Anda di halaman 1dari 8

TARIAN ADAT DAERAH MALUKU UTARA

TARI CAKALELE

Tari Cakalele adalah tarian daerah Maluku yang masuk dalam kategori tari tradisional
berupa tari perang. Tari Cakelel adalah tarian tradisional yang pada umumnya ditarikan oleh
sejumlah pria, namun ada juga beberapa penari wanita sebagai pendukung. Dalam
pertunjukannya penari pria menari menggunakan atribut berupa parang (pedang) dan
salawaku (tameng). Sedangkan penari wanita biasanya menggunakan lenso (sapu tangan).
Selain itu dalam Tari Cakalele ini, biasanya dipimpin oleh seorang penari yang berperan
sebagai Kapitan (pemimpin tarian) dan seorang yang menggunakan tombak yang menjadi
lawan tandingnya.
TARIAN ADAT DAERAH MALUKU

TARI LENSO

Tarian tradisional ini merupakan tari pergaulan dan sangat identik dengan kaum muda-
mudi. Tarian yang juga sering dipentaskan di Minahasa Sulawesi Utara ini sering dijadikan
media untuk mencari pasangan hidup. Oleh sebab itu, Tari Lenso (selendang) sering
dipentaskan di keramaian seperti acara penikahan atau tahun baru. Jumlah penarinya
biasanya berjumlah 6 sampai 10 orang. Musik pengiringnya antara lain tambur minahasa,
suling, kolintang, dan tetengkoren.
TARIAN ADAT DAERAH SULAWESI SELATAN

TARI KIPAS PAKARENA

Tari Kipas Pakarena adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Gowa,
Sulawesi Selatan. Tarian ini dibawakan oleh para penari wanita dengan berbusana adat dan
menari dengan gerakannya yang khas serta memainkan kipas sebagai atribut menarinya. Tari
Kipas Pakarena ini sering ditampilkan di berbagai acara yang bersifat adat maupun hiburan,
bahkan Tari Kipas Pakarena ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata di Sulawesi Selatan,
khususnya di daerah Gowa.
TARIAN ADAT DAERAH PAPUA BARAT

TARI SUANGGI

Tari Suanggi merupakan tarian tradisonal yang berasal dari Papua Barat. Tarian ini
mengisahkan tentang seorang suami yang ditinggal mati oleh istrinya yang menjadi korban
angi-angi (jejadian). Jika kita lihat dari deskripsinya, tari suanggi ini adalah bentuk ekspresi
dari masyarakat Papua Barat tentang kekentalan nuansa magis yang ada di daerah tersebut.
TARIAN ADAT DAERAH SULAWESI TENGGARA

TARI GALANGI

Tari Galangi merupakan Tari Perang dalam Kerajaan/ Kesultanan Buton.Tari Galangi adalah
ungkapan dan spontanitas gerakan dalam bentuk tari yang mewujudkan bagaimana
penggunaan gala dalam menghadapi musuh. Di waktu damai tari ini merupakan
kelengkapan kebesaran, keagungan serta kemulian Sultan. Tari ini dimainkan untuk
mengiringi Sultan pada saat keluar istana dalam suatu tugas atau menyambut dan
mengantar tamu Kesultanan.
TARIAN ADAT DAERAH PAPUA

TARI SAJOJO

Tari Sajojo dibuat untuk mencerminkan budaya warga Papua yang senang bergaul.Tarian ini
dapat ditarikan dengan jumlah penari yang sangat banyak, tidak terpatok dengan jenis
kelamin dan dapat ditarikan oleh anak muda ataupun tua. Sejarah singkatnya, tarian ini
menceritakan seorang bunga desa yang banyak diidolakan dikampungnya. Karenanya, tarian
ini masih dilestarikan hingga sekarang dan menjadi tarian yang dicari wisatawan asing.
Kostum yang digunakan adalah kostum adat Papua.
TARIAN ADAT DAERAH SULAWESI TENGAH

TARI PONTANU

Tari Pontanu adalah tari tradisional Sulawesi Tengah yang menggambarkan kegiatan para
penenun di daerah Donggala, Sulawesi Tengah. Tarian ini biasanya ditarikan oleh para
penari wanita dan gerakan dalam tarian ini menggambarkan aktivitas para wanita yang
sedang menenun Sarung Donggala, yaitu jenis sarung yang khas dari daerah Donggala.
Tarian ini sering ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu penting, festival
budaya, bahkan promosi wisata.

26 TARIAN ADAT DAERAH SULAWESI UTARA


TARI MAENGKET

Tari maengket terdiri dari 3 babak yaitu Maowey Kamberu, Marambak, Lalayaan. Moawey
Kamberu adalah tarian yang dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur pada saat panen padi
berlimpah. Sementara, Marambak adalah tarian yang menampilkan semangat gotong
royong rakyat Minahasa dalam membangun rumah baru bagi keluarga baru, dan lalayaan
adalah tarian yang melambangkan pemuda-pemudi minahasa yang mencari jodoh atau
dikenal juga dengan tari pergaulan muda-mudi Minahasa di zaman dulu. Tari maengket
Moawey kamberu dilakukan 7 hari sebelum bulan purnama di halaman batu (Tumotowa), di
malam bulan purnama dilakukan tari lalayaan dan 7 hari setelah bulan purnama dilakukan
tarian maengket marambak dalam upacara pemasangan lampu untuk rumah baru (sumolo).

Anda mungkin juga menyukai