Anda di halaman 1dari 6

PEMBUATAN GULA CAIR DARI PATI SINGKONG DENGAN

MENGGUNAKAN HIDROLISIS ENZIMATIS


Ayu Ratna P, Fitria Yulistiani
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung, Kotak Pos 1234
Email: ayu.ratna@polban.ac.id

ABSTRAK.
Pada penelitian ini dibuat gula cair dari tepung tapioka yang dihidrolisis dengan enzim. Hidrolisis
enzimatis pati terdiri dari dua tahapan yaitu liquifikasi dan sakarifikasi. Pada proses liquifikasi
digunakan enzim á-amilase untuk memecah pati yang mengandung amilosa dan amilopektin
menjadi dekstrin. Selanjutnya pada tahapan kedua proses sakarifikasi, dimana dekstrin dihidolisa
menjadi glukosa dengan bantuan enzim glukoamilase. Volume enzim cair yang ditambahkan
adalah 0,3; 0,4; dan 0,5 ml sedangkan konsentrasi substrat divariasikan 25%; 33,3%; dan 40%.
Hasil terbaik diperoleh pada konsentrasi substrat 33,3% dan volume enzim sebesar 0,3 ml, yaitu
memiliki kecepatan hidrolisis yang paling cepat untuk proses liquifikasi dan sakarifikasi.

Kata Kunci. hidrolisis, enzim, liquifikasi, sakarifikasi, pati

PENDAHULUAN yang mana banyak sekali terdapat di alam


Indonesia seperti tapioka (singkong), sagu,
Industri makanan dan minuman saat pati jagung, dan pati umbi-umbian seperti ubi
ini sedang berkembang dengan pesat, dimana jalar.
banyak sekali industri makanan yang mulai Pada penelitian ini dibuat gula cair
mengkreasikan produk mereka sehingga dengan menggunakan bahan baku dari pati
lebih menarik dan mampu menarik minat tapioka. Tepung tapioka dibuat dari hasil
masyarakat. Misalnya industri roti (bakery) penggilingan ubi kayu yang dibuang
yang dahulu hanya memproduksi roti biasa ampasnya. Ubi kayu tergolong polisakarida
saja, saat ini mulai banyak berinovasi dengan yang mengandung pati dengan kandungan
penambahan aksesoris seperti topping dari amilopektin yang tinggi tetapi lebih rendah
gula yang berwarna-warni, cokelat, dan lain daripada ketan yaitu amilopektin 83% dan
sebagainya untuk mempercantik produk roti amilosa 17% (Winarno, 2004). Pati
tersebut. merupakan homopolimer glukosa dengan
Tampilan-tampilan cantik dari roti- ikatan á-glikosidik. Berbagai macam pati
roti tersebut umumnya banyak menggunakan tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang
bahan yang dipadukan dengan gula cair. rantai C-nya serta lurus atau bercabang rantai
Industri makanan dan minuman mulai banyak molekulnya. Pati terdiri dari 2 fraksi yang
menggunakan gula cair karena memiliki dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi
beberapa kelebihan antara lain gula cair tidak terlarut disebut amilosa dan fraksi yang tidak
mengkristal, lebih mudah diproses karena larut disebut amilopektin (Risnoyatiningsih,
lebih mudah larut, lebih praktis, dan memiliki 2011). Amilosa merupakan suatu polimer
tampilan yang lebih menarik jika rantai tunggal tidak bercabang, terbentuk dari
dibandingkan dengan gula pasir pada 500-20.000 monomer á-D-glukosa yang
umumnya. Permintaan pasar akan gula cair dihubungkan oleh ikatan á-1,4 glikosidik.
yang tinggi membuat angka impor gula cair Sedangkan amilopektin adalah suatu polimer
semakin tinggi pula sehingga diharapkan rantai bercabang terbentuk dari 100.000
Indonesia mampu menyuplai kebutuhan gula monomer glukosa yang dihubungkan oleh
cair tersebut tanpa harus melakukan impor, ikatan á-1,4 glikosidik pada rantai utama dan
mengingat bahan baku gula cair adalah pati á-1,6 glikosidik pada percabangannya

