Anda di halaman 1dari 16

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Petroleum System


Di dalam lapisan kerak bumi, sebagai tempat terakumulasi minyak bumi,
yang merupakan hasil dari suatu penjenuhan, diyakini merupakan satu-satunya cara
terdapatnya minyak bumi yang mempunyai nilai komersil. Penjenuhan yang
dimaksud, bahwa minyak bumi terdapat di dalam rongga-rongga atau pori-pori
batuan secara menyeluruh. Tidak pernah minyak bumi didapatkan dalam suatu
rongga yang besar, dalam suatu ruangan, danau atau telaga yang berada di bawah
tanah apalagi merupakan suatu lautan minyak. Ini bertentangan dengan pendapat
umum yang sudah populer (namun ternyata salah) mengenai keberadaan lautan
minyak maupun telaga minyak di bawah permukaan bumi nan jauh di sana. Sebagai
suatu penjenuhan dalam batuan pada lapisan kulit bumi, minyak bumi bisa terdapat
dalam jumlah sedikit (oil shows), dalam jumlah banyak atau komersil, yaitu cukup
potensial untuk diproduksi. Suatu prinsip yang tidak boleh dilupakan adalah baik
dalam kerak bumi, atau di permukaan topografi, minyak bumi selalu didapatkan
berasosiasi dengan air, terutama air asin, dan jarang sekali dengan air tawar, oleh
sebab itu minyak bumi yang terdapat di lapisan kulit bumi selalu mengikuti prinsip
hidrostatika dan dalam keadaan tertentu juga prinsip hidrodinamika.
3.1.1 Batuan Induk (Source Rock)
Menurut Hess (1999), sebagian besar batuan induk yang terdapat di Jawa
Timur merupakan lapisan-lapisan serpih kaya organik dan batubara dari Formasi
Ngimbang, Kujung dan Tuban. Di paparan utara (northern platfrom), batuan ini
ditemukan di bagian Barat paparan yang meliputi Palung Muria (muria trough),
Palung Bawean Timur, Depresi Tengah (Tuban-Camar), Cekungan Masalembo,
dan meliputi juga ke arah Timur paparan termasuk Pagerungan. Di tinggian tengah
(central high), batuan ini melingkupi sebagian besar daerah yang sebelumnya
merupakan pusat-pusat pengendapan. Di Cekungan Selatan (southern basin),
batuan ini melingkupi keseluruhan daerah Cekungan Selatan. Cekungan Jawa

10
11

Timur tampaknya mempunyai banyak batuan induk dimana di setiap daerah


menunjukkan karakteristik batuan induk yang berbeda.
3.1.2 Reservoir
Batugamping dan batupasir Miosen Tengah FM. Ngrayong terbukti
menghasilkan hidrokarbon (oil dan gas) pada Sumur Wonosemi (WSI)-1, Sumur
Sembrani (SBR)-01, Sumur Caluk (CAL)-1 dan Sumur Jepon (JPN)-1. Potensi
reservoir utama di Daerah Cepu adalah batugamping dan batupasir Miosen Tengah
Formasi Tawun, batugamping dan batupasir Miosen Tengah Formasi Ngrayong,
batugamping dan batupasir Miosen Akhir Formasi Wonocolo, dengan porositas
rata-rata sebesar 15-30%.
Target reservoir utama prospek Tapen pada pemboran Sumur TPN-002
adalah batugamping dan batupasir dari Formasi Wonocolo, Formasi Bulu, dan
Formasi Ngrayong (termasuk obyektif Formasi Ngrayong Bawah). Ketiga target
reservoir ini sudah terbukti di struktur Tapen.
3.1.3 Jebakan
Menurut Hess (1999), perangkap struktur merupakan jebakan hidrokarbon
yang paling banyak ditemui di Cekungan Jawa Timur. Jebakan tersebut sering
berasosiasi dengan sesar naik, namun demikian , pada bagian timur dari cekungan
dikontrol oleh sesar mendatar berarah Barat-Timur (skala fault zone). Antiklin
dengan closure four way dip berasosiasi dengan sesar naik dan teramati hampir di
seluruh bagian blok. Jebakan umumnya menempati bagian blok naik dari satu sesar.
Jebakan yang berhubungan dengan batuan karbonat hadir pada blok naik dari sesar
dimana terdapat terumbu batugamping yang berkembang pada suatu daerah
tinggian. Perangkap struktur ini dijumpai hampir di seluruh formasi berumur Eosen
(Fm. Ngimbang) sampai Pliosen (Fm. Kawengan). Nampaknya, peristiwa tektonik
kompresional sangat berkaitan dengan mekanisme jebakan hidrokarbon di
Cekungan Jawa Timur.
Struktur Tapen disusun oleh struktur perlipatan yang sumbunya memanjang
relatif barat-timur yang membentuk against fault, yang nampaknya sumbu tersebut
mengikuti trend pola dari sumbu antiklinorium Kawengan yang terletak di sebelah
Tenggara, dimana struktur pelipatan ini pada bagian Utara dibatasi oleh patahan
12

