Dosen Pembimbing:
dr. Djumhana , Sp. M
DISUSUN OLEH :
Ailsa Budi Khairany 141.0004
Sistem Imun
- Serangkaian kerjasama dari organ, jaringan dan sel untuk menyerang benda yang masuk
dalam tubuh (foreign invaders) mikrobia atau sel asing (tumor)
- Tubuh sangat kaya akan nutrient (Karbohidrat, Lemak & Protein dll) yang dibutuhkan oleh
mikrobia ex. bakteri, jamur, parasit, virus
- Sel tubuh juga dapat berubah sifat karena oksidan & mutasi dll respon imun
SISTEM IMUN
1. Bawaan dari lahir/alamiah (the innate immune system) respon imun non spesifik
b. Sekret ; asam lambung, saliva, sekret vagina, sekresi saluran pernapasan, dll
- Natural Killer
d. Respon Imfamasi
e. Nutrisi
Pertahanan Non-specifik
1. Pertahanan Fisik/Kimiawi
2. Pertahanan selular
- dapat meninggalkan pembuluh darah dan masuk dalam jaringan yang rusak/infeksi
c. Interferons (IFNs)
a. Apabila sel terinfeksi virus, maka gene interferon akan aktif sintesis protein interferon
b. Interferon akan meninduksi sel tetangga untuk mengaktifkan gene protein antivirus
d. Complement
1. Sekelompok protein (C1 s/d C9) dalam darah yang complements / supplements untuk
meningkatkan Fagositosis melalui 3 cara
1. protein reaktif yang kadar meningkat pada infeksi akut atau kerusakan jaringan.
4. Respon Inflamasi
5. Demam (Fever)
Suhu tubuh lebih dari 37oC akan memacu aktivitas system imun
Respon Spesifik
Jika tubuh dimasuki antigen yang sama dengan yang terdahulu, sel memory langsung
membuat respon spesifik dengan cepat
Imunitas sel B
Aktivasi sel B terjadi sebagai respon pemaparan terhadap antigen asing yang spesific
Sel T Helper mensekresikan suatu zat kimia yang disebut dengan interleukin
Sel B terbagi atas :
1. Plasma cells = mensintesis dan mensekresikan sejumlah besar antibodi dengan antigen
target yang sama
2. Sel Memory = menyimpan memory jika dimasa akan datang mendapat antigen yang sama
langsung terbentuk respon imu
Antibody
1. Jika pathogen masuk ke dalam tubuh akan merangsang limfosit B untuk membuat
antibody
Antibodi adalah protein dengan bentuk spesific dan akan melekat pada antigen spesifik
pathogen
Setelah terbentuk kompleks antibody -antigen, maka akan mudah dirusak
oleh macrophages
Antibodi = kompleks protein yang mempunyai 2 rantai berat (heavy chain) dan 2 rantai
ringan (light chain):
Constant region ((biru tua dan merah tua) = sama pada semua antibodi
Variable region (biru mudah & merah mudah) = bersifat khusus untuk setiap
antibodi
Imunoglobulin (Ig)
Ada 5 Jenis:
1. Ig M berperan sbg reseptor permukaan sel B & disekresi pd tahap awal respons sel
plasma
3. Ig E melindungi tubuh dr infeksi parasit & mrp mediator pd reaksi alergi; melepaskan
histamin dari basofil & sel mast
-imunodefisiensi
- Ex. AIDS, leukemia
-autoimun
- ex. DM tipe I, multiple sclerosis, lupus dll.
-hipersensitivitas)
- ex. alergy
Imunodeficiency HIV/AIDS
Autoimmun
1. Multiple sclerosis (MS) adalah penyakit autoimun yang mengakibatkan rusaknya sel
syaraf, selubung myelin. Sehingga berakibat pada rusaknya sitem penglihatan dan
koordinasi. Individu dengan DR2 variant of MHC genes peka terhadap penyakit ini.
Allergy
Alergy adalah malfungsi sistem imun di mana tubuh seseorang hypersensitif untuk
berreaksi terhadap substansi non-pathogen
Type I hypersensitif ditandai dengan aktivasi berlebihan mast cells (produksi histamine
berlebihan) mengakibatkan respon inflammasi systemik pada sistem pernapasan yang
dapat mengakibatkan shock anafilaksis kematian.