9
10 Jurnal Fluida Volume 11, No. 2, Nopember 2015, Hlm. 9 -14

(Kunamneni, 2005). (w/v), dimana pada substrat 33,3% digunakan


Pembuatan gula cair pada penelitian variasi volume enzim cair yaitu 0,3; 0,4; serta
ini berbahan baku tepung tapioka dengan 0,5 ml. Proses pembuatan gula cair ini ada 2
proses hidrolisis menggunakan enzim á- tahapan utama yaitu proses hidrolisis pati dan
amilase dan glukoamilase, selanjutnya dalam pemurnian gula cair. Hidrolisis pati yang
hidrolisis ini akan ditentukan volume enzim meliputi proses gelatinasi, liquifikasi,
terbaik yang ditambahkan sehingga sakarifikasi, sedangkan pemurnian gula cair,
menghasilkan proses hidrolisis paling cepat. meliputi pemucatan, penyaringan, serta
Hidrolisis adalah dekomposisi kimia penguapan atau pemekatan.
menggunakan bantuan air untuk memisahkan
ikatan kimia dari substansinya. Sedangkan HIDROLISIS
hidrolisis pati adalah proses pemecahan
molekul amilum menjadi bagian-bagian Tahapan hidrolisis pati yang pertama
penyusun amilum yang lebih sederhana adalah liquifikasi. Proses dimulai dengan
seperti dekstrin, isomaltosa, maltosa dan membuat suspensi pati sebagai substrat
glukosa (Terahara, 2004). sebanyak 150 ml dengan variasi konsentrasi
Hidrolisis pati terdiri atas liquifikasi yaitu 25%, 33,3%, dan 40%. Selanjutnya
dan sakarifikasi. Liquifikasi merupakan substrat dipanaskan hingga suhu 60C sebagai
proses pencairan gel pati untuk memperoleh proses gelatinasi. Setelah proses gelatinasi
viskositas yang lebih rendah dengan cara dilanjutkan dengan dekstrinasi yaitu
menghidrolisis pati menjadi molekul- penambahan enzim á-amilase sesuai dengan
molekul yang lebih sederhana yaitu variasi konsentrasi. Kondisi operasi diatur
oligosakarida atau dekstrin melalui bantuan pada suhu 90C dan pH 6 – 6,4 dengan
enzim á-amilase. Proses ini diawali dengan menambahkan kapur tohor jika diperlukan.
gelatinisasi pati atau pemanasan granula pati Pada tahapan ini substrat akan menjadi encer.
dengan air hingga mengembang dan rusak. Proses liquifikasi dihentikan ketika substrat
Suhu pada gelatinasi diatur pada kisaran 66C, menjadi benar-benar cair dan berwarna coklat
sehingga pati dapat terlarut yang ditandai bening. Suhu larutan kemudian diturunkan
dengan menurunnya viskositas larutan. hingga 60C.
Sakarifikasi adalah ketika dekstrin hasil Selanjutnya dilakukan sakarifikasi, yaitu
liquifikasi akan dihidrolisis lebih lanjut oleh substrat dengan suhu 60C ditambahkan enzim
enzim tunggal (glukoamilase) maupun enzim glukoamilase dengan perbandingan yang
campuran (glukoamilase dan pullulanase) sama terhadap enzim á-amilase yang
yang biasa disebut dextrozyme untuk digunakan sebelumnya. Suhu larutan substrat
dikonversi menjadi glukosa (Ruiz, 2011). dipertahankan 60C sambil terus diaduk dan
Robi'a (2015) dalam studi kajian pustakanya, proses dihentikan ketika larutan substrat telah
mengutip reaksi (a)liquifikasi dan mencapai nilai kekentalan 30%-35% Brix.
(b)sakarifikasi dari Whitacker (1996).
á-amilase PEMURNIAN GULA CAIR
(C6H12O5)1000 + 400H2O à
50(C6H12O5)10 + 100(C12H22O11) + 100(C6H12O6) …(a)
Pati Air Dekstrin Maltosa Glukosa
Proses pemurnian gula cair ada 3
glukoamilase tahapan, yang pertama yaitu pemucatan.
(C6H12O5)10 + 10H2O à
10(C6H12O6) …(b)
Dekstrin Air Glukosa
Larutan hidrolisat dicampurkan dengan
sedikit arang aktif dan dipanaskan hingga
suhu 80C selama 15 menit. Tahapan kedua
METODE adalah penyaringan. Campuran substrat dan
arang aktif selanjutnya disaring hingga
Pada penelitian ini digunakan variasi diperoleh filtrat berwarna kuning muda.
konsentrasi pati yaitu 25%; 33,3%; dan 40% Tahapan yang ketiga adalah penguapan atau
Ayu Ratna Permanasari., Pembuatan gula cair dari pati singkong dengan 11
menggunakan hidrolisa enzimatis

pemekatan filtrat dengan cara memanaskan variasi volume á-amilase yang ditambahkan
hingga suhu 70C dan diperoleh filtrat atau diamati dari perubahan nilai Brix pada
gula cair yang lebih kental dengan Brix antara larutan. Perubahan nilai Brix dalam rentang
43% - 80%. waktu hidrolisis dapat dilihat pada gambar 1.

