Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM MIKROKONTROLLER
PERCOBAAN 3
APLIKASI CONSTANT VOLTAGE

Di susun Oleh :
Nama : Syamsul Arifin
Kelas : 3 D4 ELIN A
NRP : 1310151021
Dosen Pengampu : Farid Dwi Murdianto, S.ST
Prodi : Teknik Elekteo Industri
Departemen : Teknik Elektro

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA


TAHUN 2017
PERCOBAAN 3
APLIKASI CONSTANT VOLTAGE
PADA DC DC CONVERTER

I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengkonfiguarsi settingan ARM untuk GPIO
2. Mahasiswa mampu membuat program untuk aplikasi constant voltage dengan
menggunakan modul ARM STM32F4 dan keil mikro vision.

II. DASAR TEORI

Pengatur tegangan (voltage regulator) berfungsi menyediakan suatu tegangan


keluaran dc tetap yang tidak dipengaruhi oleh perubahan tegangan masukan, arus beban
keluaran, dan suhu. Pengatur tegangan adalah salah satu bagian dari rangkaian catu daya DC.
Dimana tegangan masukannya berasal dari tegangan keluaran filter, setelah melalui
proses penyearahan tegangan AC menjadi DC.
Pengatur tegangan dikelompokkan dalam dua kategori, pengatur linier dan switching
regulator. yang termasuk dalam kategori pengatur linier, dua jenis yang umum
adalah pengatur tegangan seri (Series Regulator) dan pengatur tegangan parallel (Shunt
Regualtors). Dua jenis pengatur di atas dapat diperoleh untuk keluaran tegangan positif
maupun negatif. Sedangkan untuk switching regulator terdapat tiga jenis konfiguarsi
yaitu, step-up, step-down dan inverting.

1. PENGATURAN TEGANGAN (VOLTAGE REGULATIONS)


Dua kategori dasar pengaturan tegangan adalah pengaturan garis (Line Regulation)
dan pengaturan beban (Load Regulation). Pengaturan garis adalah kemampuan pengatur
tegangan (voltage regulator) untuk tetap memepertahankan tegangan keluaran ketika
tegangan masukan berubah-ubah. Pengaturan Beban kemampuan untuk tetap
mempertahankan tegangan keluaran ketika beban bervariasi.
Line Regulation
Ketika tegangan masukan DC berubah-ubah, pengatur tegangan (voltage regulator)
harus mempertahankan tegangan keluaran, seperti digambarkan pada gambar 1.
Gambar 1. Pengaturan Garis. Suatu perubahan tegangan masukan DC tidak mempengaruhi
tegangan keluaran suatu pengatur tegangan ( di dalam batas tertentu).

Pengaturan Garis dapat digambarkan sebagai persentase perubahan tegangan keluaran


terhadap perubahan yang terjadi pada tegangan masukan. Pada umumnya dinyatakan dalam
% / V. Sebagai contoh, sebuah regulator tegangan mempunyai pengaturan garis 0,05%/V
berarti bahwa tegangan keluaran ber;ubah 0,05 persen ketika tegangan masukan meningkat
atau berkurang dengan satu volt.
Load Regulation
Ketika arus yang mengalir melalui beban berubah akibat perubahan beban, regulator
tegangan haruslah tetap mempertahankan tegangan keluaran pada beban agar tidak berubah
(tetap).
Pengaturan beban dapat dinyatakan sebagai persentase perubahan tegangan keluaran
untuk setiap perubahan arus beban. Pengaturan beban juga dapat dinyatakan sebagai
persentase perubahan dari tegangan keluaran tanpa beban (TB) ke tegangan keluaran dengan
beban penuh (BP).

Gambar 2. Pengaturan beban. Suatu perubahan pada arus beban tidak mempengaruhi
tegangan keluaran.
Pengaturan beban dapat juga dinyatakan sebagai persentasi perubahan tegangan
keluaran terhadap perubahan setiap mA arus pada beban. Sebagai contoh, regulator tegangan
mempunyai Load Regulation 0,01% / mA, berarti bahwa tegangan keluaran berubah 0,01
persen ketika arus beban meningkat atau berkurang 1 mA.

