Anda di halaman 1dari 11

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan karunia dan nikmatnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah trend dan issue yang berjudul BAYI
TABUNG

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbgai pihak. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, dan kemampuan yang dimiliki oleh
penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun.

Jakarta, Januari 2011

Penulis
BAB I

LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN

Di indonesia tercatat 10-20% pasangan yang infertil. Pasangan usia subur yang ada di
indonesia ialah sekitar 25 juta, berarti terdapat 2,5-5 juta pasangan infertil. Pada masa sekarang
pola kehidupan keluarga cenderung bergeser, dari jumlah anggota yng besar menjadi jumlah
anggota yang kecil dalam 1 unit keluarga, sehingga keluarga yang tidak atau sukar memperoleh
keturunan berhak mendapat pertolongan. Dengan semakin berkembang dan majunya ilmu
kedokteran ini sebagian besar dari penyebab infertilitas atau ketidak suburan telah dapat diatasi
dengan pemberian obat atau operasi.

Pelayanan terhadap bayi tabung dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah fertilisasi-
in-vitro yang memiliki pengertian sebagai berikut : Fertilisasi-in-vitro adalah pembuahan sel
telur oleh sel sperma di dalam tabung petri yang dilakukan oleh petugas medis. Pada mulanya
program pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri yang tidak mungkin
memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopii istrinya mengalami kerusakan yang
permanen. Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana kemudian program ini diterapkan
pula pada pasutri yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak
dimungkinkan untuk memperoleh keturunan. Akan tetapi seiring perkembangannya, mulai
timbul persoalan dimana semula program ini dapat diterima oleh semua pihak karena tujuannya
yang “mulia” menjadi pertentangan. Banyak pihak yang kontra dan pihak yang pro. Pihak yang
pro dengan program ini sebagian besar berasal dari dunia kedokteran dan mereka yang kontra
berasal dari kalangan alim ulama.
BAB II

TINJAUAN TEORI

PENGERTIAN

Bayi tabung atau pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro fertilisation) adalah
sebuah teknik pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita. Bayi tabung
adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak
berhasil. Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel
telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair. (Teknologi ini
dirintis oleh P.C Steptoe dan R.G Edwards pada tahun 1977).

Bayi tabung atau dalam bahasa kedokteran disebut In Vitro Fertilization (IVF) adalah
suatu upaya memperoleh kehamilan dengan jalan mempertemukan sel sperma dan sel telur
dalam suatu wadah khusus. Pada kondisi normal, pertemuan ini berlangsung di dalam saluran
tuba. Pembuahan sel telur (ovum) yang dilakukan di luar tubuh calon ibu. Awalnya tekhnik
reproduksi ini ditunjukkan untuk pasangan infertile, yang mengalami kerusakan saluran telur.
Namun saat ini indikasinya telah diperluas, antara lain jika calon ibu mempunyai lender mulut
rahim yang abnormal, mutu calon ayah kurang baik, adanya antibody pada atau terhadap sperma,
tidah kunjung hamil walaupun endometriosis telah diobati, serta pada gangguan kesuburan yang
tidak diketahui penyebabnya maka program bayi tabung ini bias dilakukan.

Bayi tabung merupakan pilihan untuk memperoleh keturunan bagi ibu ibu yang memiliki
gangguan pada saluran tubanya. Pada kondisi normal, sel telur yang telah matang akan
dilepaskan oleh indung telur (ovarium) menuju saluran tuba (tuba fallopi) untuk selanjutnya
menunggu sel sperma yang akan membuahi. Jika terdapat gangguan pada saluran tuba maka
proses ini tidak akan berlangsung sebagaimana mestinya. Proses yang berlangsung di
laboratorium ini dilaksanakan sampai menghasilkan suatu embrio yang akan ditempatkan pada
rahim ibu. Embrio ini juga dapat disimpan dalam bentuk beku (cryopreserved) dan dapat
digunakan kelak jika dibutuhkan. Bayi tabung pertama yang lahir ke dunia adalah Louise
Joy Brown pada tahun 1978 di Inggris.
PROSEDUR MELAKUKAN BAYI TABUNG
Sebelum mengikuti program bayi tabung, pasangan diminta untuk memenuhi beberapa syarat:

Persyaratan umum meliputi:

1. pasangan memiliki bukti perkawinan yang sah


2. usia istri kurang dari 42 tahun. Hal ini untuk meminimalisir kegagalan dan gangguan
pada ibu dan anak
3. konseling khusus dan informed consent
4. kesiapan biaya
5. kesiapan istri untuk hamil, melahirkan, dan memelihara bayi

Persyaratan khususnya, terdiri:

1. tidak ada kontra indikasi kehamilan


2. bebas infeksi rubella, hepatitis, toxoplasma, dan HIV
3. siklus berovulasi/respon terhadap terapi (FSH basal < 12 mIU/ml)
4. pemeriksaan infertilitas dasar lengkap
5. indikasi jelas
6. upaya lain sudah maksimal
7. analisa sperma

Langkah-langkah proses Bayi Tabung

1. Datanglah ke dokter bagian obstetri dan ginekologi bila ingin menjalani satu siklus
program Bayi Tabung.

2. Bila ditemukan kelainan/masalah pada Anda berdua, dokter spesialis akan merujuk ke
pusat layanan bayi tabung. Setelah diketahui penyulit kehamilan, pasangan suami isteri
disiapkan menjalani proses bayi tabung.

3. Setiap pasangan akan menerima penjelasan program Bayi Tabung dan prosedur
pelaksanaan dalam sebuah kelas/kelompok.
4. Peserta program harus menandatangani perjanjian tertulis: bersedia bila dokter melakukan
tindakan yang dianggap perlu semisal operasi, bersedia menghadapi kemungkinan
mengalami kehamilan kembar dan risiko lain yang dapat ditimbulkan.

5. Pelaksanaan program bisa dimulai berdasarkan masa haid. Calon ibu akan diberi obat-
obatan hormonal sebagai pemicu ovulasi agar menghasilkan banyak sel telur.
Perangsangan dilakukan 5-6 minggu, sampai sel telur matang dan cukup tuk dibuahi.
Selanjutnya dilakukan Ovum pick up/Opu (pengambilan sel telur) yang dilakukan tanpa
oprasi, melainkan dengan cara ultrasonografi transvaginal. Kemudian semua sel telur
diangkat dan disimpan dalam incubator. Sedangkan calon ayah akan diambil spermanya
melalui cara masturbasi. Beberapa jam kemudian, terhadap masing-masing sel telur akan
ditambahkan sejumlah sperma suami (inseminasi) yang sebelumnya telah diolah dan
dipilih yang terbaik mutunya. Setelah kira-kira 18-20 jam, akan terlihat apakah proses
pembuahan tersebut berhasil atau tidak. Sel telur yang telah dibuahi sperma atau disebut
zigot akan dipantau selama 22-24 jam kemudian untuk melihat perkembangannya
menjadiembrio.

Dari embrio tersebut, dokter akan memilih tiga atau empat embrio yang terbaik untuk
ditanamkan kembali ke dalam rahim. Empat embrio merupakan jumlah maksimal
mengingat risiko yang akan ditanggung oleh calon ibu dan juga janin. Embrio-embrio
yang terbaik itu kemudian diisap ke dalam sebuah kateter khusus untuk dipindahkan ke
dalam rahim. Terjadinya kehamilan dapat diketahui melalui pemeriksaan air seni 14 hari
setelah pemindahan embrio.

Bila saat masturbasi tak ada sperma yang keluar, berarti ada sumbatan. Untuk itu akan
dilakukan cara lain, yaitu dengan MESA (Microsurgical Epydidimis Sperm
Aspiration);sperma diambil dari salurannya. Bisa juga dengan TESA (Testical Sperm
Extraction); sperma diambil langsung dari buah zakar.

Bila sperma yang dihasilkan sangat sedikit, maka dilakukan ICSI (Intra Cytoplasmic
Sperm Injection); sperma disuntikkan ke sel telur. Cara ini khusus bagi pasangan infertil
dimana suami mempunyai sperma sangat sedikit.
7. Ibu dipantau beberapa waktu dengan pemeriksaan hormon kehamilan (hCG) di darah
dan pemeriksaan USG.

TINGKAT KEBERHASILAN

Di dunia, tingkat keberhasilan bayi tabung mencapai 40-45% untuk usia < 30 tahun, 30-
35% (usia 30-38 tahun), 10-11% (usia 38-42 tahun), dan 0% (usia >42 tahun). Sementara
kemungkinan keguguran 10-15%, kemungkinan kembar dua 25% dan kemungkinan kembar tiga
5%. Menurut Indra, kasus kembar dalam program bayi tabung sebenarnya adalah kasus
komplikasi (tidak wajar).

Saat ini teknologi bayi tabung sudah makin berkembang. Dan diharapkan dapat memenuhi
harapan banyak pasangan menikah yang ingin memiliki anak. Teknologi juga diharapkan akan
membuat proses bayi tabung menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan lebih murah.

Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap Inseminasi Buatan (Bayi Tabung)

Jika benihnya berasal dari suami istri

 Jika benihnya berasal dari Suami Istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro transfer
embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim Istri maka anak tersebut baik secara biologis
ataupun yuridis mempunyai satus sebagai anak sah (keturunan genetik) dari pasangan
tersebut. Akibatnya memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya.
 Jika ketika embrio diimplantasikan ke dalam rahim ibunya di saat ibunya telah bercerai
dari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum 300 hari perceraian mempunyai status
sebagai anak sah dari pasangan tersebut. Namun jika dilahirkan setelah masa 300 hari,
maka anak itu bukan anak sah bekas suami ibunya dan tidak memiliki hubungan
keperdataan apapun dengan bekas suami ibunya. Dasar hukum ps. 255 KUHPer.
 Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami, maka secara
yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan pasangan yang
mempunyai benih. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. Dalam hal
ini Suami dari Istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai anak sah-nya
melalui tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA.

Jika salah satu benihnya berasal dari donor

 Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer
embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur Istri akan dibuahi dengan
Sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikan
ke dalam rahim Istri. Anak yang dilahirkan memiliki status anak sah dan memiliki
hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang si Suami tidak
menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA.
 Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang
dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42
UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.

Jika semua benihnya dari pendonor

 Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat pada
perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang terikat
dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai status anak sah dari pasangan Suami
Istri tersebut karena dilahirkan oleh seorang perempuan yang terikat dalam perkawinan
yang sah.
 Jika diimplantasikan ke dalam rahim seorang gadis maka anak tersebut memiliki status
sebagai anak luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat perkawinan secara sah dan
pada hakekatnya anak tersebut bukan pula anaknya secara biologis kecuali sel telur
berasal darinya. Jika sel telur berasal darinya maka anak tersebut sah secara yuridis dan
biologis sebagai anaknya. Dari tinjauan yuridis menurut hukum perdata barat di
Indonesia terhadap kemungkinan yang terjadi dalam program fertilisasi-in-vitro transfer
embrio ditemukan beberapa kaidah hukum yang sudah tidak relevan dan tidak dapat
meng-cover kebutuhan yang ada serta sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang
ada khususnya mengenai status sahnya anak yang lahir dan pemusnahan kelebihan
embrio yang diimplantasikan ke dalam rahim ibunya. Secara khusus, permasalahan
mengenai inseminasi buatan dengan bahan inseminasi berasal dari orang yang sudah
meninggal dunia, hingga saat ini belum ada penyelesaiannya di Indonesia. Perlu segera
dibentuk peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur penerapan
teknologi fertilisasi-in-vitro transfer embrio ini pada manusia mengenai hal-hal apakah
yang dapat dibenarkan dan hal-hal apakah yang dilarang.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kebutuhan untuk melanjutkan keturunan adalah naluri setiap insan yang normal. Oleh
karena itu, secara naluri pula setiap insan normal akan mencari pasangan yang sesuai bagi
dirinya. Sebagai satu pasangan suami istri yang normal, manakala keturunan yang idamkan
belum juga diperoleh, maka keadaan ini memunculkan keraguan akan kesuburannya. Pada masa
kini keraguan tersebut dapat dihilangkan setelah setelah semua pemeriksaan yang diperlukan
selesai dilakukan. Tekhnik rekayasa reproduksi yang meliputi pembiakan gamet dan embrio
invitro telah begitu maju dan sangat jauh berkembang. Namun dibutuhkan tanggung jawab etik
berkadar tinggi dari setiap ilmuwan dan seoptimal mungkin baik bagi pasutri maupun embrio
hasil pembuahan.
Menurut Aucky, tingkat keberhasilan bayi tabung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Ketika pertama kali menangani bayi tabung pada tahun 80-an, tingkat keberhasilannya berkisar
30–40 persen. Namun semakin pesat perkembangan zaman, tingkat keberhasilan pun meningkat.
Kini kisarannya 70–80 persen.

“Apalagi jika program bayi tabung dilakukan lebih dari dua kali. Tingkat keberhasilannya juga
sampai 80 persen,” jelas Bapak dua putri itu.

Tak jauh berbeda, Andon menuturkan perkiraan angka yang kurang lebih sama. “Angka
keberhasilan kehamilan berkisar 25 – 40 persen, sementara faktor yang memengaruhi
keberhasilan usia istri dan suami di atas 40 tahun maka angka kehamilan semakin kecil. Juga
penyakit penyerta seperti PCOS, endometriosis, kista ovarium, mioma uteri, adenomiosis,
kualitas sperma, penyakit auto imun,” terang Andon.

Satu hal yang patut dicermati, ternyata menurut Aucky permasalahan infertilitas lebih banyak
bersumber pada laki-laki.