ANALISIS

Analisis yang dilakukan adalah secara


kualitatif yaitu uji amilum, uji dekstrin, dan
uji kandungan glukosa (Benedict) serta secara
kuantitatif dengan menganalisis nilai Brix
yang dihasilkan selama waktu hidrolisis.
Uji Amilum: Suspensi pati pada proses
gelatinasi dianalisis keberadaan amilumnya
dengan cara diteteskan cairan lugol. Gambar 1. Grafik hubungan kenaikan Brix selama
Terjadinya prubahan warna dari putih rentang waktu tertentu dengan variasi volume enzim
pada liquifikasi pati singkong
menjadi biru tua menandakan adanya
kandungan amilum pada suspensi pati.
Untuk mengamati pengaruh volume
Uji Dekstrin: Uji dekstrin dilakukan untuk
á-amilase yang ditambahkan pada proses
mengetahui apakah terbentuk dekstrin pada
liquifikasi, gambar 1 diperoleh dengan
akhir proses liquifikasi. Suspensi setelah
percobaan menggunakan konsentrasi substrat
diliquifikasi, ditambahkan dengan lugol dan
tetap yaitu 33,3% sebanyak 150 ml,
alkohol pada tabung reaksi secara bertahap.
sedangkan volume enzim yang ditambahkan
Uji Benedict: Uji Benedict dilakukan untuk
bervariasai yaitu 0,3; 0,4; dan 0,5 ml. Suhu
mengetahui apakah ada kandungan glukosa
operasi dijaga pada 90C dan sekitar pH 6. Dari
pada produk akhir sakarifikasi. Hasil
gambar 1 dapat dilihat bahwa pada proses
hidrolisis diteteskan pereaksi Benedict pada
liquifikasi dengan penambahan volume
tabung reaksi untuk selanjutnya dipanaskan
enzim 0,3 ml dapat mencapai nilai Brix paling
di atas penangas air selama 5 menit.
tinggi yaitu 27% dengan rentang waktu 30
menit. Hal ini menunjukkan bahwa pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
kondisi operasi tersebut untuk konsentrasi
LIQUIFIKASI
substrat 33,3% jumlah enzim yang bekerja
optimum adalah 0,3 ml. Peningkatan nilai
Hidrolisis enzimatis pada tepung
Brix terjadi secara signifikan pada rentang
tapioka ini bertujuan untuk membuat gula cair
waktu 0-10 menit proses liquifikasi,
dari bahan baku pati. Ada dua proses utama
sedangkan pada penambahan enzim
yang terjadi yaitu liquifikasi dan sakarifikasi.
sebanyak 0,5 ml peningkatan nilai Brix terjadi
Pada proses liquifikasi, pati akan dipecah
secara bertahap setiap kenaikan 10 menit.
menjadi dekstrin, maltose, dan glukosa.
Untuk penambahan enzim sebanyak 0,4 ml,
Dekstrin merupakan hasil hidrolisis pati yang
kenaikan Brix terjadi sedikit lama hingga
tidak sempurna. Proses ini juga melibatkan
mendekati 20 menit baru mengalami
alkali dan oksidator. Pengurangan panjang
kenaikan yang signifikan. Hal ini disebabkan
rantai tersebut akan menyebabkan perubahan
oleh proses gelatinasi yang berlangsung pada
sifat dimana pati yang tidak mudah larut
kisaran suhu 60-66C belum berlangsung
dalam air diubah menjadi dekstrin yang
secara maksimal seperti suhu yang kurang
mudah larut. Dekstrin bersifat sangat larut
tinggi atau terjadi penurunan pH saat
dalam air panas atau dingin, dengan
ditambahkan á-amilase yang tidak diamati
viskositas yang relatif rendah.
secara seksama sehingga mempengaruhi
Hasil liquifikasi tepung tapioka pada
12 Jurnal Fluida Volume 11, No. 2, Nopember 2015, Hlm. 9 -14

