Tt 2.2! 3.3! 4.4!
Q
s= W (u ) W(u) = well function (3)
4πT
r2 4T
= u (4)
t S
r2
o diplotkan dengan s (Grafik 2) pada kertas transparan logaritmik
t
o Superimpose-kan kedua plot di atas dengan kedua axis plot paralel
o Geser sampai Grafik (1) sebagian numpuk dengan Grafik (2)
o Pilih sebuah titik dimanapun (pilih yang mudah/nilainya bulat)
o Baca koordinat dari titik tersebut pada Grafik (1) dan (2)
o Diperoleh nilai: W(u), u, s, r2/t
o Hitung S dan T dengan Persamaan (3) dan (4)
57 | Buku Ajar Geohidrologi – Mas Agus Mardyanto
Contoh:
o Sumur pompa menembus penuh sebuah akifer terkekang
o Q = 2500 m3/hari
o Jarak sumur observasi ke sumur pompa 60 m
o Nilai t dan s hasil observasi disajikan pada tabel di bawah
S=
4Tu 4.(1110) 1x10−2
=
(
= 0,000206
)
r2 / t 216.000
Q r 2S
Pers. (2) menjadi s = − 0,5772 − ln atau
4Tt 4Tt
2,3Q 2,25Tt
s= log 2 0 (5)
4πT r S
Sehingga: plot s vs log t garis lurus
Dengan memproyeksikan s = 0 dan t = t0, menghasilkan:
2,3Q 2,25Tt
0= log 2 0 (6)
4πT r S
2,25Tt0
Sehingga =1 (7)
r 2S
2,25Tt0
dan S= (8)
r2
Contoh:
o Data tes pemompaan sama dengan yang digunakan pada contoh Metoda Theis
sebelumnya.
o Plotkan s vs t pada kertas semi-log
o Tarik garis lurus sampai memotong absis
o Diperoleh nilai :
s = 0,40 cm
t0 = 0,39 min = 2,7 x 10-4hari
o Sehingga :
s
o Hitung: F (u ) =
∆s
o Cari nilai W(u) dan u dari Gambar 4.11
o Catatan: untuk nilai F(u)>2, W(u) = 2,3 F(u) u dicari pada Tabel W(u) Theis di
atas (Tabel 1)
Gambar 4.11
Contoh:
s 0,47
o F (u ) = = = 1,24
∆s 0,38
o dari Gambar 4.11 W(u) = 2,75 dan u = 0,038
o Sehingga :
Q 2500
T= W (u ) = 2,75 = 1160m 2 / hari
4πs 4π (0,47 )
dan
Pengaruh akifer
• Air bergerak ke bawah terus-menerus (infiltrasi-perkolasi). Air tersebut bereaksi
dengan material tanah dan batuan di dalam zona vadoze dan akifer. Reaksi ini
dipengaruhi oleh suhu dan tekanan
Kualitas bakteriologi
• Secara umum, bakteri dan mikro-organisme, ada dua jenis:
- Tidak berbahaya
- Pathogen
• Airtanah dari akifer yang cukup dalam pada umumnya bebas dari bakteri pathogen
dan virus. Airtanah pada akifer sangat dangkal bisa mengandung bakteri pathogen
dan virus. Oleh karena itu, airtanah dari akifer dangkal mungkin perlu diolah dahulu
sebelum dipergunakan.
• Airtanah alamiah kadang-kadang terkontaminasi air yang terpolusi dan tidak
mengalami proses klorinasi atau proses disinfeksi lainnya
• Tanah permukaan mengandung banyak mikro organism. Jumlah microorganism ini
berkurang signifikan/ cepat pada kedalaman di bawah zona akar
• Aktivitas mokrobiologi mungkin masih terjadi pada daerah di bawah permukaan
tanah, bahkan sampai pada kedalaman 2000 m, dengan asumsi temparatur normal
meningkat sekitar 3oC per 100 m).
• Coliforms terdapat pada usus manusia dan binatang berdarah panas lainnya.