2. DASAR PENGATUR TEGANGAN SERI


Dasar pengatur tegangan ada dua, yang pertama pengatur linier (linear regulators) dan
yang kedua adalah pengatur tersaklar (switching regulators). Keduanya tersedia dalam bentuk
IC. Ada dua jenis pengatur linier. pertama adalah pengatur tegangan seri dan yang
kedua adalah pengatur tegangan parallel.

Gambaran sederhana dari pengatur tegangan seri ditunjukkan pada gambar blok diagram
berikut ini.
Gambar 3. Diagram blok pengatur tegangan seri

CARA KERJA PENGATURAN TEGANGAN


Rangkaian dasar pengatur tegangan seri ditunjukkan pada gambar 4. Sedangkan cara
kerjanya ditunjukkan pada gambar 5. Resistor pembagi tegangan dibentuk oleh R2 dan
R3 yang bertindak sebagai sensor bila terjadi perubahan tegangan keluaran. Jika tegangan
keluaran turun yang disebabkan oleh penurunan tegangan masukan V IN atau bertambahnya
arus beban IL, maka tegangan pada masukan inverting (-) dari Op-Amp (sebagai error
detector) juga akan turun yang disebabkan oleh penurunan tegangan pada resistor pembagi
tegangan. Diode zener yang digunakan sebagai masukan pada masukan Non-inverting (+)
dari Op-Amp, juga bertindak sebagai tegangan acuan atau VREF, yang nilainya tetap. Selisih
tegangan yang ada pada kedua masukan Op-Amp akan diperkuat, sehingga keluaran Op-Amp
pun akan bertambah, demikian pula tegangan pada Basis dari transistor Q1, akibatnya
tegangan pada Emittor Q1 atau VOUT juga naik sampai tegangan pada masukan inverting (-)
sama dengan tegangan VREF. Tindakan ini akan menghindari penurunan tegangan pada
keluaran dan mejaga tetap kontan. Transistor Q1 adalah power transistor yang diberi penyerap
panas (heatsink) karena transistor ini harus melalukan semua arus yang mengalir ke beban.

Gambar 4. Rangkaian dasar pengatur tegangan seri


Gambar Plant System

1. Buck Converter pada kondisi awal atau mula mula nilai duty cycle sebesar 0.5 .

2. User menentukan besarnya tegangan input dan tegangan output constan yang di inginkan
pada kasus kali ini saya menentukan besarnya nilai tegangan output constan sebesar 9 volt
dan nilai tegangan supplay sebesar 16 volt .

3. Pada kasus PI controller terdapat parameter error yang dapat dihitung menggunakan rumus
e = SP - PV dimana SP adalah nilai set point yang diinginkan untuk nilai tegangan output
constan yang mana besarnya tadi adalah 9 volt dan PV adalah nilai present Value dari nilai
tegangan output ketika terjadi perubahan nilai duty cycle . kita tahu bahwa jika nilai duty
cycle berubah maka nilai tegangan outputnya juga berubah .

4. Untuk SP dan PV dalam mikrokontroller kita gunakan fitur ADC , besarnya nilai SP atau
PV bergantung pada sensor tegangan yang ada pada sisi output dan SP adalah set point . yang
mana berarti kita menggunakan 2 channel adc , yang satu untuk set point dan yang satunya
lagi untuk present value . atau kita bisa menggunakan 1 channel adc saja namun dengan
catatan nilai setting point kita inisialisasi dalam program mikrokontrollernya .

5. Pada tampilan LCD 16x2 , variabel yang di tampilkan adalah variabel nilai Set point ,
Present Value, nilai error dan nilai tegangan output, nilai SP Di lcd kita inisialisasi di
program, nilai Pv Di lcd kita berdasarkan nilai adc dari potensiometer, nilai Vo Di lcd kita
berdasarkan program constan voltage yang kita program , dan kalo bias bias diamati
perubahan menuju tegangan konstannya .