kecepatan proses liquifikasi. Pada menit ke 30 produk. Bila jumlah enzim ditingkatkan
nilai Brix untuk semua larutan dengan variasi makin banyak substrat yang ada akan diubah
volume enzim mendekati nilai yang sama menjadi produk hingga suatu ketika jumlah
yaitu 25% - 27%. enzim berlebih namun substrat habis.
Akibatnya penambahan jumlah enzim tidak
akan mengubah grafik kecepatan reaksi vs
konsentrasi enzim (Adhiyanto, 2006). Begitu
pula dengan perubahan konsentrasi substrat
dengan pemberian volume enzim yang
konstan, jumlah substrat yang dapat diubah
adalah sebanding dengan enzim yang
ditambahkan. Dengan demikian pada suatu
ketika konsentrasi substrat lebih kecil dan
habis terhidrolisis sehingga tidak akan terjadi
lagi kenaikan produk untuk setiap kenaikan
waktu liquifikasi (nilai Brix konstan setelah
rentang waktu tertentu).
Gambar 2. Grafik hubungan kenaikan Brix selama
rentang waktu tertentu dengan variasi konsentrasi
substrat pada proses liquifikasi (0,3 ml á-amilase). SAKARIFIKASI

Percobaan selanjutnya adalah untuk Pada tahapan sakarifikasi, suhu


mengetahui pengaruh konsentrasi substrat larutan diturunkan hingga 60C dan kemudian
dengan volume enzim yang ditambahkan ditambahkan glukoamilase. Waktu 0 menit
konstan. Konsentrasi substrat divariasikan sakarifikasi dimulai setelah penambahan
yaitu 25%; 33,3%; dan 40% dengan volume glukoamilase. Suhu larutan dijaga konstan
á-amilase yang ditambahkan sebanyak 0,3 dan diamati perubahan nilai Brixnya tiap
ml. Volume enzim ini digunakan karena pada rentang waktu tertentu. Proses sakarifikasi
percobaan sebelumnya merupakan kondisi dihentikan ketika Brix mencapai 30%-35%.
optimum dari proses liquifikasi. Kenaikan nilai Brix selama sakarifikasi
Perubahan nilai Brix terhadap waktu berlangsung dapat dilihat pada gambar 3
liquifikasi dapat dilihat pada Gambar 2. Pada berikut ini.
grafik ini terlihat bahwa konsentrasi substrat
40% menghasilkan Brix yang paling tinggi
yaitu 27,8%. Sedangkan pada konsentrasi
substrat 25% hingga mencapai menit ke 40
perubahan nilai Brix yang terjadi sangat kecil
dan cenderung konstan dengan nilai Brix
lebih rendah jika dibandingkan pada
konsentrasi substrat 33,3% dan 40%. Produk
yang dihasilkan dari reaksi antara substrat dan
enzim dipengaruhi oleh kondisi dari
konsentrasi enzim maupun substrat. Pada
keadaan konsentrasi enzim meningkat
sedangkan konsentrasi substrat tetap, Gambar 3. Grafik hubungan kenaikan Brix selama
konsentrasi atau jumlah molekul enzim lebih rentang waktu tertentu dengan variasi volume enzim
rendah dibandingkan jumlah molekul substrat pada proses Sakarifikasi
yang akan dikatalisis, maka produk yang
Pada gambar 3, terlihat bahwa penambahan
dihasilkan akan sebanding dengan jumlah
0,3 ml glukoamilase memerlukan waktu
substrat yang diubah oleh enzim menjadi
paling singkat dan diikuti dengan
Ayu Ratna Permanasari., Pembuatan gula cair dari pati singkong dengan 13
menggunakan hidrolisa enzimatis