Mikroorganisme ini tidak berbahaya. Namun, keberadaannya pada airtanah
menunjukkan adanya bakteri pathogen pada airtanah tersebut. Olehkarenanya,
coliform ini digunakan sebagai indikator ada-tidaknya bakteri pathogen dalam
airtanah
Chemical quality
Air merupakan pelarut yang baik, oleh karena itu untuk mempelajari kualitas
airtanah diperlukan pengetahuan tentang geokimia dari zat terlarut serta metode
pelaporan hasil analisis kualitas air.
Untuk mengubah satuan mg/L dari zat kimia menjadi meq/L maka satuan zat kimia dalam
mg/L dikalikan dengan factor konversi seperti tercantum pada tabel pada halaman berikut
ini.
Pengelolaan Airtanah
Perencanaan penggunaan air tanah harus mempertimbangkan keseluruhan basin
Dalam pemanfaatan airtanah perlu pertimbangan ekonomi, hukum, politik, dan
finansial
Perlu koordinasi yang baik antara penggunaan air permukaan dan air tanah
Pengelolaan suatu basin air tanah merupakan pengembangan dan pemanfa-
atan air tanah sesuai dengan rencana peruntukannya biasanya untuk tujuan
sosial dan ekonomi jumlah dan kualitasnya memenuhi syarat
Warning!!!
pengambilan air tanah dari satu lokasi (sumur) akan mempengaruhi
kuantitas air di lokasi lainnya
Banyak pendapat keliru Air tanah seakan-akan merupakan sumberdaya
alam yang tidak pernah habis sehingga mereka mengambilnya tanpa batas
hal ini benar jika ada keseimbangan antara discharge vs recharge
Data hidrologi
Data hidrologi digunakan untuk menghitung kesetimbangan hidrologi
Inflow dan outflow permukaan, air ekspor dan impor harus diukur sehingga perlu
dipasang alat pengukur aliran
Data hujan yang dipakai dalam analisis adalah data hujan rata-rata
Perhitungan Consumptive use memerlukan perhitungan evapotranspirasi. Data
yang diperlukan meliputi land use (foto udara), suhu udara, kelembaban, dll.
Metode Thornthwaite atau Blanney Criddle digunakan untuk menghitung
evapotranspirasi
Perlu perkiraan yang cermat untuk daerah urban perlu pengukuran outflow!
Pemanfaat air tanah dalam jangka panjang dapat mempengaruhi kuantitas maupun
kualitas air tanah. Beberapa istilah yang penting tentang yield:
Mining yield pengambilan air tanah > recharge nya dalam jangka panjang mk
air tanah menurun pada umumnya reservoir/ basin air tanah di mining dengan
berbagai alasan: ekonomi, politik, dll.
Perennial yield/ save yield (PY) debit air yang dapat diambil per tahun tanpa
menimbulkan efek yang tidak diinginkan:
penurunan SDA secara progressive
biaya pemompaan tidak ekonomis
berkurangnya kualitas air tanah
pelanggaran terhadap peraturan ttg air
land subsidence karena muka airtanah turun
Apabila pengambilan > perennial yield = overdraft dampak negatif pada
lingkungan, sosial, dan ekonomi
Deferred PY pengambial awal melampaui perennial yield sampai MAT turun pada
level yang direncanakan (untuk menghindari hilangnya air dr storage secara
percuma) kemudian pengambilan sesuai dengan PY balance tercapai
Maximum PY jumlah maksimum air tanah yang tersedia setiap tahunnya
dmana segala macam recharge telah dilaksanakan
Evaluasi terhadap PY perlu dilakukan yang tepat sustainable development
Faktor yang mempengaruhi PY
Recharge vs discharge
ID E N T IF IK A S I
PERM ASALAHAN 1
V E R IF IK A S I
ID E N T IF IK A S I MODEL
LEVEL
P ER M A SA LA HA N
PENGGUNAAN
MODEL
ID E N T IF IK A S I S E M U A
V A R IA B E L F IS IK ,
E K O N O M I, D A N
P E N G A M B IL A N PEMBE-
HUKUM
KEPUTUSAN LAJAR AN