Polen/serbuk sari
Kacang-kacangan
Debu, serpihan kulit
Kutu
Logam
Kosmetik
Telur
Seafood
Dingin dll
Respons allergy
Symtoms Lokal
Respon Systemic
Respons pertama
• vasodilatasi
• gangguan vascular
• kram otot polos
Reaksi lanjutan
• Oedema mucosal
• Sekresi mukus
• Infiltasi leukocyte
• Kerusakan epithelial
• bronchospasm
Diagnosis allergy
Skin test
• Jika pasien alergy maka timbul respon inflamasi dalam waktu 30 menit
• Respons yang timbul dari sedikit kemerahan sampai bengkak pada pasien yang
hypersensitif
Problems:
Pada beberapa orang menunjukkan delayed-type hypersensitivity (DTH), reaksi baru timbul
6 sampai 24 jam kemudian. Menyebabkan tidak terditeksi atau area yang rusak meluas
Treatment allergy
Immunotherapy
Chemotherapy
• Sejumlah obat antagonis yang digunakan untuk memblokir mediator alergik, mencegah
aktivasi sel dan proses degranulasi.
• Contoh : antihistamines, cortisone dl
Merupakan ilmu yang mempelajari imunoregulasi (alami-adaptif) bukan otonom (dipengaruhi
kinerja otak) – Putra, 2005
Psikoneuroimunologi berkonsep stress Cell
• Secara morfofungsi, sel terdiri atas 2 bagian yaitu inti dan sitoplasma beserta berbagai
organela yang menunjang kinerja dalam menjalankan tugas dan
eksistensinya.
• Memory Cell, sel B yang sudah mengalami inisiasi oleh epitop dan imunogen learning
process stress response –kemampuan sel B memproduksi imunoglobulin
• Konsep stres Selye aktivasi, eustres, distres limfosit
PSIKONEUROIMUNOLOGI
Martin (1938) mengemukakan ide dasar konsep psikoneuroimunologi yaitu (1). status
emosi menentukan fungsi sistem kekebalan, dan (2). stres dapat meningkatkan kerentanan
tubuh terhadap infeksi dan karsinoma. Dikatakan lebih lanjut bahwa karakter, perilaku, pola
coping dan status emosi berperan pada modulasi sistem imun
Holden (1980) dan Ader (1981) mengenalkan istilah psikoneuroimunologi; yaitu kajian
yang melibatkan berbagai segi keilmuan, neurologi, psikiatri, patobiologi dan imunologi.
Selanjutnya konsep ini banyak digunakan pada penelitian dan banyak temuan memperkuat
keterkaitan stres terhadap berbagai patogenesis penyakit termasuk infeksi dan neoplasma
Stresor pertama kali ditampung oleh pancaindera dan diteruskan ke pusat emosi yang
terletak di sistem saraf pusat. Dari sini, stres akan dialirkan ke organ tubuh melalui saraf
otonom. Organ yang antara lain dialiri stres adalah kelenjar hormon dan terjadilah perubahan
keseimbangan hormon, yang selanjutnya akan menimbulkan perubahan fungsional berbagai
organ target. Beberapa peneliti membuktikan stres telah menyebabkan perubahan
neurotransmitter neurohormonal melalui berbagai aksis seperti HPA (Hypothalamic-Pituitary
Adrenal Axis), HPT (Hypothalamic-Pituitary-Thyroid Axis) dan HPO (Hypothalamic-
Pituitary-Ovarial Axis). HPA merupakan teori mekanisme yang paling banyak diteliti
Pada kondisi stres kronis, kinerja HPA axis akan meningkat dan sebagai dampak, kadar
glukokortikoid menjadi tinggi. Pada beberapa penelitian imunologis, glukokortikoid
memberikan dampak pada keseimbangan sel-sel imun. Hal ini dikarenakan pada permukaan
sel-sel imun (sebagai contoh, limfosit) terdapat reseptor glukokortikoid. Glukokortikoid yang
berikatan dengan reseptor pada sel limfosit akan menghambat aktivasi dari gen sehingga akan
mengganggu produksi sitokin yang dihasilkan sel limfosit. Sitokin adalah protein yang dibuat
oleh sel-sel yang mempengaruhi sel-sel lain. Dapat dikatakan sitokin merupakan mediator
komunikasi pengatur imunitas. Terganggunya produksi sitokin sel limfosit mengakibatkan
kekacauan sistem imun. Memang mekanisme ini belum jelas benar sehingga masih terjadi
kontroversi mengenai pengaruh hormon glukokortikoid ini. Namun glukokortikoid diketahui
menghambat IL-2, IF-, dan IL-12. (Gunawan, 2007; Wardhana, 2012)
Daftar Pustaka
Perssons J. Stress and pulmonary immune functions in the rat (dissertation). Free University,
Amsterdam. 1995. 6. Baldwin A. Physiological basis of Psychoneuroimmunology [Lecture
XXXX]. 2004
Gunawan, Bambang dan Sumadiono. 2007. Stres dan Sistem Imun Tubuh: Suatu Pendekatan
Psikoneuroimunologi, Jurnal Pendidikan Profesi FK UGM Yogyakarta
Wardhana, Made. 2012. Psikoneuroimunologi di Bidang Dermatologi, Jurnal Bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNUD Denpasar