turunan. Prospek Tapen merupakan jenis perangkap struktur, ditafsirkan terbentuk


pada saat kompresi Plio-Pleistosen struktur lipatan yang tersesarkan yang berarah
relatif Tenggara-Baratlaut membentuk againts fault.

Gambar 3.1 Play Concept Cekungan Jawa Timur


(Arsip PT Pertamina EP Region Jawa, 2013)

3.1.4 Lapisan Penyekat


Lapisan batuan untuk dapat bertindak sebagai seal (lapisan penyekat) harus
mempunyai kemampuan untuk bersifat impermeable (kedap) terhadap fluida
(gas/cair). Secara regional pada Cekungan Jawa Timur yang mempunyai peran
terpenting sebagai seal adalah shale Miosen Awal dari Formasi Tuban (Tawun dan
Ngrayong) (Pertamina-Amerada Hess, 1999) disamping shale Formasi Wonocolo
sebagai intraformation seal, seperti yang dijumpai pada sumur-sumur tua yang
dangkal (Semanggi, Metes, Nglobo, dll). Reservoir pada struktur Tapen
menunjukkan pentingnya keterlibatan intraformation seal pada Formasi Wonoco
dan Formasi Ngrayong.
3.1.5 Pembentukan, Migrasi dan Pemerangkapan HC
Pembentukan hidrokarbon pada prospek Tapen diperkirakan berasal dari
Serpih Fm. Tuban, Fm. Kujung dan Fm. Ngimbang sekitar prospek tersebut,
13

terutama di sebelah Barat dan Selatan yang dibatasi oleh sesar. Di bagian blok turun
sesar tersebut terlihat pola synrift yang memungkinkan akumulasi sedimen tebal
dan berpotensi sebagai kitchen area. Hidrokarbon diperkirakan terbentuk saat
Miosen Tengah dan bermigrasi dari sekitar prospek, terutama dibagian Selatan
sesar menuju prospek melalui patahan, kemiringan lapisan, dan carrier
Kedungtuban, Randublatung dan Kedunglusi berkisar dari 0.37-0.52 0C/100 m.
Migrasi primer dan sekunder diperkirakan terbentuk melalui Miosen Awal
ketika struktur sesar terbentuk pada fase compressional-inversion maupun melalui
lapisan carrier bed (lateral). Migrasi primer ini mengisi perangkap Bulu dan
Wonocolo. Migrasi sekunder diperkirakan terjadi pada compressional-
wrenching/thrusting melalui carrier bed dan sesar yang memotong perangkap tua,
mengisi perangkap struktural (lipatan akibat sesar geser) Formasi Bulu, Ngrayong,
Wonocolo, Ledok dan Mundu. Pergerakan hidrokarbon dari kitchen area ke
reservoar (dalam hal ini prospek Tapen) diperkirakan melalui pergerakan lateral
(melalui lapisan batuan porous) dan kombinasi dengan migrasi vertikal dari bagian
bawah menuju tempat yang lebih tinggi melalui jalur patahan.