“Dari sekian banyak kasus, yang sering ditemui adalah pria dengan kondisi sperma kurang baik,
artinya kurang baik bisa dilihat dari segi kualitas, mobilitas kurang aktif, atau tidak berbentuk
sempurna yakni berbentuk oval dengan ekor,” urainya.

Tapi faktor kualitas sperma yang buruk bukanlah kasus tersulit. Bagi Aucky, kasus tersulit yang
pernah ditangani adalah ketika menghadapi klien dengan sperma nol alias tidak bisa
mengeluarkan sperma.

Untuk kasus yang satu ini, dia harus melakukan pembedahan kecil di bagian vital laki-laki untuk
mencari sperma yang ada. Proses pencarian tersebut tidak sebentar, tapi bisa berjam-jam.

“Saya pernah mencari sperma empat jam nonstop,” imbuhnya. Namun kasus sperma nol hanya
sedikit, tingkat keberhasilannya juga tidak jauh berbeda dengan pasangan yang suaminya
memiliki kualitas sperma yang buruk.

Aucky kembali memberi gambaran, “Ada pasangan yang bisa langsung hamil setelah sekali
menjalani program bayi tabung. Namun ada pula yang empat kali menjalani program, sang istri
bisa mengandung sebanyak tiga kali. Jadi bayinya ada enam. Sebab pada kehamilan kedua dia
mengandung anak kembar, kehamilan ketiga, kembar tiga,” jelasnya.

Hal seperti itulah yang membuat Aucky senang. Sebaliknya, ada juga yang sampai tiga kali
menjalani program, tapi tidak kunjung hamil.

”Kalau sudah lebih dari tiga kali, biasanya susah hamilnya,” imbuhnya.

Namun banyak pasangan yang tidak menyerah. “Klien yang saya tangani, ada yang mencoba
sampai tujuh kali dan akhirnya berhasil hamil. Di Amerika malah lebih ekstrem, bisa sampai 17
kali,” terangnya.
(Mom& Kiddie//nsa)

Jika semua syarat telah terpenuhi. Maka program bayi tabung dapat mulai dilakukan. Program
bayi tabung pada prinsipnya mempertemukan sperma dan ovum secara in vitro (di luar tubuh).
Bayi tabung membantu terjadinya proses pembuahan yang secara alami tidak dapat terjadi
pembuahan. Prosedur bayi tabung dimulai dengan perangsangan indung telur istri dengan
hormon. Ini untuk memacu perkembangan sejumlah folikel. Folikel adalah gelembung yang
berisi sel telur. Perkembangan folikel dipantau secara teratur dengan alat ultrasonografi dan
pengukuran kadar hormon estradional dalam darah.

Pengambilan sel telur dilakukan tanpa operasi, tetapi lewat pengisapan cairan folikel dengan
tuntunan alat ultrasonografi transvaginal. Cairan folikel tersebut kemudian segera dibawa ke
laboratorium. Seluruh sel telur yang diperoleh selanjutnya dieramkan dalam inkubator.

Beberapa jam kemudian, terhadap masing-masing sel telur akan ditambahkan sejumlah sperma
suami (inseminasi) yang sebelumnya telah diolah dan dipilih yang terbaik mutunya. Setelah kira-
kira 18-20 jam, akan terlihat apakah proses pembuahan tersebut berhasil atau tidak. Sel telur
yang telah dibuahi sperma atau disebut zigot akan dipantau selama 22-24 jam kemudian untuk
melihat perkembangannya menjadi embrio.

Dari embrio tersebut, dokter akan memilih tiga atau empat embrio yang terbaik untuk
ditanamkan kembali ke dalam rahim. Empat embrio merupakan jumlah maksimal mengingat
risiko yang akan ditanggung oleh calon ibu dan juga janin. Embrio-embrio yang terbaik itu
kemudian diisap ke dalam sebuah kateter khusus untuk dipindahkan ke dalam rahim. Terjadinya
kehamilan dapat diketahui melalui pemeriksaan air seni 14 hari setelah pemindahan embrio.

Di dunia, tingkat keberhasilan bayi tabung mencapai 40-45% untuk usia < 30 tahun, 30-35%
(usia 30-38 tahun), 10-11% (usia 38-42 tahun), dan 0% (usia >42 tahun). Sementara
kemungkinan keguguran 10-15%, kemungkinan kembar dua 25% dan kemungkinan kembar tiga
5%. Menurut Indra, kasus kembar dalam program bayi tabung sebenarnya adalah kasus
komplikasi (tidak wajar).

Saat ini teknologi bayi tabung sudah makin berkembang. Dan diharapkan dapat memenuhi
harapan banyak pasangan menikah yang ingin memiliki anak. Teknologi juga diharapkan akan
membuat proses bayi tabung menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan lebih murah.

Anda mungkin juga menyukai