penambahan 0,4 ml glukoamilase untuk substrat yang dihidrolisis telah habis sehingga
mencapai nilai Brix di atas 30%. Sedangkan produk yang terbentuk konstan setelah
larutan dengan penambahan 0,5 ml rentang waktu tertentu.
glukoamilase kenaikan nilai Brixnya lamban
dan cukup lama. Pada saat menit ke 70 hanya
mampu mencapai nilai Brix 29%. Hal ini HASIL ANALISIS KUALITATIF
kemungkinan disebabkan awal liquifikasi
yang terjadi tidak optimum dan berpengaruh
No. Nama Uji Hasil Pengamatan
terhadap jumlah dekstrin yang dihasilkan.
1 Uji Terjadi prubahan warna
Amilum dari putih menjadi
warna biru tua. Hal ini
menandakan adanya
kandungan amilum pada
suspensi pati.
2 Uji Pada saat diteteskan
Dekstrin lugol, suspensi dan lugol
tidak bercampur, setelah
ditambahkan alkohol,
larutan menjadi
Gambar 4. Grafik hubungan kenaikan Brix selama tercampur dan warnanya
rentang waktu tertentu dengan variasi konsentrasi berubah menjadi
substrat pada proses Sakarifikasi (0,3 ml á-amilase)
kuning. Hal ini
Percobaan selanjutnya adalah menunjukkan adanya
sakarifikasi untuk konsentrasi substrat yang dekstrin pada larutan
berbeda sedangkan jumlah glukoamilase 3 Uji Terbentuk endapan
yang digunakan konstan sebesar 0,3 ml, Benedict berwarna merah bata.
disesuaikan dengan á-amilase yang Hal ini menunjukkan
digunakan pada liquifikasi sebelumnya. adanya kandungan
Gambar 4 menunjukkan bahwa pada substrat glukosa / gula pereduksi
33,3% mampu mencapai nilai Brix 32% pada pada produk akhir
menit ke 10 , dan selanjutnya diikuti dengan hidrolisis pati.
substrat 40% yang mampu mencapai Brix
32% pada menit ke 45. Kenaikan Brix terjadi
SIMPULAN
secara bertahap dan lebih lama kemungkinan
karena pada substrat 40% terdapat lebih
Gula cair dapat dihasilkan dari
banyak dekstrin yang akan diubah sedangkan
hidrolisis pati dengan bantuan á-amilase dan
volume glukoamilase yang digunakan
glukoamilase pada perbandingan 1:1.
konstan yaitu 0,3 ml, sehingga sakarifikasi
Kecepatan hidrolisis yang optimum diperoleh
berlangsung lebih lama daripada substrat
pada penambahan volume enzim sebanyak
30%. Sedangkan untuk substrat 25%,
0,3 ml dengan substrat 33,3% yaitu sebesar
kenaikan nilai Brix tidak terlalu signifikan
32% Brix, dengan total waktu liquifikasi dan
dan langsung menjadi konstan pada Brix
sakarifikasi 40 menit.
sekitar 23%. Hal ini dikarenakan jumlah
14 Jurnal Fluida Volume 11, No. 2, Nopember 2015, Hlm. 9 -14

DAFTAR RUJUKAN Ruiz, Monica I.; Shancez, Clara I.; Torres,


Rodrigo G.; Molina, Daniel R. 2011.
Adhiyanto, C., 2006. Pemanfaat Enzim dan Enzymatic Hydrolysis of Cassava
Manfaatnya dalam Bidang Biomedik. Starch for Production of Bioethanol
UIN Press: Jakarta hal 1, hal 115 – 120. with a Colombian Wild Yeast Strain.
Kunamneni A.; Permaul K.; dan Singh Brazil: J. Braz. Chem. Soc., Vol. 22, No.
S. 2005. Amylase production in solid 12, 2337-2343.
state fermentation by thethermophilic Terahara, N.; Konczak, I.; Ono, H.;
fungus Thermomyces lanuginosus. Yoshimoto, M.; Yamakawa, O. 2004.
Journal of Bioscience and Characterization of Acylated
Bioengineering 100:2, 168-171. Anthocyanins in Callus Induced From
Risnoyatiningsih, Sri. 2011. Hidrolisis Pati Storage Root of Purple-Fleshed Sweet
Ubi Jalar Kuning Menjadi Glukosa Potato, Ipomoea batatas L. Journal of
Secara Enzimatis. UPN Veteran Jawa Biomedicine and Biotechnology.
Timur: Jurnal Teknik Kimia Vol.5, 2004:5. 279–286.
N0.2. Winarno, F. G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi.
Robi'a; Sutrisno, Aji. 2015. Karakteristik Cetakan ke-XI. PT. Gramedia Pustaka
Sirup Glukosa Dari Tepung Ubi Ungu Utama. Jakarta.
(Kajian Suhu Likuifikasi Dan Whitaker, J.R. 1996. Enzymes. Food
Konsentrasi Á-Amilase): Kajian Chemistry. Thirt Edition. New York:
Pustaka. Jurnal Pangan dan Meracell Dekker, Inc.
Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1531-1537

Anda mungkin juga menyukai