3.2 Eksplorasi Minyak Bumi


Eksplorasi merupakan kegiatan awal dalam industri energi khususnya minyak
dan gas bumi. Eksplorasi minyak bumi dan gas bumi dalam industri minyak adalah
semua kegiatan dari permulaan sampai akhir dalam usaha penemuan dan
penambahan cadangan minyak dan gas bumi yang baru. Kegiatan penyelidikan
dalam suatu eksplorasi minyak dan gas bumi merupakan pekerjaan integral, pada
umumnya dilakukan oleh para ahli geologi, termasuk juga yang berspesialis
geofisaka, paleontologi dan keahlian yang lain. Fase ini berlasngung terus, bahkan
pada saat dalam taraf eksploitasi. Demikian penting peranan eksploitasi minyak dan
gas bumi sehingga perusahaan minyak membentuk suatu Divisi Eksplorasi yang
dipimpin oleh Manajer Eksplorasi. Perencanaan eksplorasi harus dilakukan dengan
baik dan teliti, memperhitungkan untung dan rugi, efesiensi dan nilai ekonomi dari
eksplorasi tersebut. Harus pula ditunjukkan suatu desain mengenai jalinan berbagai
jenis operasi yang akan dilakukan dan jadwal waktu harus pula diberikan. Dewasa
14

ini sering dilakukan perencanaan jaringan yang menggambarkan garis-garis operasi


dari suatu kegiatan ke lain kegiatan beserta jadwal waktunya, secara keseluruhan
merupakan jaringan.
Hal ini perlu diadakan untuk saling memeriksa efesiensi dan kelancaran kerja.
Perencanaan eksplorasi meliputi beberapa hal sebagai berikut:
1. Pemilihan daerah eksplorasi, di Indonesia hal ini erat kaitannya dengan
permintaan kuasa pertambangan (KP), yang berlaku untuk semua perusahaan
baik perusahaan swasta maupun swasta asing. Daerah yang diminta sebagai KP
dapat merupakan daerah daratan (onshore) atau daerah lepas pantai (offshore).
2. Studi pendahuluan, merupakan kegiatan pada tahap 1. Studi ini meliputi kegiatan
pencermatan geologi regional yang menyangkut studi komparasi atau
perbandingan dengan daerah geologi lainnya yang telah terbukti produktif. Studi
ini mempertimbangkan formasi yang dapat dijadikan sasaran eksplorasi, struktur
yang dapat berfungsi sebagai perangkap minyak dan gas bumi, dan seterusnya,
serta memperhatikan feasibility studies, yaitu studi mengenai kemungkinan
tercapainya sasaran eksplorasi tersebut. Studi geologi regional meliputi
stratigrafi regional dan tektonik, pencermatan ketebalan dan penyebaran
sedimen.
3. Operasional eksplorasi, meliputi selain metode, teknik penyelidikan geologi juga
melibatkan kegiatan lain di antaranya organisasi dan personalia, peralatan dan
fasilitas dan anggaran belanja.
3.2.1 Penyelidikan Geofisika
Penyelidikan geofisika merupakan penyelidikan yang dilakukan untuk
mendapatkan gambaran keadaan geologi bawah permukaan, keadaan cekungan
terutama bentuk dasar cekungan. Interpretasi awal ini kemudian dipertajam dengan
melakukan penelitian geofisika. Adapun cara untuk melakukan penyelidikan
geofisika dengan beberapa metode sebagai berikut:
1. Survei seismik, dilakukan untuk mengetahui struktur geologi dan ketebalan
lapisan sedimen. Survei dilakukan dengan rentang kisi berjarak 10-20 km antara
satu garis lintasan terhadap garis lintasan yang lain. Maksud dari survei ini
adalah untuk mendapatkan arah struktur geologi utama dengan kemungkinan
15