III. PERALATAN YANG DIGUNAKAN


1. Software STM32Cube
2. Software Keil u Vision 5
3. Modul ARM STM32F407VGTx
4. Adaptor 5 Volt DC
5. Kabel ST-LINK
IV. PROGRAM ARM

#include "stm32f4xx_hal.h"
#include "stdio.h"
#include "stdlib.h"
#include "lcd_character.h"

ADC_HandleTypeDef hadc1;
DMA_HandleTypeDef hdma_adc1;
TIM_HandleTypeDef htim2;

int SP, x;
float PV, PV2, Vo, Error, SP1, SP2;
char buffer[20], buffer2[20], buffer3[20], buffer4[20];

void SystemClock_Config(void);
static void MX_GPIO_Init(void);
static void MX_DMA_Init(void);
static void MX_ADC1_Init(void);
static void MX_TIM2_Init(void);

__IO uint16_t Nilai_ADC [8];

int main(void)
{

HAL_Init();

SystemClock_Config();

MX_GPIO_Init();
MX_DMA_Init();
MX_ADC1_Init();
MX_TIM2_Init();

lcd_init();

HAL_TIM_Base_Start(&htim2);
HAL_TIM_PWM_Start(&htim2,TIM_CHANNEL_3);
HAL_TIM_PWM_Start(&htim2,TIM_CHANNEL_4);
HAL_ADC_Start_DMA(&hadc1,(uint32_t*) &Nilai_ADC,8);

while(1)
{
lcd_gotoxy(15,0);
lcd_puts("V");
lcd_gotoxy(15,1);
lcd_puts("V");
lcd_gotoxy(6,1);
lcd_puts("%");

PV2=PV;

PV = Nilai_ADC[4];
PV = (PV/4095)*20;
sprintf(buffer,"PV=%5.2f",PV);
lcd_gotoxy(7,0);
lcd_puts(buffer);

SP=10;
sprintf(buffer2,"SP=%2dV",SP);
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_puts(buffer2);

Error=(Vo-SP)/SP*100;
sprintf(buffer3,"E=%3.1f",Error);
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_puts(buffer3);

if(PV2<(PV+0.1) && PV2>(PV-0.1))


{}
else
{
Vo=PV;
}

sprintf(buffer4,"Vo=%5.2f",Vo);
lcd_gotoxy(7,1);
lcd_puts(buffer4);
HAL_Delay(50);
while(Vo>12.05)
{
Vo=Vo-0.05;
sprintf(buffer4,"Vo=%5.2f",Vo);
lcd_gotoxy(7,1);
lcd_puts(buffer4);
Error=(Vo-SP)/SP*100;
sprintf(buffer3,"E=%3.1f",Error);
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_puts(buffer3);
}
while(Vo<11.95)
{
Vo=Vo+0.05;
sprintf(buffer4,"Vo=%5.2f",Vo);
lcd_gotoxy(7,1);
lcd_puts(buffer4);
Error=(Vo-SP)/SP*100;
sprintf(buffer3,"E=%3.1f",Error);
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_puts(buffer3);

