Anda di halaman 1dari 4

Nehemia 9 : 1-15

Penjelasan:

* Firman Tuhan dan kebangunan rohani sebuah bangsa.


Bangsa Israel terus berkumpul. Mereka menghabiskan sebagian hari mereka untuk membaca
firman Tuhan dan sebagian lagi untuk mengakui dosa dan memuji Allah (5). Tanda-tanda
kebangunan rohani sejati dengan jelas ditemukan dalam hidup mereka. Di dalam hati mereka
benar-benar terjadi kebangunan rohani bukan hanya gelora emosi saja. Apa yang membawa
mereka kepada kebangunan rohani yang sejati? Pembacaan kitab Taurat yang dilakukan
setiap hari memberikan perspektif tentang kehidupan mereka yang sesungguhnya yaitu
sejarah telah membuktikan bahwa sejak kehidupan nenek moyang mereka hingga saat itu,
anugerah Allah senantiasa tercurah kepada mereka (6-15). Allah dengan kesetiaan-Nya
senantiasa menuntun, membimbing, melindungi, dan memberikan yang terbaik bagi umat-
Nya. Perspektif yang diberikan oleh firman Tuhan inilah yang menuntun kepada pertobatan
sejati.

Tanda kebangunan rohani sejati yang disebabkan kuasa firman Tuhan meliputi: pertama,
mereka merendahkan diri di hadapan Allah. Hal ini diekspresikan dalam bentuk berpuasa,
mengenakan kain kabung dan debu di kepalanya. Merendahkan diri di hadapan Allah timbul
dari kesadaran akan ketidaklayakan mereka di hadapan-Nya untuk menerima anugerah dan
kasih setia Allah yang luar biasa. Kedua, mereka memisahkan diri dari semua orang asing.
Ini merupakan lambang bahwa mereka tidak mau mengikuti cara hidup bangsa asing yang
tidak mengenal Allah. Ketiga, adanya pengakuan dosa. Mereka mengaku bersalah dan mau
berbalik kepada-Nya. Inilah sikap yang harus tampak dari orang yang mengalami
kebangunan rohani sejati. Keempat, mereka mempunyai kehausan dan kerinduan yang dalam
untuk membaca firman Tuhan. Seseorang yang mengalami pembaharuan sejati pasti selalu
rindu untuk terus mengetahui kehendak Allah dan mengenal Dia lebih dalam dan lebih intim.
Ini terjadi melalui pembacaan firman Tuhan.

SBU

MINGGU XXIV SES. PENTAKOSTA


SELASA, 21 NOVEMBER 2017
Renungan Pagi
KJ.460 : 1-Berdoa
DOA BUKANLAH SELERA
"Nehemia 9:1 -5
....Terpujilah nama-Mu yang mulia, yang ditinggikan mengatasi segala puji dan
hormat!" (ay.5)

Dalam salah satu Mazmurnya, Daud mengungkapkan bahwa "Tuhan bertakhta di atas puji-
pujian" (Maz. 22:4). Mazmurnya ini memotivasi para penyanyi Kemah Suci, mereka
mengiringi ibadah umat
maupun perorangan dengan Mazmur. S.KlJNE menerjemahkan "MAZMUR dan
NYANYIAN ROHAN|" dari perbendaharaan jemaat segala abad untuk ibadah Gereja-gereja
di Indonesia. Terutama untuk menolong perorangan dalam melakukan perenungan dan doa
pribadi. Nyanyian-nyanyian itu disesuaikan dengan peristiwa-peristiwa yang umat alami.
Segala sesuatu telah tersedia.

Dalam bacaan pagi ini, tampak pengaruh Mazmur dalam ibadah Israel. Mazmur mendahului
pengakuan dosa dan permintaan doa umat (ayat-5)."Hampirilah Tuhan dengan puji-pujian,
sebelum menyampaikan doa permintaanmu", kira-kira begitu maksud Nehemia 9:5 pada hari
ini. Memang, Tuhan bukan saja mendengar puji-pujian yang memuliakan Dia, tetapi juga
mendengarkan doa orang yang memuliakan Dia.

Doa adalah menghadap Tuhan membawa perasaan hati dan membicarakan pergumulan kita
dengan Tuhan. Karena itu berdoa pribadi, dalam keluarga, tidak seenaknya menurut selera
kita. Doa bukan selera tetapi mohon perkenanan rahmat-Nya bagi kita. Karena itu,
hendaknya doa pribadi tidak dilakukan dengan kilat atau sembrono.

Sebaiknya kita menyediakan waktu untuk meditasi dengan tenang. Kita merenungkan firman
Tuhan untuk mengukur segala tindakan hidup dan yang kita alami dalam maksud Tuhan.

Pernahkah saudara membaca pengalaman doa Abraham dalam Kitab Kejadian 18:16-33?
Walaupun Tuhan itu Maha-kuasa dengan penghakiman-Nya, namun la mahakasih. la juga
bisa mengubah keputusan-Nya untuk menyelamatkan kita. Ada jawaban yang pasti asal kita
berdoa dengan cara yang berkenan kepada-Nya. Bukan doa dalam kemalasan, terburu-buru
atau seenak selera kita. Berdoalah sesuai dengan kebaikan Tuhan dan rahmat-Nya bagi kita.