didapatkannya tutupan yang besar. Dari survei seismik diharapkan didapat


prospek yang langsung dapat ditindaklanjuti dengan pemboran eksplorasi.
2. Survei aeromagnetik, dilakukan dengan alat yang disebut magnetometer, yaitu
alat untuk mengukur derajat kemagnetan lapisan batuan dari udara dengan
memanfaatkan pesawat terbang. Metode ini digunakan untuk mempelajari
keadaan dan kedalaman batuan dasar cekungan. Prinsip kerjanya dengan
mencermati adanya perbedaan sifat kemagnetan, selanjutnya dapat diketahui
ketebalan sedimen di beberapa bagian daerah yang dipilih.
3. Survei magnetik daratan, tujuannya serupa dengan survei aeromagnetik, yang
membedakan adalah dilakukan didaratan dengan biaya yang relatif murah,
mengunakan alat magnetometer.
4. Survei gravitasi, dapat menggantikan metode survei magnetik atau aeromagnetik
apabila batuan dasar cekungan tidak bersifat magnet. Seperti diketahui tidak
semua batuan dasar bersifat magnet. Prinsip kerja gravimeter adalah apabila ada
batuan yang berbeda densitasnya atau berat jenisnya akan menghasilkan besaran
gravitasi yang berbeda pulak.
3.2.2 Pemetaan Geologi Permukaan
Pemetaan geologi permukaan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran
tentang keadaan geologi seluruh cekungan atau seluruh daerah yang sedang
diselidiki. Prioritas utama adalah mengetahui stratigrafi dan struktur geologi daerah
yang diselidiki. Prioritas utama yaitu:
1. Pengukuran penampang stratigrafi, berpedoman pada foto udara atau sejenisnya.
Berdasarkan pada kenampakan di foto udara dilakukan pemilihan lokasi yang
sesuai untuk pengukuran penampang stratigrafi. Biasanya pinggiran cekungan
merupakan tempat yang baik, karena ditempat ini formasi batuan yang mungkin
mengandung minyak tersingkap. Pengukuran penampang stratigrafi dapat
dilakukan dengan mencermati singkapan di sepanjang alur sungai, daerah alur
erosi melalui bukit dengan membuat rintisan-rintisan.
2. Pemetaan struktur geologi, diperlukan untuk melakukan pemeriksaan dari
interpretasi foto udara. Tempat-tempat yang menunjukkan adanya antiklin,
sinklin ataupun patahan perlu diyakinkan keberadaannya. Pengecekan dilakukan
16

pada daerah-daerah kritis, melihat singkapan batuan sepanjang sungai atau


rintisan dengan menggunakan peta dasar yang diperoleh dari foto udara, atau
lidar. Tahap selanjutnya, kemudian dilakukan verivikasi terhadap interpretasi
foto udara. Pemetaan struktur geologi biasanya langsung dilakukan pada prospek
yang ditemukan dari foto udara. Keberadaan struktur antiklin merupakan sasaran
utama.

3.3 Pemboran Eksplorasi


Pemboran eksplorasi ini tetap merupakan puncak dari kegiatan eksplorasi.
Pada umumnya pekerjaan ini dilakukan dengan kerja sama antara bagian eksplorasi
dan bagian pemboran, dikoordinasi oleh manager eksplorasi. Walaupun demikian
pemboran eksplorasi ini tetap merupakan pekerjaan geologi dan selama pemboran
berlangsung seorang ahli geologi yang dikenal dengan istilah well site geologist
harus menjaga dan menungguinya. Peranan ahli geologi ini sangat penting dan
bertugas melaporkan antara lain:
1. Memeriksa dan mendeskripsikan keratan sumur (cutting) serta memplotnya
dalam suatu log litologi. Well site geologist harus bekerja cepat dan cermat
mengikuti kemajuan pemboran.
2. Menentukan batas formasi apakah sudah dicapai pada waktu pemboran
berlangsung.
3. Menentukan dan memberitakan tercapainya jalur-jalur yang menarik perhatian
atau memperlihatkan adanya tanda-tanda minyak. Untuk itu mereka harus tahu
cara mendeteksi indikasi keberadaan minyak dan gas pada cutting maupun pada
lumpur pemboran.
4. Menentukan apakah pemboran harus dihentikan atau harus dilakukan
pemgambilan inti dan sebagainya.
5. Menyaksikan dilaksanakannya pekerjaan log listrik oleh konsultan jasa teknik.
6. Mengadakan analisis terhadap log listrik, log litologi untuk penentuan zona-zona
yang diharapkan menghasilkan minyak.
7. Penentuan selang-selang yang harus dilakukan perforasi dan pengujian akan
adanya minyak dan gas.
17