V. ANALISA
Pada praktikum ketiga yaitu aplikasi constan voltage pada dc dc converter, kita
mencoba membuat program untuk aplikasi constan voltage, dimana prinsip kerjanya
adalah sebagai berikut :
 Pada sebuah dc dc converter setting point adalah nilai yang kita harapkan terjadi
pada output converter.
 Present value adalah nilai yang terukur saat ini pada sisi output converter.
 Error yang terjadi adalah selisih nilai antara present value dikurangi setting point.
 Misal kita setting point adalah 10 V, maka nilai output yang keluar dari rangkaian
akan tetap 10 V meskipun beban ataupun tegangan sumber berubah.
 Jika PV yang terukur pada sisi output rangkaian lebih dari 12 V dengan setting
point 10 V, maka error yang terjadi adalah lebih dari 0, sehingga nilai error akan
dikurangi melalui pengurangan Vo=PV-0.1 ; sehingga nilai error akan mendekati
0 karena pada program diberikan nilai toleransi sebesar 0.1.
 Jika PV yang terukur pada sisi output rangkaian kurang dari 12 V dengan setting
point 10 V, maka error yang terjadi adalah kurang dari 0, sehingga nilai error
akan ditambah melalui penambahan Vo=PV+0.1 ; sehingga nilai error akan
mendekati 0 karena pada program diberikan nilai toleransi sebesar 0.1.
 Jika PV yang terukur pada sisi output rangkaian sama dengan 10 V dengan
setting point 10 V,. Maka nilai Vo yang diharapkan akan tercapai, karena Vo =
PV.
Dikarenakan pada programnya hanya menggunakan 1 channel adc saja , maka set
point harus diinisialisasi di programnya , berikut ini adalah contoh programnya :
SP=10;
sprintf(buffer2,"SP=%2dV",SP);
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_puts(buffer2);
Kemudian untuk konstan voltage sendiri bisa di program menggunakan operasi e = SP
– PV
nilai error akan muncul ketika nilai setting point lebih besar atau lebih kecil dari setting
vaue yang di inginkan . Ketika nilai set point lebih besar dari present value maka kita
perlu menambah nilai duty cycle nya supaya nilai error mngecil dan nilai set point lebih
kecil dari sebellumnya sehingga bisa mencapai nilai error sama dengan nol . ketika
nilai set point lebih kecil dari present value maka kita perlu mengurang nilai duty cycle
nya supaya nilai error mngecil dan nilai set point lebih besar dari sebellumnya sehingga
bisa mencapai nilai error sama dengan nol . berikut ini adalah contoh programnya :

Error=(Vo-SP)/SP*100;
sprintf(buffer3,"E=%3.1f",Error);
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_puts(buffer3);

if(PV2<(PV+0.1) && PV2>(PV-0.1))


{}
else
{
Vo=PV;
}

sprintf(buffer4,"Vo=%5.2f",Vo);
lcd_gotoxy(7,1);
lcd_puts(buffer4);
HAL_Delay(50);
while(Vo>12.05)
{
Vo=Vo-0.05;
sprintf(buffer4,"Vo=%5.2f",Vo);
lcd_gotoxy(7,1);
lcd_puts(buffer4);
Error=(Vo-SP)/SP*100;
sprintf(buffer3,"E=%3.1f",Error);
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_puts(buffer3);
}
while(Vo<11.95)
{
Vo=Vo+0.05;
sprintf(buffer4,"Vo=%5.2f",Vo);
lcd_gotoxy(7,1);
lcd_puts(buffer4);
Error=(Vo-SP)/SP*100;
sprintf(buffer3,"E=%3.1f",Error);
lcd_gotoxy(0,1);
lcd_puts(buffer3);

Nilai tegangan output yang dicetak nilainya akan konstan 10 volt walau terjadi
perubahan pnilai beban atau sumbernya berubah nilainya yang mana dalam kasus ini
diindikasikan nilai presnt valuenya berubah , ketika nilai present valuenya berubah nilai
output akan tetap menjaga nilai tegangan output tetap konstan dengan menambah nilai
duty cycle atau mengurangi duty cycle dan syarat nilai error = 0 harus terpenuhi , walau
tidak harus sama dengan nol tidak apa apa kita beri nilai toleransi , contoh toleransi e =
0, 0005 atau nilai yang lain .

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan data percobaan dan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa :

 Metode Constan voltage yang digunakan pada DC DC converter adalah untuk menjaga
agar tegangan output nilainya selalu tetap atau sama dengan setting point yang kita
harapkan.
 Jika nilai error<0 maka tegangannya ditambah sampai mendekati setting point dan jika
error>0 maka tegangannya dikurangi sampai nilai tegangan output mendekati setting
point.
 Untuk melihat proses penambahan dan pengurangan tegangan diperlukan update nilai
VO terhadap PV,sehingga nilai Vo yang sudah diproses akan ditambah atau dikurangi
dengan nilai Vo yang sudah terukur .

Link Video di Youtube :

https://www.youtube.com/watch?v=MWDe4T98yOw&feature=youtu.b
e

Anda mungkin juga menyukai