KJ.460:2,3
Doa : (Tolong saya Tuhan, berdoa menurut kehendak-Mu)

MINGGU XXIV SES. PENTAKOSTA


SELASA, 21 NOVEMBER 2017
Renungan Malam
KJ. 457: 1,3-Berdoa
ALLAH SUMBER DAMAI SEJAHTERA
Nehemia 9: 6 - 15

Telah Kauberlkan kepada mereka roti dari langit untuk menghilangkan lapar dan air. Kau
keluarkan bagi mereka dari gunung batu untuk melepaskan dahaga... (ay.15)

Setelah Bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan


dari penjajahan, maka kemudian disusunlah cita-cita kemerdekaan itu dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar NKRI tahun 1945. Alinea-IV antara lain mengungkapkan tujuan
menciptakan kehidupan berbangsa yang tenteram, adil dan makmur.

Hal yang sama tetapi beda situasinya, terlihat dalam bacaan saat ini, Neh 9:6-15. Israel yang
baru pulang dari pembuangan mengakui bahwa Tuhan Allah nenek moyang mereka adalah
Allah Yang Maha kuasa, Pencipta alam semesta dan yang menjadikan Israel sebagai bangsa
perjanjian-Nya. Mereka berharap, Tuhan tetap memelihara mereka dalam kecukupan seperti
pada waktu pengembaraan nenek moyang mereka di padang gurun dulu. Maklum, mereka
baru bebasdari pembuangan yang penuh dengan penderitaan dan hidup tidak sejahtera.

Saudara-saudara jemaat, kita harus seperti Israel yang berharap masa depannya kepada
Tuhan sumber damai sejahtera. Kila mengakui Tuhan yang sama dengan Israel karena Injil
Yesus Kristus yang diberitakan oleh keturunan mereka. Tuhanlah Allah kita, Yang maha-
kuasa, pencipta langit dan bumi serta isinya. la yang menjadikan kita, la mengasihi kita dan
pemelihara hidup kita.YakinIah dengan Iman yang tulus, berharaplah kepada Tuhan untuk
pergumulan hidup yang kita sedang alami. Terulama soal kesejahteraan, apapun pekerjaan
yang kita miliki sekarang, itu adalah anugerah pemeliharaan-Nya untuk kita dan
keluarga. Jangan korupsi, jangan manipulasi, jangan melakukan tindak pidana ekonomi,
jangan menjual diri hanya karena kekurangan yang kita alami, terutama untuk merayakan
Hari Raya pemuliaan Tuhan. Semua itu meruntuhkan iman dan memalukan keluarga kita.
Menghadap Tuhanlah dalam doa, mintalah berkatNya bagi kita dan berlakulah jujur. Tuhan
akan memenuhi kebutuhan kita. Tuhan kiranya memberkati perenungan saudara dan harapan
saudara
Hanya Engkaulah Tuhan (Nehemia 9:6-15)

Januari 21, 2018 by Sabda Bina Umat

“Hanya Engkau adalah TUHAN! Engkau telah menjadikan langit…, dan bumi… Engkau
memberi hidup kepada semuanya itu dan bala tentera langit sujud menyembah kepada-Mu”
(ayat 6)

Nas mencerminkan siapa TUHAN dan apa yang telah diperbuat-Nya. Dialah Pencipta alam
semesta dan yang mengikat Perjanjian dengan Abram dengan memberikan kepada
keturunannya wilayah yang berasal dari bangsa-bangsa lain (ay.6-8). Unsur nas berikutnya
(ay.9-15) menuturkan kembali peristiwa besar Keluaran seperti telah diungkapkan di kitab
Keluaran pasal 13, 14, 19 dan 20. Dapat ditelusuri bagaimana Nehemia dari zaman
kemudian mengambil alih apa yang tertulis di kitab Keluaran, yang dianggapnya penting
untuk dikomunikasikan.

Apa yang hendak dipaparkan penulis ialah perbandingan antara TUHAN dan ilah-ilah yang
disembah bangsa-bangsa lain. Sembahan bangsa-bangsa lain itu tidak menakjubkan seperti
yang dilakukana TUHAN dalam penciptaan alam semesta dan tindakan penyelamatan di
pentas sejarah dunia. Ketika kitab Taurat dibacakan, kesepuluh firman tentu disinggung
pula, yang pada kedua firman pertama menyangkut ilah-ilah lain yang tidak boleh disembah,
juga patung dari apa yang ada di langit, di bumi atau dalam air dengan alasan’…sebab Aku,
TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu…!’ (Kel. 20:3-5a). Penulis kitab Nehemia
mengutip dari Kel. 32:1-4 perbuatan nista yang dilakukan umat pada peristiwa Keluaran,
ketika membuat patung anak lembu emas yang disembah sebagai Allah (9:18). Di kitab
yang kurang lebih sezaman dengan tulisan di kitab Nehemia dinyatakan dengan tegas: ‘sebab
besar TUHAN dan terpuji sangat, dan lebih dahsyat Ia daripada selagal allah. Sebab segala
allah bangsa-bangsa adalah berhala, tetapi TUHAN-lah yang menjadikan langit’ (1
Taw.16:25-26).

Rupanya penyembahan berhala berupa benda berharga belum lenyap di dunia yang semakin
meningkat perkembangannya dalam IPTEK. Apakah sumbangan kekristenan terhadap
IPTEK mengantisipasi hal tersebut? Sehingga kita tetap dapat dengan terbuka beriman
sekaligus berilmu.

Anda mungkin juga menyukai