Semua hasil pemboran ini setiap hari harus dilaporkan ke manager eksplorasi.
Manager eksplorasi ini memberi keputusan dilaksanakan atau tidak saran ahli
geologi jaga sumur ini. Misalnya, keputusan mengenai apakah perlu diambil inti
pemboran, ataukah inti dinding samping dan sebagainya sebelum dilakukan
penyelubungan (casing) dinding lubang sumur.
3.3.1 Hasil Pemboran Eksplorasi
Hasil pemboran eksplorasi merupakan informasi geologi yang bernilai tinggi
baik ditinjau dari segi praktis ataupun ilmiah. Hasil suatu pemboran eksplorasi
dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Penemuan baru (discovery), penemuan sebuah sumur minyak baru dapat
digolongkan sebagai sumur yang memproduksi minyak secara menguntungkan,
dan sumur yang menghasilkan minyak namun tidak menguntungkan.
2. Lubang sumur kosong atau sumur kering (dry hole), suatu lubang sumur kosong
dapat juga berupa lubang pemboran yang bersifat:
a. Lubang sumur memperlihatkan tanda-tanda adanya gas dan minyak
b. Lubang sumur yang kering sama sekali
c. Kegagalan mekanik
Beberapa kemungkinan penyebab sumur kosong adalah sebagai berikut:
1. Gagal untuk mengenal adanya zona-zona minyak dan gas bumi di dalam sumur
tersebut. Hal ini akan terjadi apabila adanya kurang teliti karena sebagi berikut:
a. Pada saat pemboran, dipergunakan lumpur pemboran yang mempunyai berat
jenis sangat tiggi, sehingga mampu mendesak minyak ke dalam formasi.
b. Seringkali gagal mengenalnya karena tidak menemukan tanda-tanda minyak.
c. Gagal mengenalnya karena log listrik yang berhasil direkam tidak
memberikan hasil yang baik
2. Posisi perangkap telah bergeser atau jalannya pemboran telah menggeser.
Bahwasanya perangkap dapat bergerak ke bawah dapat diperhatikan dari sifat
batuan induk dan saat terjadinya migrasi.
3. Jalanya pemboran dapat menggeser karena hal tertentu, oleh karena itu survei
dipmeter perlu dilaksanakan. Gejala ini akan dapat membantu apakah memang
hal ini akan terjadi atau tidak.
18

4. Adanya tanda-tanda minyak dalam sumur yang demikian dapat merupakan


pinggiran suatu telaga minyak, oleh itu studi re-evaluasi dapat memperbaiki
posisi lubang bor, dalam upaya menemukan ladang minyak yang sebenarnya.
3.3.2 Laporan Pemboran
Suatu kegiatan eksplorasi terlebih pemboran eksplorasi akan tidak
bermanfaat apabila tidak ada laporannya, oleh sebab itu peranan well site geologist
akan sangat menentukan dan bertanggungjawab atas penyelesaian suatu laporan
pemboran. Laporan ini berupa hasil geologi yang dicapai selama pemboran dan
juga merupakan berita acara pemboran ahli teknik pemboran. Hal yang sangat
penting adalah menyimpulkan mengenai penyebab terdapat atau tidaknya minyak
dan gas bumi dalam formasi yang diharapkan, tebalnya lapisan minyak, kolom
minyak, jenis minyak ditemuka. Apabila minyak tidak ditemukan wajib
disimpulkan oleh well site geologist.
Jika suatu lapangan minyak dan gas alam sudah ditemukan, maka harus
direncanakan pengembanggannya untuk dieksploitasi. Bagian eksplorasi masih
harus menentukan batas lapangan, dengan suatu rencana program semi eksplorasi
(step out wells atau outpost wells). Kegiatan ini tugasnya melakukan pemboran jauh
kearah sayap pemboran yang disebut downstep atau down flank.
3.3.3 Geologi Produksi
Geologi produksi dikenal juga dengan istilah production geology. Istilah ini
timbul karena berkaitan dengan tugas ahli geologi pada kegiatan eksplorasi
berikutnya. Ahli geologi tidak hanya bertugas hingga mendapatkan ladang minyak
yang baru, tetapi tugas ini dilanjutkan dengan bagaimana memproduksi lapangan
minyak itu sehingga diperoleh hasil maksimal.
Adapun tugas seorang ahli geologi pada produksi pada umumnya yaitu:
1. Menentukan bentuk geometri dan kemenerusan lapisan reservoir yang produktif
dan mengandung minyak. Hal ini dilakukan dengan pemetaan bawah permukaan
secara lebih teliti, membuat peta struktur detail, peta isopach pada setiap lapisan
yang produktif, memetakan patahan, penyebaran porositas dengan
memanfaatkan log listrik secara detail dan melakukan korelasi mendetail antar
sumur.
19

2. Bersama dengan ahli teknik reservoir membantu menentukan besar jumlah


cadangan atau jenis cadangan yang didapatkan di lapangan tersebut. Ahli
geologi produksi bertugas membuat bats reservoir minyak secara lebih teliti dan
juga penyebaran lapisan minyak secara lebih rinci.
3. Membantu menentukan lokasi pemboran pengembangan (development wells)
dan selangnya (spacing), dengan tujuan untuk melakukan produksi secara
efisien.
4. Mencari akumulasi baru secara ekstensif atau penusuran lapangan yang sedang
dieksploitasi sebagai akibat penentuan bentuk geometri lapisan reservoir, dan
memproyeksikan keluar daerah yang diketahuinya.

3.4 Jenis-Jenis Pengeboran


Berdasarkan gambaran peta bawah permukaan dapat ditentukan pengeboran
untuk membuktikan keberadaan minyak dan gas bumi dalam cekungan. Setelah
dilakukan penentuan titik pengeboran dan pemetaan lokasi kemudian dilakukan
pengeboran. Pembagian pengeboran minyak dan gas bumi dibedakan berdasarkan
tujuan pengeboran, lokasi pengeboran, dan berdasarkan bentuk lubang.
3.4.1 Berdasarkan Tujuan Pengeboran
Jenis pengeboran ini didasarkan pada tujuan yang akan dicapai dalam
melakukan operasi pengeboran. Berdasarkan tujuannya pengeboran dibagi menjadi
tiga yaitu:
1. Pengeboran Eksplorasi
Tujuan pengeboran eksplorasi ini adalah untuk membuktikan ada tidaknya
suatu cekungan yang mengandung minyak atau gas bumi. Pada permulaan
pengeboran ini, data-data pengeboran yang akurat belum tersedia sehingga
memerlukan perencanaan yang tepat dengan memperhitungkan kemungkinan-
kemungkinan masalah yang terjadi selama proses operasi pengeboran. Selain itu
diperlukan pengamatan yang teliti selama proses pengeboran dilakukan karena
kedalaman lapisan batuan memiliki sifat-sifat batuan yang berbeda-beda, yang
ditembus mata bor belum diketahui, data-data sifat-sifat batuan yang diamati perlu
dicatat sesuai kedalamannya. Pada kenyataanya kedalaman akhir (target) yang
20

dituju dalam pengeboran masih berubah, hal ini bisa diamati pada data serbuk bor
serta data logging. Oleh sebab itu konstruksi sumur yang meliputi desain casing,
penyemenan, lumpur, bit dan material lainnya menyebabkan biaya pengeboran
lebih mahal.
Sumur eksplorasi sering disebut sebagai sumur wild cat, artinya selama
operasi pengeboran akan didapati banyak masalah pengeboran yang akan
ditemukan, yang mana akan mengakibatkan waktu lebih lama dan biaya lebih
mahal dikarenakan tujuan pengeboran eksplorasi adalah untuk mendapatkan data
seakurat mungkin. Pada umumnya pengeboran eksplorasi dilakukan pertama kali,
titik lokasinya berada di atas puncak suatu perangkap reservoir yang berbentuk
antiklin.
2. Pengeboran Delinasi
Pengeboran ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran reservoir, mencari
batas-batas, serta ketebalan reservoir. Pada pengeboran ini sudah ada data sumur
dari hasil data-data pengeboran yang dilakukan pada pengeboran eksplorasi
sehingga biaya pengeboran dan konstruksi sumur sudah dapat diperhitungkan
secara relatif. Untuk menentukan batas-batas suatu reservoir maka dilakukan
beberapa pengeboran dengan jarak-jarak tertentu dari sumur yang pertama.
Pengeboran sumur yang ke dua diharapkan menembus zona minyak dengan
ketebalan yang sangat tipis, dan zona air yang tebal. Hal ini dapat dikatakan sebagai
batas reservoir minyak, namun apabila pengeboran menembus zona minyak yang
tebal seperti pengeboran pada sumur ketiga yang masih menembus minyak yang
tebal dan ketebalan air yang cukup berarti, maka hal ini tidak dapat dijadikan
batasan reservoir.
Untuk itu perlu dilakukan pengeboran yang keempat pada jarak tertentu dari
sumur yang kedua. Ternyata sumur keempat tidak menemukan minyak, hanya
menemukan air yang sangat tebal, sehingga batas minyak dan air adalah antara
sumur ketiga dan sumur keempat. Untuk menentukan batas-batas reservois minyak
berdasarkan ketebalan minyak dari setiap sumur yang dibor. Selanjutnya
berdasarkan ketebalan-ketebalan minyak dari setiap sumur dibuat peta isopach
yang digunakan untuk menghitung volume batuan yang mengandung minyak.
21

3. Pengeboran Eksploitasi
Pengeboran ini bertujuan untuk meningkatkan pengurasan terhadap reservoir
produksi sekaligus meningkatkan produksi. Pengeboran sumur eksploitasi
memerlukan biaya jauh lebih murah karena data-data sumur sudah lengkap seperti
kedalaman, dan ketebalan reservoir, jenis dan sifat batuan yang ditembus mata bor
dan lain-lainnya. Sumur eksplorasi dapat diubah fungsinya menjadi sumur
eksploitasi dengan catatan sumur eksplorasi tersebut bernilai ekonomis untuk
diproduksikan. Sumur-sumur yang memproduksikan minyak disebut juga dengan
sumur produksi. Jadi sumur eksploitasi yang berhasil, juga merupakan sumur
produksi.
3.4.2 Berdasarkan Lokasi Pengeboran
Jenis pengeboran ini didasarkan pada lokasi dimana pengeboran ini
dilakukan. Berdasarkan letak titik lokasi, pengeboran dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Pengeboran darat (onshore), merupakan semua kegiatan pegeboran yang titik
lokasinya berada di daratan. Istilah lainnya adalah Onshore Drilling.
2. Pengeboran lepas pantai (offshore), merupakan kegiatan pengeboran yang titik
lokasinya berada di laut lepas pantai sampai perairan yang dalam, akan tetapi
dapat dimasukkan juga untuk pengeboran lepas pantai bila titik lokasinya berada
pada lingkungan yang berair, seperti pengeboran disungai, dirawa, dan didanau.
Namun dengan persyaratan kedalaman tertentu. Istilah lain untuk pengeboran
lepas pantai adalah Offshore Drilling.

3.4.3 Berdasarkan Bentuk Lubang


Jenis pengeboran ini didasarkan pada bentuk lubang yang dibuat atau
dibentuk pada operasi pengeboran yang dilakukan. Berdasarkan bentuk lubangnya,
pengeboran dibedakan menjadi:
1. Pengeboran Tegak (Straight Hole Drilling/ Vertical Drilling)
Pengeboran tegak adalah pengeboran yang dilakukan mulai dari titik lokasi
dipermukaan hingga sampai ketitik target secara mempertahankan kelurusanya atau
22

vertikal. Lubang boleh membelok, asal dog leg maksimum adalah 3 derajat per 100
ft. Pada kenyataannya lubang tidak dapat dipertahankan selurus mungkin, hal ini
dikarenakan kondisi lubang pengeboran. Sehingga lubang pengeboran akan sedikit
membelok atau sering dinamakan dog leg.
2. Pengeboran Berarah (Directional Drilling dan Horizontal Drilling)
Pemboran berarah (directional drilling) adalah metode pemboran yang
mengarahkan lubang bor menurut suatu lintasan tertentu ke sebuah titik target yang
terletak tidak vertikal di bawah mulut sumur. Untuk menemukan jebakan
hidrokarbon sebenarnya selalu diinginkan lubang yang vertikal.
Terdapat beberapa alasan dilakukannya pemboran berarah ini diantaranya yaitu:
a. Inaccesible Location Drilling, dimana reservoir berada di bawah perkotaan, lalu
lintas yang ramai, tempat-tempat bersejarah ataupun lahan perkebunan
(pertanian). Gambar dibawah ini memperlihatkan formasi yang berada dibawah
perkotaan sehingga dilakukan pengeboran berarah atau horizontal.

Gambar 3.2 Ilustrasi Formasi Di Bawah Kota


(Arsip PT Baker Hughes, 2007)
b. Multiple Well Drilling, dimana bila suatu lokasi pengeboran memiliki
keterbatsan area pada permukaan sehingga tidak mungkin melakukan
pengeboran banyak sumur dengan letak yang berbeda, maka hal ini dapat diatasi
dengan melakukan pengeboran multiple well, yaitu melakukan pengeboran pada
satu lokasi dengan banyak sumur yang dibuat, untuk itu dilakukan pengeboran
berarah atau horizontal. Multiple well ini sering dugunakan pada pengeboran
lepas pantai dari satu platform tunggal atau suatu tempat terpencil. Hal lain yang
23

memungkinkan untuk menggunakan multiple well, yaitu apabila reservoir


hidrokarbon berada di bawah perairan yang dekat dengan daratan. Daripada
membuat suatu platform atau pemboran dengan tongkang maka mendirikan
menara di daratan dan pemboran diarahkan ke reservoirnya yang berada di
bawah danau adalah pertimbangan yang sangat baik dari segi teknis. Gambar
dibawah ini menunjukkan suatu platform yang melakukan multiple well drilling.

Gambar 3.3 Ilustrasi Multiple Well Drilling


(Aset PT Baker Hughes, 2007)

c. Salt Dome Drilling, yaitu pada daerah yang terdapat kubah garam yang letaknya
berada di atas reservoir minyak, pengeboran lurus/vertical tidak mungkin
dilakukan, karena apabila pengeboran menembus kubah garam akan
menimbulkan masalah yang serius terutama akan terjadinya blow out sehingga
perlu dilakukan pengeboran berarah atau horizontal, yang akan mengarah
langsung kereservoir minyak. Gambar dibawah ini merupakan reservoir yang
berada di bawah kubah garam (salt dome).
24

Gambar 3.4 Ilustrasi Formasi Di Bawah Kubah Garam


(Aset PT Baker Hughes, 2007)

d. Side Wall Racking, Pada suatu pemboran sumur terkadang ada barang-barang
yang jatuh, pipa terjepit atau putus yang tidak dapat diangkat ke permukaan.
Maka pada umumnya lubang yang sudah dibor tersebut disemen, kemudian
lubang sumur dibelokkan dan diarahkan kembali menuj reservoir yang akan
ditembus.

Gambar 3.5 Ilustrasi Side Wall Tracking


(Aset PT Baker Hughes, 2007)

e. Relief Well Drilling, bila suatu sumur mengalami blow out dan terbakar, maka
dibuat satu atau dua sumur berarah menuju formasi yang menyebabkan
terjadinya blow out tersebut, dimana melalui sumur yang dibuat tadi dipompakan
fluida untuk mematikan sumur yang terbakar. Sumur ini disebut relief well.
25

Gambar 3.6 Ilustrasi Relief Well Drilling


(Aset PT Baker Hughes, 2007)

Anda mungkin juga menyukai